Wednesday, December 15, 2010

Alex di Majalah Tempo




Majalah Tempo
Edisi 13-19 Desember 2010 halaman 70-71.
Iklan Pazia Store.

Sunday, December 5, 2010

Warung Pengkolan - Lempah Ikan Pari ala Bangka.




Teringat artikel Kedai majalah Kontan edisi Oktober 2010,
berjudul Paduan Tiga Sensasi Rasa dalam semangkuk Ikan Pari,
Minggu pagi ini saya tilpon Warung Pengkolan itu, tapi ternyata
bukanya tidak dari siang hari, paling cepat jam 16.

Tadinya rencana makan siang dulu disitu baru melihat pembukaan
pameran fotografi teman di Cemara Gallery Menteng.
Padahal udah kebayang bakal menikmati lezatnya ikan Pari masak
Lempah yang ala Bangka yang diceritakan di Kontan itu.
Lempah Pari merupakan masakan unggulan disana katanya, ikan
pari-nya selalu pilihan dan segar, dengan bumbu gula-cabai dan
asam Jawa didapatlah tiga rasa itu.

Di Kontan itu memang diceritakan Kedai yang berdiri sejak 1997 itu
kecil saja, tidak memiliki nama, lokasinya juga persis di pengkolan.
Kalau kita menyusuri Jalan Panjang (Pejuangan) menuju Pesing,
maka setelah melewati fly-over jalan tol Tomang maka akan ketemu
perempatan yang ada traffic light, kalau belok kekiri maka kedai
itu persis di pengkolan ngadep ke tiang lampu lalu lintas.
Walau jadi disebut Warung Pengkolan, jangan harap menemukan
papan namanya.

Gagal ke Warung Pengkolan, berdua dengan istri tetap ke Menteng
dan sudah sekalian jalan pulangnya mampir ke Mall Taman Anggrek,
sempat makan Rujak Juhi Depot Betawi di Food Courtnya yang
kayaknya sih Rujak Juhi terenak se jagat raya.

Sekitar jam 16, kami berkendara pulang, saat melewati jalan Arjuna
Utara, mendadak ngeh - tidak jauh didepan adalah lokasi Warung
Pengkolan itu, dan ini kan sudah lewat jam 16.
Maka jadilah menuju kesana.

Traffic light perempatan itu mudah ditemui, tapi saat belok pelan2
kekiri sambil melototi rumah2 disisi jalan - tidak ketemu, sampai
akhirnya kami parkir dihalaman sebuah deretan ruko.
Untung tukang parkirnya mantan pegawai Warung itu, kelewat pak
katanya, jalan kaki aja deket sekali koq.

Memasuki Warung yang memang tampak sederhana tapi bersih,
belum ada tamu lain, kami dipersilahkan memilih sendiri ikannya.
Walau bisa pesan macam2 sea-food, tapi sesuai rekomendasi
Kontan kami pesan Lempah Ikan Pari, dan Ikan Pari asam pedas,
yang dibandrol sama yaitu Rp.25.000,-/porsi.

Empunya Warung langsung memasaknya didapur yang menyatu
dengan ruang makan yang tidak terlalu luas itu, rupanya kalau
Lempah itu masakan kuah, maka yang asam manis kuahnya
lebih kental ditumis.

Untuk pertama kalinya kami makan ikan Pari, terasa lembut gurih
nggak ribet karena tidak ada tulang2 halus, Lempahnya memang
sedap asem manis.

Saat disana mungkin karena masih sore tidak ada tamu lain, tapi
Kontan bilang tamunya sehari sekitar 50 orang, dan dalam sehari
bisa menghabiskan 30 kg ikan Pari.


Warung Pengkolan
Jl.Kedoya Duri Raya No: 26 Kedoya - Jakarta Barat.
Telp: 021-58301113.
Buka dari jam 16.00.

Sunday, November 28, 2010

Rumah Kayu Goen




Minggu pagi, 28 Nopember 2010 kebetulan baca Kompas dihalaman 27,
ada artikel berjudul atraktif : Makan siang di "Kandang Kebo".
Ternyata itu bangunan tua usia 100-an tahun yang merupakan salah satu
dari tujuh bangunan kayu lain di dalam komplek rumah milik Gunawan W.

Tepat didepan bangunan bekas kandang yang kini difungsikan sebagai
gubuk tempat makan, ada rumah kayu khas China Benteng.
Didalam rumah kabarnya banyak terdapat barang2 antik, dan juga terdapat
telaga kecil yang berdampingan dengan pesawahan yang menghijau.
Dihalaman juga berserakan barang2 kuno dan ada rumah kayu yang di-
jadikan gallery.

Membaca artikel yang menarik itu, berdua dengan istri setelah dari Mie 88
di Gading Serpong kami menuju ke Rumah Kayu Goen itu, nekat saja hanya
berbekal alamat Kp Cipari, Desa Panongan - Cikupa.
Sempat saya lihat di peta dan mendapat gambaran bahwa lokasinya kira-kira
diselatan Perumahan Citra Raya.

Perjalanan lancar, kami memakai jalan tol kearah Serang, exit di Bitung lalu
lewat jalan biasa menuju Cikupa, hanya 20 menit dari Lippo Karawaci sudah
tiba didepan gerbang perumahan Citra Raya.

Memasuki boulevard, kami menelusuri boulevard itu sejauh sekitar 6 kilometer,
lurus terus nyaris tidak belok2, setelah dekat Sekolah Citra Berkat yang besar,
baru belok kanan melewati Pos Polisi Polsek Panongan.

Akhirnya ketemu pertigaan jalan desa, sempat bertanya ke warga setempat,
ternyata persis di pertigaan itu ada papan nama jalan : Rumah Kayu Goen,
kami belok kekiri.
Jalan aspal kini agak sempit dan sedikit rusak, dan sekitar 1 kilometer terlihat
jalan kecil dikanan dengan gerbang/gapura.

Kami disambut penjaga dan seorang wanita yang rupanya memang siap untuk
menerima tamu yang berkunjung, pak Goenawan sendiri rupanya tinggal di
Tomang dan biasanya lewat tengah hari baru datang.

Parkir cukup luas di komplek yang rimbun pepohonan, dikanan terlihat lumbung
padi yang rupanya difungsikan untuk kamar tamu, sebuah mesin diesel kuno
warna hitam gagah menjaga halaman.

Rumah China Benteng dengan meja abu persis setelah pintu utama, dan
dibelakangnya masih ada satu ruangan lagi sebelum ruang belakang yang luas.
Didalam kamar tidur ada ranjang kuno yang masih pakai kelambu.

Disebelah rumah kuno ini ada rumah kayu lain yang isinya banyak barang antik,
rupanya jadi gallery/toko.

Kami kemudian jalan menuju kebelakang dan sampai ditepi telaga kecil yang
asri, ada getek yang bisa membawa kita menuju sebuah gubuk ditengah telaga
yang katanya dipakai untuk menenangkan diri, memang suasana mendukung
untuk tenang disitu sambil memandang hijaunya pesawahan disebelahnya.

Sayang pak Goen tidak sempat jumpa, tapi dari name-card yang diberikan
saya sempat menilponnya, dan beliau welcome bagi siapapun yang ingin
datang berkunjung, termasuk rombongan Jalansutra.

Dari pak Goen saya baru tahu kalau pak William Wongso udah duluan sampai
kesana, demo masak masakan Benteng katanya di "Kandang Kebo".

Rumah Kayu Goen
Jl. Rumah Kayu Goen
Kp Cipari - Ds Ciakar - Kec. Panongan
Tangerang - Banten
021-70302988
hp: 0812 9259 132.

Tuesday, October 19, 2010

Nyoba Bonek ke Cirebon.




Mau kondangan ke Cirebon, tadinya terfikir mau nyetir saja karena
lebih leluasa, tapi sedang banyak turun hujan sehingga akhirnya
diputuskan naik Bonek saja alias CirebonEkpres.
Kebetulan Nuke & Wimpie mau kondangan juga, mereka dari
Bandung bawa mobil jadi tetap ada kendaraan selama di Cirebon.

Sabtu siang perjalanan lancar dari Tangerang ke Gambir, jadi tiba
kepagian, tapi tidak masalah kami jadi sempat santai makan siang
dulu di HokBen di stasiun Gambir yang tampak tertib dan rapih.
Ternyata si Bonek nya datang telat sekitar 10 menit, setelah para
penumpangnya turun, barulah kami masuk kedalam gerbong Kelas
Eksekutif yang sejuk nyaman ber-AC.
Sempat serasa berada didalam pesawat, bedanya kursinya bisa
diputer arah agar penumpang bisa duduk menghadap kedepan.

Selama perjalanan guncangan tidak banyak, malah rasanya cukup
empuk beda banget dengan kereta jaman dulu yang gejrag gejreg.
Kecepatannya juga lumayan, sayangnya banyak berhenti2 sehingga
benar saja nantinya tiba di Cirebon telat hampir satu jam.

Sayangnya pula, terjadi satu hal yang memang sejak awal sudah
kami khawatirkan yaitu pelemparan batu, yang mengejutkan sekali
karena bukan saja suaranya keras juga kaca jendela penumpang
dua baris didepan bangku kami itu sampai pecah.
Untunglah batunya tidak menembus masuk, tapi sedikit serpihan
kaca sempat bertaburan kedalam.

Tiba di stasiun Cirebon yang masih dipertahankan bentuk lamanya,
di halaman stasiun banyak yang menawarkan kendaraan, baik itu
taksi maupun becak.

Selama di Cirebon kami menginap di Apita, hotel bintang tiga ini
berlantai 17 - merupakan bangunan tertinggi di kota Cirebon, lengkap
dengan kolam renang dan Grand Ballroom tempat resepsi pernikahan
yang akan kami hadiri Sabtu malam itu.
View dari jendela kamar hotel kearah gunung Ciremai cantik sekali,
selintas Ciremai mirip Mount Fuji yang berdiri sendiri tidak berupa
pegunungan, tapi Fuji bentuknya lebih perfek dan puncaknya di-
selimuti salju jadi jauh lebih menawan.

Esok paginya, datang kiriman Ketan Apun pemberian Sianna Kaur,
sayang "Walikota" Jalansutra Cirebon ini sedang berada di Solo
sehingga tidak bisa bertemu langsung.
Kiriman ketannya nggak tanggung2 sampai 40 bungkus, tapi Sianna
via bbm wanti2 bilang bahwa belum ke Cirebon kalau belum menikmati
Ketan Apun ini.

Kami sempat ke Trusmi, awalnya saya kira Trusmi itu nama toko batik,
rupanya itu nama kawasan dimana disitu memang sentra toko batik,
yang uniknya mengharuskan pengunjung lepas alas kaki kalau masuk.

Sempat nyobain Tahu Gejrot, dan juga Empal Gentong Darma yang
legendaris tapi bikin deg2an karena banyak lemaknya, cuma sayang
warung Nasi Jamblang yang di rekomen bukanya jam 16 sedangkan
si Bonek yang membawa kami balik ke Jakarta "take-off"jam 15.

Yohan Handoyo sempat heran, dia bbm : "kereta koq take-off ?"
saya bilang "Sssttt, biar kedengeran keren atuh"

Telat sekitar 30 menit kami tiba di Gambir, dan dengan termehek-
mehek saya nenteng koper, box isi puluhan bungkus Ketan Apun
ditambah lagi kantong plastik isi Mangga Gedong Gincu.
Setelah nge-drop sebagian Ketan Apun di Kopitiam Oey Sabang,
barulah kami meluncur pulang ke Tangerang.

Bingung tagihan Matrix bengkak, ternyata.......... :((



Seperti biasa saya akan membayar biaya pemakaian Matrix
pakai klik BCA,  begitu lihat lha koq bengkak tagihannya !.

