Sunday, December 30, 2007

Medjugorje - kota kecil yang dipilih Bunda Maria.




Medjugorje ("between the hills") awalnya hanyalah kota kecil yang
berada jauh terbenam di jantung semenanjung Balkan.
Tetapi kini tidak hanya terkenal keseluruh Bosnia-Hercegovina -
negara dimana desa itu berada, juga ke seluruh dunia, setelah
Bunda Maria pada tanggal 24 Juni 1981 menampakkan diri kepada
enam orang anak muda disebuah bukit di desa itu, dan kemudian
menyampaikan pesan :

"I have come to tell the world that God exists.
He is the fullness of life, and to enjoy this fullness and peace,
you must return to God".

Sejak itulah jutaan orang dari seluruh dunia berdatangan ke
Medjugorje, untuk mendapatkan pembaharuan dan penguatan iman.

Setelah mengunjungi Lourdes di Perancis Selatan dan Fatima di
Portugal tempat Bunda Maria pernah menampakkan diri pula,
kali ini pada tanggal 28 Oktober 2006 dalam perjalanan dari Sarajevo
menuju Dubrovnik, terbuka kesempatan mengunjungi Medjugorje.

Siang hari itu setelah melalui kota Mostar, bus kami berjalan
sepanjang lereng pegunungan dengan pandangan cantik sekali
ke lembah dan sungai nun jauh dibawah - terasa melegakan sekali
setelah melihat puing-puing mengenaskan sisa perang Bosnia
di Sarajevo.

Setiba di kota Medjugorje yang asri, kami makan siang dulu di
Restoran Galija yang menyajikan menu ikan Trout.
Hanya menyebrang jalan sampailah kami di Gereja St. James,
didalam gereja utama ini sedang dilakukan persiapan peringatan
25 tahun Bunda Maria menampakkan diri di Medjugorje.
Ternyata lokasi penampakan bukan disitu, tapi disebuah bukit
ditepi desa, maka kami naik bus lagi dan tidak lama sekitar
10 menit saja sudah tiba ditempat parkir bus.

Semua berjalan kaki melewati jalan yang membelah pedesaan
dan sampai disebuah jalan setapak disisi kanan jalan desa itu.
Kini memasuki jalan kecil yang menanjak, dan kami terhenyak
karena didepan kami kini tidak lagi jalan batu yang mulus tapi
jalan yang walau lebar itu dipenuhi batu-batu besar kecil
warna coklat kemerahan yang sungguh tidak beraturan -
sulit sekali berjalan disitu. Maka dengan hati-hati sekali kami
berjalan pelan-pelan diantara bebatuan, dengan sesekali berhenti
didepan prasasti-prasasti tentang Bunda Maria.

Akhirnya setelah sekitar 20 menit berjalan bersama banyak peziarah
dari berbagai negara, tibalah di lokasi Bunda Maria menampakkan diri
seperempat abad yang lalu itu.
Di titik itu terdapat patung Bunda Maria berukuran agak besar warna
putih, semua peziarah menuju kesana untuk hening berdoa.

Kami tidak bisa ber-lama2, karena perjalanan ke Dubrovnik masih jauh,
dan harus melewati dua pemeriksaan imigrasi yaitu Bosnia dan Croatia.
Ternyata memang walau tidak banyak bus yang melewati gate imigrasi
kedua negara itu, waktu yang diperlukan melewatinya hampir dua jam.
Ini berakibat kami terlambat makan malam di Dubrovnik, lihat :
Intisari Agustus 2007 : Dubrovnik - Mutiara Cantik Ditepi Adriatic
http://smulya.multiply.com/photos/album/192
Note :
Maestro Andrea Bocelli akan mengunjungi Medjugorje saat berlangsung
Youth Fest 2008, dan mengadakan konser didalam gereja St. James
pada tanggal 3 Augustus 2008.


Damai Natal dari Lembah Karmel.





Selama ini pernah beberapa kali ikut Misa hari Minggu
di Gereja Lembah Karmel - Desa Cikanyere, Cipanas,
tapi belum pernah sekalipun pada saat perayaan Natal.
Kebetulan Nuke dan Wimpie sempat, maka kalau tahun
lalu di Bandung, maka Natal ini kami kumpul di Cipanas.

Sempat nilpon menanyakan jam upacara Malam Natal,
ternyata hanya ada satu kali saja jam 22.00.
Diinformasikan juga bahwa biasanya pengunjung sejak
jam 20.00 sudah berdatangan.

Kami makan malam di restoran Amen, yang dipilih karena
tidak jauh dari pertigaan jalan raya Ciloto-Cipanas dengan
jalan yang menuju Puncak Resort, jadi selesai makan
bisa langsung ngebut kearah Lembah Karmel itu.

Sekitar jam 20 kami start dari Restoran Amen, jalan sepi
sehingga perjalanan lancar mengarah ke Puncak Resort -
Taman Bunga Nusantara, sekitar lima kilometer kemudian
belok kekanan memasuki jalan kecil.
Jalan terus menanjak, gelap dan sepi sekali, hanya ada
satu mobil lain yang beriringan, tapi begitu belok memasuki
komplek Lembah Karmel terlihat antrian panjang kendaraan
yang akan memasuki tempat parkir.

Untunglah walau agak jauh, masih bisa dapat tempat parkir.
Kami berlima berjalan kaki menuju gereja yang ada di atas
bukit, karena sudah lama sekali tidak kesana, baru tahu
kalau bangunan gereja yang lama sudah tidak lagi dipakai.

Sebelum memasuki gereja yang baru itu, semua mendapat
lilin Natal dan kantong plastik untuk menyimpan sepatu.
Jadi masing2 nenteng sepatunya dalam kantong itu dan
dibawa masuk, ribet memang tapi betul juga - kebayang
betapa repotnya kalau sekian ribu pasang sepatu dititipkan.
Kami perkirakan kapasitas gereja itu sekitar 5000 orang,
sebagian duduk lesehan dilantai didepan altar dan
sebagian lagi duduk di tribun berbentuk setengah lingkaran
dari bangunan besar tapi sederhana itu.

Saat kami datang sudah separuh gedung terisi, orang
terus berdatangan sampai gedung penuh sesak, malah
sebagian orang sampai terpaksa duduk di tangga tribun.

Tepat jam 22.00 Misa Natal dimulai, Romo Yohanes
sendiri yang memimpin Misa Kudus ini.
Acara berjalan lancar dan hikmat sampai jam 24.00.
Kami kemudian menuju pohon Natal besar dihalaman
yang belum dinyalakan lampunya, orang mengerumuni
sambil menyanyikan lagu2 Natal - setelah berkumpul
semua maka lampu pohon Natal dinyalakan dan
pengunjung memasang lilin Natal disekeliling pohon itu.

Mendekati pukul 01 malam barulah kendaraan kami
meninggalkan halaman komplek Lembah Karmel.
Memasuki lagi kota Cipanas, mendadak istri saya
nyeletuk, enaknya dingin2 gini nyari sekoteng nih.
Dicari sepanjang jalan mulai dari depan Pasar Cipanas,
barulah dapat tukang sekoteng yang tampilannya rada
lumayan dipinggir jalan dekat Restoran Sudi Mampir.

Asyik juga sih jadinya, dingin2 menjelang pagi itu duduk2
dipinggir jalan menikmati sekoteng yang panas mengepul
sambil mencoba meresapi denyut tenang kota wisata itu
yang tentunya tidak setiap waktu sempat kami rasakan.

Salam Damai untuk Semua.

Saturday, December 29, 2007

Nostalgia Selabintana.




