Saturday, July 26, 2008

Rapat Pengurus Koperasi & Moderator Jalansutra.


baju batik : Wasis Gunarto -
owner milis Jalansutra,
Ketua Koperasi JS, sekaligus moderator Jalansutra.

baju putih : Yohan Handoyo.
moderator Jalansutra, penulis buku Rahasia Wine

Bertempat di Pan&cook Jalan Puri Indah Raya, Sabtu siang tadi
kembali berlangsung rapat pengurus Koperasi&Moderator Jalansutra.
Beberapa orang berhalangan hadir termasuk Kepala Suku Jalansutra-
pak Bondan sedang berada di luar kota, sedang Irvan Karta dan Dadi
Krismatono ada tugas yang tidak bisa ditinggalkan.

Setelah makan siang (saya kali ini memilih Hawaiian Beef Steak)
rapat dimulai, berbagai agenda rapat dibahas dengan seru tapi akrab,
hangat tapi fokus - jauh dari debat kusir, benar-benar demokratis
dan cerdas membuat saya yang lebih banyak jadi pendengar sungguh
"menikmati" serunya lontaran argumentasi yang silih berganti itu.

Kalau sering2 suatu rapat ngalor ngidul dengan hasil yang tidak jelas,
maka rapat tadi sungguh fokus dan padat, hasilnya juga jelas, antara
lain penunjukan GM Koperasi yang baru yaitu Capt.Gatot Poerwoko.
Berbagai hal juga bisa disepakati antara lain her-registrasi anggota
Koperasi, rencana kerja moderator maupun Koperasi dari organisasi
yang didasari azas kekeluargaan sesuai pesan Kepala Suku.

Tidak terasa sekian jam berada di ruang meeting restoran Pan&cook
yang sejuk nyaman dan memang cocok sekali untuk meeting karena
selain berada di lantai dua yang terasa privacy nya juga cukup kedap
suara, sehingga bicara/tertawa keras tidak jadi soal.

Seperti biasa pertemuan Jalansutra, kalau ada makanan selalu ada
kilatan kamera teman2 yang mengabadikan makanannya, saya tidak
sempat memotret makanan pesanan teman2.
Sedangkan foto2 makanan di Pan&cook yang saya pesan beberapa
bulan lalu ada di :
http://smulya.multiply.com/photos/album/218

Tebak foto tapi tidak berhadiah lagi -
soalnya jawabannya ada di descriptionnya,
silahkan di klik pada fotonya.

Friday, July 25, 2008

jokes : Three Holes-in-One.


One day a man went golfing. On the fourth tee he was separated from his
friends momentarily, and bumped into a passing demon.
 
"Hey," said the demon, "How'd you like to make a hole in one?"

"What's the catch?" said the man suspiciously.

"It will shorten your sex life by five years," replied the demon.

"Hmmm . . . okay," said the man, and went on to make a spectacular shot,
a hole in one, just as ordered.

On the next tee, he again bumped into the demon.
"How'd you like to make it two holes-in-one, back-to-back?" said the demon.
"It's only been done five times in the history of golf."

"What's the pay back this time?" said the man.
"It will shorten your sex life by another twenty years," said the demon.

"I guess," agreed the man, and again he made an amazing shot.
All his friends were amazed and people were coming from miles around
to see the man who had made two holes-in-one in the same game!

On the next hole, the man again bumped into the demon, who proposed
yet again. "Look, another hole-in-one would mean three in a row.
It's never been done in the history of the world! C'mon!"

"No problem," said the man, agreeing.
"What do I have to give up this time?"

"You may never touch a person of the opposite sex ever again for the
rest of your life." said the demon.

"Okay!" said the man.

He went on to make his third consecutive hole-in-one.

And that's how Father Jones got into the Guinness Book of Records! 

Wednesday, July 23, 2008

Sampai tua-pun dikejar terus !




Kompas Rabu 23 Juli 2008, dihalaman muka ada berita besar yaitu
tertangkapnya Radovan Karadzic, buronan kakap yang diburu
dunia karena kejahatannya atas kemanusiaan.
Diperlukan waktu 13 tahun sampai tertangkapnya di Beograd, kini
akan dihadapkan kemuka Pengadilan Penjahat Perang di DenHaag
untuk mempertanggungjawabkan pembantaian puluhan ribu orang
saat perang Bosnia-Herzegovina 1992 - 1995.
Fotonya di Kompas itu jelas sudah berbeda sekali dengan saat
dia masih sangat berkuasa, kini kurus tua, berewokan putih.

Oktober 2006, saya sempat berada di Beograd, disana memang
masih terlihat sedikit puing sisa-sisa perang itu, beberapa gedung
milik militer terlihat hancur lebur karena di rudal pesawat NATO,
termasuk Kedutaan Besar China yang kesalahan tembak.
Gedung2 itu rupanya sengaja tidak diperbaiki, mungkin untuk
memperlihatkan kepada dunia dampak tindakan NATO.
Pemboman oleh NATO itu dalam upaya menekan fihak Serbia,
dan memang berhasil - Serbia menarik pasukannya dari Bosnia.

Hanya beberapa gedung hancur itu tentu tidak bisa menutupi
keanggunan kota Beograd yang cantik, gedung2 antik di pusat
kotanya begitu terawat apik.
Kami sempat berjalan-jalan sore di pusat kota, dan juga mampir
ke makam Josef Broz Tito, bapak bangsa Jugoslavia.

Tapi saat kami memasuki kota Sarajevo, barulah terlihat nyata
betapa hebat dan kejamnya perang saudara waktu itu.
Kota kuno yang berada didalam lembah ini di blokade dan di
bombardir habis2an hampir setiap hari antara tahun 1992 -1995.
Pasukan Serbia-Bosnia pimpinan General Ratko Mladic bisa
leluasa membokade dan menembaki bangunan dan apapun
yang bergerak didalam kota Sarajevo karena menguasai
lereng pegunungan yang melingkari kota.

Malam hari saat kami tiba di Hotel Holiday-Inn tempat kami
menginap, melihat sekeliling terasa ngeri, sebab boleh dikata
hanya hotel itu yang utuh, gedung lainnya kalau tidak terbakar,
pastilah penuh dihiasi lubang2 bekas peluru.
Holiday-Inn selamat karena saat itu menjadi tempat menginap
para wartawan dari seluruh dunia yang meliput perang Bosnia.