Memang bulan lalu HP saya bawa keluar negeri, tapi
rasanya nggak punya salah, yaitu BB dimati-in dan
nggak sekalipun dipakai nilpon, koq biayanya gede gini.

Tadi saya datangi gerai Satelindo, si mbak customer
dengan ramah dan sabar setelah ketak ketik komputer,
bilang bapak ada pemakaian international roaming yaitu
se-besar  561.780,- 

Apa-an tuh mbak ??
Ya, bapak tercatat beberapa kali menilpon.
(Haaaah, sakit kepala deh, apa iya gue lupa nilpon2 ?)
Bisa tolong kemana aja tuh mbak?

Ada tujuh kali nilpon pak !
(Astaga, boro2 tujuh - sekalipun aye kagak inget nilpon kemane)

Coba sebut nomernya mbak, trus saya tilpon nomer itu,
ternyata itu nomer pak Vincent, teman tur ke Belitung
yang udah sekian tahun nggak kontak.
(Busyet deh, ada urusan apa gue nilpon die?)

Yang atunya lagi mbak ?
Ternyata itu restoran Pagar Alam !, lha urusan apa jauh2
dari China nilpon ke restoran itu ?

Ternyata nilpon ke Vincent terjadi berturutan selang sekian
waktu dan pada hari yang sama, begitu pula ke restoran
Pagar Alam pada hari lain dan beberapa kali berturutan pula.

Nah saya test dah, pencet huruf V di handphone - ternyata
memang muncul nama Vincent, begitu pula saat pencet
hurup P muncullah si Pagar Alam Restoran.

Waaaah, jelas dah duduk perkaranya - jadi HP yang saya
selalu taruh dikantong celana itu keteken huruf itu dan nggak
sengaja kemudian keteken pula tombol send nya

Lemess dah, ya udah salah sendiri, mau diapain.

OK dah mbak, apakah ada keringanan kalau kejadian kayak gini ? 
Nggak bisa pak, karena semua sudah tercatat.

Yaah sudah, nasib deh.
Sampai rumah langsung buka klik BCA dan beresin tagihan.

Kenapa bisa kejadian kayak gitu ya ?
atau ada yang pernah mengalami hal yang sama ?
Ada saran/kiat untuk tidak terjadi kejadian itu lagi.?

Monday, September 27, 2010

XinJiang - a fabolous place to visit, part 1 - menuju Beijing.




Sekian lama tidak ke China (terakhir 2005), dan mendengar bahwa kini
sudah banyak kemajuan disana, istri saya kutak-katik rute lagi, selama
ini memang selalu dia yang merancang rute perjalanan kami.

Pilihannya, apakah ke China bagian timur yang serba maju misal nonton
Shanghai Expo, atau sebaliknya masuk daerah pelosok yang unik/eksotis.
Mendengar antrian masuk Expo yang bisa dua jam, tentu mending ambil
pilihan yang kedua, apalagi ada kabar bahwa kini sudah terbuka wisata
masuk sampai pedalaman XinJiang, propinsi China yang paling barat.
Dalam satu brosur wisata XinJiang, ada tulisan :
XinJiang - a fabolous place to visit, membuat makin mantap niat kesana.

Sebetulnya tahun 1999 kami pernah ke Xinjiang ini, tapi hanya ke Urumqi
(baca wu-lu-mu-qi) - kota terbesar di bagian barat Tiongkok ini terdaftar
dalam Guinness Book of Records sebagai kota terjauh dari laut, sekitar
2.648 km dari garis pantai terdekat, dan ke kota Turpan (baca tu-lu-fan).

Waktu itu kami terkesan sekali dengan ke-eksotisan wilayah Turpan, di
wilayah tepian gurun yang sekitar 150 meter dibawah permukaan laut itu
suhu udara bisa diatas 40 derajat, malah di satu pegunungan saat suhu
mencapai 70 derajat C, lerengnya tampak membara sehingga dijuluki
Flaming Mountain !
Tapi kotanya bisa begitu hijau dengan perkebunan anggur yang luas sekali.
Rupanya sistim irigasi kuno bawah-tanah yang disebut Karez, yang konon
jaringannya sampai 5,000 km sehingga dijuluki "The Underground Great Wall"
bisa mengubah tanah gurun menjadi lahan yang sangat subur.

Propinsi XinJiang (=SinKiang) luas sekali, kira-kira setara Iran/West Europe,
seperenam wilayah Tiongkok ada disana, dan berbatasan dengan begitu
banyak negara : Russia, Mongolia, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Tajikistan,
Afghanistan, Pakistan dan India.

Wilayah ini seakan dibelah dua oleh pegunungan TianShan yang membujur
barat-timur, kalau diutaranya terdapat Gorbantongut Desert, maka diselatan
terdapat Taklimakan Desert yang luas sekali dan ganas.
Inilah wilayah tempat lewatnya Silk Road - rute perdagangan kuno yang
membentang dari kota Xian di Tiongkok tengah sampai ke Mediterrania.

Untuk kali ini kami pilih mengunjungi bagian utara XinJiang, dengan rute
mengelilingi tepian Gorbantongut Desert dalam arah counter clockwise,
disitu sudah dekat-dekat dengan border Mongolia-Russia-Kazakhstan.
Diwilayah tepi gurun - pegunungan tinggi berselimutkan salju abadi inilah
banyak scenic spot yang unik dan cantik.

Karena ada teman yang ingin sekalian mengunjungi kota YinChuan di
propinsi Xining dan juga naik bullet train pulang pergi dari Beijing ke kota
TianJin, maka total perjalanan molor menjadi dua minggu.

Tapi ada satu hal yang mengganjal, seperti diketahui 5 Juli tahun lalu
terjadi kerusuhan etnis di dalam kota Urumqi yang cukup hebat dengan
korban jiwa sampai 200 orang, yang luka 1500 orang (versi pemerintah,
konon angkanya jauh diatas itu).

Untunglah berkat bantuan Agustinus Wibowo (anggota Jalansutra yang
tinggal di Beijing), bisa kontak e-mail dengan LamLi, cewek backpacker
Malaysia sobatnya Agustinus ini kebetulan sedang berada di Turpan.
Info dari LamLi sangat melegakan, sudah aman katanya hanya suhu
udara di Turpan sedang mencapai 40 der C.

Kamis pagi 9 September 2010, tepat waktu kami sudah masuk pesawat
China Southern yang akan membawa kami dari Jakarta ke GuangZhou,
nantinya lanjut terbang lagi ke Beijing.
Tapi duduk sekian lama sampai lewat 40 menit dari jam take-off , koq
pesawat masih nongkrong saja, wah bisa berabe nih karena transit time
di GuangZhou cuma 2 jam.
Persoalannya nantinya di GuangZhou itu, selain kami harus antri imigrasi,
juga harus ambil bagasi dan geret ke airport domestik untuk check-in lagi.
Boarding pass tujuan Beijing sih sudah pegang tapi cilakanya bagasi nggak
otomatis pindah pesawat, tapi harus diambil dan di check-in kan lagi gitu.
Kami semua ngedumel, koq aneh-aneh saja, soalnya kan sama-sama
China Southern kenapa mesti pindahin sendiri koper gitu, apalagi airport
GuangZhou kan gede banget - bakalan ribet nih.

Benar saja, jam 16 kami baru mendarat padahal take-off ke Beijing jam 17.
Turun pesawat masih aja ada hambatan - ada nenek2 tua yang jalan harus
dipapah menghalangi arus penumpang dibelakangnya, terpaksa kami
ikut jalan beringsut, apalagi turun tangga karena tidak pakai aerobridge.

Setelah lari-lari sana sini, akhirnya bagasi beres, dan kini mencari gate
keberangkatan, alamak ternyata diujung dunia, sempat rombongan kami
yang 28 orang dinaikkan mobil listrik, tentu lega sekali karena bisa cepat
dan tidak capai lari-lari.
Tidak lama kami sudah diturunkan si pengemudi, kirain sudah sampai,
setelah tanya-tanya, astaga lokasi tujuan bukan disitu, lari-lari lagi jauh
banget - kayaknya nyebrangi lapangan Monas masih lebih deket.

Setiba di gate keberangkatan pas banget jam 17, lega sekali karena
terlihat calon penumpang masih nunggu - ternyata penerbangan delay.
Pesawat B 777 China Southern itu malah jam 18.10 baru lepas landas.
Penerbangan sejauh 1200 miles itu ditempuh 2 jam 15 menit, dan sekitar
jam 20.30 pesawat landing di Beijing dalam suhu 22 derajat.

Segera menilpon Agustinus Wibowo, kami memang janjian dinner bareng
disebuah restoran didalam kota Beijing bersama pasangan JSer Henry
dan XTin yang kebetulan berada di Beijing.
Tapi sampai semua selesai makan, mereka bertiga barulah tiba, rupanya
lokasi mereka terlalu jauh dan sempat kesulitan cari lokasi restoran itu.

Akhirnya kami ngobrol didalam bus saja dalam perjalanan menuju hotel,
Agus sempat diminta bercerita pakai mikropon tentang petualangannya
di Afganistan, dan rencana penerbitan buku keduanya akhir tahun ini.

Sayang sekali esoknya Agus ada janji dan pasangan Henry + Xtin mau
siap2 packing perjalanan ke JiuZhaiGuo, maka di lobby hotel setelah
"trafficking" pesanan Agus yaitu Bumbu Pecel ditambah Arem-arem,
menjelang tengah malam pertemuan super singkat itu usai.

Bersambung :
Nyoba Bullet-train Beijing - TianJin pp.

Monday, August 23, 2010

Simfoni Untuk Bangsa.




Minggu sore, 22 Agustus 2010, sekitar jam 15.30 bertiga dengan
istri dan Lanny adik saya, kami tiba di Aula Simfonia - Kemayoran
Jakarta, untuk nonton pagelaran musik Simfoni Untuk Bangsa.
Konser musik ini kolaborasi Jakarta Chamber Orchestra (JCO)
dengan Batavia Madrigal Singers (BMS) - dimana Nuke bergabung.

Conductor-nya Avip Priatna, yang setelah menyelesaikan studi di
Tehnik Arsitektur Universitas Parahyangan Bandung, melanjutkan
ke University of Music and Performing Art di Wina dimana ia belajar
choir conducting dan orchestral conducting.
Kini Avip menjadi konduktor dan direktur musik dari BMS dan JCO.

JCO yang didirikan tahun 2002, selain menggelar karya2 simfonik
juga kerap membawakan karya2 vokal simfoni bersama BMS yang
merupakan salah satu ensembel vokal terkemuka di Indonesia.
BMS beranggotakan 40 orang peserta aktif, telah mengukir prestasi2
bergengsi di dunia musik Indonesia maupun internasional.
.
Tema pagelaran yang masih dalam suasana peringatan hari ulang
tahun kemerdekaan RI adalah Simfoni Untuk Bangsa, dan kali ini
ada bintang2 tamu Inge Buniardi (pianis), Farman Purnama yang
mahasiswa seni pertunjukan vokal klasik di Utrecht Conservatory
dan Bernadeta Astari yang baru saja menyelesaikan studi tingkat
sarjana musik di Konservatorium Utrecht sebagai solis.

Kami ter-kagum2 memasuki aula Simfonia yang keren banget dan
memang dirancang untuk pagelaran musik sehingga dimanapun
kita duduk bisa mendengar suara solis dengan jelas sekali.

Konser dibuka dengan lagu kebangsaan Indonesia Raya yang
dimainkan oleh JCO, dilanjutkan satu karya Bethoven yaitu
Egmont Overture op 84, kemudian permainan piano Inge Buniardi
bersama JCO memainkan Variasi Sepasang Mata Bola.

Setelah jeda 20 menit, sampailah ke acara yang kami tunggu2,
JCO muncul lagi dan kini 40 peserta BMS yang memakai busana
warna merah berdiri rapih dibelakangnya, Nuke masuk Sopran 1.