Minggu pagi, 23 Desember 2007, jam 05.00 kami sudah
start meluncur dari Tangerang menuju Cipanas.
Rencananya akan menginap dua malam di Cipanas dan
mengikuti Misa Natal di Gereja Katolik Lembah Karmel.

Tentu jalan sepagi itu niatnya menghindari macet, maklum
kan sedang long week-end yang besar kemungkinan ada
kemacetan menghadang disekitar Mega Mendung-Cisarua.
Itupun masih harap-harap cemas, yaitu jangan-jangan
orang lain juga berfikiran sama, semua jalan pagi2 juga.

Ternyata perjalanan lancar banget, jam 06 sudah sampai
di lampu merah Ciawi, hanya ada dua buah mobil didepan
yang menunggu lampu merah, selepas itu juga sangat
lancar, 50 menit kemudian sudah tiba di Cipanas.
Bukan main leganya, istri saya bilang mungkin orang
Jakarta naiknya akhir tahun atau malah barangkali pergi
jalan-jalannya keluar negeri.

Setelah makan uduk gir-lan (pinggir jalan) favorit istri
disebrang Hotel Konengsari, kami meluncur ke Cianjur,
niatnya sekedar mengisi waktu saja karena di Cipanas
sepagi itu juga tidak tahu mau ngapain.

Setelah beli manisan Cianjur, bingung mau kemana lagi,
mau ke Bandung tidak jadi karena Nuke siangnya ada
acara - mau ngamen bersama paduan suaranya di BSM.
Akhirnya mengarah ke Sukabumi, diperjalanan nilpon
teman lama yang tinggal disana, dan setelah dapat
petunjuk arah memasuki kota jadilah menuju kota yang
sudah sekian puluh tahun tidak dikunjungi.

Jarak antara kedua kota ini hanya 27 Km, tapi sayang
aspal jalanan dibeberapa tempat kurang rata, terbersit
rasa aneh juga koq masih jadoel banget nih jalan -
dimana-mana jalanan sudah hotmix licin mulus ini koq
masih gerudugan kayak tahun 60-an.

Setelah makan siang, sesuai pengarahan kami parkir
di dekat restoran Ciwangi, lalu jalan kaki ke toko Madju,
disitu seperti keharusan wis-nu (wisatawan nusantara)
kalau ke Sukabumi : beli kue Moaci !.
Daerah itu down-town nya Sukabumi, toko sepanjang
jalan A.Yani banyak yang masih seperti puluhan tahun
yang lalu, jadi asyik juga lihat-lihat suasana jadoel itu.

Sudah kepalang jalan jauh, kini mobil diarahkan ke
Selabintana, rupanya istri saya mau nostalgia saat
tempo doeloe ramai2 kesana naik bus dengan teman2
merayakan kelulusan kami dari SMA di tahun 1968 -
waduh itu kan 40 tahun yang lalu !.
Perginya sih ramean sampai sa-bus penuh , tapi
sampai di Selabintana sih jalan-nya dua-an trus, he3.

Perjalanan mendaki mengarah kaki gunung Pangrango,
sempat belok kekiri tertarik ingin melihat perkebunan
teh Goalpara yang jaman dulu begitu terkenal.
Sesaat sebelum sampai di komplek perkebunan,
ada komplek villa dengan view cantik kearah lembah/
jurang dan gunung Pangrango.
Sayang sekali hanya sedikit villa yang dibangun dan
itupun sudah terlihat kusam terbengkalai.
Komplek perkebunan Goalpara ini rupanya banyak
diminati untuk camping, dan awal trekking Perbasari
bagi pendaki ke arah gunung Pangrango dan Gede.

Di tengah jalan menuju Selabintana, kami di stop
petugas Dipenda, harus bayar retribusi jalan masuk
kawasan pariwisata sebesar Rp.4000,-
Heran juga koq bayarnya harus di tengah jalan begitu,
mengapa tidak bareng saja saat bayar karcis masuk
di pintu masuk kawasan wisata Selabintana itu.

Kawasan Wisata Selabintana ternyata sudah banyak
berubah, kolam renangnya sih masih ada tapi rasanya
sudah berbeda sekali dengan yang puluhan tahun lalu
kami lihat.
Tadinya sih mau napak tilas - mau nyari tempat kami
duduk-duduk waktu itu - dipinggir kolam renang sambil
nyetel radio transistor, he3.

Didalam komplek yang rimbun dipenuhi pepohonan
besar-besar itu, ada beberapa rumah peninggalan
jaman Belanda yang masih terawat baik.

Tampaknya yang datang wisatawan lokal saja,
memang kalau orang Jakarta tentu males kesana,
karena harus menembus kemacetan Ciawi-Sukabumi.

Tapi kalau long weekend kearah Sukabumi itu bisa
dengan rencana perjalanan seperti ini :
Hari 1 : Jakarta - Puncak - Cipanas.
Hari 2 : Cipanas - Sukabumi/Selabintana - PelabuhanRatu.
Hari 3 : Pelabuhan Ratu - Cisolok - Bayah ( bisa lanjut ke
Cikotok atau pantai Sawarna) - Malingping, kalau
sempat mampir ke pantai Bagedur/Binuangeun -
Pandeglang - Jakarta.

Setelah jenuh dengan kemacetan Jakarta yang dikepung
gedung-gedung tinggi, tentu perjalanan kearah selatan
Jawa Barat-Banten yang ndeso bisa menjadi selingan
yang sungguh menyegarkan mata dan hati.




Wednesday, December 26, 2007

Ciismun dan Cibodas.




Tepat setahun yang lalu, dari tepian jurang kawasan
Wisata Agropolitan, saya melihat air terjun nun jauh
dibawah bukit tempat saya berdiri.
Disebrang, terpisah oleh jurang yang dalam, tampak
bukit dimana Kebun Raya Cibodas berada.
Lihat : Menemukan Agropolitan diatas Cipanas :
http://smulya.multiply.com/photos/album/157

Tentu tertarik sekali ingin bergabung dengan banyak
orang yang berada sekitar curug itu, mereka tampak
berupa titik2 kecil saking jauhnya dibawah, tapi saat
itu saya tidak tahu jalan menuju kesana.

Barulah pada Senin pagi, 24 Desember 2007, dalam
cuaca yang lumayan cerah kami berlima mencoba
kesana, awalnya melewati Istana Cipanas, kemudian
belok kiri persis sebelum komplek Pasar Cipanas.
Begitu belok langsung macet karena banyak angkot
nge-tem, selepas itu bertemu jalan lebar dan bagus.
Jalan terus menanjak, sekitar 3 kilometer kemudian
mengecil jadi pas seukuran dua mobil berpapasan.
Kini tanjakan makin curam dan dibeberapa tempat
ada tikungan maut, kalau pengemudi pemula rasanya
bisa "kena serangan jantung" membelok patah sambil
nanjak "tegak lurus" begitu.

Sempat nanya-nanya arah ke air terjun, akhirnya tiba
di sebuah jembatan dan tampak ada gerbang tertutup.
Itulah gerbang belakang Kebun Raya Cibodas, salah
satu dari tiga gerbang Kebun Raya itu.
Setelah bayar tiket masuk, mobil diparkir ditempat
yang aman, kami berlima mempersiapkan diri untuk
jalan kaki sekitar 1 kilometer menuju curug Ciismun.
Penjelasan yang didapat, curug memang betul diapit
bukit Agropolitan dan bukit Cibodas, sudah dibuatkan
jalan setapak beralaskan batu kali, dan aman karena
tidak pernah terjadi banjir bandang.
Ini penting sekali, karena biasanya berjalan menuju
air terjun, berarti berjalan ditepi atau malah ditengah
sungai kecil yang dangkal berbatu.
Aliran sungai biasanya diapit tebing yang menjulang
tinggi - kalau sedang berjalan disana terjadi air bah,
akan sulit menyelamatkan diri.

