Wednesday, October 29, 2008

Dari Dubai - Kukurilingan di Tangerang.




Rabu 22 Oktober 2008 jam 9.15, saya sudah tiba ditempat yang
selalu saya pakai kalau menjemput tamu yang datang ke Tangerang,
yaitu tepi jalan M.H.Thamrin, persis sebrang Carrefour.
Soalnya tempat itu mudah dicari, tamu yang datang dari arah Jakarta,
tinggal keluar di exit tol Tangerang/Serpong, mengikuti petunjuk arah
dan langsung memasuki Jalan M.H. Thamrin.
Sekitar satu kilometer kemudian sudah tiba disebrang Carrefour itu.

Pagi itu saya menunggu Juan Anthony, teman Jalansutra asal Bali,
yang karena bekerja di Emirates maka nge-pos-nya di Dubai UAE.
Saya belum pernah jumpa Juan, selama ini hanya kontak e-mail
dan sesekali nilpon, tapi wajahnya pernah lihat karena muncul di
tayangan Wisata Kuliner episode Dubai bersama pak Bondan.

Juan kebetulan sedang cuti agak panjang dan memang sudah
lama ingin main ke Tangerang, mau nyobain makanan Tangerang
tapi yang amigos ("agak minggir got sedikit") yah katanya.
Jadi maunya ke tempat2 bukan semacam restoran besar tapi
warung pinggir jalan - ada di pinggiran got sekalipun jadilah gitu.
Rupanya sekian lama terbang kesana kemari bersama Emirates,
hanya sesekali terbang ke Indonesia, membuatnya kangen berat
dengan makanan keseharian Indonesia.
Sehari sebelumnya Juan bilang kalau dia akan siapkan perutnya
untuk diisikan segala macam makanan di Tangerang, siap kalap
makan katanya - dasar JSers he he.

Tidak lama menunggu sebuah mobil merapat dibelakang, kami
turun dan salaman ditepi jalan, surprise karena pemuda guantenk
ini ternyata jangkung sekali, di TV terlihat tidak setinggi ini.
Setelah meng-konfirmasi bahwa serius mau ke tempat "amigos",
maka kami menuju Pos pertama isi perut yaitu Laksa Tangerang,
yang terletak di Jalan TMP Taruna.
Sebenarnya yang masuk Wisata Kuliner dulu adalah laksa yang
di dekat Bendung Sengego, tapi selain agak jauh juga kalau
pagi disitu biasanya macet berat.

Saat makan Laksa itu, Juan cerita bahwa oleh pak Bondan,
disarankan tidak melewatkan mengunjungi Mesjid Pintu Seribu.
Tadinya saya tidak merancang kesana, tapi setelah memastikan
Juan betul siap masuk ke basement MPS yang seperti labyrinth
dan gelap gulita itu, maka rencana diubah.

Kami menuju gedung parkir Mal Metropolis dulu, untuk menaruh
mobil Juan, tempatnya aman dan parkir seharian cuma 5000,-,
lalu kerumah saya dulu, ganti mobil yang kecilan agar leluasa
menelusuri jalan sempit sekitar Mesjid Pintu Seribu itu, dan
tentu sekalian ambil lampu senter.

Barulah menuju Pasar Lama, China Town nya Tangerang, kami
memasuki kelenteng BoenTekBio, dan foto2 didalam termasuk
didepan Genta kuno yang berukiran cantik dan gerbang masuk
yang bertuliskan Pintu Kesusilaan.

Di Pasar Lama yang crowded dan becek itu, setelah mencoba
aneka kue basah khas Tangerang termasuk kue Cerorot, kami
menuju Otak-Otak Ncim Amoy, ternyata antrian panjang, ada
yang pesan sampai 150 biji, mesti nunggu lama katanya.
Memang ada beberapa orang sedang menunggu dan anak buah
si Ncim juga sedang sibuk2nya memanggang dll.
Saya bilang ini teman saya jauh-jauh dari Dubai mau nyobain
Otak-Otak yang yahud ini dan kami tidak ada waktu banyak.
Eh ternyata dipersilahkan duduk, sambil menunggu saya lihat
Juan mewawancara si Ncim yang sedang kerja nge-bungkusin,
mem-fotonya, maklum JSers selalu gitu kalau lihat makanan.