Farman Mulyana menggugah rasa hati dengan Indonesia Jiwaku,
suara tenornya yang tanpa mikropon begitu jernih terdengar -
menghasilkan applaus panjang, begitu pula lagu Melati Suci yang
dinyanyikan Bernadeta Astari.
BMS sendiri membuat ceria dengan lagu Sinten Nunggang Sepur
yang dibawakan dengan jenaka.

Setelah lagu2 nostalgik Mande-Mande, Jembatan Merah - karya
Gesang yang konon disenandungkannya sesaat sebelum beliau
menghembuskan nafas terakhir, sampailah di persembahan puncak
konser ini, yaitu Bengawan Solo.

Lagu nostalgik ini dibawakan begitu cantiknya oleh duet Farman -
Bernadeta, diiringi BMS dan JCO, mengundang standing- ovation
pengunjung, sehingga "terpaksa" mereka nambah satu lagu lagi,
sebelum pengunjung meninggalkan aula dengan rasa puas telah
menyaksikan konser dua jam yang apik sekali itu.

BMS - September mendatang akan mengikuti kompetisi paduan
suara internasional di Arezzo Italy, kompetisi ini merupakan dari
kompetisi bergengsi : European Grand Prix for Choral Singing.

Sebelum berangkat, BMS akan mengadakan Pre Competition
Concert di Gereja Kristus Salvator, Petamburan Jakarta pada hari
Sabtu 4 September jam 19.30.

Sedangkan konser berikut di Aula Simfonia lagi adalah :
Holiday Concert " All Things Bright And Beautiful", yaitu malam
karya2 John Rutter, Minggu sore 5 Desember 2010.

Tuesday, August 10, 2010

Niatnya Outbound - nyampenya ke Curug Omas.




Sa-umur2 belum pernah ikutan Outbound, maka waktu diajak adik2 dan
keponakan2 jadi tertarik juga, mereka berangkat Jumat karena menginap
dua malam di Tania Adventure Camping Ground Maribaya Timur- Lembang.

Sayangnya baru hari Minggu pagi saya dan istri bisa kesana, tapi adik2
bilang mereka Minggu pagi itu baru akan trekking naik ke hutan pinus,
maka jadi jugalah pagi2 kami berdua berangkat dari Tangerang.

Nuke bilang gampang kesana, setelah bayar tol Pasteur, nanti akan naik
jembatan layang diatas RS Hasan Sadikin, ketemu jalan keluar pertama
langsung turun dstnya, untuk nanti masuk Jalan Djuanda.
Tapi ternyata Minggu pagi dijalan itu ada car free day, kacau dah bukan
saja jadi pusing nyari jalan juga macet banget disana sini.

Buang waktu cukup banyak, akhirnya selepas Terminal Dago, sesuai info
di turunan panjang kedua belok kekiri mengarah ke Maribaya, kini jalan
kecil hanya pas dua mobil berpapasan, jalan turun naik belok2 untungnya
aspalnya mulus.
Setelah melewati Cafe Cloud 9, sampai di perempatan dan tetap lurus
sehingga Cafe Burgundy ada dikiri jalan.

Sesaat sebelum melewati Taman Wisata Maribaya, terlihat dikanan ada
papan petunjuk Curug Omas, nah saya bilang sama istri nanti pulangnya
kita mampiri kalau cuaca baik. Memang setelah pergi ke Curug Cilember
dan berbagai curug di Gunung Salak, jadi ketagihan nyari curug2 baru.
Air Terjun bersusun tujuh - Curug Cilember.
http://smulya.multiply.com/photos/album/165
Mengunjungi sekaligus enam curug Gunung Salak.
http://smulya.multiply.com/photos/album/207/

Selepas Taman Maribaya, ada beberapa tanjakan yang kalau jalan kaki
bisa bikin nafas putus, tapi pemandangan ke jurang dan tebing disebrang
sungguh cantik. Tapi saya tidak berani berhenti untuk memotret karena
jalan sempit dan tanjakan lumayan curam.

Tidak lama sampailah kami di komplek Tania Adventure, dan benar saja
kami sudah terlambat, mereka sudah lama pergi trekking nya.

Tania Adventure baru buka Mei 2010, lokasi diatas bukit dengan lembah
cukup dalam sehingga pemandangannya cantik.
Di lembah dengan mata air dan danau kecil itu ada camping ground,
disitulah tempat diadakannya macam2 kegiatan outbound.
Setelah berkeliling sepanjang joging track menikmati udara sejuk, maka
setelah makan siang kami berdua berkendara menuju ke Curug Omas.

Di pintu masuk kami mendapat keterangan bahwa ke curug itu sekitar
satu kilometer jalan kaki, dan kalau mau bisa terus ke Gua Jepang/
Belanda sekitar 5 km lagi.
Setelah membayar tiket masuk 8000.-/orang dan parkir 10.000,- kami
berjalan menelusuri jalan setapak yang rapih beralaskan con-block.

Suasana sejuk nyaman, dikanan ada tebing dan dikiri jurang yang tidak
terlihat karena rimbun tertutup pepohonan, sepi hanya sesekali ketemu
orang yang jalan berpapasan.
Memang agak khawatir juga karena sepi sekali, tapi sudah kepalang
dan saat kelihatan petunjuk kekiri Curug Omas tentu lega sekali.

Kini jalan setapak menurun, dan mulai terdengar suara gemuruh air
terjun, berarti sudah dekat.

Tapi alamak, didepan kami kini tampak pemandangan yang sudah
pernah kami lihat yaitu jembatan Bailey warna merah diatas curug.
Itu jembatan dan air terjun yang kami lihat waktu kami menelusuri
jalan setapak dari Gua Belanda ke Maribaya beberapa tahun lalu.
http://smulya.multiply.com/journal/item/77

Rupanya Curug Omas itu air terjun yang ada di dalam Taman Wisata
Maribaya, maka jadilah kami sampai tiga kali ke air terjun yang sama,
pertama kali di tahun 1967 masuk dari pintu Taman Wisata Maribaya.

Penasaran karena sudah sampai dan ingin lihat jelas air terjun yang
bercabang tiga itu, kami mencari jalan turun sepanjang tebingnya.
Ternyata jalan kesana sudah tidak terawat karena jembatan satunya
lagi itu sudah ditutup karena rusak.
Memang jalan setapak turun itu sepertinya sudah lama tidak dilalui
orang, licin dan banyak semak, tapi pelan2 akhirnya sampailah juga
di dekat jembatan rusak, dari situ barulah bisa melihat keseluruhan
Curug Omas dari posisi yang pas - bagus sekali pemandangan ke
keseluruhan air terjun itu.

Tentu tidak berani ber-lama2 disitu karena sepi sekali dan sekeliling
terasa suasana agak seram.

Saat mendaki kembali ke pintu masuk, baru teringat kalau jalannya
tanjakan melulu dan kami sudah loyo karena tadinya banyak jalan
juga di Tania Adventure - untung saja ketemu ojeg - jadilah dengan
5000,- berojeg-ria menuju tempat me-markir mobil.

Rupanya Taman Hutan Raya Djuanda bukan saja luas sekali, juga
sampai ada 4 pintu masuknya, jadi kami sudah pernah melewati tiga
pintunya, satunya lagi dimana ya ? - penasaran juga jadinya hehe.


Tania Adventure.
Jl. Maribaya Timur Km 5 Kampung Kosambi
Desa Cibodas - Lembang.
phone : 021-45854090 dan 022-70857331-2
www.tania-adventure.com



Monday, August 9, 2010

Serba Food Express.




Jumat malam ada pasien baru di tempat saya, namanya Rahmat dan
bilang kalau pekerjaannya adalah koki.
Dia rupanya pernah bekerja di dua restoran beken didaerah Serpong,
kini di Serba Food yang berlokasi di Benton Junction Lippo Karawaci.

Persis di penyebrangan lampu merah UPH katanya dan resto baru yang
buka 24 jam ini ramainya weekday karena pengunjungnya kebanyakan
mahasiswa UPH.

Penasaran ingin tahu resto yang buka sampai pagi ini, dan Rahmat juga
bilang kondimennya pakai teh segala, maka Sabtu malam jadilah kesana.

Parkir mudah persis dibelakang Benton Junction dan kami duduk dilantai
dasar, sebenarnya bisa dilantai dua atau malah dihalaman depan.
Kebetulan Rahmat sedang bertugas, dan atas anjurannya kami pesan
Ikan Steam Serba Food, Tahu Enoki dan Sup Herbal.
Saya lihat ada menu breakfast sampai dinner, sedia dimsum juga dan
disitu No Pork dan No MSG.

Sambil menunggu makanan datang kami perhatikan interior ruangan yang
terasa nyaman itu banyak pajangan alat2 nge-teh sampai berbagai kaleng
teh dari China.

Porsi makanan rupanya kecil saja, cocok untuk kami yang memang makan
tidak banyak.
Sop Herbalnya rasanya unik, Ikan Steam perlu dicocol ke sausnya karena
masakan ini tidak banyak bumbu, dan Tahu Enoki juga tidak banyak bumbu.

Ditempat yang terasa nyaman itu tersedia hot spot, pantas kata Rahmat
kalau mahasiswa ada yang sampai jam 4 pagi nongkrong disana.

Serba Food Express
Benton Junction Unit 38 # 10
Lippo Karawaci.
T: 62-21-546 9964.

Tuesday, July 27, 2010

" Nyampe " ke puncak Mount Everest.




Mount Everest, dikenal sebagai puncak gunung tertinggi didunia kalau dihitung
dari permukaan laut, Guinness Book of Records tahun 1994 mendaftarkan
puncak Mt.Everest berada setinggi 8.863 meter dari permukaan laut.
Tapi sebenarnya tinggi Mt.Everest sendiri hanya 4.300 meter, dia bertengger
diatas Qinghai-Tibet Plateau yang mempunyai ketinggian sekitar 4000-an meter.

Jadi sebenarnya gunung sungguhan yang mempunyai rekor ketinggian dari dasar
sampai kepuncaknya adalah sebuah gunung yang berada di Mauna Kea - Hawaii.
Gunung ini menonjol 4.205 meter diatas laut dan kalau diukur dari dasarnya yang
bertumpu didasar laut maka keseluruhan tingginya adalah 10.200 meter !!

Saat kami tiba di Kathmandu itu, mendadak seorang teman mengajak untuk
melihat Mt.Everest yang memang adanya di Nepal.
Tentu tidak mungkin kami melihat dengan cara trekking, apalagi mountaineering,
satu-satunya cara adalah dengan Mountain Flight.

Sempat terjadi pembicaraan seru diantara kami, karena pesawat kecil kapasitas
20 orang itu harus di charter, berarti kalau jadi terbang maka semua orang dalam
rombongan kami tanpa kecuali harus ikut.
Sebagian teman tertarik - sebagian lagi takut/ragu dengan keamanan pesawat
terbangnya, khawatir sudah tua/kurang perawatan dll.
Memang serem juga kalau naik pesawat yang nggak jelas keamanannya, ini
kan terbang tinggi sekali mengelilingi puncak gunung tertinggi didunia.

Akhirnya kami semua sepakat untuk jadi terbang esok paginya setelah dikabari
bahwa penerbangan yang dipakai adalah Buddha Air, yang mengaku :
The Best Mountain Flights in the World.
Kami juga diberitahu bahwa ini penerbangan yang benar2 safe, kalau esok pagi
cuaca tidak kondusif karena banyak awan, maka akan di undur sekitar satu jam.
Kalau masih juga tertutup maka penerbangan dibatalkan dan uang dikembalikan.

Memasuki airport domestik Kathmandu, kami semua digeledah petugas dengan
tangan, sampai tiga kali pula, sebelum bisa naik kepesawat Beechcraft 1900 D
yang kapasitasnya 19 seats.
Pesawat dengan dua pilot dan satu pramugari itu terasa lega karena penumpang
dapat berjalan didalam kabin tanpa merunduk, setiap penumpang dapat window
seat karena sebaris cuma dua kursi.