Perjalanan kini menelusuri tepian sungai kecil -
asyik sekali berjalan sambil ditemani suara gemuruh
air sungai yang melewati bebatuan sungai kecil
dangkal itu. Hanya kami saja yang menelusuri jalan
itu, rupanya jarang ada yang masuk dari gerbang
belakang, kebanyakan pengunjung langsung turun
dari arah bukit Kebun Raya Cibodas.
Jalan terus menanjak, tapi tidak parah dan karena
kami jalan santai saja maka tidak sampai ngos2an.
Pemandangan kiri kanan lereng bukit terjal penuh
pepohonan, sempat khawatir juga melihat tebing
sebelah kiri (Agropolitan) yang terjal sekali -
khawatir terjadi longsoran.

Akhirnya sekitar 20 menit berjalan tampak dikejauhan
air terjun yang tingginya sekitar 25 meter, airnya yang
cantik keperakan terjun dari sudut pertemuan bukit
Agropolitan dengan bukit Cibodas.
Jadi kedua bukit yang tadinya terpisah oleh jurang
kini menyatu membuat jalan buntu - disitulah lokasi
air terjun Ciismun.
Mendekati curug itu tentu makin sulit karena harus
dengan hati-hati melangkah diatas bebatuan sungai
dangkal, barulah bisa mendekat ke kaki air terjun
selebar sekitar 5 meter itu.

Ada sekitar setengah jam kami melepas lelah sambil
menikmati pemandangan cantik itu, uap air sesekali
terbawa angin mengenai kami, segar rasanya.
Nun jauh diatas tebing tampak sedikit ujung atap dari
kupel rumah kecil yang ada diatas bukit Agropolitan-
dari situlah tahun lalu saya memandang kebawah.

Tak lama berdatanganlah pengunjung lain, suasana
jadi riang karena mereka ramai berfoto-ria.
Saat perjalanan pulang, turun hujan lumayan lebat,
untunglah bawa payung karena sepanjang jalan itu
tidak ada tempat meneduh.

Saat kembali kedalam mobil, teringat sekalian saja
masuk ke Kebun Raya - mumpung sudah sampai
dan boleh berkendara, kalau jalan kaki kan dengkul
bisa copot di kawasan begitu luas dan naik turun.

Ternyata diperbolehkan, maka kami kelilingi Kebun
Raya yang luas sekali itu.
Hujan turun lumayan lebat, kami sempat kehilangan
arah, nyasar masuk jalan kecil ke arah Wisma, tapi
malah jadi kebetulan karena ternyata disitulah lokasi
Bunga Bangkai (Amorphophallus titanum).
Bunga Bangkai ini didapat dari eksplorasi di Danau
Gunung Tujuh Taman Nasional Kerinci Seblat, Jambi.
Tanaman ini diambil tanggal 9 Juni 2000 pada
ketinggian 1450 meter, awalnya ditanam pertama kali
dalam bentuk umbi di Cibodas pada 26 Juni 2000.

Kabarnya tahun 2004 pernah mekar penuh sampai
setinggi 3,17 meter - ini memecahkan rekor dunia
dalam hal tinggi bunga !.

Saya lihat bunga itu kini sekitar 1,5 meter tingginya
dan belum mekar, lokasinya didalam halaman dari
komplek Taman Lumut Cibodas yang memiliki
sampai 216 jenis lumut dari berbagai sudut Indonesia
dan dunia. Dengan luas 2500 meter persegi, taman
ini diklaim sebagai satu-satunya taman lumut di
dunia yang terletak di luar ruangan dan memiliki
koleksi terbanyak. Sayang sekali saat itu hujan
lebat dan pagarnya juga terkunci, maka kami
hanya bisa lihat-lihat dari luar pagarnya saja.

Kalau dimasa lalu kami hanya sampai di tengah
Kebun Raya yang ada lapangan rumput, kini bisa
berkendara sampai ke pojok paling belakang.

Di satu tempat ketemu Sakura Garden - konon
ditempat inilah sedang diupayakan menanam
pohon bunga Sakura.
Dekat Sakura Garden ada air terjun Cibogo, kecil
saja tapi unik karena air sungainya menyebrang
jalan aspal, jadi mobil "berenang" melewatinya.

Memang sebaiknya berkunjung ke Kebun Raya ini
pada hari kerja karena boleh masuk pakai mobil.
Kalau hari Minggu/Libur selain terlalu ramai juga
harus jalan kaki - bisa loyo mengelilingi kawasan
seluas 125 hektare ini, sayang kalau tidak melihat
keseluruhan kawasan Kebun Raya yang indah itu.

Sunday, December 16, 2007

Jalan-bareng ke Kelenteng Tanjung Kait.




Minggu 16 Desember 2007, sejak pagi buta hujan turun -
memang tidak terlalu lebat, tapi "melit" nggak stop-stop.
Pusing juga jadinya, karena rencananya pagi itu akan
jalan bareng ke Tanjung Kait bersama teman2 - baik itu
teman lama, Jalansutra maupun teman Multiply.

Rencananya mulai jam 8 pagi sudah mulai ketemuan,
parkir di jalan pinggir kali dekat Pasar Lama Tangerang,
untuk cari makan pagi atau beli aneka kue-kue khas
Tangerang, dan jam 9.30 meluncur ke Mauk.

Akhirnya jam 6.30 saya SMS ke semua teman bahwa
agar dipertimbangkan dalam cuaca seperti ini akan
sulit jalan didaerah Pasar Lama, sebaiknya cari makan
pagi di tempat lain, kalau start ke Mauk tetap jam 9.30.

SMS balasan berdatangan, ada yang batal karena anak
sakit, ada yang karena perumahan nya ada genangan air,
tapi ada juga yang "ngotot" tetap mau selusupan nyari
makan pagi di Pasar Lama yang tentunya becek sekali.

Malah ada yang jam 7.30 sudah nilpon bahwa sedang
memasuki kota Tangerang, sehingga saya gelagapan
juga buru-buru menuju Pasar Lama untuk menyambut
dan memberikan peta lokasi aneka makanan di Pasar
Lama, sekaligus peta perjalanan menuju TanjungKait.

Ternyata hujan mereda, sehingga teman2 yang mulai
berdatangan bisa dengan santai berjalan kaki menuju
Pasar Lama, belanja aneka makanan sampai jam 9.30.

Tepat waktu iring2an 14 buah mobil bergerak mengarah
ke Mauk, perjalanan cukup lancar hanya tersendat
saat melewati pasar Sepatan yang pagi itu ternyata
belum bebas sepenuhnya dari kemacetan rutin.
Perjalanan sepanjang jalan menyegarkan mata karena
hampir sepanjang jalan terlihat hamparan sawah yang
luas menghijau asri sekali.

Persis jam 10.30, kami memasuki kota kecil Mauk
dan mampir dirumah Bapak Halim yang besar.
Jadi ceritanya, minggu lalu saya menilpon beliau untuk
menanyakan situasi jalan kesana, eh malah "dipaksa"
mampir untuk menikmati es kelapa puan/kopyor.
Tentu saya "menolak" antara lain bilang bahwa saya
nanti perginya berombongan - mungkin 30-an orang,
eh malah ditantang - mau 50 orang juga boleh katanya.

Ternyata memang kami berjumlah 50 orang, setelah
parkir dihalaman, disambut beliau dengan ramah dan
dipersilahkan memasuki rumahnya untuk beristirahat.