Hebatnya walau di blokade sekian lama, kota Sarajevo tidak
jatuh ke tangan musuh, antara lain karena para pejuang Bosnia
membuat tunnel rahasia, terowongan bawah tanah sepanjang
800 meter inilah yang menjadi urat nadi Sarajevo.
Saya sempat memasuki sedikit awal tunnel itu, yang kini
sebagian besar sudah runtuh.
Bahan makanan, obat2an, senjata dan peluru secara rahasia
dialirkan lewat sana, walau kota boleh dikata hancur lebur tapi
perlawanan jalan terus sampai akhirnya bombardemen NATO
atas Beograd itulah memaksa Serbia undur dari Sarajevo.

Radovan Karadzic sudah masuk bubu, tapi General Ratko Mladic,
komandan pasukan yang memblokade Sarajevo, masih bebas.
Saat blokade itu dialah yang dengan kejamnya memerintahkan :
'Shoot at slow intervals until I order you to stop.
Shell them until they can't sleep,
don't stop until they are on the edge of madness'.

Waktu masih panjang, kita lihat penjahat perang di Kamboja -
biar sekian lama mereka sembunyi tapi keadilan rupanya
tetap ada dan jalan terus - mereka terus dikejar sampai tua ! -
terbukti sudah jadi kakek-nenek justru mereka tertangkap.

Monday, July 21, 2008

Pelajaran dari Tiongkok.

Rating:★★★★
Category:Books
Genre: Nonfiction
Author:Dahlan Iskan
Berada di Gramedia Mall Taman Anggrek, seperti biasanya saya
nyantai cuci mata keliling-keliling di dalam toko yang bagaikan
lautan buku saja itu.
Mendadak sebuah buku menarik perhatian saya, bukan
karena judulnya : Pelajaran dari Tiongkok, tapi karena foto dan
nama pengarangnya : Dahlan Iskan.
Mengapa demikian?, ceritanya beberapa bulan lalu adik saya
Lanny memberikan sebuah buku dan langsung mewanti-wanti
saya untuk membacanya, sangat bagus sekali katanya.

Awalnya saya malas membacanya, nama pengarangnya yaitu
Dahlan Iskan tidak saya kenal dan judulnya "Ganti Hati" juga
tidak jelas kemana maksudnya.
Tapi setelah mulai membacanya, saya begitu terpukau akan
penuturan yang begitu seksama tapi santai, berani tapi terukur
dalam menjalani transplantasi hati yang tentu sungguh luar
biasa berat dan sulit.
Sangat inspiratif, proses ganti hati yang begitu menyakitkan dan
"makan hati" dijalaninya dengan tabah dan tetap semangat tinggi.
Membaca buku itu, bolehlah kita merasa malu hati kalau selama
ini kita "cengeng" atau gampang menyerah dalam menghadapi
kesulitan hidup - Dahlan Iskan "mengajari" kita dengan contoh
ketabahannya untuk lulus dari ujian hidup yang begitu berat

Buku Pelajaran dari Tiongkok itu tentu tidak pikir panjang saya
beli, saya yakin pasti akan se-menarik buku pertamanya.

Nama Dahlan Iskan kemungkinan tidak begitu dikenal karena
tinggalnya di Surabaya - bukan di Jakarta, tapi jelas dia bukan
orang sembarangan.
Dia adalah Chairman/CEO Jawa Pos Grup, sebuah jaringan
media cetak terbesar di Indonesia, dengan lebih dari 100 surat
kabar tersebar diseluruh Indonesia dan 12 stasiun TV Lokal
antara lain JakTV di Jakarta.

Diawal bukunya yang ternyata merupakan kumpulan tulisan
singkatnya di Jawa Pos, Dahlan Iskan bercerita pergulatan
batinnya saat diminta menerbitkan kumpulan tulisannya itu.
Alasan utamanya sungguh jernih, dia takut buku itu menjadi
barang yang kelak selalu dia tunjuk-tunjukkan ke orang lain
dengan rasa bangga. Bangga akan masa lalu.
Padahal ia ingin seperti bapaknya, yang gampang melupakan
sesuatu yang sudah lewat.

Ternyata memang kumpulan tulisan yang topiknya sangat
bervariasi ini sangat menarik dan seperti sudah saya duga -
inspiratif sekali.
Dalam buku setebal 268 halaman ini, terdapat 76 judul cerita,
diawali dengan kisahnya mempelajari bahasa Mandarin,
yang diyakininya dalam 10 -15 tahun lagi akan sangat penting.
Dia memilih mempelajari berbicara dan membaca saja, tidak
sampai bisa menulis, itupun sudah setengah mati karena
kata Mandarin mengenal empat nada.
Sehingga walau misalnya kata "mai" diucapkan sudah benar,
tapi kalau nadanya salah maka artinya bisa beda sekali, yaitu
niatnya bilang "membeli" bisa dikira bilang "menjual".

Ceritanya mengenai KB di Tiongkok sungguh menarik,
seperti diketahui kini sudah lebih dari 20 tahun pemerintah
menetapkan kebijakan satu anak yang keras sekali.
Kini penduduk ada sekitar 1,3 miliar, tanpa kebijakan satu anak
mestinya sudah 1,7 miliar, jadi lumayan menghemat sekitar
400 juta jiwa - suatu jumlah yang tidak kecil ( dua kali jumlah
penduduk Indonesia !).
Nilai tambahnya antara lain keluarga bisa memfokuskan biaya
untuk anak tunggalnya sehingga mendapat cukup makanan,
pendidikan dan kesehatan yang baik.
Bagi negara, mendapat penduduk yang berkwalitas tinggi.

Karena ada kecaman melanggar HAM maka DPR membuat
UU yang memperbolehkan satu keluarga kini punya dua anak.
Tapi ada tapinya, yaitu boleh kalau pasangan pengantin itu
mempunyai orang tua yang merupakan anak tunggal.
Jadi pasangan2 yang sekarang usia menikah akan kecil
kemungkinannya boleh punya dua anak, karena orang tua
mereka biasanya punya adik/kakak.
Barulah nantinya anak dari pengantin yang sekarang2 ini
menikah akan boleh punya dua anak karena anak2nya itu
pastilah orangtuanya merupakan anak tunggal semua.