Pesawat mengudara dengan mulus, tidak lama kami sudah berada diatas
Himalaya, dibawah terlihat hamparan begitu banyaknya puncak2 runcing yang
terasa dekat sekali dengan perut pesawat, tidak terasa kalau berada di ketinggian
diatas 8000-an meter, ditempat yang dijuluki Clouds of The Earth atau
The Location Where The Earth Meets The Sky

Kemudian pramugari mempersilahkan kami bergantian masuk cockpit, disitu
pandangan terbuka sekali dan tampaklah pemandangan yang menakjubkan.

Persis didepan jelas sekali terlihat puncak Everest/Sagarmatha (8848 meter),
dengan bentuknya yang khas, didampingi puncak Lhotse (8518 meter) .
Pesawat makin mendekat ke puncak tertinggi didunia itu, untuk kemudian
memutarinya dalam jarak yang begitu dekatnya sampai kami bisa melihat
jelas lekuk-lekuk puncaknya yang coklat kehitaman berselimut salju.
Serasa bermimpi bisa melihat puncak gunung tertinggi didunia yang begitu
tenar dari jarak begitu dekatnya, sungguh begitu jelas didepan mata.

Sempat terbayang betapa hebatnya Sir Edmund Hillary dan Sherpa Tenzing
Norgay, orang pertama yang bisa menjejakkan kaki ditempat begitu sulitnya.

Saat pesawat mendarat lagi, pilot Buddha Air membagikan sertifikat yang
bertuliskan:
I did not climb Mt Everest but touched it with my Heart.

bersambung : Dalam sehari tiga kali bulu kuduk dibuat berdiri.

Monday, July 26, 2010

Bentang Alam paling memukau diatas muka bumi.




Tepat di jantung Asia Selatan sebuah wilayah kecil seukuran pulau Jawa
terhimpit dua raksasa, China di utara dan India pada tiga sisi lainnya.

Dalam rentang lebar wilayahnya yang hanya 150 Km, permukaan bumi
disitu begitu drastis bertumbuh dari hanya 60 meter menjadi 8848 meter
dari permukaan laut.
Beda ketinggian yang begitu kontras membuat alam-nya menjadi sangat
bervariasi, mulai dari hutan tropis dimana bisa dijumpai Badak Bercula Satu
sampai hamparan pegunungan tinggi berselimutkan salju abadi.
Itulah Nepal - The Most Dramatic Landscapes on Earth !

Hanya sedikit tempat di dunia yang bisa menyamai-nya dalam menawarkan
beraneka kegiatan tingkat dunia seperti :
mountaineering, trekking, mountain biking, nature tours, cultural tours,
pilgrim tours, whitewater rafting, canyoning, kayaking-canoeing, mountain
flights, pony trekking, jungle safaris, bird-watching, fishing, paragliding,
ultralight aircraft ride, bungy jumping. Belum lagi tour interest khusus :
orchid tours, honey hunting, meditation courses.

Nepal juga mempunyai banyak keunikan, benderanya berbentuk segitiga,
beda waktu-nya aneh yaitu 1 jam 15 menit dengan WIB, dan inilah kerajaan
Hindu terakhir didunia, baru pada tanggal 28 Mei 2008 menjadi Republik.
Dunia juga tahu, suku Gurkha dan Taman Lumbini tempat kelahiran Sang
Buddha pada tahun 623 BC, serta Mt.Everest yang didaki tahun 1953 oleh
Sir Edmund Hillary & Sherpa Tenzing Norgay berada di tanah Nepal itu.

Tapi juga ada berita2 yang menciutkan nyali, seperti Gerilyawan Maoist
yang suka mencegat turis, sampai kisah tragis putra mahkota Nepal yang
membantai 10 anggota keluarga kerajaan termasuk sang Raja dan Ratu.

Sekian lama mundur maju, akhirnya setelah Dr.Gunawan Setiadi dan
ibu Maria Shresta yang menetap di Kathmandu mengatakan bahwa situasi
cukup kondusif maka jadi jugalah pergi pada tanggal 20 Juli 2009.

Setelah terbang sekitar 5 jam dari Singapore, Silk Air yang kami tumpangi
mendarat di Tribhuvan Airport, Kathmandu - ibukota Nepal yang berada di
Kathmandu Valley pada ketinggian sekitar 1350 meter.
Pesawat mendarat dengan mulus, sempat saya teringat jalan tol Jagorawi
karena rumput ditepi landasan hanya sekitar 5 meter dari ujung sayap.
Airportnya dua lantai, terkesan sudah agak tua, pengurusan visa on arrival
lambat dan mengesalkan, sticker visa ditempel ditempat yang salah pula.

Rupanya airport berada ditepi kota, karena begitu keluar kawasan airport
langsung memasuki keramaian kota dan segera pula kami terhenyak.
Kalau sebelumnya berada di Singapore yang rapih, berkilau serba modern,
kini kami menelusuri jalan panas berdebu, hiruk pikuk banyak orang yang
lalu lalang dan kendaraan yang saling serobot membunyikan klakson.
Kendaraan roda empat kebanyakan berwarna terang tidak metalik, nyaris
semua buatan India, kecil-kecil dan rata-rata sudah berumur.
Kami juga terpesona karena bangunan dikiri kanan begitu seragam berupa
ruko dua lantai keatas, dan uniknya lagi tidak ada rumah yang bernomer.

Didalam Kathmandu Valley yang ditetapkan sebagai salah satu dari empat
Unesco's World Heritage di Nepal, terdapat tujuh situs bersejarah.
Salah satunya adalah Swayambhunath Pagoda yang berada dipuncak bukit
ditepi kota Kathmandu.
Dari kuil Buddhist Tibet kuno itu, pemandangan kebawah kearah kota
Kathmandu memesona, tampak lembah luas seakan mangkuk raksasa yang
begitu disesaki bangunan, tapi tanpa ada satupun gedung pencakar langit.

Menurut legenda Kathmandu Valley ini awalnya adalah danau, sampai
Manjushri seorang murid Sang Buddha membelah bukit yang memagari
danau, maka air susut dan didasar danau itu tumbuhlah kota Kathmandu.

Saat menikmati pemandangan kebawah dari tepian pagar pagoda sambil
membayangkan legenda itu mendadak saya menyadari ada suara musik
yang terdengar begitu teduh cantik sekali, pas sekali dengan suasana
hati berada di tempat kuno itu.
Penasaran, segera saya telusuri halaman pagoda, mencari sumber suara -
ternyata suara memesona itu keluar dari speaker penjual CD kaki lima.

Saya sangat jarang membeli sesuatu dalam perjalanan, kali ini tanpa pikir
panjang saya beli CD berjudul :
Tibetan Incantations - the meditative sound of Buddhist chants.
http://smulya.multiply.com/music/item/25/

bersambung : "Nyampe" ke puncak Mount Everest.

Monday, July 19, 2010

Karena takut Taxi akhirnya di-Sambutsutra.




Berawal tanggal 9 Juli 2010 sms-an dengan Agustinus Wibowo (anggota
Jalansutra, yang pernah lama berada di Afganistan, kini menetap di Beijing).
Dia sedang berada di Surabaya, kami membicarakan rencana kedatangannya
ke Jakarta 13 Juli 2010.

Agustinus Wibowo (AW) :
Saya cmn bs dpt tiketnya tgl 13 malem.
Nyampe jkt jam 22:40. Agak serem jg.

Saya balas :
Serem kenapa ? Bandara aman koq.
Taksi juga banyak dan tidak macam2 kalau taksi resmi dari bandara.
Yang bahaya kalau taksi dipinggir jalan. Apalagi kalau BlueBird pastilah aman.

Karena saya tidak pengalaman mendarat malam di Terminal Satu Bandara
Soekarno-Hatta, saya bilang akan tanyakan ke teman2 di milis Jalansutra.
Saya beritahukan pula bahwa didalam kota Tangerang ada sekolah King's,
pemiliknya adalah pak Udaya, teman saya ini pernah bilang kalau ada
teman yang kesulitan mendapat penginapan di Tangerang bisa memakai
kamar tidur tamu didalam gedung sekolah berlantai tiga miliknya itu.
Jadi saya bilang ke Agus tidak usah khawatir setiba nanti di bandara Jakarta,
karena kalau memang kesulitan ke Jakarta bisa ke Tangerang saja menginap
dan esoknya bisa naik KA yang kebetulan stasiunnya dekat dengan King's.

Di milis Jalansutra, bukan saja banyak yang memberikan penjelasan tentang
bandara dan taxi, tapi juga banyak teman yang kirim email ke saya karena
"kebingungan" mengapa Agustinus yang "urat takut-nya udah putus" berani
masuk dan menetap di Afganistan, koq malah di Jakarta jadi ngeper gini.
(belakangan Agus cerita dia trauma dengan taxi, pernah di Jakarta malam2
gitu dipalak sopir taxi - pakai argo tapi cara ngitungnya sekian kilometer yang
tercantum di meter dikali sekian ribu rupiah, dan di Kabul dulu juga dia hampir
saja diculik sopir taxi, dia selamat setelah loncat bergulingan keluar dari taxi).
http://smulya.multiply.com/reviews/item/19

Info2 disampaikan dan dijawab :
AW:
Saya jg kuatir untuk satu hari itu nggak ada tempat menginap.
Mnrt pak sindhi mendingan mana? Saya jg bingung nih mutusinnya hehe.

Setelah berunding akhirnya diputuskan menginap di Tangerang saja.

Trus terfikir mumpung pengarang Selimut Debu ini sedang berada di Indonesia -
mengapa tidak diadakan sambutsutra saja agar banyak teman Jalansutra bisa
mengenal lebih baik anggota JS yang luar biasa berani ini.
Ternyata sambutsutra diizinkan dan disambut baik oleh moderator JS, dan
Agus juga setuju untuk diadakan Rabu siang, sebelum menuju Jakarta.
http://smulya.multiply.com/journal/item/173/

Karena hari kerja dan diadakan di Tangerang, tentu tidak banyak anggota JS
yang bisa hadir, maka dipilihlah Restoran Aloha Raja Seafood di Alamsutra.
http://smulya.multiply.com/photos/album/301/

Aloha ini selain masakannya enak ( sejak buka sekitar 6 bulan lalu saya
9 kali mampir! ) juga lokasinya mudah dijangkau dari tol Tomang-Tangerang
sehingga teman yang dari Jakarta akan bisa cepat pergi pulang ke lokasi.

Pesawat Lion Air yang ditumpangi Agus Selasa malam mendarat on-time,
tapi bagasinya lambat keluar, sehingga hampir jam 24 barulah kami tiba di
gedung King's dan disambut oleh sdr.HanHan Direktur Sekolah itu.
Kami diantarnya naik sampai ke lantai 4 dimana kamar tamu berada dan
office boy lumayan ngos2-an angkat backpack-nya Agus seberat 17 kg -
ternyata isinya buku melulu, pakaian sih katanya hanya dua stel, maklum
aja dah namanya juga backpacker tulen hehe.

Esoknya pagi jam 8 sudah saya jemput, dan kami menuju Rumah Makan
Encim Sukaria untuk menikmati Nasi Ulam, dan Dr. Hardja Priyatna SpJP
menyusul ikut bergabung.
Dokter spesialis Jantung ini nge-fans sejak baca buku Selimut Debu,
setelah puas ngobrol 2, saat berpisah menghadiahi Agus sebuah buku,
kebayang dah makin gendut backpacknya Agus.