Setelah menikmati es kelapa puan itu, ternyata diberi
kejutan yaitu munculnya Kelapa Lilin berupa kolak,
tentu makanan unik dan langka ini setelah ramai2
dipotreti langsung tandas diserbu ramai-ramai.
Rupanya bu Halim kurang puas dalam "ngerjain" kami,
keluarlah minuman yang bikin semua jadi terpesona :
Es buah Kawista, yang terasa segar dan eksotis.

Hebatnya semua buah2an itu dipetik dari kebun pribadi,
khusus Kelapa Lilin kami dapat pencerahan dari beliau
bahwa kelapa ini pohonnya tidak beda dengan pohon
kelapa yang biasa, tapi buahnya sesekali saja ada
yang "nyeleneh" berubah menjadi Kelapa Lilin yang
dagingnya legit gurih itu.

Perjalanan berikut tinggal 6 kilometer lagi dan kini
di kiri jalan mulai terlihat tambak ikan dan laut.
Ternyata Radar TNI AU di pantai TanjungKait masih
berfungsi, dari kejauhan terlihat radar yang bertengger
diatas sebuah bangunan itu masih berputar-putar.

Kelenteng Tjo Soe Kong Tanjung Kait masih bagus
kondisinya seperti saya lihat belasan tahun yang lalu,
pengunjung ramai tapi tidak sampai membludak.
Karena acara puncak ulang tahunnya adalah pada
malam Minggu kemarin, kabarnya semalam itu
pengunjung sudah berjejal antri mulai pagar komplek.

Kami sepakat bahwa pulangnya masing-masing,
karena terserah apakah ada yang mau nonton lomba
barongsay, main ke pantai atau belanja2 aneka
makanan hasil laut yang diasinkan dll.

Sendirian saya menuju pantai yang hanya sekitar
250 meter, melewati rumah penduduk yang sangat
sederhana dengan dinding gedek dan atap rumbia.
Banyak terdapat perahu nelayan di pantai laut yang
airnya bukan biru tapi coklat keruh, dan banyak
juga perahu yang sudah dalam kondisi rusak.
Sempat saya tanyakan ke seorang nelayan tentang
air pasang, ternyata fenomena itu tidak terjadi disitu,
aneh sekali padahal tidak terlalu jauh dari Jakarta.

Saya teruskan berjalan selusup-selusup diantara
rumah penduduk mengarah ke barat dan sampai
di bekas dermaga yang dulu digunakan perahu wisata
menuju Pulau Laki dilepas pantai Tanjung Kait.
Dermaga sudah rusak, dan sekeliling nya kini malah
dipenuhi rumah makan sea food yang menjorok kelaut.

Sedianya saya mau mencoba mengunjungi komplek
Radar TNI AU, yang sudah ada sejak jaman Dwikora.
Dulu terlarang memasuki komplek militer itu, kabarnya
sekarang ada kemungkinan diperbolehkan masuk.
Sayang sudah terlalu siang, maka saya putuskan
kembali saja ke komplek kelenteng.

Perjalanan pulang juga lancar, kebetulan saya kali
ini tidak nyetir maka bisa menikmati pemandangan
persawahan kiri kanan jalan yang hijau menyegarkan
mata - jadi terkenang puluhan tahun lalu pemandangan
juga masih sama seperti itu, nostalgik sekali dan
mudah2an pemandangan cantik ini bisa masih tetap
bisa dilihat di masa mendatang.

Thursday, December 13, 2007

Nonton acara Shejit Kelenteng TjoSoeKong TanjungKait,Mauk - Tangerang

Start:     Dec 16, '07 08:00a
Location:     Tangerang-Mauk-TanjungKait
Sebuah spanduk yg terpasang ditengah kota Tangerang
menarik perhatian saya - memberitakan berlangsungnya
perayaan Shejit (ulang tahun) Kelenteng Tjo Soe Kong
di Tanjung Kait, 14 - 16 Desember 2007.

Kelenteng dekat tepi pantai ini dibangun pada abad 17,
awalnya hanya bangunan kecil yang kurang terawat.
Tapi sekitar tahun 1970 menjadi beken sekali, banyak
peziarah berdatangan apalagi saat malam "Ce-It" atau
"Cap-Go/malam bulan purnama".
Kalau kita malam itu ke TanjungKait, jangan harap bisa
parkir dihalaman kelenteng, sekian kilometer kendaraan
sudah tidak bisa bergerak, biasanya orang tidak sabar-
turun dari bus dan jalan kaki ramai2 menuju kelenteng
yang berkembang menjadi satu komplek cukup besar.

Tapi pamor nya kembali meredup, menjadi sunyi sepi
kembali - seakan kompak dengan komplek bangunan
Radar kuno peninggalan jaman konfrontasi Dwikora
yang berada tak jauh dari kelenteng.

Saya telah mencari informasi lebih lanjut ke panitia
Shejit itu, katanya perayaan shejit selama tiga hari itu
akan diramaikan dengan berbagai atraksi, antara lain:

- Festival Barongsai
- Bazaar Rakyat
- Gambang Keromong/Lenong
- Wayang Potehi
- Wayang Kulit.

Pada hari terakhir - Minggu tanggal 16 Desember
akan ada final lomba Barongsay, dan pertunjukan
Wayang Potehi yang sudah langka.
Dihalaman depan kelenteng seperti biasa akan ada
tenda2 warung makan sea-food, dan juga para penjual
makanan hasil laut yang dikeringkan seperti ikan asin,
cumi asin, terasi dll.

Diinformasikan pula bahwa jalan aspal dari Tangerang -
Mauk sampai ke halaman kelenteng (27 Km) dalam
kondisi bagus, tempat parkir luas dan aman.

Minggu pagi, 16 Desember 07, dengan beberapa
orang teman/keluarga, saya berencana kesana.

Ada yang mau jalan bareng ?, kalau ada -
ini rencananya :

- jam 8.00 : kendaraan anda parkir di meeting point,
yaitu di tepi sungai Cisadane dekat Pasar Lama ,
nanti dibagikan peta petunjuk titik2 lokasi tukang
jualan makanan yg ada di areal Pasar Lama itu,
semua jalan sendiri2 cari makanan2 yang disukai.

untuk makan pagi : bisa beli nasi ulam/nasi kuning,
mie ayam Pasar Lama, baso pak Gino dll,
atau belanja : kue doko/cerorot/selimut bujang/pepe/
ketan tetel/putu mayang, opak bakar karamel dll,
asinan Lan Jin, otak2 si Amoy, swie kiauw, sampai
emping jengkol juga ada,
minumnya bisa es cincau hijau, atau buah lontar,
kalau lagi hokkie bisa bawa pulang getah nipah.

- jam 9.30 : start, melewati Jalan Otista -Cadas-
Sepatan - Mauk - Tanjung Kait, jalan aspal bagus,
perjalanan sekitar 1 jam.

- 10.30 tiba di tempat parkir kelenteng, kalau bisa
diupayakan disambut dan diantar oleh panitia -
berkeliling lihat2 bagian dalam kelenteng.

setelah itu acara bebas, masing2 sesukanya boleh :
nonton final barongsay/pertunjukan wayang potehi,
jalan ke pantai sekitar 200 meter, nyari kelapa muda/
kopyor/ kelapa lilin, lihat radar peninggalan Dwikora,
belanja ikan asin/cumi asin/kerupuk udang dll.
makan siang di tenda warung makan sea food, atau
buka bekal makanan yang dibeli di Pasar Lama.

- jam 13.00 - kumpul lagi dan berangkat pulang.

- jam 14.00 : tiba kembali di Tangerang.

catatan :
- pertanyaan/saran harap ke : smulya@cbn.net.id

salam
sindhiarta - tangerang

Tuesday, December 11, 2007

Terdampar ke abad pertengahan didalam Labyrinth Medina, Fez.