Ternyata kebijakan boleh punya dua anak ini karena ada
pertimbangan bahwa kalau masih terus diterapkan hanya
satu anak maka 30 tahun lagi jumlah orang tua mendominasi
penduduk, akibatnya produktivitas nasional turun -
negara menjadi lemah.

Dahlan Iskan juga bercerita tentang ironi jalan kereta api,
di Shanghai memang sudah beroperasi Maglev yang bisa
mencapai kecepatan 430 Km/Jam, tapi ternyata hanya
itulah yang dibuat, rencana membuat jalur Maglev antara
Shanghai - Beijing sudah dibatalkan, karena dianggap
tidak praktis, orang ribet harus menuju ke stasiun yang
malah membuang waktu karena kemacetan dll.
Sebagai gantinya dibangun jaringan jalan tol dengan
semangat gila2an, dia mencatat tahun 1987 Surabaya
sudah punya jalan tol Perak -Gempol sepanjang 42 Km,
saat itu panjang jalan tol di Tiongkok masih 0 km.
Namun tahun 2003 jalan tol di Tiongkok sudah mencapai
30.000 Km, sebaliknya jalan tol Perak-Gempol tidak
bertambah satu kilometer pun.

Dia juga melihat bahwa pembuatan jalan kereta api akan
membuat tanah yang dilaluinya menjadi tidak flexible,
harga tanah menjadi jatuh, berbeda dengan pembuatan
jalan tol yang selalu membuat harga tanah menjadi naik.
Maka dia berfikir, daripada PJKA merugi terus pada jalur
Jakarta - Surabaya, mengapa tidak jalurnya dialihkan
saja menjadi jalan tol, dia yakin jutaan petani sepanjang
jalan tol baru itu akan menjadi kaya.

Dahlan Iskan juga bercerita tentang kebingungan saat
mau ikut Salat Id di Harbin, seperti kebiasaan di tanah
air pagi2 dia sudah sampai di mesjid yang anehnya
masih sepi2 saja - rupanya mulainya jam 9.
Dia bingung lagi karena melihat orang masuk Mesjid
tanpa melepas sepatu, rupanya dilepas didekat tepi
karpet tempat sembahyang.

Buku seharga 32.500,- ini masih cetakan pertama yang
baru diluncurkan April 2008, rasanya tidak diragukan
nantinya akan bisa menyusul prestasi "kakaknya " -
buku Ganti Hati yang sejak diluncurkan tahun 2007,
dalam enam bulan sudah enam kali cetak ulang,
dengan jumlah peredaran lebih dari 150.000 eksemplar.
Ganti Hati juga sudah diterbitkan dalam bahasa Inggris
dan bahasa Mandarin.

Belum tertarik juga membaca buku-buku hebat ini ?
Ah masa sih ?


Perjalanan Nuke dan Wimpie - Susur Pantai Ujung Kulon 2001.




Ini catatan perjalanan Nuke ke Ujung Kulon tahun 2001.


PERJALANAN SUSUR PANTAI UJUNG KULON
13-20 AGUSTUS 2001

Saya dan Wimpie beserta teman-teman satu kelompok perjalanan
(3 perempuan & 3 laki-laki) melakukan perjalanan susur pantai
sebagai salah satu syarat untuk menjadi anggota tetap organisasi
pecinta alam di FK UNPAD (AMP/Atlas Medical Pioneer).

Pada perjalanan kali ini, saya dan Wimpie berlaku sebagai mentor
perjalanan yang bertugas mengawasi dan bertanggung jawab
terhadap keselamatan regu selama perjalanan berlangsung.

Persiapan-persiapan yang diperlukan untuk perjalanan ini antara
lain mengurus perijinan ke Polda Bandung, surat keterangan dari
organisasi, carrier, persiapan bahan makanan selama 3 hari +
2 hari untuk cadangan, alat2 masak (misting, kompor parafin,
kompor spiritus), bahan bakar untuk memasak (parafin & spiritus),
pakaian lapangan & tidur + cadangan, sendal gunung, sepatu kets,
kamera (untuk dokumentasi), dan lain-lain sehingga kurang lebih
beban yang harus dibawa :
15 kg untuk perempuan dan 20 kg untuk laki-lakinya.

H1 (13 Agustus 2001)
Persiapan berangkat (packing dll), jam 00.30 ke terminal
Leuwipanjang Bandung, lalu naik bus ekonomi Garuda Pribumi
(kami sengaja naik bus pada jam tersebut agar dapat sampai
di desa Taman Jaya pada sore hari).

H2 (14 Agustus 2001)
Perjalanan menuju Serang (melewati jalur Puncak/Cipanas),
sampai di Serang jam 06.00 pagi.
Makan pagi di terminal Serang (sempat kesal juga karena
harga makanan terlalu mahal karena dikenai tarif turis!).
Naik bus ke Labuan sampai pukul 09.30, lanjut naik Elf menuju
desa Taman Jaya pukul 10.30 pagi.

Ada sepasang turis dari Swiss (Pierre & Virginie) yang ternyata
punya tujuan yang sama dengan kami sehingga akhirnya grup
kami menjadi 10 orang.
Perjalanan dari Labuan sampai Taman Jaya selama 4 jam
(akibat Elf sering menaik turunkan penumpang dan kondisi
jalan dari Sumur sampaiTaman Jaya rusak).
Sampai di Taman Jaya pk. 14.30 siang,
langsung disambut oleh petugas wana wisata di desa tsb
(dia bertindak sebagai guide kami di desa itu, sekaligus
menawarkan tempat menginap).
Kami mengurus perijinan di rumah sekretaris desa untuk
melakukan penelitian kesehatan mengenai sanitasi air di
desa Taman Jaya, kemudian kami menuju tempat menginap
(sebuah cottage sederhana yang cukup nyaman bagi kami).

Setelah membereskan barang-barang, saya dan Wimpie
mengurus ijin masuk ke PHPA Ujung Kulon sedangkan yang
lain melakukan penelitian.
Petugas PHPA mengharuskan kami membawa guide selama
perjalanan, tetapi kami terpaksa menolak karena sebenarnya
kami tidak boleh membawa guide selama perjalanan).
Setelah berdiskusi panjang lebar, akhirnya kami diijinkan
tidak usah membawa guide.
Setelah mandi dan makan malam lesehan, kami tidur ditemani
nyamuk2 pantai yang gigitannya lumayan bikin gatel2 badan.
Saya dan anak laki-laki tidur di lantai ruang tengah.