Menunggu sekitar seperempat jam, datang beberapa buah
Otak-Otak serta Teh Botol, lumayan asal bisa nyobain saja.
Juan menikmati dan memuji kelezatan Otak-Otak yang selain
memang terkenal enak juga mahal itu.
Saat mau pulang ternyata si Ncim nggak mau nerima uang
kami, jangankan Juan - saya juga bingung, he he.
Dia rupanya seneng banget didatangi tamu dari jauh ini.

Perjalanan ke Mesjid Pintu Seribu lancar karena sudah siang,
diantar si Nacing - juru kunci MPS, kami bertiga beriringan
memasuki basement, posisi saya ditengah memegang senter.
Nacing dalam kegelapan yang membutakan mata itu dengan
lancarnya membawa kami entah kemana - pusing nggak tahu
arah lagi belok-belok dilorong-lorong sempit yang ber-cabang2
kesana kemari, luar biasa orang itu - hafal banget.
Jadi ingat Engkong Karim yang biasa meng-guide rombongan
Jalansutra, dia pernah bilang sambil merem juga bisa nyari
jalan keluar.

Sempat kami berhenti dua kali, pertama di ruang yang ada
Tasbih Raksasa, sekali lagi di ruangan yang ada kolam kecil.
Nacing bilang dasar kolam itu di semen, tapi airnya muncul
sendiri disitu entah dari mana dan tidak pernah kering pula.
Juan nempel trus dibelakang saya, diseparuh perjalanan minta
izin pegang pundak saya - rupanya ngeper juga takut tertinggal,
memang bisa dipastikan kalau tertinggal tidak bakalan bisa
menemukan jalan keluar.
Setelah sampai keudara bebas lagi, kami keluar bangunan
empat lantai itu lewat jalan lain yang tidak masuk basement lagi.

Udah kepalang ke MPS, sambil pulang kami naik ke puncak
bendung Sengego, dari sana bisa melihat bangunan-bangunan
yang berada dikawasan Bandara Soekerno -Hatta.
Perjalanan diteruskan ke Saung KemalaSari, untuk melihat
koleksi foto-foto lomba mancing Dr. Benyamin, salah satu foto
memperlihatkan Dr.Ben sedang mengangkat ikan seberat 95 Kg !

Mendekati jam 13.00, saya tawarkan Juan memilih, mau makan
di Restoran Pondok Lauk, atau Sate Wahab, dua2nya masuk
Wisata Kuliner.
Kalau Sate Wahab, baru buka jam 14.30 - tapi waktu bisa diisi
dengan makan Asinan Benteng Ny.Yance dan ke Modernland
untuk menikmati Es Selendang Mayang bang Sapri.

Sudah diduga Juan ambil pilihan yang kedua, tangki perutnya
rupanya standar Jsers, siapa takut !
Betul saja, Juan tampak menikmati keduanya, dan jam 14.30
kami sudah memasuki warung Sate Wahab.
Warung sate memang baru saja buka, tapi kalau mau kebagian
sop-nya yang dahsyat harus datang sekitar jam 14.30 itu,
telat dikit nggak kebagian.

Juan menyimpulkan, juara kali itu adalah Sate Wahab, untuk
runner-up ada juara kembar yaitu Asinan Yance dan Otak-Otak.

Esok malamnya, Juan kirim sms - sedang di Bandung, sudah
makan sekian macam dan tanya enaknya makan apa lagi.
Karena bukan wilayah saya, maka sms nya di forwardkan ke
para penguasa Bandung seperti bu Sofia, Janti, Mariani dan
Sienny juga.

Ternyata bukan cuma di sms malah langsung diajak makan
bareng malam itu, bukan main - JS banget dah, he he.

Kemarin Juan e-mail, sudah terbang lagi ke Entebbe Uganda,
dan dalam penerbangan ke Addis Ababa di First Class nya ada
King and Queen of Zulu katanya, asyiiik - kukurilingan trusss!

Monday, October 27, 2008

The Crow Castle - Matsumoto, Chubu Region - Japan.