Mendengar nama Fez atau Fes, mungkin tidak banyak orang
yang tahu dimana letaknya, padahal kota ketiga terbesar di
Maroko ini (setelah Casablanca dan Rabat) konon pada kurun
waktu tahun 1170 - 1180 adalah kota terbesar didunia, saat itu
menjadi ibukota Kerajaan Fez.

Kota kuno ini dibangun oleh Raja Idris I pada tahun 789, dan
diteruskan oleh putranya - Idris II pada 810, kini merupakan
salah satu dari empat "imperial cities" di Maroko, selain
Marrakesh, Meknes dan Rabat.

Kota kuno ini terdiri tiga bagian, Fes el Bali (The Old, Walled City),
Fes-Jdid (New Fes, Home of the Mellah)-bagian orang Yahudi, dan
The Ville Nouvelle (the French-created, Newest Section of Fes).

Fes kabarnya kota kerajaan yang paling menarik dan paling indah
di Maroko, dimana walaupun sebagian besar terlihat tradisional,
tapi juga ada bagian modern-nya yaitu Ville Nouvelle or "New City",
yang menjadi commercial center.

Yang paling menarik bagi para turis adalah Medina di Fes al Bali,
ini adalah wilayah pemukiman bebas kendaraan bermotor terbesar
didunia, dan masuk list Unesco's World Heritage sejak tahun 1981
karena 13,380 historic buildings didalamnya masih utuh sekali.


Pagi hari, 16 Nopember 2004, kami meninggalkan Sheraton Hotel
yang berada di wilayah Ville Nouvelle, langsung memasuki jalan
utama kota Fez yang anggun.
Jalan itu lebar, kiri kanan-nya dipagari pepohonan, dan gedung-
gedung megah/antik berderet sepanjang jalan yang nantinya akan
mentok ke halaman depan yang luas dari Royal Palace.
Inilah Champ Elysee-nya kota Fez kata Ahmed, Local Guide kami.

Dijaman lampau pernah orang Yahudi yang terancam jiwanya
minta perlindungan kepada raja Maroko, dikabulkan dan diberikan
tempat bermukim tidak jauh dari istana Raja, sekarang masih ada
dan disebut Fes-Jdid atau Jewish Section itu.
Lokasinya memang berdekatan sekali dengan Royal Palace.
Setelah mengunjungi istana itu - tepatnya sih mengunjungi
gerbang istana karena tidak ada istana di Maroko yang boleh
dimasuki turis - kami cuma bisa motret2 didepan gerbang,
maka dengan menyebrang jalan saja kami sudah berada
di Jewish Section itu.

Diawali mengunjungi Gate dari sepenggal sisa benteng kuno,
kemudian berjalan kaki memasuki kota tua dimana terdapat
banyak rumah kuno milik orang Yahudi itu.
Waktu seakan mundur ke abad 14, gedung-gedung tua yang
masih terawat baik berdesakan sepanjang lorong-lorong kecil
yang bersimpangan satu sama lain.
Keturunan orang Yahudi tentu banyak didaerah itu, cuma
kami tidak bisa membedakan mana orang Yahudi dan mana
orang Maroko asli.

Sempat juga kami tanyakan ke Ahmed, kenapa selama di
Maroko yang berada di benua Afrika ini kami tidak melihat
satupun orang berkulit hitam, dijawab bahwa orang kulit
hitam adanya di beberapa wilayah gurun yang terletak jauh
di bagian selatan Maroko.
Sampai nantinya kami meninggalkan Maroko, hanya orang
yang seperti Ahmed itu yang kami lihat - berkulit agak putih
bersih, berhidung agak mancung, perawakan sedang dan
berambut hitam.

Berikutnya adalah tujuan utama hari itu yaitu memasuki
Labyrinth yang legendaris, yang terletak didalam Medina/
Old City dari Fez. Kota perdagangan kuno dari abad 9 itu
telah berkembang menjadi kawasan yang bukan saja luas
juga super padat.
Jalan-jalan kecil didalamnya, begitu banyak dan begitu
simpang siur, sehingga bisa menyesatkan orang yang
tak terbiasa memasukinya. Karena rumitnya itulah maka
kawasan ini dijuluki Labyrinth.

Sebelum memasukinya, kami diajak keatas sebuah bukit
dimana bisa mendapatkan pemandangan lepas kearah
keseluruhan Medina. Tampak dikejauhan lembah yang
dikelilingi pebukitan terisi begitu banyak rumah berlantai
dua-tiga yang mempunyai banyak jendela.
Dinding rumah berwarna seragam putih kecoklatan
dengan antena parabola bertengger diatasnya.
Kabarnya ukuran Medina sekitar 2400 kali 1600 meter,
luasnya 300 hektar.

Rumah-rumah yang berjejalan penuh sesak itu menjadi
sebuah kota tanpa ada satupun jalan raya didalamnya.
Memang memasuki Labirynth Medina, harus berjalan kaki.
Sejak abad 9 sampai kini, kendaraan yang boleh masuk
hanyalah unta/keledai, jalannya sempit sekali selebar
hanya satu sampai tiga meter saja, malah ada yang
hanya selebar 60 sentimeter.

Kebetulan sekali, persis saat kami memasuki gerbang
Labyrinth, ada seekor keledai sedang dituntun keluar
dari jalan kecil tapi ramai itu, langsung saja kami serasa
tersedot mesin waktu mundur ke abad 9.

Holden, Tour Leader dari Jade Tour "mengancam" kami :
Awas!, jangan mata keranjang ya!, jangan belanja sendirian!.
Pokoknya jangan sekali-kali sampai terpisah dari rombongan!.

Jadi kami tidak boleh nyelonong sendirian mampir ke
toko-toko yang banyak terdapat sepanjang jalan kecil/
lorong-lorong itu.
Sepanjang jalan kuno yang sempit beralas bebatuan itu
banyak sekali toko kecil-kecil yang menjual begitu
beragamnya barang, baik makanan/minuman, pakaian,
souvenir yang memang membuat kami jadi ngiler banget
pengen mampir sebentar.
Kabarnya terdapat sampai 10,539 buah toko2 kecil disitu.

Berjalan dijalan sempit beriringan dan berpapasan dengan
begitu banyak orang cukup mendebarkan hati.
Kami melihat begitu banyaknya persimpangan jalan,
apalagi perjalanan kami tidak lurus saja tapi belok-belok
menyimpang kesana kemari.
Pokoknya betul-betul kami kehilangan orientasi arah,
tidak tahu lagi dimana arah awal perjalanan kami tadi.
Kalau sampai terpisah, rasanya jadilah mesti cari pak
Lurah setempat untuk bikin KTP baru disitu.

Didalam kawasan yang sungguh luas itu, walaupun tampak
sudah begitu tua dan kusam tapi gedung-gedungnya masih
utuh sekali seperti keadaannya sekian abad yang lalu itu.
Kami melihat gedung kuno bekas tempat menginap para
pedagang dari Mali, Senegal, Sudan dan lain-lain.
Dijaman itu mereka menginap dilantai dua dari gedung yang
dipakai sebagai pasar kuno. Kendaraannya, yaitu unta atau
keledai dahulu ditambat dihalaman tengah rumah itu.

Bangunan kuno/bersejarah semua masih bagus kondisinya,
antara lain Mesjid Najjerine yang tempat ambil air wudhunya
cantik dan antik sekali.
Mesjid Qaraquiyine yang kelihatan kuno sekali, dibangun
pada tahun 859 yaitu pada masa pemerintahan Yahya ibn
Muhammad. Mesjid ini adalah salah satu mesjid tertua
dan terbesar di Africa.