H3 (15 Agustus 2001)
makan pagi, packing ulang, meneruskan penelitian, makan siang,
menunggu perahu yang akan mengantar kami ke pulau Peucang.
Ternyata perahu yang dicarikan oleh petugas wana wisata tidak
ada yang mau menunggu di pulau Peucang keesokan harinya
untuk menyeberangkan kami ke muara s. Cidaun,
sehingga akhirnya kami harus menunggu perahu jaga wana
yang mau mengantar kami besoknya.
Kami membereskan biaya administrasi selama menginap, lalu
kami pindah ke cottage yang lebih murah tapi letaknya tepat
di pinggir pantai.
Turis dari Swiss memilih tidur di tenda yang mereka sewa dari
wana wisata.

H4 (16 Agustus 2001)
Setelah makan pagi, mandi dan packing, kami naik perahu
jagawana menuju pulau Peucang pk. 08.00 pagi.
Di tengah perjalanan, perahu sempat berlabuh di pulau
Handeuleum untuk mengambil bahan bakar.
Di perahu itu ada perapian untuk memasak dan kami sempat
menikmati ikan bakar yang sungguh nikmat karena ikannya
segar dan dagingnya juga enak.
Sebelum sampai di P. Peucang, salah seorang petugas
mendapat ikan cucut hasil pancingan di perahu tersebut.
Kami cukup dibuat kaget karena ikannya mengamuk di atas
perahu sebelum akhirnya mati.

Kami tiba di P. Peucang pk. 12.00 siang, ke kantor jagawana
untuk melapor, lalu melanjutkan perjalanan ke Cidaun.
Pantai di P. Peucang cukup bagus untuk berenang karena
ombaknya tenang dan lautnya dangkal, dengan pasir putih dan
pemandangan yang indah.
Sayang kami tidak sempat menikmati keindahan pantai pulau
Peucang lebih lama karena kami harus melanjutkan perjalanan.
Perahu tidak dapat merapat ke pantai karena pantainya terlalu
dangkal, sehingga akhirnya kami harus nyebur ke laut yang
dalamnya sepinggang sambil mengangkat carrier di atas
kepala sejauh 20 meter.


Kami mencari tempat untuk makan siang di pinggir sungai,
dan di tengah jalan kami melewati padang rumput yang
merupakan habitat banteng.
Setelah cukup puas melihat banteng dan berfoto, kami
memasak dan makan siang sampai dengan jam 14.30.
Kami melanjutkan perjalanan melalui jalan setapak ditengah
hutan menuju titik bivoac kami di muara S. Cibunar.
Jalur ini merupakan jalan tembus dari pantai utara (Cidaun)
ke pantai selatan (Cibunar).

Setelah berjalan naik turun bukit selama 2,5 jam sejauh 8 km,
akhirnya sampai juga di pantai selatan yang pemandangannya
cukup membuat kami terbengong-bengong karena ombak
yang begitu besarnya sehingga pantai yang kami temui
berupa tebing karang yang sangat curam.
Kami menuju pos PHPA di muara sungai Cibunar.
Setibanya di sana,kami bermalam di dalam pos bersama
petugas yang sedang berjaga di sana.
Karena sumber air tawar yang ada hanya sungai, akhirnya
kami memutuskan mandi dan mengambil air di sungai sambil
tetap berjaga-jaga terhadap bahaya serangan buaya.
(dengar2 buaya cukup banyak di Ujung Kulon!).

H5 (17 Agustus 2001)

Pada pagi hari, kami mengalami sedikit masalah mengenai
sumber air sebab air sungai di daerah muara menjadi sedikit
payau akibat air laut yang sedang pasang sehingga kami
harus mengambil air lebih ke dalam atau bisa juga dari
anak sungainya.
Kami terkejut ketika melihat pasir di muara sungai yang
berubah warna menjadi hijau muda dan setelah kami
melihat lebih dekat, ternyata warna hijau tsb adalah
kumpulan jutaan anak kepiting yang keluar dari dalam
pasir menuju air laut!

Kami berangkat menuju titik perberhentian kami berikutnya ke
arah timur jam 10 pagi.
Pada awalnya, medan pantai yang kami lalui berupa tebing
karang setinggi 20 meter-an, sambil sekali-kali wajah kami
sedikit basah oleh angin yang bercampur air laut dari pecahan
ombak yang begitu kencangnya!
Di tengah jalan, kami bertemu kelompok peziarah yang sedang
beristirahat.
Mereka berkata hari ini angin bertiup begitu kencang, tidak
seperti biasanya.
Kemungkinan disebabkan karena hari ini kebetulan adalah
hari kemerdekaan Indonesia yang jatuhnya pas Jumat Kliwon.

Setelah bertemu muara sungai berikutnya, barulah medan
yang kami lalui berubah menjadi medan pasir yang sangat
luas sehingga kami seperti berjalan di gurun pasir.
Kami mengalami hambatan2 yang cukup berat akibat angin
yang sangat kencang dan bertiup berlawanan arah dengan
arah kami berjalan.
Selain itu, daerah pasir yang mudah diinjak adalah di sekitar
garis pantai, yaitu batas antara air dengan pasir sehingga
kami harus super hati-hati terhadap ombak yang sering
tidak bisa diduga, sewaktu-waktu bisa menyambar kami!

Setelah berjalan kurang lebih 10 km, kami sampai di muara
sungai Cikeusik pk. 13.00.
Kami bertemu dengan Alan Compos,seorang pembuat film
dokumenter yang sedang membuat film tentang badak cula
satu yang habitatnya di sekitar s. Cikeusik.

Kami sulit sekali memasak untuk makan siang akibat angin
yang sangat kencang bercampur dengan pasir yang
mengotori makanan dan alat masak kami.
Kami berjalan lagi sejauh 10 km menuju muara sungai
Cibandowoh selama 2,5 jam saja.
Kami berjalan sangat cepat untuk keadaan medan seperti itu,
mungkin karena kami sangat bersemangat untuk menyamai
kecepatan kedua turis Swiss yang berjalan cepat sekali.
Kami harus memeras tenaga kami karena satu langkah kaki
mereka adalah 3 langkah kaki kami!

