Tuesday, November 29, 2005

JalanJalan di China : Top Attractions.




Tentu kalau kita mau jalan-jalan ke China timbul pertanyaan ,
mau kemana ? - kan China itu luas sekali, banyak yang bilang
bahwa sekian kali balikpun masih belum "keputer" semua.

Belum lagi kalau memilih mau lihat apa disana, apakah :
Historical Relics seperti Great Wall, Mountains,
Rivers, Lakes, Waterfalls, Temples and Monasteries,
Natural Scenes, Mausoleums, Gardens Towers and Pagodas,
Museums, Ancient Cities and Towns, Grottoes and Caves.

Kebetulan saya saat iseng2 "nge-Google" , ketemu :
http://www.travelchinaguide.com/attraction
dan inilah Top Attraction yang dikemukakan disana :

Great Wall of China - Beijing.
Forbidden City - Beijing.
Terra Cotta Warriors - Xian
Zhouzhuang - SuZhou
West Lake - HangZhou
Mt. Huangshan
Li River - Guilin
Lijiang Old Town
Yunnan Stone Forest - Kunming.
Yangtze River
Silk Road
Mogao Caves - Dunhuang.
Potala Palace - Lhasa Tibet
Tashilhunpo Monastery
Shanxi Local Resident Houses
Yangshuo West Street

Memang "belum ke China" kalau belum sampai ke Beijing,
dua top attractions ada disana :
Great Wall - salah satu dari tujuh keajaiban dunia, dan
sekarang kita sambil berjalan kaki bisa mengagumi bagian
dalam Istana Terlarang yang begitu luas dan megah.

Di Xian yang juga bekas ibukota kuno China, kita bisa
melihat penemuan yang begitu spektakuler yaitu kuburan
dari tahun 246 BC yang berisi ribuan patung2 serdadu
dan kuda dalam ukuran aslinya.

Zhouzhuang dan West Lake, relatif berdekatan, keduanya
menawarkan keunikan Kota Air dan Danau yang dikatakan
terindah di China.

Mt. Huangshan, walaupun kaki udah loyo, tetap pengunjung
akan terus berjalan naik turun pegunungan yang begitu terjal.
Pemandangan indah begitu memukau, setiap puncak gunung
seakan berlomba menawarkan keindahan dan keunikannya,
tak terasa seharian kita berjalan disana.

Kalau menelusuri Li River kita disuguhi pemandangan yang
cantik dari puncak2 gunung yang memagari sungai itu,
maka cruise di Sungai YangTze kita bisa merasakan
dahsyatnya arus sungai raksasa ini, yang sekarang dicoba
ditaklukkan dengan membuat Dam raksasa.

Lijiang Old Town, kota tua yang masuk Unesco's World
Heritage karena kota berusia 800 tahun ini masih utuh seperti
awalnya, termasuk kebiasaan unik membersihkan jalanan
batunya dengan cara membendung secara berkala sungai
kecil yang melewatinya.

Stone Forest, tiada duanya - begitu banyaknya bukit2 batu
yang runcing2 memadati satu kawasan yang luas sekali.

Silk Road dan Mogao Grottoes, menawarkan perjalanan
napak tilas kembali ke abad pertengahan dimana dahulu para
pedagang memakai unta menyebrangi Gurun Gobi yang sangat
luas dan ganas.

Istana Potala Tibet, berada di Atap Dunia, sungguh eksotis,
bangunan berbentuk benteng diatas bukit, pengalaman bisa
melihat singgasana Dalai Lama didalam ruang audiensi yang
dijaga ketat sungguh sangat berkesan.

Untuk mengunjungi Tibet perlu upaya extra, karena kita harus
mempunyai pas khusus, dan juga persiapan fisik berada sekian
hari berada di ketinggian 3000 - 4000 meter diatas permukaan
laut.

