Thursday, May 12, 2005

Cu Chi Underground Tunnel - Saigon Vietnam.


 

Cu Chi Underground Tunnel - Saigon Vietnam.

Highlight acara di Saigon adalah mengunjungi Cu Chi Underground
Tunnel yang sangat terkenal tatkala perang Vietnam berkecamuk.
Selesai dari sana akan menuju kota Tay Ninh dimana ada Temple
agama Caodaism - satu agama yang katanya merupakan  gabungan
dari agama-agama besar seperti  Budha  -  Taoism - KongHuCu,
dan agama Kristen !!??

Tour leader menawarkan apakah nanti di Temple Caodaism itu
kami mau melihat prosesi keagamaan-nya ?
Tentu kami semua mau, tapi karena tempat itu jauh dan acara itu
dimulai jam 12 siang maka kami  harus berangkat dari hotel lebih
pagi dari rencana semula -
berarti harus bersedia di-morning call jam 5 pagi  !!.

Tentu kami semua jadi bingung karena kemarin saja sudah dua kali
bangun pagi2 buta, tapi karena semangat yang tinggi dan kompak
maka akhirnya semua setuju untuk dibangunkan sepagi itu.

Tanggal 4 Maret 2003,  jam 7 pagi bus sudah berangkat mening-
galkan kota Saigon menuju kota Cu Chi yang terletak sekitar 70
kilometer northwest Saigon.

Sebelum sampai kota Cu Chi bus membelok keluar dari jalan antar
kota yang cukup lebar itu - memasuki jalan pedesaan yang agak kecil,
dan sekitar jam 8.30 kami tiba di satu gedung yang rupanya tempat
menerima kedatangan rombongan turis.

Mula-mula kami diajak memasuki ruang briefing dulu, disana melihat
maket underground tunnel dan diputarkan film tentang perjuangan
rakyat disana semasa perang Vietnam.

Rakyat Vietnam di distrik Cu Chi itu beraliran komunis (Vietcong),
sangat heroik dalam melawan penjajahan Perancis di tahun 1950-an
dan juga dalam melawan tentara Amerika dimasa perang Vietnam
yang dahsyat dan berkepanjangan itu.

Mereka sejak penjajahan Perancis di tahun 1954 sudah bisa
membuat underground tunnel sepanjang 48 kilometer, dan
dimasa perlawanan terhadap tentara Amerika digali lebih banyak
terowongan2 sehingga panjangnya sampai mencapai 250 kilometer.

Jaringan terowongan itu dibuat begitu rumitnya - digali sampai
mencapai 3 level yaitu di kedalaman 3 meter, 6 meter dan 10 meter.

Didalam terowongan bawah tanah itu juga dibuat banyak ruangan2
yang difungsikan antara lain untuk :
bengkel membuat senjata/bom/ranjau dari bekas bom tentara
Amerika sendiri, dan rumah sakit.
Juga dibangun dapur yang asapnya disamarkan dengan cerdiknya.
Asap itu disalurkan memakai pipa yang di kamuflase, dan
keluarnya dari timbunan sampah yang dibakar dipermukaan tanah.

Ventilasi udara segar didapat dengan membuat jaringan pipa-pipa
bambu yang dengan cerdik pula bisa disamarkan ke permukaan
tanah.

Tentara Amerika tentu sangat kewalahan dalam mengejar tentara
Vietcong yang bersembunyi didalam terowongan ini.
Selain susah mencari lubang2 masuk kedalam  tunnel itu karena
disamarkan, juga ukurannya kecil sekali  - lebarnya pas selebar
pundak orang Vietcong itu, orang Amerika tentu nyangkut pundak-
nya kalau mencoba memasuki lubang itu.

Maka pernah Amerika merekrut pasukan khusus yang dijuluki
Rat Team yang badannya kecil2 agar bisa masuk terowongan itu.
 
Tapi akhirnya banyak korban jatuh sebab selain terowongan yang
ber-tingkat2 itu sangat berliku, juga banyak sekali jebakan berupa
lubang2 dengan hamparan besi runcing mengerikan menanti tubuh
yang terjeblos kedalam jebakan yang beraneka ragam itu.

Banyak upaya Amerika menghancurkan jaringan tunnel itu, terlihat
banyak kawah2 bekas bom yang dijatuhkan dari pesawat B 52, tapi
hasilnya nihil.
Pernah pula dicoba  mengalirkan air  kedalamnya tapi Vietcong telah
mengantisipasi dengan membuat saluran air bawah tanah yang
menembus  ke sungai Saigon.
Jadi air yang masuk langsung mengalir ke dalam sungai, tidak
membanjiri terowongan seperti yang diharapkan.
Saluran air bawah tanah itu juga menjadi pintu masuk rahasia,
dimana Vietcong bisa menyelam dari arah sungai memasuki
jaringan terowongan.

Kemudian mulailah kami berjalan kaki memasuki kawasan Ben Dinh
Tunnel yang merupakan salah satu bagian dari Cu Chi Tunnel.

Baru memasuki kawasan hutan  pepohonan chesnut dan bambu itu,
tiga rekan tidak ikut terus, dan memilih menunggu di shopping area.

Sambil berjalan diantara pepohonan itu oleh penunjuk jalan ditunjukkan
kawah2 bekas bom yang dulu dijatuhkan dari pesawat B 52 Amerika,
dan akhirnya sampai di lubang masuk ke underground tunnel itu, berupa
lubang persegi ukuran 1 kali 2 meter dan terlihat ada semacam tangga
kebawah berupa undakan tanah.