Kami akhirnya sampai di shelter s. Cibandowoh jam 5 sore.
Disana kami bertemu dengan bapak tua yang ternyata adalah
porter Alan Compos yang mau kembali ke Taman Jaya,
tapi tidak bisa meneruskan perjalanan akibat sakit.
Kami membuat camp dan mencari sumber air tawar, dan
ternyata satu-satunya sumber air adalah sebuah kubangan air
yang kondisinya sangat diragukan kebersihannya, karena
airnya sedikit dan terlihat kotor, selain itu ada ikan-ikan yang
berenang di dalam kubangan air itu.
Kami tidak bisa menggunakan air itu untuk minum, sehingga
persediaan air minum kami menipis sekali.
Untung Pierre membawa neutralizer sehingga kami bisa
membuat minuman hangat seadanya.
Kami tidak bisa mandi, sehingga badan yg kotor oleh pasir
dan keringat hanya dibersihkan dgn tissue basah saja.

H6 (18 Agustus 2001)
Pierre dan Virginie memutuskan untuk mendahului kami ke
Taman Jaya karena mereka berencana mau ke Bali, sehingga
kami harus berpisah hari ini.
Kami berencana membawa bapak yang sakit ke pos berikutnya,
tapi bapak itu menolak dan menitip pesan kepada kami agar
meminta anaknya di Taman Jaya untuk menjemput dia di shelter.
Kami menyuntik dextrose iv agar bapak tersebut tidak terkena
hipoglikemi akibat tidak makan selama berhari-hari.
Selain itu kami membekali dia makanan dan minuman
seadanya karena persediaan kami pun terbatas.

Kami meneruskan perjalanan ke pos Karang Randjang
selama 2 jam, di sana kami menemukan sumur yang airnya
cukup banyak.
Kami mengisi cukup air untuk diminum selama perjalanan
sampai pos berikutnya.
Kami makan pagi dan siang sekaligus di sana.
Sayangnya tidak ada orang yang menjaga pos tersebut
sehingga kami tidak bisa meminta bantuan untuk menolong
bapak yang sakit tersebut.

Kami meneruskan perjalanan menembus hutan sejauh 2 km
yang merupakan jalan tembus dari pantai selatan ke pantai utara.
Setelah berjalan selama 0,5 jam, kami sampai di tepi pantai
yang keadaannya sangat berbeda dengan pantai selatan,
dimana ombak begitu tenangnya sehingga pantainya berupa
rawa yang tergenang.
Kami tidak bisa jalan di pantai, sehingga harus berjalan di
jalan setapak melipir pantai. setelah berjalan sejauh 2 km,
rawa berganti menjadi pasir putih sehingga kami bisa berjalan
di pantai lagi.
Di tengah jalan kami bertemu kelompok besar kerbau yang
sedang berjemur di pantai.
Kami menebak-nebak bagaimana kerbau tsb bisa mencapai
pantai tsb karena tidak ada penduduk di sana.

Kami sampai di Tanjung Lame yang merupakan pusat kegiatan
Konservasi Badak Ujung Kulon jam 15.00, dan beristirahat
di sana sambil melapor kepada petugas.
Kami bersantai sambil memakan kelapa yang dipetik dari pohon
kelapa di sana (Wimpie yang memanjat menggunakan webbing!).
Setelah itu kami meneruskan perjalanan ke Taman Jaya.

Pemandangan di tepi pantai sangat indah dan kami dapat
menikmati sunset di sepanjang jalan.
Di tengah jalan, kami bertemu muara sungai yang cukup dalam
sehingga kami tidak bisa menyeberang dengan berjalan kaki.
Untung saja ada sampan penduduk yang kebetulan lewat dan
mau menyeberangkan kami walaupun harus bolak balik
sebanyak 4 kali.
Kami akhirnya sampai kembali di Taman Jaya pukul 6 sore
dan langsung membuat camp di dekat cottage tempat kami
menginap waktu itu.
Kami lega sekali karena dapat kembali ke desa dan beristirahat
serta mandi dengan tenang.
Sayangnya ketenangan kami diganggu oleh peringatan dari
pemilik cottage yang memperingatkan kami agar berhati-hati
terhadap barang-barang kami karena sering terjadi pencurian.
Memang ternyata tempat kami berbivoac sekarang dipakai
untuk menjaga udang hasil tangkapan nelayan setempat
pada malam hari.

H7 (19 Agustus 2001)
Pagi harinya kami sadar kalau beberapa barang kami yang
kami jemur hilang. Untungnya tidak ada barang yang berharga.
Setelah melapor ke petugas Jagawana di sana, kami
meneruskan perjalanan kembali ke titik akhir perjalanan yaitu
di muara sungai Ciawipaeh.
Kali ini medan yang kami lalui tidak begitu berat karena dekat
dengan penduduk dan jalan raya.
Tantangan yang kami hadapi hari ini adalah panas teriknya
matahari yang cukup membuat lelah dan lemas serta
membuat muka kami seperti kepiting rebus.
Sebelum makan siang, kami ditraktir makan kelapa oleh
penduduk setempat yang lagi memetik kelapa menggunakan
galah panjang
(lebih modern dari cara kami yang memanjat langsung!)
Setelah kekenyangan makan kelapa, kami makan siang di
rumah penduduk dekat pantai pk 12.30.
Kami meneruskan perjalanan ke titik akhir, dan melewati
pantai dan laut yang sangat indah.
Ingin sekali kami berenang di laut yang jernih dan dangkal
yang kami lewati, tapi kami memutuskan untuk meneruskan
perjalanan karenatuntutan rencana operasi yang bisa tertunda.

Tetapi kemudian kami melewati kolam renang di pinggir pantai
milik resort Ciputih.
Kebetulan mbak yang menjaga kolam tsb mengijinkan kami
berenang di kolam tsb sehingga akhirnya kami tidak tahan
untuk tidak berenang di sana.
Karena tidak membawa pakaian renang, kami akhirnya
berenang menggunakan pakaian lengkap!
Setelah berenang selama 15 menit saja, kami harus
meneruskan perjalanan kembali ke titik akhir karena waktu
sudah pukul 5 sore.
Kami sampai di titik akhir pk 6 sore dan langsung menuju
ke desa Ciawi tempat pool elf yang akan kami tumpangi
keesokan harinya menuju Labuan kembali.
Kami menginap di pesantren depan pool elf.
Tempat mandi di sana berupa sumur yang hanya dibatasi
oleh tembok yang tingginya hanya 0,5 meter saja.
Ketika kami tidur, angin bertiup sangat kencang di atas
atap sehingga kami merasa seperti ada di pinggir pantai
yang sedang terkena badai.
Anehnya sendal2 kami diluar tidak terkena angin tsb.