Setelah sekian hari menelusuri Japan Alpen, tiba saatnya meninggalkan
wilayah pegunungan cantik bersalju itu, turun ke dataran rendah lagi.
Tapi sebelum mencapai Tokyo, kami akan menginap dulu di Matsumoto
yang berada dikaki Japan Alps itu.

Honshu - pulau terbesar dari kepulauan Jepang, bagian tengahnya terbagi
menjadi tiga region, yaitu Kanto di timur, Kansai di selatan dan ditengah
terdapat Chubu region dimana kota Matsumoto berada.
Masing2 region punya keunikan tersendiri, kalau di Kanto terdapat Tokyo,
maka Osaka dan Kyoto di Kansai, sedangkan Chubu adalah daerah yang
banyak terdapat puncak pegunungan tinggi bersalju.

Matsumoto lokasinya tidak lagi ditengah Alpine yang sulit dijangkau,
dan kota kedua terbesar di Nagano prefektur ini "dekat" dengan Tokyo,
sehingga popular bagi turis dari Jepang maupun luar negeri.
Inilah lokasi start yang terbaik sebelum mendaki Japan Alps.

Matsumoto yang terletak antara Japanese Alps dengan Dataran Tinggi
Utsukushigahara (artinya "beautiful plateau") bernuansa metropolitan,
dengan tetap mempertahankan tradisi dan situs2 bersejarahnya.
Jalannya bersih, udara pegunungan segar dan penduduknya terkenal
ramah. Dan disitulah terdapat Fukashi Castle, yang dikenal pula
sebagai Crow Castle karena berwarna hitam dan berbentuk unik sekali.
Benteng ini awalnya didirikan tahun 1504, berkembang dengan tambahan
menara dan bagian2 lain dari istana yaitu Tenshu (Donjon Tower),
Inui-Kotenshu (menara kecil di barat laut), sampai parit sekeliling istana
serta jembatannya.
Diperkirakan istana komplit dibangun pada tahun 1593.

Pada tahun 1872, seiring Meiji Restoration menara sempat di lelang dan
hampir saja dibongkar, untunglah Ichikawa Ryozo dan rakyat Matsumoto
menyelamatkan dengan membelinya.
Belakangan di rekonstruksi dan kini masuk salah satu dari empat National
Treasure of Japan.

Sabtu pagi, 5 April 2008 kami sudah tiba di Fukashi Castle, setelah
menyebrangi jembatan kayu berwarna merah, tibalah di gerbang masuk
Tenshu (Donjon Tower) yang unik sekali.
Dihadapan kami menjulang benteng megah berwarna hitam yang terdiri
dari dua tower yang berdempetan. Pengunjung harus masuk dari tower
yang lebih kecil yang disebut Inui Kotenshu, dari luar terlihat tiga lantai
padahal empat lantai.

Kami harus melepas alas kaki, jadi kami memasukkan sepatu kedalam
kantong yang disediakan, mulailah masuk dan mulai menapaki tangga
kayu yang bukan saja sempit tapi curam sekali.
Tentu lumayan repot mendaki tangga sambil nenteng kantong sepatu itu,
dengan susah payah kami pelan-pelan mendaki.

Semua anthusias memasuki bangunan yang sangat unik arsitekturnya
ini, yang konon tidak ditemui dimanapun di Jepang.
Lorong penghubung menuju menara utama se level dengan lantai Inui -
Kotenshu, tapi kita harus berjalan menurun dulu sekitar satu meter.
Ini untuk membingungkan infiltrator, dan Menara utama yang sebenarnya
terdiri dari enam lantai, dari luar terlihat hanya terdiri dari lima lantai.
Ini karena lantai ketiga tidak mempunyai jendela, rupanya didesain
sebagai ruang rahasia - tempat tinggal penjaga selama perang.

Karena sulitnya menaiki tangga didalam ruangan sempit yang kurang
penerangan itu - sebagian teman batal meneruskan menelusuri
menara utama sampai kepuncaknya setinggi 22 meter itu.
Memang berat naik turun tangga curam bersudut 55 - 61 derajat itu,
tangganya sempit sekali dan memusingkan karena tidak terkoneksi satu
sama lain - konon ini cara pertahanan terhadap penyerang.