Penunjuk jalan - seorang pemuda setempat, langsung menuruni
undakan dan saya ikuti dan juga 11 orang teman lainnya,
sedang 5 rekan lain tidak mau ikut karena khawatir sesak nafas
didalam tunnel itu.
Tangga itu berakhir di satu ruangan ukuran 3 kali 3 meter yang
lantainya sekitar 4 meter dibawah permukaan tanah dan disatu
dindingnya tampak lubang masuk mengarah ke underground tunnel.
Benny mendahului saya mengikuti si pemuda Vietnam masuk ke
lubang itu dan dibelakang saya  mengikuti teman2 lainnya.

Terowongan itu gelap sekali, lantainya terasa rata, lebarnya sekitar
semeter mengecil keatas.
Sebenarnya pada jarak tertentu ada lampu listrik cuma karena
terowongan itu tidak lurus maka pada saat berbelok kita tidak bisa
melihat apa-apa karena gelap sekali.

Kami harus berjalan sambil membungkuk agar kepala tidak terbentur
atap terowongan, dan kadang2 saya kehilangan Benny yang nempel
terus ke si penunjuk jalan yang berjalan cepat.
Saya juga harus memandu para ibu-ibu dibelakang saya yang terus2an
teriak2 :  belok kiri ! belok kanan ! terus-terus ! - tujuannya mungkin
mau menyemangati rekan2 dibelakangnya agar terus maju.
Padahal mungkin sebenarnya menyemangati dirinya sendiri ! -
maklum saja kami berada disekian meter dibawah permukaan tanah.

Akhirnya didepan terlihat sedikit sinar matahari menerobos masuk  -
rupanya ada ruangan yang ukurannya sama dengan ruangan tempat
kami memulai masuk lubang tadi, dan dari situ terlihat undakan tangga
menuju ke lubang keluar dipermukaan tanah.
Saya lihat Benny sedang mendaki tangga tanah menuju udara bebas itu.

Tapi si penunjuk jalan masih di ruangan bawah tanah itu dan memberi
isyarat untuk mengikutinya memasuki sebuah lubang terowongan
berikutnya.
Saya teriaki Benny : Ben, masih diajak jalan terus tuh  !.
Ah engga, gua mau keluar aja !! kata Benny sambil terus mendaki keluar.

Akhirnya saya ikuti saja si penunjuk jalan yang masuk lagi ke terowongan
berikutnya dan ternyata ada dua orang ibu muda yang mempunyai nyali
gede juga ikut dibelakang saya.
Sedangkan teman yang lain semuanya keluar mengikuti jejak Benny.

Ternyata begitu masuk ke terowongan itu  lantainya ada lubangnya !,
dan si guide itu turun/masuk kedalamnya.
Rupanya itu awal terowongan yang level kedalamannya makin jauh lagi
dari permukaan tanah - Wuah gimana nih ??.
Yah udah kepalang ikuti saja.

Kali ini bukan saja lebar terowongan makin sempit, juga ternyata kami
harus jalan bukan lagi sambil membungkuk, tapi harus sambil jongkok !! - 
karena terowongan itu atapnya lebih rendah dari yang sebelumnya.

Akhirnya terlihat lagi sinar matahari, dan kedua ibu langsung naik tangga
keluar, tapi si penunjuk jalan masih kasih kode untuk mengikuti dia lagi
untuk masuk lagi ke terowongan berikutnya lagi !!
Saya sempat ragu karena bukan saja kaki sudah mulai pegel juga kini
tinggal saya saja sendirian

(Adik saya yang tidak ikut masuk tunnel, memperkirakan jarak antara
lubang masuk pertama kali dengan tempat Benny keluar sekitar 30 meter,
kemudian jarak ke lubang keluar yang kedua 15 meter lagi.
Tentu jarak yang ditempuh didalam tunnel itu lebih jauh karena tunnel itu
dibuat tidak lurus tapi belok-belok.)

Karena si penunjuk jalan kelihatan ngotot ngajak terus maka saya nekat
"selulup" lagi mengikutinya kedalam terowongan berikutnya.
Ditengah perjalanan sambil jongkok itu saya sempat minta time-out,
untuk ambil nafas sekalian bergantian berfoto.

Terowongan itu begitu sempitnya sampai2 si Vietnam agak kesulitan
sat berbalik arah, karena dengkulnya mentok ke dinding tunnel.

Akhirnya sampailah di lubang keluar dan saya bisa nongol
dari dalam tunnel  masuk ke ruangan yang berada sekitar 4 meter
dibawah tanah itu.
Saya dengar adik saya diatas tanah sedang panggil2 saya dengan
nada panik, dia mengira saya tersesat sendirian dibawah itu.

Belakangan adik saya bilang bahwa lubang keluar yang ketiga itu
jaraknya juga sekitar 15 meter dari lubang sebelumnya dimana
kedua ibu tadi keluar.

Sewaktu keluar ke udara bebas itu, baju sudah basah kuyup karena
tidak saja sangat melelahkan jalan jongkok sejauh itu, juga akibat
perasaan tegang berada di tempat yang begitu sempit.

Tapi saya pikir memang dibawah sana ventilasi udara cukup baik
karena engga terasa sesak dan panas.

Hanya saja belakangan saya mikir juga kalau saja ada orang yang
konyol mengambil jalan berlawanan maka pasti nyangkut dibawah
sana itu, karena jangankan berpapasan - berbalik badan saja susah.

Dari recording handycam yang saya hidupkan begitu masuk tunnel,
saya bisa ketahui bahwa lama perjalanan jongkok dibawah tanah
mulai dari masuk lubang pertama sampai keluar di lubang keempat,
sebenarnya hanya 10 menit saja.
Tapi akibatnya lumayan, karena esoknya kedua kaki nyeri sekali
sampai-sampai kalau naik turun tangga harus sambil meringis.

 

No comments:

Post a Comment