H8 (20 Agustus 2001)
Kami naik elf pk. 6 pagi menuju Labuan dan makan pagi
disana, setelah itu naik bus ekonomi ke Serang dan
akhirnya bus AC yang kami tunggu2 datang dan kami
duduk dengan tenang menuju Tangerang.
Disana saya turun di pool dijemput papi sedangkan teman2
yang lain kembali ke Bandung.

Saturday, July 19, 2008

Tebak gambar yang unik-unik.


persiapan parasailing di Bali

Bali - Kami Kembali
http://smulya.multiply.com/photos/album/95

coba tebak dulu yah,
jawabannya bisa dilihat di Description masing2 gambar,
silahkan klik masing2 gambarnya.

Friday, July 18, 2008

Kompas edisi epaper

http://epaper.kompas.com/

Grup Jalan-Jalan Keliling Dunia

http://jalanjalan.multiply.com/
Welcome Jan 20, 2006
This group is for fellow indonesians all over the world, but other nationalities are welcome as well.

Mo kunjungi tempat baru ? Perlu informasi ? Di sini temanz bisa sharing dapatkan info & pengalaman tamasya keliling dunia , sharing & ngeliat foto tempat2 cantik dan.... nambah teman baru, kalo mau :). Info umumnya dalam bahasa Indonesia.

Photo & cerita yg ditampilkan di halaman depan utk non member hanya sebagian kecil dari photo dan cerita yang ada. Penasaran ? Silakan bergabung !

Agustinus Wibowo - petualang sejati.

http://avgustin.net/profile.php

http://www.kompas.com/travel/petualang

My name is Agustinus Wibowo, 25 years old male from Indonesia, and proudly holding the green passport of the Republic of Indonesia. I love traveling and just started learning photography, thus I need much improvement to produce better pictures. And I am still learning.

At this moment, I am in the middle of my traveling around the world. It was started on July 31, 2005 from the Beijing Railway Station (China), this overland journey took all kinds of overland methods of transport, from buses and trains, until donkeys and horses. The countries that I have passed are: China, Nepal, India, Pakistan, Afghanistan, Iran, Tajikistan, Kyrgyzstan, Kazakhstan, Uzbekistan, and Turkmenistan. At this moment I am in Afghanistan, working to gather more money to continue the next leg of the journey. The next countries I would visit are Iran, Azerbaijan, and Armenia. I am trying to update this blog often and you can review it on journey menu of this website.

Wednesday, July 16, 2008

Foto pilihan - tebakan iseng2 tidak berhadiah.




buat iseng2 - nebak foto tapi nggak berhadiah,
yang nebak akan dibalas via personal message,
supaya nggak ada yang nyontek, he3.

Tuesday, July 15, 2008

The Naked Traveler yang super Nekad.

Rating:★★★★★
Category:Books
Genre: Travel
Author:Trinity
Suatu pagi saya nonton O'Channel, presenternya Erwin Parengkuan
menampilkan seorang Backpacker perempuan bernama Trinity, dia
rupanya pengarang buku The Naked Traveler.
Samar-samar saya teringat kalau itu buku yang sempat di-banned
karena "ke-naked-annya".
Maka saya jadi menyimak, dan diakhir acara Trinity menyebut alamat
e-mailnya, saya langsung e-mail dia dan dikasih alamat blognya:
http://naked-traveler.blogspot.com

Trinity bilang kalau bukunya sudah lepas banned sejak Januari 2008,
setelah ada beberapa cerita dalam bukunya yang di-cut.
"Promosi" gratis dan heboh itu rupanya mendongkrak penjualan,
dalam bukunya saya baca tertera kalau itu cetakan ke lima,
diterbitkan pertama kali Juni 2007.

Di bagian bawah cover depan buku yang berwarna biru - sederhana
tapi eye catching, ada tulisan:
"memikat. Ada kejujuran dalam mengungkapkan apa yang dirasakan,
tidak hanya yang dilihat " - Bondan Winarno, ketua milis wisata boga
Jalansutra, pembawa acara Wisata Kuliner Trans TV.

Saya tanya lagi ke Trinity, apakah dia anggota milis Jalansutra
karena kenal dengan pak Bondan, dijawab :
Sebenernya saya juga nggak kenal pak Bondan secara langsung.
Waktu blog saya mau dibukuin dan saya sedang cari endorser,
saya memang niat banget supaya pak Bondan mau meng-endorse
saya, karena dia adalah penulis favorit saya.
Seandainya saya bisa ketemu langsung dengan beliau, karena
selama ini hanya hubungan via email atau chat.
Saya lihat di blog bapak, bapak kenal beliau ya ?
Salam ya dari Trinity, saya pengen banget ketemu dia :)

Membaca bukunya saya mendapati betul kalau dia bercerita
dengan gaya apa adanya, boleh dikata tanpa tedeng aling-aling.
Tentu ini membuat seru apalagi kisahnya itu sekitar kegiatan
backpacker-an yang pastilah banyak sekali suka dukanya.

Boleh dikata Trinity tidak bercerita banyak tentang obyek wisata,
hampir semua ceritanya berkisar tentang hal-hal yang dialaminya
dalam persiapan dan perjalanannya - tapi justru disitulah
kekuatan ceritanya - seru sekali. Tidak terasa dalam sehari saja
buku setebal 279 halaman yang dibandrol seharga Rp.38.500,-
itu habis terbaca.
Tulisannya pendek-pendek sehingga ada 68 buah cerita, begitu
bervariasi dan asyik sekali dibacanya sehingga terasa sayang
untuk cepat-cepat meletakkan buku itu.

Entah beberapa kali saya tergelak sendirian, antara lain saat
Trinity bercerita tentang Cabin Crew - Pramugari Singapore
Airlines saking langsing-langsing ukuran pinggangnya mungkin
hanya selebar paha saya katanya.
Terus, pramugaranyanya cakep-cakep kayak penyanyi F4,
tapi dia penasaran dengan pramugara Royal Brunai, soalnya
paling cakep pun mukenye kayak B'Jah !

Trinity juga backpacker super nekad, bukan saja siap tidur
dimanapun, termasuk tidur di kursi maupun karpet airport,
juga nekad mulai dari pinjam kartu kredit orang yang ketemu
di airport agar temannya bisa masuk ke lounge bandara,
sampai berani tidur cewek sendirian bersama empat cowok
di hostel Auckland Central Backpackers.