Rekan Jalansutra - bu Ole, bukan cuma mengunjungi Istana
Potala, tapi juga sendirian saja ( ditemani local guide/sopir ) -
"berani mati" mengunjungi berbagai lokasi yang jauh dari Lhasa
antara lain Shigatse,dan tempat-tempat yang begitu terpencil
diketinggian diatas 4000-an meter yang tidak dihuni manusia -
tanpa kena mountain sickness lagi, hebat !!
Foto2nya dengan mengunjungi blog bu Ole di Multiply :
http://oleole.multiply.com/photos/album


Apakah ada yang pernah mengunjungi :
Shanxi Local Resident Houses, Tashilhunpo Monastery,
atau Yangshuo West Street ?






Friday, November 25, 2005

"Masuk Bui " di Dalian - Liaoning Province China




"Masuk Bui" di Dalian - Liaoning Province China :

Hotel Canton Mountain Villa, praktis diinapi hanya beberapa jam saja
karena jam 5.30 waktu setempat ( 4.30 WIB) sudah morning call,
dan jam 7.10 bus sudah berangkat menuju airport.
Proses check-in cepat sekali, dan jam 9.10 pesawat Airbus A300-600
yang besar ( konfigurasi seat nya 2 - 4 - 2 ) sudah take-off menuju
kota Dalian yang berjarak tiga jam terbang.

Terbang dari GuangZhou ke Dalian ini, berarti terbang dari selatan
mainland China mengarah ke timur laut, karena Dalian (dibaca Ta-lien)
terletak di ujung sebuah semenanjung yang membatasi Yellow Sea
dengan Bohai Sea.
Kalau dilihat di peta maka lokasi Dalian sejajar dengan Pyongyang/
Beijing, jadi berada jauh dibagian utara mainland China.
Border Korea Utara hanya 200 kilometer saja jauhnya dari kota ini.

Kota ini unik karena usianya "baru" 100-an tahun, tapi sudah kenyang
gonta ganti diduduki bangsa lain.
Berawal dari sebuah desa nelayan yang pada tahun 1899 diduduki Rusia
selama tujuh tahun, kemudian jatuh ke tangan Jepang selama 40 tahun.
Pada tahun 1945 giliran Jepang yang menyerah kepada Rusia, dan
baru pada tahun 1955 diserahkan Rusia kepada pemerintah China.

Kota pelabuhan yang letaknya strategis ini sangat diminati karena walau
dimusim dingin suhu bisa sampai minus 16 derajat C, tapi pelabuhan
tetap terbuka karena air laut tidak beku .
Ada banyak pelabuhan didaerah ini, yang dipakai untuk penyebrangan,
container, nelayan, sampai militer.
Daya tarik lainnya dari daerah ini adalah ginseng, kolesom, tanduk rusa,
mutiara - ternak mutiara disini terbesar di China, dan tentunya hasil laut.
Seafood disini sangat enak karena berasal dari laut dalam yang dingin.

Setiba di airport, kami ternyata kemudian tidak langsung menuju kota
Dalian, tapi menuju Lishun - sebuah kota pelabuhan.
Mula2 kami diajak kesebuah toko hasil laut yang gede banget,
kayaknya seisi laut dijual disana, mulai dari ikan, udang, mutiara,
sampai kuda laut, bintang laut, rumput laut segala -
yang sudah dikeringkan dan dipak rapih.

Pelabuhan Angkatan Laut Lishun itu suatu pelabuhan alam yang
aman sekali, karena berupa suatu teluk besar dengan hanya satu
pintu keluar masuk yang berupa selat yang sempit. (foto)

Menjelang sore kami diajak mengunjungi lokasi yang menunjukkan
bukti gigihnya perlawanan rakyat setempat terhadap pendudukan
pasukan asing dahulu, yaitu Penjara !!.
Sempat heran juga, koq urusan jalan-jalan sih masuk tempat beginian.
Kan serem masuk kedalam penjara tua walaupun kini sudah tidak
lagi dipergunakan.

