Tuesday, September 16, 2008

Turki Barat dan Tengah yang Menawan




Bu Ole menanyakan kapan foto perjalanan ke
Turki Barat&Tengah di muat di MP, ternyata
tidak terasa itu perjalanan setahun yang lalu.
Karena belum sempat membuat ceritanya, maka
sementara dimuat dulu beberapa foto2nya.

Wednesday, September 10, 2008

Perkenalan Meditasi Kristiani di Paroki Santa Maria Tangerang.



Bulan lalu setelah urusan di RS Pantai Indah Kapuk beres, ternyata
kami tidak bisa langsung pulang, karena jalan masuk ke awal jalan tol
bandara di Pluit terblokir oleh demo karyawan sebuah pabrik.

Daripada stress kejebak macet dijalanan mending ngadem dulu dalam
MegaMall Pluit, yang ternyata sedang dalam renovasi besar2an.
Seperti biasa kalau ke Mall, saya memasuki Gramedia, dan secara
tidak sengaja melihat sebuah buku kecil yang judulnya atraktif bisa
terlihat dari jauh : Latihan Harian Meditasi Kristiani.

Selama ini saya cukup banyak membeli buku tentang Meditasi,
tapi baru kali ini ketemu buku Meditasi yang dibuat oleh Pastor.

Dalam buku kecil itu, Pater Laurence Freeman,OSB menjelaskan
tentang pendiri, tradisi dan latihan Meditasi Kristiani, dan juga ada
informasi tentang Pusat Meditasi Kristiani Indonesia yang
beralamat di RS Atmajaya, serta alamat e-mail contact person nya
yaitu Dr. Lukas Kristanda dan Dr. Lucia Gani.
Ternyata pula kegiatan Meditasi Kristiani ini sudah berjalan di
berbagai kota seperti Jakarta - Bogor - Bandung - Semarang -
Malang dan Surabaya.
Di Jakarta, kegiatan Meditasi bersama diadakan di RS Atmajaya
dan SMP St.Ursula.

Selesai membaca buku itu dan menelusuri websitenya :
www.meditasikristiani.com , terfikir apakah di Tangerang sudah
ada kegiatan Meditasi Kristiani ini.

Dr.Lucia Gani menjawab pertanyaan saya, menjelaskan bahwa di
Tangerang belum ada kegiatan Meditasi Kristiani.
Kalau mendapat izin dari Romo Paroki Santa Maria Tangerang, bisa
diselenggarakan pertemuan dengan Romo Tan Thian Sing MSF,
moderator-nasional Meditasi Kristiani yang tinggal di Salatiga.

Tawaran menarik ini segera kami sambut, ternyata walau sudah dapat
izin dari Romo Paroki, tidak mudah untuk bisa menyelenggarakannya,
karena Romo Sing kegiatannya begitu padat, beberapa usulan tanggal
pelaksanaan tidak cocok terus.
Di saat hampir pupus harapan, mendadak muncul tanggal 9 September,
yang berarti hanya ada waktu sekitar seminggu saja untuk persiapan.
Sudah kepalang, kami segera persiapkan tempat dan menyampaikan
berita ini kepada orang2 yang kira2 berminat.

Pada hari H, menjelang pembukaan acara  yang dimulai jam 19.30
kami menyambut kedatangan para peserta pertemuan dengan hati
dag-dig-dug karena khawatir melebihi kapasitas ruangan yang 75 kursi.
Persiapan yang waktunya mepet membuat kami kesulitan menyiapkan
ruangan yang lebih besar.
Untunglah saat acara dimulai, hanya nyaris semua bangku terisi.

Dalam pertemuan selama dua jam itu, Romo Sing menunjukkan
bahwa beliau memang pantas menjadi Moderator Nasional dari
Meditasi Kristiani Indonesia, penjelasan diberikan dengan begitu
jelas, runtut dan rinci, dengan penuh kesabaran memberikan
pelatihan Meditasi dan juga menjawab pertanyaan2.