Karena masih ada waktu saya ajak Agus ke Pasar Lama, setelah melihat
kelenteng Boen Tek Bio, kami memasuki satu rumah kuno yang belum
lama dibeli oleh pak Udaya, rumah ini akan dijadikan Museum Benteng.
Rumah yang sedang direstorasi/dikembalikan seperti aslinya tampak
begitu antik, masih ada ukiran2 batu yang kuno sekali didinding.
Pak Udaya juga sedang mengumpulkan barang2 kuno untuk mengisi
museum yang rencananya tahun depan akan dibuka untuk umum.

Agus sempat juga menikmati Otak-Otak Encim Amoy yang mestinya
tanpa pesan dulu susah dapat karena laku banget.
Tapi karena tamu jauh maka si Encim berbaik hati ngasih nyoba, eh
malah ngasih juga Aqua, dan akhirnya tidak mau dibayar otak2nya itu.
Saking senang dengan kebaikan si Encim - jadi kelupaan Opak Bakar
Karamel yang baru saja dibeli tertinggal disitu, padahal untuk dimakan
rame-rame di Aloha.

Sekitar jam 10.15 kami berangkat dari Tangerang menuju AlamSutra,
saat tiba di Aloha ternyata sudah ada tiga rekan datang awal, padahal
belum jam 11. Teman-teman terus berdatangan dan langsung pada
ngobrol seru walau banyak yang baru pertama kali ketemu.

Selain anggota Jalansutra, ada beberapa tamu yang sengaja diundang
untuk memeriahkan acara sambutsutra yaitu pak Kristanto Pranoto,
beliau ini sudah menuntaskan ambisinya mengunjungi seluruh negara
yang ada didunia, negara terakhir/ke 194 adalah Afganistan dan saat
mengunjungi Kabul itulah pak Kristanto jumpa dengan Agustinus.
Hadir pula Aris Yanto - moderator milis Indobackpacker dimana Agus
juga anggotanya, Yola dari Gramedia Publisher yang menerbitkan buku
Selimut Debu, dan juga Ebbie Ebony - pemuda yang telah mengunjungi
seluruh propinsi Indonesia untuk membuat foto dari alam dan budaya
ke 33 propinsi itu.

Sambil menunggu masakan siap, Ebbie kami minta memperlihatkan
hasil karyanya pada laptop yang dibawanya. Foto-fotonya memang
begitu memukau, sayang sekali waktu sempit sehingga tidak terlalu
banyak yang bisa diperlihatkan, padahal bagus2 sekali fotonya.
Foto2nya yang aduhai itu bisa dilihat di :
http://ebbie.multiply.com/

Setelah Lidia Tanod atas nama moderator memberikan kata sambutan,
kami bergantian memperkenalkan diri dan juga memberikan pertanyaan
kepada Agustinus.
Banyak pertanyaan diajukan antara lain kiat2 apa yang dipakai Agus
sehingga bisa survive diperjalanan yang berat itu, soal mendapat
visa yang tentunya sulit sekali dll.
Semua dijawab oleh Agus dengan seksama dan jelas, antara lain bahwa
kunci dari suksesnya perjalanan dia ke wilayah2 yang begitu rawan
adalah melebur dengan masyarakat setempat, diawali dengan belajar
bahasa dan sosial budayanya.

Semangat jurnalistik dan idealisme dalam dirinya itulah yang membuatnya
berani memasuki suatu negara yang dalam konflik berat sekalipun.
Karena kebanyakan berita sering2 tidak sepenuhnya benar, maka dia
sengaja masuk dan tinggal di Afganistan itu untuk mendalami kehidupan
disana dan menceritakannya dengan jujur seperti yang ditulisnya dalam
bukunya : Selimut Debu.
Setelah Afganistan itu, dia akan bertualang lagi tetap ke negara2 yang
setengah tertutup seperti Rusia sampai Korea Utara !
Kami juga diberitahu bahwa tahun ini buku kedua Agus akan terbit, yaitu
tentang perjalanannya di negara2 Stan (Asia Tengah) yang pernah muncul
serial di kompas online tahun lalu.

Tidak terasa waktu makan sudah terlewat banyak, sehingga makanan
sempat dingin, tapi masakan yang disajikan yaitu Kepiting Lada Hitam,
Udang Tauco Pedas, Cumi Goreng Tepung, Kangkung Belacan dan
Gurame Asem Manis, ditambah Kerang Saus Padang extra dari fihak
Aloha akhirnya nyaris disapu bersih oleh 26 orang peserta sambutsutra.
Total kerusakan adalah hampir 1,7 juta rupiah.

Akhirnya sebelum berpisah kami membagi door prize atas 10 buah
buku Selimut Debu pemberian Gramedia Publisher dan 3 buah buku
Mind Body and Soul pemberian pak Kristanto.

Lewat jam 14 barulah kami saling berpamitan, lelah tapi puas sudah
bisa berjumpa dan berbincang dengan pemuda yang telah dengan
begitu luar biasa berani mengunjungi daerah yang begitu rawan dan
bisa menuliskannya dengan bagus sekali dalam buku Selimut Debu.

Sabtu malam sekitar jam 22 saya sempat tilpon Agus yang sedang
di boarding lounge menunggu pesawat Garuda take-off menuju Beijing,
dan Senin pagi saya baca dia sudah mengirim ucapan terima kasih
ke pak Udaya.

Sunday, July 11, 2010

Sambutsutra Agustinus Wibowo, Rabu 14 Juli 2010.

Berita dibawah ini telah dimuat di milis Jalansutra :

Sambutsutra Agustinus Wibowo, Rabu 14 Juli 2010.
    Posted by: "sindhi" sindhiartamulya@yahoo.com sindhiartamulya
    Date: Fri Jul 9, 2010 9:19 am ((PDT))

Keluarga JS-ku,

Dengan se-ijin Mods, akan diadakan Sambutsutra untuk rekan kita
Agustinus Wibowo, JS-er dari Beijing yang sedang berada ditanah air.

Pada hari/tgl :  Rabu, 14 Juli 2010.
Jam             :  11.00 WIB.
Tempat        :  Aloha Raja Seafood Restoran, Tangerang - Banten.
                      Perumahan AlamSutera.
                      Cluster Sutera Harmony 6 No: 21.
                      Telp: 0813 1139 1159 dan 0813 1865 4099.
Acara           : Ramah tamah dan makan siang bersama.
                 
Agustinus Wibowo, seorang backpacker yang pengalamannya bisa
dilihat di blog nya :
http://www.avgustin.net/
Perjalanan-nya di Afganistan telah dibukukan dengan judul  :
Selimut Debu.

Tentang dia bisa dibaca pula di :
http://smulya.multiply.com/journal/item/107
http://smulya.multiply.com/links/item/3

Rekan-rekan yang ingin hadir dalam Sambutsutra ini, agar mendaftar
dengan mencantumkan Nama dan nomer HP, dikirimkan ke :
smulya@gmail.com
Mendaftar melalui milis tidak akan dicatat, hanya melalui :
smulya@gmail.com

Mengingat terbatasnya ruangan restoran, hanya 15  orang pendaftar
awal yang bisa ikut acara ini.

Salamsutra
Sindhiarta - Tangerang. 

Catatan :
Petunjuk arah: kalau dari arah Tol Tomang-Tangerang, exit AlamSutera -
setelah deretan ruko ada bunderan besar - belok kekanan, setelah ketemu
pompa bensin dikiri jalan - belok kekiri, melewati Sekolah St Laurentia
dan nantinya cluster Sutera Harmony ada dikiri jalan.

Kalau masuk dari sebrang RS Omni International, di bunderan pertama
belok kekanan memasuki boulevard kawasan perumahan AlamSutera,
dan nantinya cluster Sutera Harmony ada dikanan jalan.

Seperti biasanya, yang masuk daftar peserta dan menyatakan mau hadir
tetapi kemudian berhalangan agar segera mengabarkan, kalau tidak bisa
mendapat sanksi dari Moderator.
Biaya untuk makan siang bersama, seperti biasa akan ditanggung secara
ber-sama2 oleh peserta sambutsutra, kecuali teman yang di sambutsutra.



Tuesday, June 29, 2010

Apakah ada yang juga nerima permintaan bantuan dibawah ini ?

Halo,
 
Kemarin  saya nerima dari "DF" e-mail dibawah ini,
saya belum tanggapi, eh pagi ini saya terima dari "DS" -
anehnya koq persis sama kalimatnya.
 
Ada pendapat mengenai hal ini ?
 
salam
sindhiarta - tangerang
 
 
Ini yang dari "DF"  :
gini mas, saya ada membaca blog mas di http://smulya.multiply.com/ masalah perjalanan mas yang berangkat ke rumania. disini saya mau tanya apakah uang rumania yang 1000 lei itu masih berlaku atau tidak, karena saya punya dalam jumlah besar. untuk nilai tukarnya ke rupiah atau dolar USD berapa kira-kira.
saya ada liat di kurs mata uang asing di http://id.rateq.com/RON dalam 1000 lei uang rumania baru ini kalau di tukar ke mata uang indonesia nilainya = 2620121.5. tapi saya kesulitan masalah penukarannya di money changer sdi indonesia mas, masalahnya gak ada money changger di daerah saya gak ada yang mau terima. saya mau tanya mas gimana kira-kira cara penukaran uang yang saya punya ini, kali z mas bisa bantu. atau ada temen mas yang bisa bantu, seandainya kalau berangkat ke rumania seperti mas untuk menukarkarkan mata uang ini kira-kira di terima gak ya di sana. saya minta tolong sama mas karena mas pernah berangkat ke rumania. seandainya harus di tukar di negaranya nya, kira-kira siapa orang yang bisa menemani saya berangkat ke sana,.dan orang yang bisa menangani masalah pengurusan visa ataupun keperluan untuk keberangkatan nya. saya sangat berharap bantuan dari mas.
terima kasih.
 
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

"DS" sent you a message on Facebook...






Inbox
X





 
Reply
 
|

Facebook

 to me
show details 9:48 AM (15 minutes ago)

"DS" sent you a message.

--------------------
Subject: tolong mas saya sangat mengharapkan bantuan mas


gini mas, saya ada membaca blog mas di http://www.facebook.com/l/207159nHLkcevVXpSdfSF2zwoXg;smulya.multiply.com/ masalah perjalanan mas yang berangkat ke rumania. disini saya mau tanya apakah uang rumania yang 1000 lei itu masih berlaku atau tidak, karena saya punya dalam jumlah besar. untuk nilai tukarnya ke rupiah atau dolar USD berapa kira-kira.
saya ada liat di kurs mata uang asing di http://www.facebook.com/l/20715r2inW3nEwYltKaTc8Nni0Q;id.rateq.com/RON dalam 1000 lei uang rumania baru ini kalau di tukar ke mata uang indonesia nilainya = 2620121.5. tapi saya kesulitan masalah penukarannya di money changer sdi indonesia mas, masalahnya gak ada money changger di daerah saya gak ada yang mau terima. saya mau tanya mas gimana kira-kira cara penukaran uang yang saya punya ini, kali z mas bisa bantu. atau ada temen mas yang bisa bantu, seandainya kalau berangkat ke rumania seperti mas untuk menukarkarkan mata uang ini kira-kira di terima gak ya di sana. saya minta tolong sama mas karena mas pernah berangkat ke rumania. seandainya harus di tukar di negaranya nya, kira-kira siapa orang yang bisa menemani saya berangkat ke sana,.dan orang yang bisa menangani masalah pengurusan visa ataupun keperluan untuk keberangkatan nya. saya sangat berharap bantuan dari mas.

terima kasih.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Wednesday, June 23, 2010

Nyaris terdampar semalaman di Bandara Tripoli Libya.




Airport Valetta - Malta, Senin 31 Mei 2010 jam 14.00 rombongan kami
yang berjumlah 22 orang sudah rapih menderetkan koper didepan
check-in counter Libyan Air.
Sore itu jam 16.00 kami akan take-off menuju Tripoli, tiba jam 17.00
dan akan langsung terbang lagi jam 18.00 menuju Tunis - juga dengan
Libyan Air, tapi ganti pesawat.

