Thursday, May 19, 2005

Guci - Taman Wisata Air Panas


 


Liburan Lebaran tahun 2002 yang lumayan panjang yaitu 6 hari ,
ditambah "keberuntungan" pembantu rumah tidak pulang ,
membuat saya dan istri terdorong untuk mengulangi perjalanan
yang di tahun 1987 pernah kami jalani, yaitu ke Guci -
Taman Wisata Air Panas di Jawa Tengah.


Karena rencananya akan berangkat di hari pertama Lebaran,
maka walau biasanya saat itu arus mudik Lebaran telah usai,
tetap saja persiapan saya luar biasa matangnya.
Selain kendaraan yang dipilih jenis SUV, ini untuk mengantisipasi
kalau-kalau perjalanan dialihkan polisi  ke jalur yang jalannya jelek, 
disiapkan juga hal-hal seperti :


- Uang receh yang banyak, maklum kan banyak polisi cepek dijalan.
- Peta perjalanan, di Gramedia beli peta lipat Jawa Bali yang bagus -
  murah meriah buatan CV Indo Buwana seharga 13.500,-.
  Eh tau2 di counter kasir bisa ambil gratis peta perjalanan Lebaran,
  yang juga bagus sekali yang disediakan oleh Jasa Marga.
  Akhirnya sampai empat buah peta yang dibawa, karena dapat lagi
  dari koran dan Telkomsel.
- Nomer tilpon dari berbagai Polsek yg akan dilalui
  (untuk menanyakan situasi lalu lintas kalau terjadi kemacetan), serta
  nomer tilpon petugas jaga/layanan 24 jam Honda.
- Soal ransum sudah tentu siap : makanan kecil dan Aqua botol.
- Kabel untuk mancing stroom ke accu mobil lain  (karena mobil ini
  jenis matic, yang tidak bisa didorong kalau accunya ngadat)
 - Sampai juga beli  Emergency tow rope !, ada seorang teman 
   mentertawakan saya, seperti mau bawa mobil tua saja katanya.


Karena kami akan menginap di satu tempat wisata tanpa booking
hotel dulu, maka sudah siap mental bakalan kaga kebagian hotel.
Untuk antisipasi kalau sampai terpaksa nginap ditempat seadanya,
kami juga membawa selang air untuk mandi (siapa tahu bak mandi
kurang bersih), sepre dan lain-lain.
Pokoknya bagasi penuh dengan segala macam barang.


Pagi jam 7 sudah start, dan perjalanan sangat menyenangkan karena
jalan sangat lengang se-akan2 tengah malam saja - di jalan tol mobil
bisa melaju dengan kecepatan 140 -150 km/jam, dan sesuai perkiraan
jam 8 sudah bayar tol di Cikampek, dengan trip meter  menunjukkan
jarak 110 km dari Tangerang.


Selepas pintu tol belok kekiri memasuki jalur Pantura (Pantai Utara),
yang rupanya sudah lebar yaitu empat jalur masing-masing dua jalur
searahnya dengan pembatas kadang-kadang berupa garis putih ,
blok beton sampai tong2  atau batu2 besar.


Jalan masih sepi sehingga bisa melarikan mobil dengan kecepatan
80 - 100 km per jam,  tapi tetap waspada karena dari kota kekota 
Pantura itu sudah "nyambung"  seperti Tangerang - Jakarta.
Harus waspada karena banyak sepeda motor maupun orang berjalan
kaki yang menyebrang.


Dan benar saja , memasuki kota Pamanukan saya melihat terjadi
kecelakaan fatal, dimana ada sebuah motor tergeletak diantara 2 mobil
- pengemudinya seorang laki2 dewasa kepalanya sudah ditutupi koran.


Pemandangan memasuki kota Patrol - mata agak sejuk sebentar
karena mobil berjalan hanya belasan meter saja dari laut yang berwarna
biru hijau, sayang tidak lama jalan kembali menjauh dari tepi pantai.


Selepas Kandanghaur sampai Jatibarang, jalan mengecil hanya dua jalur,
dan memasuki kota Jatibarang perjalanan harus pelan-pelan karena
memasuki kota yang tampak sudah tua - jalan sempit sekali dan jelas
rawan macet karena melalui pasar dalam kota segala.
Tapi selepas Jatibarang menuju Palimanan, jalan kembali empat jalur yang
dipisah menjadi masing-masing dua jalur itu  sehingga se-akan2 kita
berjalan di jalan tol saja, dan pemandangan kedepan lapang sekali bisa
melihat gunung Ciremai dikejauhan.


Ternyata jalan masuk ke tol Palimanan - Kanci adanya sebelum
Palimanan, dan sampai pintu tol Plumbon jalan tol itu baru jadi jalur
yang ke timur saja.
Di satu lokasi jalan tol itu aspalnya masih kurang rata, tapi tentu jalan tol
sepanjang 35 km itu sangat membantu menghindari kemacetan karena
dibuat melambung diselatan kota Cirebon.