Penjara itu awalnya didirikan Rusia pada tahun 1902, setelah
Jepang masuk maka pada tahun 1907 diperluas menjadi bertingkat
tiga, tampak jelas beda bangunan yang buatan Rusia dengan yang
buatan Jepang, karena menggunakan batu bata yang warnanya
berbeda.

Sebenarnya saat itu sudah jam 16 dan tak lama lagi penjara itu
akan tutup, tapi kami tetap saja masuk.

Kami mulai memasuki halaman dari komplek yang luas sekali,
saat itu sudah tidak ada orang lain, hanya rombongan kami yang
berenam belas orang.
Melalui sebuah pintu kemudian kami memasuki bangunan penjara
yang berlantai tiga itu.
Saat itu matahari sudah mulai meredup, tentu menambah rasa seram
kami yang berjalan sepanjang lorong penjara sambil melongoki
sel2 tahanan dikiri kanan lorong itu.
Dalam setiap sel yang dihuni 6 orang itu, terlihat ada dua buah
tong kayu - satu untuk makanan, satunya lagi untuk buang air/kotoran.
Seorang teman bilang, engga kebayang saat musim dingin berada
didalam sel itu.

Kami berkeliling naik turun sampai keseluruh tiga lantai dari bangunan
penjara yang luas terdiri dari tiga blok itu, suasana ruangan yang sepi
dan agak gelap jelas membuat perasaan jadi terbawa suram.

Diperlihatkan pula cara menghukum tahanan yang punya kesalahan,
yaitu mengurangi jatah nasi.
Caranya : kaleng takeran nasi diisikan semacam blok kayu sehingga
otomatis nasi yang diisikan kedalamnya berkurang.
Ada berbagai ukuran blok kayu itu, yang akan dipakai sesuai tingkat
hukuman yang mau diberikan.

Diperlihatkan pula tempat tahanan yang disiksa, lumayan sadis caranya.
Orang-nya itu ditidurkan terlungkup diatas balok bersilang, kaki dan
tangannya dipentang dan diikat, lalu punggungnya digebuki pakai
tongkat kayu.

Yang paling aduhai dalam membuat bulu roma berdiri adalah sel untuk
mengurung tahanan sampai mati pelan2,
Ada empat buah kamar tersebut yang ukurannya masing-masing hanya
2,45 m2, dan gelap gulita !!.
Ditembok hanya ada lubang bulat seukuran bola kasti, dulunya untuk
penjaga mengintip/memantau keadaan sitahanan.
Sekarang ada satu ruang isolasi itu yang dipasangi lampu sehingga
kami bisa mengintip kedalamnya, terlihat ruangan yang sempit sekali,
dilantainya ada got kecil (mungkin untuk buang air).
Ruang isolasi lainnya masih gelap sesuai aslinya, sehingga saat saya
mengintip kedalamnya langsung saja buku kuduk berdiri - gelap total !!.

Konon dulu penjara ini banyak dihuni oleh rakyat yang ditawan karena
melawan penjajahan Rusia/Jepang, banyak pula yang dihukum gantung.
Kami diajak memasuki sebuah rumah bertingkat dua, ternyata itu rumah
tempat menggantung tahanan.
Saat memasuki lantai dua rumaha terlihat ada tali gantungan sedangkan
persis dibawahnya terlihat lantai papan yang bisa dijeblakkan.(foto)
Setelah tali gantungan dipasang di leher, lalu papan tempat berdiri si
terhukum ditarik engselnya sehingga si terhukum jatuh kebawah.