Sebenarnya aneh terbang dari Malta tujuan Tunis via Tripoli ini, karena
rutenya membentuk huruf V, jarak terbang lebih jauh dan buang waktu.
Terpaksa rute ini diambil karena penerbangan langsung Malta - Tunis
untuk tanggal itu tidak dapat.

Walau antri untuk check-in itu tepat waktu dan posisi paling depan tapi
perasaan saya penuh was-was, karena dua hal.
Pertama kami cuma punya selang waktu hanya satu jam saja antara
mendarat dan teke-off lagi di bandara Tripoli itu, sungguh mepet banget
sehingga kalau ada delay dikit saja bisa tertinggal pesawat lanjutan itu.

Hal kedua lebih gawat lagi, ada tiga teman yang namanya di tiket salah
ketik, misalnya Suwana jadi Suwarna.
Hal ini bisa jadi musibah kalau sampai diketahui petugas check-in dan
bisa ditolak diterbangkan.
Sempat saya tanyakan kepada Juan Anthony, teman Jalansutra yang
bekerja untuk Emirates, katanya kalau di Eropa atau US sih nggak ada
ampun tuh, mudah2an saja di Malta nggak dipermasalahkan katanya.
Hal ini sudah diketahui oleh pimpinan rombongan kami yaitu Holden,
dan dia sudah urus ke Gulliver dan dapat surat pernyataan bahwa hal
itu menjadi tanggung jawab Gulliver.

Menunggu setengah jam koq counter belum buka juga, kabarnya masih
menunggu manager orang Libya yang masih diperjalanan.
Mendadak saya lihat Holden terlibat pembicaraan yang tegang dengan
seorang petugas pria Libyan Air, alamak penerbangan delay !.
Si petugas bilang jangankan delay yang diperkirakan bakal jam-jam-an,
delay setengah jam saja kami pasti tertinggal pesawat lanjutan itu dan
dia nambahin bahwa ketentuan IATA kan connecting minimal 2 jam.
Pokoknya dia nyalahin kami yang punya tiket dengan selang waktu
sejam saja itu. Jadi paling banter katanya kalau nanti kami terbang juga
maka silahkan tidur di kursi bandara Tripoli, mudah2an saja esoknya
dapat terbang lanjutan ke Tunis.
Jadi dia mau enteng saja "buang " kami ke bandara Tripoli.

Langsung Holden yang sangat kawakan urusan membawa rombongan
keluar negeri "keluar tanduknya", dengan keras dan tegas dia bilang
urusan kami terbang connecting ini kan yang ngatur Libyan Air sendiri,
dan kalau memang ada ini itu kenapa dia tidak dihubungi - kami kan
dua hari di Malta dan nomer handphone-nya diketahui fihak Airline itu.
Si petugas keok, dan bilang agar tunggu boss-nya orang Libya datang.

Kami semua jadi lemes, terbayang bakal semalaman terdampar duduk
di dalam airport Tripoli yang rasanya sih bakalan beda jauh dari airport
Changi yang nyaman dengan fasilitas airport hotel segala itu.

Sekian lama barulah datang seorang pria tinggi berkumis yang rupanya
manager Libyan Air itu, Holden langsung nembak nuntut pokoknya kami
harus bisa diterbangkan hari itu juga sampai ke Tunis.
Si manager tanggap, mengontak Tripoli minta agar pesawat lanjutan
menunggu kedatangan pesawat dari Malta ini.
Tapi kegembiraan kami segera pupus, rupanya delaynya nggak kira-
kira sampai tiga jam, mana bisa ditunggu begitu lama.

Beberapa teman berinisiatif tanya ke counter Air Malta, niatnya beli saja
tiket baru agar bisa ngejar pesawat Tripoli ke Tunis, tapi ternyata sodara2
denger harga tiket Malta - Tripoli bikin perut mules karena 1100 Euro !!.

Waktu berjalan terus, kepala sudah pusing mikirin mau dikemanakan
rombongan besar dengan koper gede2 ini kalau gagal terbang dstnya.

Ada kabar lagi bahwa mungkin terbang juga ke Tripoli, tapi karena tanpa
Visa maka akan langsung dibawa kesebuah hotel, dan pagi-pagi akan
dibawa lagi ke airport untuk menunggu penerbangan lanjutan.
Wah sebenarnya asyik juga nih, kapan lagi bisa nginjak tanah Libya tanpa
perlu repot bikin visa tapi sayangnya nggak bakalan bisa lihat kotanya
karena gelap-gelap sudah diangkut lagi ke airport.

Akhirnya sekitar jam 16 dapat kepastian bahwa kami nanti setiba di Tripoli
akan langsung diterbangkan dengan pesawat pengganti Tunis Air.
Wah tentu semua girang, tapi walau pesawat Libyan Air berangkat sejam
lagi (jam 17) tapi hitung hitung jeda waktu antara kedatangan sampai take-
off lagi di Tripoli sana nanti juga satu jam saja pula.
Ampuun, koq mepet lagi selang waktunya itu.

Holden segera menyuruh kami semua boarding, sedangkan dia masih mau
tongkrongi si manager sampai dia pegang bukti issued tiket Tunis Air,
dia khawatir tanpa pegang itu akan dapat kesulitan di airport Tripoli.

Mendekati jam 19 kami dipersilahkan naik bus dan diantar ke pesawat,
saat menaiki tangga pesawat dengan dua mesin jet itu saya tidak
bisa menebak jenis apa, hanya terbaca tulisan Bombardier dibadannya.
Didalam pesawat dengan seat 2 - 2 sebaris itu, saya tidak menermukan
pula jenis pesawat, di brosur hanya ada typenya yaitu CRJ 900.
Pesawat yang penuh penumpang itu, diekornya mentok ada dua toilet.

Eh, rupanya belum cukup kami dibuat sport jantung, ada pengumuman
bahwa ada calon penumpang missing, waduuuh kalau memang orang itu
tidak muncul kan bakalan lama untuk mencari dan menurunkan koper
si orang hilang itu dari perut pesawat.
Untunglah muncul juga orang itu, kini prosedur persiapan keberangkatan
dimulai, terasa ada yang beda berada didalam pesawat Libya itu, yaitu
selain dua pramugari dan satu purser, ada dua orang yang tidak memakai
seragam hilir mudik saja didalam pesawat, kayaknya sih petugas security.

Last minute banget Holden baru nongol, wuah tadinya kami sudah tegang
habis2-an khawatir dia ditinggal pesawat.

Penerbangan tentu singkat saja, cuma dikasih air minum doang.
Turun pesawat langsung dijemput bus dan didalam terminal kami sudah
ditunggu petugas dan digiring cepat-cepat menuju gate keberangkatan
karena pesawat Tunis Air sudah menunggu dan siap terbang.

Saya memang sempat masuk ke toilet dari bandara yang kelihatan
sudah berumur itu, closetnya sudah butut dan gompal keramiknya,
tapi tidak sempat foto-foto - nggak mau cari masalah lagi siapa tahu
ada larangan motret didalam situ.

Lega sekali saat kami sudah didalam pesawat Airbus A320 Tunis Air
yang besar - dan setiba di Tunis untungnya kami masih keburu dinner
di restoran sebuah hotel.

Untunglah pimpinan perjalanan kami bukan saja sangat pengalaman,
juga piawai pas tarik-ulurnya bernegosiasi dengan orang Libyan Air itu.
Sehinggga bisa terhindar terdampar semalaman dibandara Tripoli.
Selain itu ada untungnya pula hiruk pikuk ini, si petugas check-in di
Malta saking pusingnya mungkin tidak lihat ada kesalahan ketik nama,
selamat deh tiga rekan kami itu hehe.


Saturday, June 19, 2010

Onyx yang memble dan kena dikerjain Juan Anthony.




Saat ini kalau kita melakukan perjalanan keluar negeri tentu
tidak lupa bawa ponsel dan malah BlackBerry agar bisa asyik
Bbm-an dimana saja.

Tapi tentu siapa mau kantong jebol, karena itu diluar negeri
kita harus matikan data service BB nya, dan pakai free-wifi
saja yang biasanya tersedia dimana-mana.

Setelah tanya2 termasuk ke Satelindo, sesaat sebelum
memasuki pesawat Emirates tujuan Dubai, BB saya ubah :
- manage connections - mobile network options - trus
while roaming di-off-kan.
Nah aman dah untuk tetap bisa nilpon dan sms tapi tidak
lagi masuk keluar data yang biaya roamingnya mahal.

Sebelumnya saya sempat BBm-an dengan rekan Jalansutra
Juan Anthony yang bekerja di Emirates, yang akan terbang
dari Brisbane ke Dubai, karena jam mendarat nanti di Dubai
bakal barengan maka janjian akan kontak lagi disana.

Benar saja didalam airport Dubai kami bisa kontak2 dengan
memanfaatkan free-wifi airport.

Tapi saat terbang lagi dan mendarat di airport Larnaca Cyprus,
BB saya bungkem aja, sempat mengira wifi-nya yang jelek.

Ternyata sepanjang perjalanan berikutnya juga demikian,
padahal dimana saja baik di hotel/restoran di Malta - Tunis -
Milan maupun Swiss, BB Onyx saya itu hanya bisa sampai
connection saja tapi terima kirim e-mail tidak bisa, hal ini juga
dialami seorang teman yang bawa Onyx.
Padahal teman yang memakai BB type lain bisa, dan teman
lain yang Onyx-nya sudah di upgrade OS nya juga bisa.

Jadilah perjalanan kali ini bisu tuli, dan lebih bikin "sakit hati"
lagi ada satu ibu2 yang sepanjang jalan BB nya tang-ting
terus tanda masuk e-mail.
Awalnya saya kira dia nekat atau nggak tahu kalau mahal
pakai BB diluar negeri, ternyata dia pakai satu provider yang
pra bayar - dengan 25 ribu/hari maka bisa BBm-an sepuasnya,
wah nyesel banget nggak tahu dari dulu.

Sampai akhirnya perjalanan pulang mendarat lagi di Dubai dan
sms-an dengan Juan yang bilang sedang berada di Jakarta.

Tiba saat boarding, kami berjalan sepanjang garbarata dan
dipintu masuk pesawat seperti biasa menyambut seorang
pramugara dan pramugari.
Saya mencari-cari potongan boarding pass dan saat akan
menyerahkan ke pramugara itu, dia menyapa: selamat siang!.

Astagaaaaa !! - ternyata itu Juan !!, rupanya dia ngerjain saya
bilangnya ada di Jakarta padahal sengaja memilih bertugas di
penerbangan itu agar bisa bertemu, benar2 surprise abiz dah.

Walau Juan sebenarnya pramugara senior yang tugasnya di
bussines class, tapi entah berapa kali dia datang ke tempat
duduk kami untuk bukan saja ngobrol juga kasih surprise lain,
antara lain kasih kue taart sebagai ucapan selamat pada istri
saya yang baru saja melewati prosedur ablatio jantungnya
dengan sukses.

Langsung kue yang enak itu dipotong dan dibagikan kepada
teman2, dan saat Juan berikutnya datang lagi - kali ini bawa
kamera Polaroid.
Tentu bukan untuk dikasihkan ke kami - Nah jadilah saya dan
istri yang sudah kucel belum mandi sejak dari Milan di-fotonya
diatas pesawat yang sedang terbang Dubai - Jakarta.

Di Jakarta kami berpisah, dan dengan janji suatu waktu akan
mengulang ber-wisata kuliner ria di Tangerang, kali ini akan
menikmati masakan Padang amigos (agak minggir got sedikit),
karena lokasi warung nya nempel dibelakang tembok BRI -
tapi inilah masakan Padang terenak sejagat raya hehe.


Thursday, June 17, 2010

Percobaan Penipuan mencatut nama pak Bondan Winarno.