Sungguh meninggalkan kesan yang unik dan mendalam,
berada disitu kita merasa terdampar muncul bergabung
dikeramaian tengah kota masa lampau.


Tuesday, December 4, 2007

Shrine of Our Lady of Montserrat.




Montserrat di wilayah Catalonia Spain, adalah pegunungan
batu seluas sekitar 25 km2, dengan puncak tertinggi
1235 meter dpl, yang sangat unik dan cantik.
Gunung batu ini puncak2nya menjulang tinggi runcing-runcing -
seakan bergerigi, lerengnya curam membentuk jurang yang dalam.
Disinilah menurut legenda, beberapa anak penggembala melihat
sinar terang turun dari langit diatas pegunungan Montserrat itu,
dan terdengar bidadari menyanyikan lagu yang menyejukkan hati.
Belakangan orang tua mereka juga mengalami hal serupa.
Pada lokasi itu, didalam sebuah gua ditemukanlah patung Bunda
Maria. Sejak itulah Santa Cova/Holy Grotto menjadi tujuan utama
para peziarah Katolik dari seluruh dunia.

Dikisahkan bahwa patung Bunda Maria itu dipahat pada tahun
30 AD oleh Santo Lukas, dan dibawa ke Spain oleh Santo Peter.
Saat terjadi serangan bangsa Moor tahun 717, disembunyikan
di salah satu gua di Montserrat dan baru ditemukan lagi pada
tahun 880 oleh seorang Uskup.
Awalnya Uskup dari Manresa yang menemukannya, berniat
akan memindahkannya ke kota Manresa, tapi patung kecil itu
menjadi begitu berat-nya sehingga tidak bisa diangkat, maka
rencana pemindahan dibatalkan - tetap berada di Montserrat.

Sejak itulah dibangun kapel dan komplek biarawati disekeliling
kapel, dan belakangan dibangun biara untuk ordo Benedictine.
Komplek biara di ketinggian 700 meter itu makin berkembang,
tapi saat pecah perang tahun 1808-1814 pasukan Napoleon
menghancurkan monastery abad pertengahan itu.
Barulah pada tahun 1858, monastery dibangun kembali.

Pagi hari Nopember 2004, bus kami meninggalkan Barcelona,
mengarah ke Monserrat, waktu kami sempit karena sorenya
akan terbang kembali ke Jakarta via Paris.
Hari itu adalah hari terakhir rangkaian perjalanan mengunjungi
Maroko - Portugal dan Spain.

Berkendara sejauh 56 kilometer lancar sekali, awalnya melalui
highway dan sekitar 15 kilometer terakhir melewati jalan kecil
yang mengarah ke pegunungan Montserrat.
Saat bus berjalan ber-belok2 pelan sepanjang pegunungan
yang berkabut tipis, kami disuguhi pemandangan yang unik
dan cantik sekali karena bentuk unik berbagai lereng dan
puncak gunung yang runcing2.

Tempat parkir bus masih agak jauh dari Monastery, maka
kami harus berjalan kaki diudara yang dingin, tapi tidak jadi
masalah karena justru kami jadi lebih bisa menikmati
indahnya pemandangan dikiri kanan jalan.
Kalau dikiri kami terlihat pemandangan lepas kearah dataran
nun jauh dibawah maka dikanan terdapat bangunan2 besar
kokoh dengan latar belakang puncak dan dinding batu yang
bentuknya runcing-runcing itu.

Memasuki komplek Monastery, yang saat itu masih sepi
karena masih agak pagi, kami segera menuju Basilica
berukuran 60 X 30 meter.
Didalam Basilica bergaya Gothic yang dibangun antara
tahun 1559-1592 inilah terdapat patung Black Madonna
yang disebut pula sebagai Madonna of Monserrat atau
La Moreneta (istilah Spanyol), atau Black Virgin.
Didalam bangunan kuno yqng besar itu, kami harus naik
tangga sempit yang agak curam, untunglah cuma ada
rombongan kami saja jadi tidak sampai berdesakan.

Setiba diatas tampaklah Black Madonna yang menjadi
tujuan utama para peziarah, wooden polychromic statue
buatan abad 12 bergaya Rumania ini menggambarkan
Bunda Maria sedang duduk diatas singgasana sambil
memangku Jesus kecil, dengan latar belakang retablo
penuh ukiran yang cantik sekali.
Tangan kanan Bunda Maria memegang sebuah bola
kecil berwarna coklat, dan pada tahun 1881 dalam
perayaan yang hikmad patung Bunda Maria dimahkotai
oleh Paus Leo XIII.

Tinggi patung sekitar satu meteran, berwarna keemasan,
sedangkan muka Bunda Maria/Jesus berwarna hitam -
ini karena perubahan warna pernis yang melapisinya.
Keseluruhan patung ditutupi kaca bening, kecuali bagian
bola tangan dipegang Bunda Maria.
Para peziarah bergiliran berdoa disana sambil mengusap
bola itu, tentu tidak bisa lama-lama karena dibelakang
sudah ada banyak orang menunggu giliran ditempat
yang agak sempit itu.

Sebenarnya didalam Basilica itu ada atraksi yang sangat
memukau, yaitu paduan suara dari 50 orang anak laki2
yang luar biasa merdunya, kabarnya mereka sudah
membuat lebih dari 100 album lagu.
Mereka bernyanyi mulai jam 13, setiap hari kecuali saat
liburan Natal/selama bulan Juli/ ada perayaan lainnya,
Pertunjukan ini gratis, dan sudah berlangsung sejak abad
ke 13 , antara lain menyanyikan lagu "Salve Regina"
dan the "Virolai" (Hymn of Montserrat).

Sayang sekali kami tidak bisa menunggu sampai siang,
dan juga sayang sekali tidak berkesempatan naik cable-
car mengunjungi Santa Cova atau Holy Grotto -
didalam gua yang berbentuk salib itulah terdapat patung
Bunda Maria yang dibuat oleh Santo Lukas.

Tapi masih beruntung kedatangan kami tepat waktu,
karena kalau datang saat hari Minggu atau ada perayaan
maka dipastikan daerah Monserrat itu macet parah -
penuh sesak dengan peziarah.

Setelah berjalan kaki kembali menuju tempat parkir bus,
kami kembali ke Barcelona dan terbang ke Paris-Jakarta.

Catatan :

Names: Montserrat; Shrine of Our Lady of Montserrat.
Type of site: Catholic shrine; Christian monastery
Address: 08199 Montserrat (Barcelona), Catalonia, Spain
Location: 56km (35 mi) NW of Barcelona,
592km (368 mi) E of Madrid
Phone: 093-877-77-01
Website: www.abadiamontserrat.net
E-mail: informacio@larsa-montserrat.com
Hours: Basilica: Daily 8-10:30am, noon-6:30pm
Santa Cova: Apr-Oct, daily 11:20-5:30pm;
off-season daily 11:20-5:20pm
Cost: Free

When to go: Montserrat is most crowded on Sundays,
as many locals flock to the site on that day.
The Feast of the Virgin of Montserrat is April 27,
with the Vigil the day before.
The vigil is especially popular with young people,
who gather at the shrine for music, special readings,
and Mass.
Tip: Dress warmly; the wind is cold even in the summer.


Friday, November 30, 2007

Mengunjungi sekaligus Enam Curug Gunung Salak.




Berbeda dengan Gunung Gedeh/Pangrango yang terlihat dekat
kalau kita berkendara ke Puncak/Cipanas maka Gunung Salak
yang menjulang di barat kota Bogor "terasa jauh".