Meditasi Kristiani begitu sederhana, menjalaninya hanya dengan
sikap duduk punggung tegak, diam dan hening, bernafas biasa
pakai perut, bersikap santai tapi sadar penuh dan mengucapkan
doa dalam hati yang begitu sederhana pula.

Tuesday, September 9, 2008

Cetak Ulang buku Drg.Oei Hong Kian : Dokter Gigi Soekarno, Peranakan yang Hidup dalam Tiga Budaya.




Senin kemarin teman saya Dr.Julius menilpon, habis beli buku bagus
katanya, berjudul : Drg. Oei Hong Kian - Dokter Gigi Soekarno,
Peranakan yang Hidup dalam Tiga Budaya.
Dr.Julius ke Gramedia setelah membaca berita cetak ulang buku itu
di Intisari, dan buru-buru beli karena "diancam" Intisari - ada tulisan:
"persediaan terbatas".

Pada 8 Maret 2001saya telah membeli buku itu dan begitu membaca
langsung terpesona, kisah kehidupan Drg.Oei Hong Kian yang kini
berusia 87 tahun ternyata begitu warna warni, seru sekali.
Diterjemahkan oleh Irawati dari buku aslinya yang berbahasa Belanda,
dan disunting Helen Ishwara dengan begitu bagusnya, ceritanya
menjadi begitu mengalir - enak sekali dibaca.

Ceritanya sungguh menarik bukan saja menceritakan asal usul
kakek buyutnya yang datang dari mainland China ke Indonesia,
juga tentang kehidupannya dalam budaya Cina, Jawa dan Belanda.
Semua diceritakan dengan runtut dan seru, dan hebatnya lagi data-
datanya lengkap, suatu hal yang menambah asyik membacanya.

Perjalanan hidupnya tidak selalu mulus, kisahnya berupaya
membeli mobil yang dimasa lampau sangat sulit, mengundang
senyum geli karena penjual yang sombong dibuatnya keok,
jadilah mobil Austin A40 mengisi garasinya.
Sayangnya keceria-an perjalanan menyetir ke Jawa Tengah
sekeluarga mempergunakan mobil yang dengan susah payah
diperolehnya itu, berakhir tragis karena menabrak penyebrang
jalan sampai meninggal.

Ada ceritanya tentang Mayor Jenderal S.Parman yang dua hari
sebelum diculik masih dirawat gigi olehnya, juga saat merawat
gigi Bung Karno di tahun-tahun terakhir kehidupannya.

Selesai membaca saya berupaya kontak beliau, dan berhasil
mendapatkan alamat e-mailnya, ternyata menetap di Amsterdam.
Setelah sekian lama kontak, saat beliau berkunjung ke Jakarta
saya ajak kerumah orang tua saya di Tangerang untuk mencoba
memakai pakaian pengantin ChiouThau yang diceritakannya
dalam bukunya itu.

Setiap kali berkunjung ke Indonesia kami bertemu lagi, suatu
waktu kami ke Rengasdengklok, memang tidak melewatkan
menikmati Serabi Hijau Daun Suji "Hidup baru" yang terkenal itu.
Tapi tujuan utama kesana adalah melihat Monumen Perjuangan
Rengasdengklok dan Rumah tempat dulu Bung Karno diinapkan
saat diculik di tahun 1945.
Tentu Drg.Oei Hong Kian senang sekali bisa menelusuri sejarah
yang berkaitan dengan orang besar yang dulu dirawat gigi olehnya.

Pada kesempatan lain, kami berkunjung ke La Cuesta Encantada-
rumah kediaman pak Bondan Winarno di Sentul City.
http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/09/07/01194894/bukit.yang.memesona

Beberapa bulan lalu saat bertemu lagi di Jakarta, drg.Oei cerita
bahwa bukunya kini sedang dipersiapkan terbit dalam bahasa
Inggris di Singapura.

Di Majalah Intisari terbitan September 2008, memang disebutkan
bahwa persediaan-nya terbatas.
Buku setebal 260 halaman itu dijual seharga Rp. 35.000,-
sungguh murah untuk sebuah buku yang begitu bagus.