Ini sudah saya muat di milis Jalansutra :

Man temans,

Kamis siang kemarin saya dapat berita dari pak Ben Darmawan -
teman saya yang bukan anggota Jalansutra tentang hal ini.
Saya sih tenang2 saja karena  bentuk penipuan ini lagu lama -
sudah beberapa kali saya baca termasuk JS-er David Kwa pernah
namanya dicatut pula.

Selain itu saya tahu persis siang itu pak Bondan ada di restoran
Bandar Serpong BSD untuk suatu acara, boro2 ada di Scotland.

Pagi ini sdr.Udaya teman saya yang bukan Js-er juga dari Perth
mengabarkan hal ini, dan barusan masuk ke gmail saya pula
permintaan bantuan palsu tersebut.

Ada yang menarik kali ini, yaitu dibuat dalam bahasa Indonesia
(biasanya bahasa Inggris) dan dibagian akhir emailnya tertera :
Salam,
Bondan
Powered by Telkomsel BlackBerry ®

Memang kecepatan adalah penting tapi ketepatan adalah utama,
kita bisa meneliti dulu dan memanfaatkan networking sebelum
me-respon berita2 yang se-akan2 emergency ini :
1. e-mail pak Bondan adalah bondanw@gmail.com bukan bondenw.
2. di permintaan itu memakai kata aku, pak Bondan selalu pakai saya.
3. check&recheck dulu ke beberapa teman dekat pak Bondan, yaitu
    Capt Gatot dan bung Yohan Handoyo dll.
4. yang paling pas tentu menghubungi nomer HP pak Bondan.

Celakanya e-mail tersebut dikirim pakai Telkomsel BlackBerry,
yang pak Bondan juga pakai selama ini.
Tapi kalau benar memakai Telkomsel BlackBerry berarti si pengirim
pemakai Telkomsel yang ada kemungkinan bisa dilacak siapa dia
ke Telkomsel.

Kita mari bantu infokan percobaan penipuan ini selain di milis JS,
misalkan di blog Multiply kita atau Facebook dll.

salam
sindhiarta - tangerang

Catatan - ini yang saya terima barusan :

Halo,

Apa kabar? Hope semuanya baik-baik dengan Anda dan keluarga,
saya tahu ini mungkin kejutan untuk Anda tetapi saya minta maaf karena
tidak menginformasikan tentang saya bepergian ke Skotlandia untuk Seminar.

Aku perlu bantuan dari Anda karena aku salah tempat dompet saya dalam
perjalanan saya ke hotel, uang saya dan barang berharga lainnya hilang
termasuk kartu kredit saya.

Aku akan seperti Anda untuk membantu saya dengan pinjaman mendesak
£ 2000 british yang adalah sekitar $ 3200 $ untuk memilah-out dari hotel saya
tagihan dan mendapatkan diriku kembali ke rumah.  Ini adalah satu hal saya
akan selalu menunjukkan rasa terima sepanjang hidup saya.

Aku akan menghargai apa pun yang Anda mampu untuk membantu saya
dengan dan saya berjanji untuk mengembalikan uang segera setelah aku
pulang ke rumah. Silakan melakukan ini bagi saya dan saya akan berterima kasih.
Let me know jika Anda dapat membantu saya keluar sehingga saya bisa
mengirimkan rincian untuk membuat transfer melalui Western Union atau
Money Gram transfer.

Salam,
Bondan
Powered by Telkomsel BlackBerry ®



Monday, May 24, 2010

Akili Museum of Art di Mutiara Kedoya.




Minggu lalu pak Bruriadi Kusuma - pengelana 162 negara mengajak
mengunjungi Akili Museum of Art.
Lokasinya di Perumahan Mutiara Kedoya katanya, itu museum pribadi
yang terbuka untuk umum tapi harus dg appointment, kebetulan sudah
dapat waktu untuk hari Senin katanya lagi.
Tentu ajakan ini segera di-iyakan, dan tadi pagi jam 10 kami bertemu
didalam perumahan di Jakarta Barat itu.
Sempat tanya-tanya kesana kemari karena Museum pribadi itu tidak
ada papan nama, rupanya berada dalam komplek rumah pemilik-nya
yaitu pak Rudy Akili - owner suatu biro perjalanan wisata ternama.

Setelah melapor kepada security bahwa kami sudah buat janji maka
tidak lama kemudian datanglah ibu Grace - pengelola Museum itu.
Begitu masuk dari pintu belakang, langsung terlihat halaman yang luas
hijau asri dihiasi kolam renang - sekeliling tampak beberapa gedung.
Bangunan museum sendiri terlihat kokoh masif, didesign seakan
dasar sebuah candi.

Pintu Museum unik sekali karena pintu kayu itu bertuliskan puisi,
dan saat memasuki lantai pertama dari gedung tiga lantai itu saya
sempat terperangah mengira ada penjaga sedang duduk ketiduran,
rupanya boneka seukuran orang dewasa yang memakai helm.

Dengan diantar ibu Grace dengan lift kami langsung ke lantai tiga,
dan selama hampir 1,5 jam kami berkeliling dari lantai kelantai melihat
beraneka ragam lukisan dan benda seni yang dipamerkan.
Bukan saja lukisan dari pelukis ternama dalam dan luar negeri seperti
Basuki Abdullah, Affandi dll , pelukis muda Indonesia yang berbakat
juga tampak disana. Mereka ini telah memenangkan Akili Museum Art
Award sehingga mendapat beasiswa pendidikan seni lukis realistik
selama setahun di China.

Melihat aneka lukisan gaya kontemporer realistik tentu tidak terasa
berat untuk mata awam seperti saya, dan sungguh mengagumkan
beberapa lukisan perempuan dari pelukis seperti Chen Yanning
dan Wang Yidong - sampai susah menebak itu lukisan atau foto,
begitu perfeknya lukisan dengan model yang cantik itu.

Saat berada disana, sempat saya bertanya kepada bu Grace,
siapa saja yang boleh berkunjung, dijawab memang terbuka bagi
siapapun yang menyukai seni, tapi karena berada didalam komplek
perumahan maka terbatas dan dengan perjanjian dulu.
Buka setiap hari kerja, Sabtu+Minggu tutup.

Alamat :
Perumahan Mutiara Kedoya Blok A1-1 JKLM
Raya Kembangan - Jakarta Barat.
Tel(021) 58301705-6 / 5801212.
www.akilimuseum.com

Friday, May 14, 2010

Joke : Vespa vs HD.


Seorang pengendara Vespa (V) di jalan raya, tiba-tiba ditegur oleh
pengendara Harley (HD) yang menyusul dari arah belakang:

HD: bro, Punya ga motor kaya gini?!
V: (Diam - Melirik Sewot)

HD: oi. Bro Punya ga motor kaya gini?!
V: (Masih Diam - Tambah Sewot)

HD: Punya ga motor kaya gini?!
V: Eh monyet! Klo lo mo ribut, brenti lu skarang!! Biar kita slesain disini!!!

HD: Dari tadi juga gw mo brenti, tp gw ga tau rem-nya dimana,
makanya gw tanya lu, PUNYA GA MOTOR KAYA GINI???!!!!!


Saturday, May 1, 2010

Success Healthy Happiness.

Rating:★★★★★
Category:Books
Genre: Health, Mind & Body
Author:Ali Murtadio dan Tatik Suryani.
Saat di Gramedia sekilas lihat buku ini tadinya mau melewatkan saja
karena warna covernya yang dominan hitam sungguh tidak atraktif,
tapi judulnya koq menantang juga : Success Healthy Happiness.

Siapa sih yang nggak kepengen punya tiga hal itu - hehe.
Apalagi lihat buku setebal 200 halaman itu cuma dibandrol Rp.33.500,-

Duet suami istri pengarang buku ini juga bukan orang sembarangan,
Ali Murtadio SH adalah Direktur Utama Jawa Pos Media Televisi, dan
Tatik Suryani adalah Psikolog yang Guru Besar bidang Manajemen -
Pemasaran STIE Perbanas sekaligus Ketua STIE Perbanas Surabaya.

Buku ini memang tentang Trilogi : Success - Healthy - Happiness,
yang masing-masing terdiri dari 51 artikel pendek-pendek.
Justru karena pendek-pendek dan tidak ngejelimet enteng saja maka
enak dibaca, tidak ngajari tapi nyentil-nyentil asyik saja gitu.

Untuk orang se-usia saya mungkin sudah kelewat masanya untuk jadi
muda lagi dan menyimak abis Trilogi yang pertama, tapi tetap enak
sekali mengikuti sentilan-sentilan penyemangat menuju sukses itu.

Di bagian kedua barulah lebih asyik, memang tidak banyak hal baru
yang saya dapat atau yang perlu saya ubah dalam keseharian saya,
tapi tetap banyak pencerahan disana yang disampaikan dengan serius
tapi santai itu.

Satu lagi yang bikin asyik adalah di setiap halaman ada kata-kata mutiara,
saya bukan penyuka kata mutiara yang sering-sering terasa klise, tapi
sebagian besar kata-kata mutiara disana itu cocok dengan topiknya.

Antara lain yang terdapat dihalaman pertama dari trilogi yang ketiga:
Enjoy the little things, for one day you may look back and realize they
were the big things (Rober Brault).


Saturday, April 24, 2010

Kebetulan oh Kebetulan.




Kata SVT terdengar enak ditelinga, tapi bagi orang yang mengalami kondisi
Supra Ventricular Tachycardia ini sungguh jauh dari enak.
Bayangkan saja jantung yang normalnya berdenyut 60 - 80 kali/menit bisa
secara mendadak melonjak menjadi hampir 200 kali/menit.
Akibat jantung debar-debar cepat sekali nggak keruan itu maka orangnya
menjadi lemas, pusing dan cemas/gelisah sampai sesak nafas.
Biasanya dengan meminum obat tertentu kondisi ini bisa diatasi, kalau tidak -
harus dibawa ke Rumah Sakit untuk diberikan obat intra vena.

Rupanya didalam jantung orang tersebut ada jalur elektrik tambahan yang
kalau "korslet" membuat jantungnya mendadak gedebak-gedebuk gitu.
Tindakan terbaik menuntaskannya adalah dengan "menembak/membakar"
si jalur jahat itu.
Tindakan ablatio ini tentu bukan tanpa risiko, kateter yang dimasukkan dari
lipat paha sampai ke jantung tentu bisa melukai jantung kalau operatornya
ceroboh atau kurang trampil.
Bisa pula terjadi salah tembak/ meleset yang menyebabkan si Jantung
malah berhenti total sehingga harus pakai alat pacu jantung seumur hidup.

Kondisi SVT ini dialami istri saya sejak 30 tahun yang lalu, selama ini dia
bertahan tidak berani di ablatio, tapi serangan SVT nya makin lama makin
sering kadang-kadang muncul dua kali dalam sehari.

Akhirnya diputuskan akan di ablatio saja di Singapore, tapi ada persoalan
yaitu keharusan stop obat jantung paling tidak tiga hari sebelum tindakan.
Karena didalam ruang operasi, jantung justru akan dirangsang supaya timbul
serangan SVT dan dengan alat mapping yang canggih akan bisa terlihat/
ketemu mana jalur yang bikin ulah itu - lalu ditembak.
Kalau masih ada sisa obat dalam darahnya, maka akan sulit di trigger.

Berarti kalau tadinya rencana datang ke Singaporenya hanya pada hari H,
maka harus minimal tiga hari sebelumnya, istri saya keberatan - dia tidak
mau berada disana selama itu.

Dalam kebimbangan, suatu pagi kumat SVT nya dan berkepanjangan.
Tidak biasanya istri saya kali ini minta dibawa ke RSU Tangerang dan
kebetulan bertemu Dr. Hardja Priatna SpJP cardiolog di RSU itu.
Terjadilah perbincangan sampai soal keberatan berobat ke Singapore itu.
Mendengar itu Dr.Hardja menyarankan untuk ke RS Jantung Binawaluya
(BCC = Binawaluya Cardiac Center), untuk konsultasi ke Dr.M.Munawar
seorang ahli jantung senior yang dikatakan oleh Dr.Hardja sebagai :
One of the Best in the World dalam urusan penanganan masalah elektrik
jantung seperti itu.