Tol tersebut berakhir di pintu tol Kanci,  setelah membayar 3000,- 
tepat jam 10.45 dan telah menempuh 280 km, kami mencapai
pertigaan Kanci dimana : kekiri arah Cirebon masih 11 km.
Tentu kami belok kanan ke timur  menuju Losari yang masih berjarak
29 km lagi.


Perjalanan berikutnya tetap lancar, karena selain jalan lapang dan
bagus sekali  ( saya sampai heran karena nantinya sampai Guci
saya tidak menemukan satu buahpun lubang dijalan !! ),
dan kekhawatiran akan kehabisan bensin rupanya berlebihan
karena sepanjang jalan Pantura itu sangat banyak pompa bensin.
Sepanjang jalan sempat berhenti dua kali untuk toilet stop
sekalian isi bensin, dan sekali stop untuk makan siang.


Sekitar Losari - Brebes itu cukup banyak rumah makan,
termasuk rumah makan Bie Seng yg kabarnya ayam gorengnya
pantas dicoba (daerah Tanjung, arah ke timur), ada pula
rumah makan mbok Berek yang letaknya juga arah ketimur
sekitar beberapa kilometer sebelum Brebes.


Saya sempat berhenti di Bie Seng itu, dan antri seperti  kita
makan di Hoka Hoka Bento.
Antrian agak panjang dan lama majunya , tiba-tiba datang dua bus
wisatawan lokal yang penumpangnya langsung berhamburan masuk
dan menduduki semua meja makan, yah sudah daripada sakit hati
mendingan cabut saja cari restoran lainnya.
Kemudian kami masuk ke Mbok Berek  yang jaraknya sekitar
10 km ke arah timur dari Bie Seng. 
Baru saja duduk, eh datang lagi dua bus wisatawan , jadi kami
cepat2 pesan makanan sebelum "pasukan bodrex" itu menyerang.


Untuk  yang menyukai swikee, sebelum Losari arah ke timur ada
Swikee Waled  yang kelihatannya banyak tamunya, dan arah ke
barat ada Swikee Gebang yang tempatnya berupa rumah kecil
tapi masakannya lumayan enak.


Memasuki Tegal, kami belok ke selatan keluar dari jalur Pantura -
mengarah ke Purwokerto.
Jalan yang dilalui kini jalan biasa yang tidak terlalu lebar.
Selepas Slawi mulai mendung dan memasuki kota Lebaksiu mata
mulai men-cari2 petunjuk arah belok ke Guci, dan sedikit lewat
dari kantor Polsek Lebaksiu terlihat  petunjuk yang besar dan
jelas menunjuk arah belok kekiri :
Guci - taman wisata air panas 25 km.


Jalan mulai terus menanjak, dan harus extra hati-hati karena selain
jalanan kecil juga sedang diguyur hujan yang cukup deras.
Mendekati Guci pemandangan mulai menyegarkan karena melewati
persawahan, kebun-kebun sayur yang tertata rapih dan akhirnya
sampai di kawasan wisata yang bermula dari gerbang tempat
petugas menarik retribusi - kami berdua hanya bayar 6200,- .


Kawasan wisata ini terletak di lereng utara Gunung Slamet
( Baturaden terletak dilereng selatannya);
udara cukup dingin dan ketinggiannya saya perkirakan setinggi
Cibodas karena banyak pohon cemara .
(sayang petugas disana tidak bisa menjelaskan berapa ketinggian
kawasan itu).


Wisata disana menarik pengunjung karena selain udara yang
sejuk, ada sebuah air terjun setinggi belasan meter yang
merupakan awal sebuah sungai kecil ber-batu2,
dan ditepi sungai itu hanya beberapa puluh meter dari air terjun
ada sumber/mata air panas yang debitnya cukup besar.
 
Maka di sepanjang aliran sungai itu bermunculanlah hotel - villa,
yang bermula dengan dibangunnya hotel Duta Wisata oleh
perusahaan teh Dua Tang.
Hotel itu sekarang berada dipusat kawasan wisata itu,
lengkap dengan sebuah kolam renang air panas yang besar dan
bersih -  tidak berbau belerang


Kami tentu langsung menuju kesana,
dan seperti sudah diduga : fully booked !
Jadi kami hanya bisa ambil brosur yang memuat room rate dan
menanyakan prosedur booking untuk adik yang rencana
menginap di liburan Natal nanti,.
Ternyata untuk pesanan liburan Natal pun tinggal beberapa kamar
saja yang masih kosong.
Sebenarnya pemesanan kamar disana bisa via tilpon dan
meng-transfer uang muka, lalu di fax-kan.