Puncak kenekadannya adalah maksa masuk ke hutan angker
di pulau kecil dekat Sumbawa, padahal sudah dilarang keras
oleh penduduk setempat.
Niatnya keras ingin melihat air terjun dalam hutan itu , setelah
ketemu seorang kakek berambut putih yang menyarankan
dia tetap pergi, dengan dua temannya dia memasuki hutan.
Ternyata ada mahluk hitam menghadang, sehingga mereka
lintang pukang, dan kembali sambil merasa ada orang men-
colek2 dan me-manggil2 namanya, untung mereka tidak
menoleh dan dengan ketakutan jalan terus.
Menjelang gelap mereka tiba di kampung lagi, penduduk
sudah menanti mereka dengan cemas, karena sebenarnya
tidak ada satupun penduduk berani masuk ke hutan bekas
kerajaan Mataram yang sudah tenggelam itu.

Dijelaskan pula didalam hutan penuh hantu itu kalau ada
yang menoleh saat dipanggil namanya maka dia akan diajak
masuk ke kerajaan hantu dan tidak akan kembali lagi.
Trinity bilang dia berani karena tadinya ada kakek berambut
putih yang bilang boleh kesana, pak Lurah menjawab bahwa
didesa itu tidak ada kakek-kakek, karena dia yang paling tua
disitu dan juga disitu tidak ada yang berambut panjang putih.
Lha kalau gitu kakek berambut putih tadi itu siapa- Hiiiii !!

Backpacker jagoan ini telah mengunjungi 36 negara dan
hampir seluruh propinsi di Indonesia, beberapa hari yang
lalu dia kirim email lagi :
saya lagi di olympos setelah dari cappadocia.
bagus dan aneh tempatnya. besok mau cruise naek kapal 4 hari
di mediteranean sampe ke kota fethiye/ duh bingung ngetiknya,
abis keyboard di warnet sini pake bahasa turki-=

Saturday, July 12, 2008

Pondok Kemangi : Nikmatnya terbayang berhari-hari.




Daripada bingung kalau mau cari makan enak apa diseputaran
BSD Serpong, maka paling aman nyontek Wisata Kuliner saja.
Sabtu yang lalu berdua dengan istri, kami ke Soto Betawi bang
Mamat yang pernah dikunjungi pak Bondan, tempatnya "rungsep"
sempit dan panas, tapi hebatnya selalu dijejali pembeli.
Untunglah nanti tidak perlu ber-sempit2 lagi, ada pengumuman
bang Mamat sudah buka cabang di Boulevard Gading Serpong,
lokasinya persis disebelah BII jadi mudah dicari.

Sabtu ini, kami ingin mencoba restoran lain yang juga pernah
masuk Wisata Kuliner, kali ini Restoran Pondok Kemangi yang
mempunyai semboyan : Nikmatnya terbayang berhari-hari.
Kabarnya kini menempati lokasi barunya yang parkirnya leluasa,
dilokasi lama selama ini terlihat selalu dipenuhi mobil yang bisa
membuat calon pengunjung batal mampir.

Perjalanan dari Tangerang mengarah ke Serpong siang tadi cukup
lancar, setelah melewati Villa Melati Mas kami mulai mengamati
sebrang jalan karena lokasi barunya itu disebrang jalan.
Tak lama terlihat bangunan resto itu, persis setelah showroom Isuzu
dan ternyata kami harus berputar arah cukup jauh di BSD Junction.

Saat memasuki halaman parkir yang luas, tampak sudah dipenuhi
mobil2, untunglah persis sekali ada mobil yang mundur mau keluar.
Memasuki bangunan utama resto yang ber-AC sudah diduga kalau
hampir semua meja ada orangnya, untunglah masih dapat duduk.
Sebenarnya bisa duduk di bagian belakang, disana ada hall besar
dengan atap tinggi tapi tidak ber-AC atau lesehan di deretan saung
yang letaknya lebih tinggi dari hall besar yang dikelilingi kolam itu.

Saat memilih menu, tidak mau pusing-pusing, pokoknya pilih yang
sama dengan yang pak Bondan pesan dulu yaitu Ceriping/Scallop -
kami pilih yang saus Tirem ( 23.000,-), Cumi Asin Sambal Pete -
terpaksa minus Pete karena itu musuh besar istri saya (11.000,-),
Genjer Belacan (11.000,-) dan Udang Pancet Sambal Bali (25.000,-).

Hampir 20 menit makanan baru disajikan, bisa dimaklumi agak
lama gitu karena saat itu restoran begitu penuh, saya perkirakan
ada sekitar seratus orang tamu saat itu.

Ceriping saus tirem nya, kalau pake istilah pak Bondan terasa
"kenyil2" legit enak, kata istri saya saus tiremnya istimewa, kalau
ditempat lain suka ecek-ecek encer gitu, disini begitu kental dan
sedap sekali.
Genjer Belacan-nya juga enak, hanya genjernya agak ke-tua-an.
Udang Pancet Sambal Bali juga enak, dan yang jadi juaranya adalah
Cumi Asin Sambal(minus Pete)nya - cumi asal Medan ini begitu
garing kriuk2 ditengah sambal yang sedap pedas bikin keringatan.

Karena pesanan kami serba pedas, walau tersedia begitu beraneka
sambal (sambal Cobek-Ikan-Goreng-Manado-Mangga-DabuDabu-
Padang) istri saya cuma ambil Sambal Mangga nya saja.

Istri saya bilang, porsi makanannya pas untuk ukuran kami
berdua, masakannya memang "berasa", dan suatu waktu kami
akan kembali lagi, pada malam hari dan ingin duduknya di saung
belakang yang dikelilingi kolam.
Suasana malam hari di saung yang dikelilingi kolam itu mestinya
asyik seperti suasana makan malam di Kedai Nyonya Rumah
di Jalan Naripan Bandung yang juga selalu ramai pengunjung.


Restoran Pondok Kemangi.
Jl. Raya Serpong Kav. 201.
Sektor VI No: 7. (Sebelah Isuzu)
BSD - Tangerang.
Telp: (021) 537 9226 - 537 9042.

Friday, July 11, 2008

Membuat slide show automatis di Multiply.