Gunung Salak merupakan gunung api strato tipe A, semenjak
tahun 1600-an tercatat beberapa kali meletus, antaranya
tahun 1668-1699, 1780, 1902-1903, dan 1935.
Letusan terakhir terjadi tahun 1938, berupa erupsi freatik yang
terjadi di Kawah Cikuluwung Putri.

Kurangnya berita tentang gunung setinggi 2200 meter yang
mempunyai tujuh puncak ini, serta sulitnya medan memang
membuatnya tidak terlalu populer bagi para pendaki.
Hal itu pula yang membuat saya selama ini "melupakan-nya"
tidak pernah muncul keinginan untuk mengunjunginya.

Barulah setelah Robiyati dan Budi Tjoe kesana dan bercerita
bahwa ternyata Gunung Salak bisa dikunjungi dengan mudah.
Jalan aspal-nya bagus dan dilerengnya banyak air terjun yang
cantik2 katanya - maka Minggu pagi 3 Juni 2007 kami dengan
mengambil rute Bogor - Ciapus, berkendara menuju lereng/
kaki timur laut Gunung Salak itu.

Rencana disusun ingin sekaligus melihat 6 curug/air terjun,
diawali dari yang paling timur yaitu curug Nangka - Daon-
Kawung, ketiganya berurutan pada satu aliran sungai.
Kemudian mengarah kebarat yaitu curug Luhur, kemudian
curug Ngumpet dan terakhir curug Cigamea.
Sebenarnya masih terdapat beberapa curug lainnya, tapi
kami rencanakan enam buah curug dulu saja, itupun di-
perkirakan sore hari baru selesai.

Mengunjungi curug asyiknya di musim hujan karena debit
air yang terjun akan besar sehingga terlihat bagus,
ketimbang musim kemarau yang air terjunnya kecil saja.
Tapi repotnya kalau pas berada disana turun hujan maka
pasti akan sulit sekali mencapai lokasi curug.
Syukurlah pagi itu cuaca cukup cerah, sehingga besar
harapan perjalanan bisa lancar dan target melihat enam
buah curug itu bisa tercapai.

Setelah berkendara sekitar 20 kilometer dari Bogor, kami
tiba di pintu masuk komplek tiga curug itu, setelah bayar
tiket masuk dan parkir di tepi jalan, kami mempersiapkan
diri pakai sepatu kets, dan mulai berjalan kaki memasuki
kawasan yang asri sekali penuh pepohonan.

Curug pertama/yang paling hilir adalah curug Nangka,
tapi untuk bisa mencapainya kita harus berjalan di aliran
sungai dangkal berbatu yang berada di jurang yang sempit,
kiri kanan sungai ada tebing curam yang menjulang tinggi.
Beberapa waktu lalu kabarnya ada korban jiwa, disaat
beberapa pengunjung sedang berada disana tiba-tiba
datang air bah, mereka tidak bisa menyelamatkan diri
karena dinding tepi sungai itu terjal sekali -
semua tewas disapu air bah.

Tidak mau uji nyali, maka kami lewatkan arah ke curug
Nangka, kini menelusuri jalan setapak dengan disebelah
kanan kami ada jurang dalam menyeramkan yang tidak
terlihat dasarnya karena tertutup pepohonan - itulah
aliran sungai dari curug Nangka.

Setelah sekitar 15 menit berjalan, tibalah kami di sungai
kecil yang dangkal berbatu, air hanya mengalir di sela-
sela batu2 besar, dan ada papan peringatan berbunyi :
Dilarang menelusuri sungai bila keadaan cuaca mendung/
hujan - BERBAHAYA.
Waduh, dag dig dug juga jadinya, belum apa-apa sudah
di warning begitu. Tapi ah sudah kepalang - asal wapada
saja dah, kami teruskan - menyebrangi sungai itu.

Sungai kecil itu koq tampak langsung putus alirannya,
rupanya terjun ke jurang - itulah awal curug Nangka !
Sayang tertutup pepohonan sehingga kami tidak bisa
dari atas itu melihat air terjunnya.

Tempat itu tentu sangat berbahaya, tampak ujung aliran
sungai yang terputus itu dipasangi kawat berduri untuk
mencegah orang mendekat.
Kalau terpeleset bisa terjun entah berapa puluh meter
kedasar curug Nangka.
Persis ditepian jurang itu ada batu prasasti, bertuliskan
nama seseorang, rupanya itu batu kenangan yang dibuat
mengenang seseorang yang tewas terjatuh ke jurang itu !
Whoaa, sungguh menyeramkan lokasi itu.

Kami tentu tidak ingin ber-lama2 disitu, kini jalan pelan2
sepanjang tepian sungai mengarah ke hulu sungai dan
tidak lama sampai lah di Curug Daon.
Wah semua kecewa karena curugnya bukan cuma kecil
saja, juga ketinggiannya paling tiga meter doang.

Tentu jadi penasaran ingin lihat curug ketiga yang entah
berapa jauh dari curug Daon itu karena tidak terlihat.
Sempat ragu juga, karena menuju ke curug Kawung
harus berjalan tidak cuma di tepian sungai berbatu itu
tapi juga harus zig-zag nyebrang2 sungai.
Tapi dinding tebing tepian sungai terlihat tidak terjal,
memungkinkan kami naik menyelamatkan diri kalau
datang air bah, maka kami sepakat jalan terus.

Memang tidak mudah jalannya, harus naik turun dijalan
setapak beralaskan tanah - saya juga sempat terjatuh,
dengan sesekali harus menyebrangi sungai dengan
cara meloncat-loncat diatas bebatuan.
Berjalan bersama banyak pengunjung lainnya membuat
bersemangat, ditambah berada di lingkungan alam
yang begitu segar asri - menyenangkan sekali.

Akhirnya setelah sekitar 20 menit berjalan, tampaklah
dikejauhan sebuah air terjun yang cukup tinggi, keren
dan cantik sekali, hilang dah rasa lelah kami.
Warna warni baju anak2 muda yang berada dikaki
curug Kawung menambah cantiknya pemandangan.

Puas menikmati pemandangan, kami bergegas kembali
selain ingin keburu melihat curug2 lainnya juga karena
sebenarnya terasa seram juga berada ditengah hutan
yang se-waktu2 bisa datang air bah.

Kembali berkendara keluar kawasan, sekitar 8 km
sudah bertemu Curug Luhur dikanan jalan, jadi berbeda
sekali dengan curug sebelumnya yang jauh ditengah
hutan, curug ini berada persis ditepi jalan.
Sayang walau mudah dicapai karena dekat dan ada
jalan setapak yang rapih, sekeliling curug sudah ada
banyak rumah/saung2 sehingga tidak alami lagi.
Berbeda sekali dengan curug Kawung yang asri alami.
Setelah membuka bekal makan siang dan beristirahat,
kami segera kembali ke mobil karena masih ada dua
lagi curug yang akan dikunjungi.

Perjalanan kini menuju Kawasan Gunung Salak Endah
yang berjarak 20 km, jalan mulai terasa ramai - kalau
tadinya hanya sesekali ketemu sepeda motor, kini
banyak ketemu mobil dan motor sehingga harus extra
hati2 dijalan yang banyak belok-belok itu.
Tapi kini pemandangan sepanjang jalan mulai menarik
karena kalau tadinya tertutup pepohonan, kini mulai
terbuka bisa melihat dataran rendah dikejauhan.

Masuk gerbang Kawasan Gunung Salak Endah harus
bayar retribusi dulu, kini dikiri jalan ada beberapa
papan petunjuk obyek wisata, tapi kami lewati saja
karena berniat hanya ke curug Ngumpet saja.