Dilantai bawah rumah itu sudah disediakan keranjang rotan, tubuh orang
yang sudah mati digantung, diturunkan, lalu dilipat dua pada pinggangnya,
dan langsung dimasukkan kedalam keranjang, untuk kemudian dikubur
bersama keranjangnya itu.
Ada sekitar 700 orang bernasib seperti itu.
Dirumah itu semua peralatan gantungan masih ada, dan dipamerkan
pula satu keranjang rotan yang berisi kerangka orang.(foto)

Saking asyiknya motret2 ruangan itu, belakangan saya baru sadar kalau
teman2 lain sudah pada pergi meninggalkan tempat yang menggiriskan
hati itu. Tentu langsung saya segera ikut ngacir juga, apalagi sore itu
hanya rombongan kami yang berkunjung.(foto)
Saat kami melewati gerbang komplek penjara, langsung gerbang
ditutup dan penjaganya berkemas pulang.(foto)

Untuk mengembalikan semangat kami yang tentu sudah pada ciut
menyaksikan pemandangan yang menyeramkan itu, kami diajak
menikmati unggulan Dalian yaitu : SeaFood - yang serba fresh.
Malam itu dinner di First Yuan BBQ Restoran yang besar,
yang menyediakan begitu banyaknya aneka makanan sudah jadi
maupun beraneka sea-food segar.
Saking banyaknya pilihan kami sampai jadi bingung sendiri,
pilihan kerang2an/keong-nya saja sampai 11 macam yang
semua terlihat masih hidup.(foto)
Ternyata makan sepuasnya itu hanya dibandrol 60 ribu rupiah !!

Tuesday, November 22, 2005

Mencicipi Emperor Tea : Mei Jia Wu Tea Village - HangZhou




Mencicipi Emperor Tea : Tea Village - Mei Jia Wu, Hangzhou

Saat memasuki kota HangZhou, local guide memberikan penjelasan
bahwa kota kuno ini yang mempunyai banyak julukan, mulai dari :
Heaven on Earth ( konon karena saking indahnya kota ini, membuat
orang2 disana jadi pada males kerja katanya).
dan ternyata juga dijuluki : Capital of tea in China.
Hangzhou yang pernah menjadi salah satu dari tujuh ibukota kuno
China, memang terkenal dengan Teh Hijau-nya.
Lokasi perkebunan teh yang paling kesohor disana adalah
Mei Jia Wu Village, sebuah Tea Village yang hanya 20 menit
berkendara dari danau Xi-Hu yang sangat cantik melegenda.

Perjalanan ke Village itu melalui jalan kecil yang nge-pas dua mobil
saja berpapasan, tapi jalannya bagus sekali dengan pemandangan
kiri kanan didominasi gunung hutan dan tentunya juga pohon teh.
Udara sejuk dan bersih sekali, cocok untuk perkebunan teh, dan
konon penduduk Village dengan 500 KK ini rata-rata panjang umur.

Setiba di Village itu, bus kami kesulitan parkir karena banyak
sekali bus turis sudah parkir disana.
Sebelum memasuki bangunan bergaya China kuno yang besar,
kami diajak melihat cara tradisional mengeringkan daun teh.
Disuatu gubuk, ada seorang pria menghadap sebuah kuali besi
besar yang tampak panas sekali, didalam kuali tersebut tampak
daun teh yang sedang dikeringkan.
Tapi alamak !!, ternyata si pria itu mengaduk2 daun teh itu pakai
tangan telanjang !!
Padahal suhu kuali besi itu 120 derajat C.
Ternyata agar daun teh itu mengering dengan sempurna, maka
suhunya harus berkisar 80 -100 derajat C.
Yang bisa dijamin pas kalau memakai tangan telanjang, kalau
memakai alat tentunya feeling-nya tidak setepat memakai
tangan telanjang.
Karena itulah 8 jam kerja hanya dapat mengeringkan 3 kilo saja.

Kami kemudian diajak memasuki kamar dimana ada meja dan
peralatan minum teh.
Lalu diedarkan cawan kecil, diisikan daun teh dan kemudian
sedikit air panas dituangkan kedalam cawan.
Menyadari semua keheranan kenapa air yang dituang cuma sedikit,
maka pegawai Tea Village itu memberi tahu bahwa itu disengaja
dan kami dipersilahkan untuk mencium dahulu aroma dari teh
yang diseduh barusan itu, dan silahkan tebak apa aromanya.
Oooh gitu, lalu rame2 mencium dan semua bengong dan sepakat
bahwa aromanya adalah ...... wangi kacang hijau !!