Saya terus menaiki tangga dan menemui berbagai ruangan yang
dulunya tempat menyimpan makanan, amunisi/peluru, dan berbagai
senjata.
Castle ini dibangun 50 tahun setelah pedagang Portugis memperkenalkan
senjata api, itulah sebabnya dinding dibuat tebal agar tidak tembus peluru.
Senjata api juga menjadi pertahanan Donjon, maka terdapat 55 lubang
segi empat teppozama pada dinding untuk mengarahkan musket kearah
para penyerang dibawah tower.

Akhirnya setelah dengan hati-hati menaiki tangga itu, sampailah dilantai
enam yang dijaman dulu dipakai untuk pengamatan sekaligus kuil yang
didedikasikan bagi Nijuroku-ya-shin (God of 26 Nights).

Memang bangunan ini untuk benteng pertahanan, tapi disisi barat tower
utama, terdapat Moon Viewing Wing yang terbuka kearah timur utara dan
selatan. Bagian sayap bentengan ini adalah balkon cantik berwarna
merah terang, dirancang bukan untuk pertahanan tapi untuk ber-senang2,
dan ada kamar untuk menikmati pemandangan.

Terbayang dimasa lampau penguasa Castle itu bisa melihat angsa2
berenang di parit yang disebrangi jembatan merah, bunga Sakura yang
mekar cantik dihalaman istana dengan pegunungan beratap salju tampak
dikejauhan, sungguh pemandangan yang menawan hati.


Friday, October 24, 2008

Jokes : One of the Horses.



At Heathrow, a 300-foot long red carpet is stretched out to Air Force One and
President Bush strides to a warm but dignified handshake from Queen Elizabeth II.

They ride in a silver 1934 Bentley limousine to the edge of central London where they
board an open 17th century coach hitched to six magnificent white matching horses.


They ride toward Buckingham Palace, each looking sideways and waving to the
thousands of cheering Britons lining the streets, all is going well.


But suddenly the right rear horse lets fly with the most horrendous, earth-rending,
eye-smarting blast of gastronomic flatulence ever heard in the British Empire,
including Bermuda, Tortola and the Falkland Islands. It shakes the coach.


Uncomfortable, but under control, the two dignitaries of state do their best to ignore
the whole incident, but then the Queen decides that's ridiculous.
She turns to Mr.Bush and explains, "Mr. President, please accept my regrets.
I'm sure you understand that there are some things that even a Queen cannot control."

George W.Bush, ever the gentleman, replies,
"Your Majesty, please don't give the matter another thought.
You know, if you hadn't said something, I would have thought it was one of the horses...."

Friday, October 10, 2008

Kaunas, salah satu kota di Lithuania - Baltic




Latvia - salah satu dari tiga negara Baltic.




Riga ibukotanya.

Sarajevo - Bosnia.


Berada di lembah yang dikelilingi pebukitan, membuat Sarajevo mudah
diblokade musuh yang mengambil posisi dipebukitan sekeliling lembah.
Tapi lingkaran blokade yang nyaris menjadi satu lingkaran penuh itu
terputus di satu lokasi karena adanya airport yang dikuasai pasukan PBB.
Dibawah landasan pacu itulah pejuang Sarajevo membuat Tunnel of Hope,
terowongan bawah tanah sepanjang 800 meter yang melintas dibawah
landasan pacu airport pasukan PBB itu.
Berkat adanya terowongan rahasia yang menghubungkan kota Sarajevo
dengan wilayah bebas diluar lingkaran blokade, membuat penduduk
Sarajevo sanggup bertahan selama empat tahun pengepungan itu.



Cerita lengkap ada di majalah Intisari terbitan Oktober 2008, berjudul:
Sarajevo - Tiga kali Memukau Dunia.

Tiga kali masuk keluar pesawat dalam sehari.




Kiranya perasaan semua orang yang sekian lama meninggalkan rumah akan
sama saat roda pesawat yang ditumpanginya menjejak beton landasan bandara
Soekarno Hatta, yaitu lega dan senang segera akan bisa tiba kembali dirumah.
Itu pula yang kami rasakan Selasa, 7 Oktober 2008 menjelang malam, apalagi
sebelumnya terbang lumayan panjang - sampai harus tiga kali masuk keluar
pesawat Lufthansa, yaitu di Warsawa, Frankfurt dan Singapore.