Saat itu sudah jam 13.30 dan sudah jalan sejauh 385 km,
jadi kami istirahat dahulu di restorannya yang terletak di dekat
pool sambil memesan teh poci yang khas memakai gula batu.


Setelah tanya-tanya kesana kemari dan jawabannya sama yaitu
penuh  maka kami menuju hotel Bukit Indah  yang berada
dipinggir kawasan dan terletak diatas bukit,  disana malah
dari 19 buah kamarnya baru terisi satu buah saja.
Rate kamar disini sebenarnya 90 ribu/malam,
tapi khusus long week-end jadi 255 ribu.
Kami ambil satu kamar yang kelihatan memang bersih 
ada fasilitas water heater dan tv parabola yang ternyata hanya
bisa lihat  SCTV doang dan saking burek-nya sampai saya
tebak2an sama  istri : gambar TV itu berbayang 3 apa 4 ?


Saat itu banyak sekali pengunjung yang menuju ke air terjun,
mandi air panas yang bisa memilih 3 macam kolam :
yang elit di kolam renang hotel Duta Wisata itu , yang tiket
masuknya 9000 rupiah /orang.
Ada yang kelas menengah, harus bayar juga tapi kolamnya kecil,
dan ada yang gratisan yang disebut Pancuran 13 didekat air
terjun yang boleh menikmati pancuran air panas itu ramai-ramai 
tua muda - laki perempuan dengan berpakaian mandi sesukanya -
pakai pakaian lengkap juga  boleh !!.


Dikawasan wisata itu banyak kios makanan minuman/souvenir
dan sesuai rekomendasi petugas hotel kami makan malam di 
rumah makan Sate kambing muda bang Imron
(herannya semua rumah makan  disana bilang sate kambingnya
muda - kaga ada yang bilang tua)
yang ternyata memang enak sekali - sayangnya saya ditemani
"polisi cholesterol"  yang meng-sweeping habis potongan lemak
dari sop dan tongseng  itu  sehingga mengurangi keasyikannya.
Sate bang Imron yang terletak di terminal Guci ini ternyata
buka 24 jam !!


Dengan mendaki bukit yang berhadapan dengan pusat kawasan,
kita bisa melihat seluruh kawasan wisata itu  yang berlatar
belakang pohon cemara yang diseliputi kabut yang bergerak.


 

15 comments:

  1. seru sekali perjalannya :-))
    dan foto2 lokasinya sangat menarik....
    kita belum pernah kesana....suatu saat, jika ada kesempatan pingin juga ...:-))

    ReplyDelete
  2. Wah Guci deket rumahku nih.... salam kenal dari wong Tegal...

    ReplyDelete

  3. Oh ya,

    salam kembali,
    kapan2 memang saya pengen balik lagi kesana,
    suasananya tenang dan damai

    ReplyDelete
  4. Pak dokter aku butuh foto hotelnya kamarnya gitu. Jelek ya? hehehehehe Guci deket Pemalang tokh Pak dokter?

    ReplyDelete

  5. foto kamar ? wah nggak difoto tuh.
    Guci itu ambil arahnya dari Tegal mengarah
    ke selatan nanti mlewati Slawi barulah ada
    petunjuk arah ke Guci.

    ReplyDelete

  6. foto kamar ? wah nggak difoto tuh.
    Guci itu ambil arahnya dari Tegal mengarah
    ke selatan nanti mlewati Slawi barulah ada
    petunjuk arah ke Guci.

    ReplyDelete
  7. Mas Aq jd trtarik n mau pergi ke Guci ni..boleh ga Aq minta nomr telp hotel2 yg da dsana tp yg dekat dng tmpt wisata ya..TQ

    ReplyDelete
  8. hallo,

    Hotel Duta Wisata Guci : (0283)352777, fax 352770.
    Kantor di Tegal : (0283)441258, fax 442008.

    Villa Bukit Indah Guci (0283)352231.
    Kantor Tegal : 353075

    Bukit Permata Hijau : 352236.

    Villa Djanoko Guci : 352234

    ReplyDelete
  9. mas q jg ingin pergi k guci. sya mnta no tlp wisma2 yang da d guci. coz sya bwa rombngan. trimz

    ReplyDelete
  10. great blog, my friend...
    nice meeting you all...
    greeting from Malang, East Java Province, Indonesia...


    http://www.haryobagushandoko.co.cc

    My Books are available in http://www.gramedia.com and other bookstore in Indonesia

    Gardening book:



    Food Traveling Guide:

    ReplyDelete
  11. terima kasih mas tuk infonya... rencana lebaran ini akan bermalam disana...

    ReplyDelete
  12. tadi saya kontak nomer ini, tp nyasar ke salah satu bank...
    oh ternyata skarang pakai nomer ini: 0283-3336777

    ReplyDelete
  13. Itu saya copy dari brosur hotel2nya,
    mungkin karena sudah lama sekali
    sehingga sudah berubah.

    ReplyDelete