Beberapa hari kemudian di BCC yang terletak di Jl. TB Simatupang 71
Jakarta Timur - bertemulah kami dengan Dr.Munawar.
Beliau dengan profesional dan sabar menjelaskan antara lain bahwa:
peralatan ablatio di RS Binawaluya adalah yang tercanggih di kelasnya,
malah tersedia satu alat lagi yang bisa memetakan 3 Dimensi - di Asia
alat ini baru ada di tiga negara saja.
Soal jam terbang memang tidak diragukan lagi, beliau sudah menangani
lebih dari 2000-an kasus ini.

Setelah meninjau ruangan perawatan RS berlantai empat yang terlihat
bersih ini maka istri saya setuju di ablasi pada pagi hari tanggal 22 April.
Untuk itu tanggal 21 April sore harus sudah masuk perawatan, dan juga
sekitar lima hari sebelumnya harus tidak minum obat jantung.

Dengan seksama istri saya mempersiapkan diri, termasuk lepas obat
jantung dan dengan harap-harap cemas mudah-mudahan tidak timbul
SVT lagi sebelum hari H, yang bisa mengacaukan rencana ablasi itu.

Tibalah hari Rabu 21 April, rencana akan masuk BCC jam 17.00,
tapi mendadak jam 13 timbul SVT sehingga langsung berangkat dan
terpaksa masuk ke UGD BCC untuk penanganan SVT itu.
Dengan sigap ditangani dan setelah mendapat suntikan obat short-
acting maka SVT reda. Sengaja dipilih obat short-acting agar esok
paginya sudah bersih dari dalam darah dan ablasi bisa dilaksanakan .

Didalam UGD saat itu ada seorang pasien lain, bernama ibu Eva -
yang juga rupanya mendadak datang karena ada keluhan dan akan
dirawat bertetangga-kamar dengan istri saya.
Sempat ngobrol-ngobrol dan ibu Eva berjanji akan lanjut ngobrolnya
di ruang perawatan nanti.

Kamis pagi sesuai rencana tindakan ablatio dilakukan, tidak sampai
dua jam Dr.Munawar sudah keluar lagi dari kamar operasi dengan
penuh senyum menyampaikan ablasi sudah dilakukan dan sukses.

Jumat pagi beliau visit ke kamar dan memperbolehkan pulang, segera
kami menilpon bagian adminstrasi untuk menyiapkan tagihan-nya.

Saat kami beres-beres dikamar itu - mendadak masuklah ibu Eva,
rupanya karena sama-sama sibuk maka selama dua hari itu tidak
sempat bertemu walau kamar kami letaknya berdekatan sekali.

Beliau cerita-cerita macam-macam tentang prosedur Cath yang sudah
dijalaninya, sampai bilang bahwa ia mempergunakan kartu Askes.
Hampir berbareng saya dan istri bilang lha ini kan RS swasta, mana
bisa pakai kartu Askes !.
Si ibu ngotot bisa, pasti bisa katanya karena dia kan sudah ajukan.

Saya menuju kantor administrasi dengan tanda tanya besar, kalau
pun iya biasanya klaim harus diajukan paling lambat dua kali 24 jam.
Saat itu sudah hari kedua, dan biasanya harus lengkap surat2nya,
mulai dari surat rujukan, persetujuan Puskesmas segala macam.
Sedangkan ini hari Jumat, apakah keburu bikin surat macam2 itu,
jauh di Tangerang lagi.

Ternyata memang betul bisa menerima klaim Askes, dan sodara2
rupanya karena kebetulan istri saya masuknya mendadak via UGD
maka tidak diperlukan lagi segala macam surat, cukup kartu Askes !
Saya tentu tidak bawa kartu itu, untung si petugas bersedia menunggu
sampai siang, dengan catatan pasien tidak boleh keluar dulu.
Dipesan bahwa kalau ketemu segeralah di fax agar tidak telat.

Segeralah saya ngebut ke Tangerang, kebetulan juga jalan raya
Serpong yang biasanya macet - kali ini lancar.
Dirumah langsung bongkar laci dan ketemulah kartu Askes istri saya,
segeralah di fax dan saya ngebut kembali ke BCC bawa kartu aslinya.

Kebetulan oh Kebetulan :
koq kebetulan istri saya minta dibawa ke RSU,
sehingga kebetulan ketemu Dr. Hardja,
kebetulan harus masuk UGD BCC, kebetulan juga ada ibu Eva disitu,
kebetulan si ibu ujug-ujug nongol dikamar kami hanya sesaat sebelum
kami pulang, kebetulan pula ngobrolnya koq sampai ke soal Askes.

Dan ternyata sodara-sodara :
berkat segudang kebetulan itu kami mendapat diskon hampir 60 %,
alias bayarnya hanya 40 % dari biaya yang semula harus saya bayar.


Thursday, April 15, 2010

Batavia Madrigal Singers.





Malam ini di jalan Daksa Kebayoran Baru, sambil menunggu
Nuke latihan nyanyi, saya lihat dan iseng2 foto-in pake BB
poster Batavia Madrigal Singers yang akan pentas pada hari
Sabtu 17 April 2010 jam 19.30.
Tempatnya di Aula Simponia Jakarta, Jalan Industri Kemayoran.

Monday, April 5, 2010

Ngejar Soto Tangkar Pipi Sapi ke Bintaro.




Dengar ada menu Soto Tangkar Pipi Sapi, istri saya yang pecinta soto Tangkar,
langsung saja mau diajak jalan ke Bintaro, niatnya tentu sekalian melihat soft
opening cabang ketiga Kopitiam Oey di Ruko Sentra Menteng Bintaro.

Keluar tol Bintaro mudah saja, tapi didalam kawasan Bintaro seperti pernah terjadi
lagi2 kehilangan arah - putar-putar tidak ketemu juga RS International Bintaro,
padahal menurut info lokasi Kopitiam Oey adanya dibelakang RS itu.

Sempat nilpon pak Bondan, tapi tidak ketemu juga RS itu, akhirnya berhenti ditepi
pagar dari sederetan Ruko, pas tengok2 ternyata itu dia Ruko Sentra Menteng.
Lega dah dan sekalian terasa lucu - dicari kemana mana itu RSI Bintaro, eh malah
yang ketemu justru lokasi yang dituju.

Saat ambil tiket parkir, kami tanyakan lokasi Kopitiam Oey, ditunjukkan untuk ke
BRI karena disampingnya ada jalan menuju ketujuan kami itu.

Gedung Kopitiam Oey langsung terlihat karena eye catching - warna tembok pink
dan ciri khas papan namanya yang terbuat dari daun pintu.

Didalam cukup banyak meja kursi antik dan terlihat pada dinding banyak hiasan
dinding yang bernuansa jadoel.

Kami memilih di lantai dua karena ber-AC, pesanan tentu Soto Tangkar Pipi Sapi
untuk istri dan untuk saya Gado-Gado Ebi, ditambah Lunpia Udang Gunung Sahari.

Istri saya yang pecinta Tangkar memuji rasa soto yang sedap gurih, pipi Sapinya
juga empuk katanya.
Gado-gadonya yang bumbunya mirip pecel juga terasa unik karena ada ebi-nya.
Lunpianya yang datang masih panas, cocok sekali karena kulitnya garing, paling
sebel kalau ketemu lunpia yang kulitnya alot ngelawan kalau digigit.

Selesai makan barulah pak Bondan tiba, dan menyusul muncul Lidia Tanod,
kami sempat ngobrol tapi tidak lama2 karena saya ada acara lain siang itu.


Saturday, April 3, 2010

Kepiting Jumbo Goreng Telor di Sutera Harmoni.





Awalnya dengar berita bahwa ada restoran sea-food rumahan didalam komplek
perumahan AlamSutra Serpong, tapi karena jarang masuk keperumahan yang
luas sekali itu maka segan mencarinya.
Sampai ada family yang sudah kesana dan bilang masakannya enak2, dia juga
menjelaskan dimana persisnya lokasi resto itu.

Kebetulan kemarin Nuke dan Wimpie datang dari Bandung, jadilah janjian untuk
berempat makan siang di restoran yang bernama Aloha Raja Sea Food itu.
Karena mereka dari arah tol Tomang, mudah saja keluar di exit AlamSutra dan
menuju ke arah sekolah St Laurentia, setelah melewati sekolah itu disebelah
kiri jalan ketemulah cluster Sutera Harmoni.

Kalau saya, dari arah depan RS Omni International, melewati dua bundaran
barulah belok kekanan mengarah/melewati sekolah St Laurentia itu.

Memasuki cluster Sutera Harmoni itu harus lapor Satpam sekaligus bertanya
dimana lokasi restoran, ternyata hanya dua kali belok sudah ketemu.

Saat tiba tidak ada tamu lain tapi pemiliknya ada, jadi kami bisa bertanya
apa masakan spesial resto yang menunya sederhana, hanya menyediakan
Kepiting - Udang - Cumi - Kerang dan Kangkung saja.
Akhirnya sepakat pesan Kepiting Jumbo Goreng Telor, Udang Lada Hitam,
Cumi Saos Padang, Kerang Dara Rebus Polos dan Kangkung Belacan.
Kali ini tidak pesan Kepiting Soka nya karena mau coba makanan yang fresh.

Dari si owner dapat bocoran pula bahwa koki nya jebolan satu restoran
spesial Kepiting yang terkenal di Jakarta.

Pesanan satu persatu datang, memang enak2 dan walau sedikit kepedasan,
tapi malah membuat kami makin seru menikmatinya.
Terakhir datang Kepiting-nya yang ternyata memang inilah juaranya, daging-
nya padat, terasa manis gurih. Uniknya ada serpihan2 telor goreng diantara
daging kepiting yang menambah rasa gurih.

Saat selesai makan pemilik resto menanyakan bagaimana masakannya,
kami jawab lihat aja piring sampai licin gitu, untung aja piringnya nggak bisa
dimakan, dijawab oh nggak apa2 Food Grade koq piringnya he he.

Makan siang itu ditutup dengan Es Puter KlapDur (Kelapa Duren).

Saat lihat bill-nya, ternyata sodara2 - kerusakan hari itu adalah Rp.151.500,- ,
diperjalanan pulang istri saya nyeletuk ini mah separo harga restoran besar.

Aloha Raja SeaFood
Jl. Sutera Harmoni 6 No: 21.
Perumahan AlamSutra.
Telpon: 0813 1139 1159 dan 0813 1865 4099.

Friday, April 2, 2010

Soft Opening Kopitiam Oey di Bintaro Jaya.


Saat sedang men-charge batre BB, muncul di layar :

5 April Kopitiam Oey buka di Ruko Sentra Menteng (belakang BRI),
Jl. Sam Ratulangi, Sektor 7, Bintaro Jaya.
Menu baru: gado2 ebi, soto tangkar pipi sapi, spaghetti tuna pedas,
singkong/sukun goreng sambal roa.   Datang, ya?  Saya tunggu.
Salam,
Bondan Winarno

Whoaaa, rupanya Kopitiam Oey sesudah buka cabang di Kuta Bali,
kini melebarkan sayap lagi - ini cabang ke tiganya.

Saya BBm balik - Siap, Senin siang akan datang disana,
apakah sudah siap nerima banyak tamu?
Dijawab : dari jam 07 sudah siap terima tamu dan selama masa
soft opening 50% off untuk semua minuman.

Kebetulan siang itu ada urusan ke BSD, jadi tinggal nyambung
masuk Tol menuju Bintaro dan ke lokasi Kopitiam Oey itu yang
persis dibelakang RS International Bintaro.