Lalu si pegawai menuangkan lagi air panas dari ceret, dengan cara
yang unik sekali.
Air tidak dikocorkan brek sekaligus seperti lazimnya, tapi :
sambil ceretnya di-angguk2an - tanda menghormati tamu katanya.
Air panas itu suhunya harus 85 - 90 derajat C, kalau lebih maka
antioksidan dari teh-nya bisa hilang.

Selanjutnya diterangkan bahwa kwalitas teh disana bervariasi,
tergantung kapan dipetiknya, apakah saat Spring, Autumn atau
Summer.
Saat terbaik mendapatkan teh kwalitas utama yang disebut
Emperor Tea adalah yang dipetik sekitar bulan Maret dimana
daun teh baru saja bersemi.
Teh Raja itu dibandrol 900 Yuan setiap setengah kilo-nya.

Saat dalam perjalanan dari HangZhou menuju kota Suzhou,
kami mampir disebuah toko teh yang besar.
Kali ini disuguhi teh lain - bukan seduhan daun teh tapi bunga,
yaitu teh Tong Xiang ( bunga Chrysant/Cwie Hwa ).
Sempat bingung juga melihat dalam gelas kita ada bunga yang
terapung, sempat saya berfikir apa iya enak rasanya -
ternyata memang enak dan terasa eksotis dilidah.



Monday, November 21, 2005

Perjalanan ChinaKorea 2005, part 1 : Menuju GuangZhou.


 


 


Minggu pagi 30 Oktober 2005,
saya sudah duduk di ruang tunggu keberangkatan bandara Soekarno Hatta,
sambil mengingat-ingat proses persiapan perjalanan saya dan istri yang
kali ini rada ribet juga.
Sejak awal kami kesulitan memilih daerah tujuan, gonta ganti terus.
Semula ingin ke Myanmar dan Laos - engga jadi karena sebagian calon
peserta tour mengundurkan diri akibat ada ledakan bom di Yangoon.
Ganti mau pergi ke Kashmir, eh juga terjadi teror bom di Srinagar.
Kemudian ada yang ngajak ke Balkan, tapi udah keburu musim dingin
yang selalu saya hindari, maklum penakut sama hawa dingin.
Akhirnya istri saya bilang ke China lagi saja deh, dan sekalian nyambung
ke Korea katanya.


OK, asal ke China-nya engga ke tempat2 yang sudah pernah didatangi,
dan juga asal di Korea-nya bisa masuk ke The Third Infiltration Tunnel
dan DMZ .
Seperti diketahui perang saudara antara kedua Korea, yang berkecamuk
antara tahun 1950 -1953, sebetulnya sampai sekarang secara resmi
belum pernah berakhir atau bersepakat damai.
Yang ada hanya kesepakatan membentuk DMZ saja -
Demiliterized Zone, yang membentang sejauh 248 kilometer membelah
Korean Peninsula, lebar DMZ empat kilometer - masing-masing
dua kilometer dari truce line.
Karena resminya perang belum usai antara kedua Korea itu,
maka terkenal :
The DMZ is the most fortified border on earth that only Korea can offer !!


Saya memang udah lama naksir banget untuk bisa masuk ke Third Tunnel -
salah satu dari empat terowongan rahasia Korea Utara yang panjangnya
1635 meter dan dibuat pada kedalaman 73 meter dibawah tanah.
Ukurannya dua kali dua meter, sehingga dalam waktu satu jam saja bisa
melewatkan satu divisi tentara, yang muncul dibelakang garis pertahanan
Korea Selatan di DMZ itu.
Untung saja adanya tunnel itu sempat ketahuan fihak Korsel.
Kalau tidak maka tunnel itu bisa dipakai untuk suatu surprise attack
terhadap Seoul yang jaraknya hanya 52 km.