Awalnya tanggal 6 Oktober, jam 07 waktu setempat (beda 5 jam dengan Jakarta),
kami sudah breakfast di Holiday Inn Warsawa Poland, dan jam 10 kami sudah
menuju bandara.
Itu adalah hari terakhir perjalanan darat dari utara ke selatan menelusuri tiga
negara Baltic ( Estonia - Latvia - Lithuania ) sampai di Warsawa Polandia.

Pesawat Lufthansa Airbus A319-100 take-off jam 14.30, hanya 1 jam 20 menit
sudah mendarat lagi di Frankfurt.
Di airport ini kami harus menunggu 6 jam, sekian lama berada didalam airport
yang jauh kalah nyaman dibanding Changi tentu menyebalkan, ditambah harus
jalan kaki yang nggak kira2 jauhnya dari terminal B ke terminal C.
Ribetnya lagi, setelah pemeriksaan security yang tidak meloloskan air minum
tidak ada drinking water seperti di Changi, kalau beli Aqua lumayan 3 Euro sebotol.

Pesawat berikutnya B 747-400 yang gede, dengan posisi seatnya 3 - 4 - 3,
tapi jarak kursinya sempit, kebetulan orang didepan saya suka merebahkan
kursinya habis2an, nyaris sejengkal lagi mentok ke jidat saya dah tuh kursi.
Mana kursinya keras lagi, lumayan tepos duduk 12 jam ke Singapore itu,
memang kalau mau nyaman sih duduk di business class, tapi asal tau aja -
mesti nambah per orang 3000 USD - mana tahan.
Terpaksalah harus bisa bertahan di RSS-SSS itu, Ruang Sangat Sempit-
Selonjor Saja Susah.

Untungnya duduk di aisle, jadi gampang duduk bangun ke toilet sekalian
menghilangkan pegal dan mengurangi ukuran kaki saya yang mendadak
nambah gede sedikit karena kelamaan duduk itu.
Memang duduk terus2an didalam pesawat, membuat kaki sedikit bengkak,
perlu jalan hilir mudik dilorong dan gerakan senam di dekat toilet belakang
yang agak lebar agar berkurang bengkaknya.
Untuk menghibur diri, bisa sih dengerin musik pakai headphone, atau
menikmati pemandangan keluar jendela - walau ketinggian sekitar hampir
sepuluh kilometer diatas permukaan bumi, dimalam hari kita bisa melihat
kumpulan kerlip lampu kota yang cantik sekali.

Soal makan juga ribet, makan pagi di hotel - makan siang di airport karena
bawa lunch-box, sorenya di Frankfurt keluarkan bekal Indomie karena benar
saja dinner baru disajikan jam 01 saat pesawat melintas diudara Ankara.
Makan ditengah malam itu tentu nggak dipikirin lagi apa rasanya, soalnya
biar seenak apapun yang penting isi perut saja.

Pesawat melintas diatas Jaipur India jam 05, di layar monitor terbaca
Singapore masih 5 jam terbang lagi, dan setelah breakfast disajikan pada
jam 8.30 maka jam 10.15 (masih waktu Poland) pesawat mendarat.

Di Changi berbeda sekali dengan di Frankfurt, boleh dikata kami cuma
keluar pesawat dan langsung masuk ruang boarding lagi, lha cuma ada
waktu setengah jam mah sama aja bo-ong cuci mata disana.

Setiba di rumah, esoknya cari Intisari yang jadwal terbitnya 8 Oktober,
dan ternyata cerita perjalanan saya dimuat disana.

Adanya di rubrik Langlang, berjudul : Sarajevo - Tiga Kali Memukau Dunia.

Berlangganan Intisari ?, lihat dihalaman 54.
Tidak berlangganan ?, ayo beli atuh, he he.



Wednesday, October 8, 2008

Tallinn - Estonia




Foto2 kota Tallinn, ibukota Estonia, salah satu dari tiga negara Baltic.
Old Town nya masuk Unesco's World Heritage.