Berawal melihat :

http://fl4m454.multiply.com/photos/album/33/Stasiun_kereta_tangerang

Ternyata bukan saja jepretan kameranya bagus sekali, juga ada slide-
show automatis yang asyik sekali.
Saya menanyakan ke bu Caca bagaimana cara membuat slide show
automatis seperti itu, dijawab ikuti step2 dibawah ini:

1. pilih album foto yang ingin dibuat slide show automatis itu.
2. dibagian bawah gambar2 cari : Share - di klik.
3. muncul Embed Album, isinya di klik kiri lalu di klik kanan dan copy.
4. balik kembali ke album foto semula, lalu klik : Edit.
5. didalam kotak Description, pada bagian paling bawah - hasil copy tadi
    di paste disana.
6. klik Save Changes - selesai, kini lihat album foto itu - maka foto2 akan
    muncul bergantian secara otomatis.

Contoh bisa dilihat di :
http://smulya.multiply.com/photos/album/229/

Selamat mencoba, terima kasih kepada bu Caca atas informasinya.

Tuesday, July 1, 2008

The Town that Time Forgot - Takayama.




Perjalanan kami membelah pulau Honshu dari timur kebarat, berawal
dari Osaka yang terletak di pantai timur, menembus pegunungan tinggi
bersalju dari Japan Alps, untuk akhirnya tiba di kota Kanazawa yang
berada ditepi Laut Jepang.
Jumat pagi 4 April 2008 perjalanan dilanjutkan, kini start dari Kanazawa
kembali menyebrangi Japan Alps, untuk nanti akhirnya mencapai Tokyo
yang berada di pantai timur Honshu.

Dipelukan Japan Alps itu terdapat Takayama - sebuah kota tua kecil,
dengan penduduk hanya 60 ribu orang. Lokasinya yang begitu terpencil,
ditambah sepanjang winter terbenam salju tebal, menjadikannya luput
dari gelombang modernisasi yang menyapu Jepang.
Bangunan, budaya dan tradisi masa lampau masih terjaga keasliannya
sehingga saat menelusuri kota tuanya para turis akan merasa seolah
berada pada Jaman Edo (1600-1868).

Perjalanan menuju Takayama menelusuri lereng-lereng pegunungan
tinggi bersalju, tapi asyiknya tidak bikin mabuk karena boleh dikata
jalan bus kami "lurus" saja, tidak banyak ber-belok2 seperti di Puncak.
Ini karena jalan mulus itu kalau tidak melalui jalan layang maka nerobos
tunnel-tunnel yang rasanya tidak habis2nya entah berapa puluh buah.
Maka kami bisa menikmati pemandangan diluar jendela dengan santai,
melihat salju menutupi puncak dan lereng gunung sampai ke tepi jalan,
serta jurang-jurang dan sungai terisi air kehijauan - cantik sekali.

Setiba di Sannomachi, bagian paling antik dari Old Town Takayama,
kami turun dari bus, lalu berjalan kaki menelusuri jalan kecil yang
dipagari deretan rumah kayu tua tanpa halaman.
Kampung kuno itu dipenuhi rumah-rumah tua yang kini menjadi toko-
toko yang menjual barang2 tradisional atau souvenir, ada warung kopi
sampai rumah pembuat sake yang unik ditandai dengan sebuah drum
besar dari kayu cedar tergantung diatas pintu masuk.
Semua merasa senang, bisa masuk dan melihat isi rumah tradisional
Jepang yang selama ini lihatnya di film2 saja.

Sebenarnya dengan membayar 6000 Yen bisa nyantai naik Rickshaw
yang ditarik orang, keliling2 kampung selama 30 menit.
Tapi ternyata tidak ada teman kami yang mau mencobanya, maklum
saja - masa naik beca doang bayarnya sampai 600 ribu rupiah.

Kemudian kami menuju Takayama Matsumi Museum, yang berada
diluar kota Takayama, komplek Cultural Resort of Tradition ini besar
sekali, lapangan parkirnya bisa menampung 60 bus dan 1000 mobil.
Selain restoran besar, disitu ada berbagai museum seperti museum
Tea Ceremony, sampai ruang penyimpanan Yatai /Kendaraan Hias
yang menakjubkan karena dibuat dengan melubangi sebuah bukit.
Konon sengaja Yatai disimpan disitu agar awet, karena temperatur
didalam gua relatif stabil ketimbang diluar yang bisa dingin sekali.

Setelah makan siang, kami diajak melewati semacam tunnel yang
pendek saja, mengarah ke perut bukit dan sampailah kami diruang
bawah tanah yang luas dengan atapnya yang tinggi.
Disitulah disimpan berbagai kendaraan hias aneka bentuk yang
menakjubkan, dengan tinggi sekitar 10 meter, penuh ukiran warna
warni yang cantik sekali. Kendaraan beroda itu dibawa berkeliling
kota saat festival spring dan autumn, saat itu jumlah penduduk kota
bisa mendadak menjadi empat kali lipat.
Didalam ruang besar itu, juga terdapat berbagai benda unik, mulai
dari boneka2 kayu yang bisa di-gerak2an dengan menarik tali,
tambur ber-diameter 2,67 meter yang disebut The World Largest
Japanese Drum, sampai The Biggest Portable Shrine of Japan yang
cantik sekali berwarna keemasan.

Sore hari kami meninggalkan Takayama, saat didalam bus menuju
kota Matsumoto, Elly - local guide kami yang selalu ceria dan lucu,
cerita bahwa dua minggu lagi koridor es Tateyama akan dibuka.
Saat itu pengunjung akan bisa melewati jalan yang kiri kanannya
ada dinding salju setinggi 20 meter yang begitu spektakuler.
Sayang sekali kami tidak berkesempatan melihatnya, karena
waktunya tidak pas, kami datang ke Jepang ini tujuannya melihat
Sakura berbunga - yang sudah rontok di akhir April.

Mendadak terlihat dari dalam bus - ada monyet berjalan di salju,
Elly cerita lagi bahwa monyet disini unik, tahan dingin dan tidak
tidur (hibernasi) disaat winter.
Malah suka ikutan mandi di Onsen pria (kolam air panas alami -
kalau mandi disitu harus bugil) yang banyak terdapat disitu.

Cuma monyetnya jadi pada heran kata Elly lagi, karena teman-
teman mandinya itu koq ekornya salah posisi - ada didepan !.