Akhirnya rutenya cocok, yaitu akan mengunjungi kota2 sekitar pantai
timur mainland China antara lain Dalian (kota cantik bernuansa Eropa),
HangZhou ( kota kuno yang dijuluki Heaven On Earth),
SuZhou ( kota kuno juga, yang terkenal sebagai Kota Air -
Venesia di Timur).


Pengumuman untuk memasuki pesawat memutus renungan saya,
dan penumpang dengan tertib memasuki cabin pesawat B757 dari
China Southern - yang mempunyai motto : "Home in the air"
Memang penumpang nantinya akan mendengar suara merdu
yang mengatakan :
Ladies and gentlement,welcome to China Southern's Home in the Air.


Tapi apa yang saya alami malah berbeda,
AC bukan saja kelewatan dingin-nya ngalahin kulkas, juga suaranya
begitu gemuruh kayak kita lagi berada di kaki air terjun Niagara aja.
Sampai2 saking kaga nahan berisiknya, saya ambil tissue basah,
sepotong kecil di-gulung2 dan dipakai nyumpel kedua liang telinga.
(jadi inget film Mr.Bean).


Di China ada banyak Airline, kayaknya tiap propinsi disana punya,
antara lain Xinjiang Airline, Shandong Airline, China Eastern, dll.
Tapi China Southern kayaknya yang paling besar.
Lihat saja data2-nya :
dia mempunyai  252 mid to large sized modern jet aircraft yang
terdiri dari berbagai jenis pesawat, antara lain :
Boeing 777  - 757 - 747 - 737 - Airbus A 330.


China Southern ini mempunyai 17 transportation based dan
700 flight routes - luar biasa !!.
Pokoknya inilah The Largest Airline in China dalam hal :
fleet, flight routes, maupun annual passenger volume 
(tahun 2004 : mengangkut 40 juta penumpang -
sehingga masuk top 10 world leading passenger volume).


Masih ada kehebatan lainnya lagi, China Southern telah memesan
10 buah B-787 Dreamliner :
pesawat twin engine yang akan memanjakan penumpangnya karena
lebih comfort : cabin lebih luas, higher humidity level.
Direncanakan first delivery pesawat ini July 2008 agar bisa dipakai
dalam menyambut  2008 Summer Olympic Games di Beijing nanti.


Rupanya masih belum puas, China Southern juga sudah memesan
5 buah Airbus dari seri A380 yang mempunyai 555 seater -
ini largest aircraft dan world's first double decker passenger jet.
Jangkauan nya  8.000 -15.000 km, sehingga bisa easily terbang -
nonstop jarak jauh.


Menjelang sore pesawat mendarat di airport GuangZhou yang baru :
Baiyun Airport - yang konon besarnya dua kali airport HongKong,
itupun masih akan bangun lagi tahap dua, sehingga menjadi airport
10 terbesar didunia.
Sambil berjalan didalam airport yang kelihatan lega sekali itu,
seorang teman yang mengerti tehnik bilang, coba you lihat mereka
bisa bikin bentangan atap yang begini jauh tanpa tiang, memang
buatannya masih rada kasar, tapi itungannya mantap sekali.


Airport baru ini berjarak 40 kilometer dari kota GuangZhou,
dihubungkan dengan highway yang lebar :
4 lane plus 1 untuk darurat setiap arahnya..
Karena setiba di GuangZhou kami makan malam dulu maka tiba
dihotel sudah agak malam.
Sehingga walaupun Hotel Canton Mountain Villa tempat kami
menginap terletak persis diawal Beijing Road -
satu daerah perbelanjaan yang paling kesohor di GuangZhou -
kami lebih memilih untuk istirahat saja.



bersambung : menuju Dalian - kota cantik bernuansa Eropa.