Parkir juga mudah dipinggir jalan, tapi curug Ngumpet
itu benar2 ngumpet jauh dari tepi jalan.
Kami harus berjalan menelusuri tepian sungai sejauh
sekitar 400 meter, jalan nya juga naik turun tapi tidak
se sulit jalan ke curug Kawung tadi.
Ternyata memang betul curug yang lumayan besar
ini tersembunyi jauh ditengah hutan.
Saat itu sudah matahari sudah mulai turun menjelang
sore, kerimbunan pepohonan begitu lebat dan tidak
ada satupun bangunan disitu maka suasana di depan
air terjun itu sungguh alami sekali.

Hari sudah menjelang sore, kami kembalii ke mobil
dan ngebut mencari lokasi curug terakhir dalam list
kami yaitu curug Cigamea, kabarnya kita harus jalan
kaki sejauh 800 meter untuk sampai kesana.

Disatu tempat dikanan jalan terlihat motor parkir
banyak sekali, sempat mengira ada hajatan atau
pertandingan sepak bola - ternyata itu kendaraan
para pengunjung ke curug Cigamea itu.
Turun dari mobil, dari tempat parkir sudah bisa
melihat air terjun yang tampak kecil di ujung lembah
nun jauh sekali dibawah.

Sempat mikir juga karena jauh sekali, menuju
kesana memang enteng karena menuruni lembah,
tapi pulangnya nanti pasti bikin dengkul goyah.

Tapi indahnya pemandangan dan jalan conblock
yang rapih mengundang kami untuk segera jalan.
Perjalanan perginya enteng saja, dan tidak lama
sudah sampai ke curug yang cantik sekali.
Curug Cigamea tinggi besar dan ada dua, banyak
anak muda yang mandi2, ramai sekali.
Sekeliling terlihat banyak saung penjual makanan
dan minuman, yang tentunya mengurangi nuansa
alami curug yang cantik itu - sayang sekali.
Padahal curug Cigamea ini akan sangat indah
dilihat dan difoto kalau tidak terhalang gubuk2 itu.

Perjalanan pulang tentu harus mendaki tangga
yang kelihatan begitu "mengerikan" panjangnya,
maka supaya tidak patah semangat kami semua
jalan sambil menghitung jumlah anak tangganya.
Setelah ber-kali2 mogok ngos2an, akhirnya sampai
juga diatas dan ternyata hitungannya tidak sama
ada yang 225 ada yang 250, maklum ngitung
dalam keadaan otak butek kecapaian.

Perjalanan kembali ke kota Bogor, tidak melewati
jalan semula, tapi melewati Pamijahan dan Gunung
Menyan untuk tembus ke jalan raya antara Jasinga-
Bogor, dan menjelang magrib tibalah kami kembali
di Bogor untuk masuk tol Jagorawi menuju pulang.


Tuesday, November 27, 2007

jokes : Wrong Number.

Last Wednesday night I was sitting in my room watching
television, when the phone rang.

"Hello?" I said.

A girl's voice came over the line. "Can I speak to Ben, please?"

I live by myself, and my name definitely is not Ben.
It was a wrong number and I was bored.   I replied,
"I'm sorry, he's not in right now. Can I take a message?"

"Do you know what time he'll be back?" she responded.

"I think he said he'd be home around ten."

There was a confused silence on the other end.

"Is this Steve?"
 
My name isn't Steve, either. So I replied,
"Yes, it is. D'you want to leave a message for Ben?"

"Well... he said he would be home tonight and asked
me to call him," she said in a slightly irritated voice.

I replied, "Well, he went out with Karen about an hour ago,
and said that he would be back at ten."

A shocked voice now, "Who's Karen?!"

"The girl he went out with."

"I know that! I mean... who is she?"

"I don't know her last name. Look, do you want me to leave
a message for Ben?"

"Yes... please do. Tell him to call me when he gets home."

She was sounding pretty irate at this point,
I could hear her temper flaring. "I sure will. Is this Jennifer?"

She exploded, "Who the hell is Jennifer?!"

Apparently she wasn't.

"Well... he's going out with Jennifer at ten.
I thought you were her. Sorry... it was an honest mistake."

"Ben's the one that's made the mistake! Tell him that
Alice called and that she's very upset and that I want
him to call me as soon as he gets home."

I smiled and said,
 "Okay, I will... but Becky isn't going to like this..."
*CLICK*

 

Perayaan Shejit Kelenteng Tjo Soe Kong Tanjung Kait.


Sebuah spanduk yang dipasang melintang dijalan
tengah kota Tangerang menarik perhatian saya,
karena memberitakan tentang akan berlangsungnya
perayaan Shejit (ulang tahun) Kelenteng Tjo Soe Kong
Tanjung Kait, 14 - 16 Desember 2007.

Kelenteng yang berada ditepi pantai ini konon dibangun
pada abad 17, tapi sewaktu saya masih kecil kesana
kelenteng itu sangat tidak terawat, hanya berupa sebuah
bangunan kecil sederhana saja.
Tapi belakangan sekitar tahun 1970-an menjadi begitu
terkenal, banyak peziarah berdatangan apalagi saat
malam "Ce-It" atau "Cap-Go".
Saya ingat benar kalau malam Cap Go itu bus-bus
tidak putus2-nya lewat didepan rumah orang tua saya
di Tangerang.
Kalau kita malam itu ke TanjungKait, jangan harap bisa
parkir dihalaman kelenteng, sekian kilometer kendaraan
sudah tidak bergerak, biasanya orang sudah turun dari
bus dan jalan kaki ramai2 menuju kelenteng.

Kelenteng menjadi satu komplek yang lumayan besar,
tapi belakangan pamor nya meredup, menjadi sunyi
sepi kembali - seakan kompak dengan bangunan
Radar kuno peninggalan jaman konfrontasi Dwikora
yang berada persis disebelah komplek kelenteng.

Saya mencari informasi lebih lanjut dan sempat
bertemu salah seorang panitianya.
Jadi betul kalau ada kegiatan untuk menghidupkan
kembali kelenteng Tjo Soe Kong itu, antara lain
dengan mengadakan perayaan shejit yang diramaikan
dengan berbagai atraksi, antara lain:

- Festival Barongsai
- Bazaar Rakyat
- Gambang Keromong/Lenong
- Wayang Potehi
- Wayang Kulit.

Dipastikan pula bahwa jalan dari Tangerang - Mauk
sampai ke halaman kelenteng dalam keadaan bagus.
Pada hari terakhir - Minggu tanggal 16 Desember itu
akan ada final lomba Barongsay, dan pertunjukan
Wayang Potehi yang sudah langka.

Dihalaman depan kelenteng seperti biasa akan didapati
tenda2 warung makan sea-food, dan juga para penjual
makanan hasil laut yang dikeringkan seperti ikan asin,
cumi asin, terasi dll.

Ada yang mau kesana ?

Monday, November 26, 2007

Bingung nyari cara keluar dari bandara di tengah malam.

 

Senin sore, 26 Nopember 2007,

Saat berkendara menuju warung, mendekati jam 17 radio
ElShinta memberitakan kejadian air pasang menggenangi
tol Sedyatmo, arus ke/dari Bandara macet katanya.
Saya jadi teringat, ada seorang family yang jam 23.45
akan mendarat dari Bangkok dengan AirAsia, tinggalnya
di Jakarta dan akan dijemput sopir saja karena anggauta
keluarga yang lain berhalangan.

Karena warung ramai, sempat terlupa dan setelah dirumah
ingat untuk mencari berita terbaru, istri saya bilang coba
lihat CNN-nya Indonesia, eh yang ada pak SBY sedang
motong kue ultahnya Metro TV.

Normalnya dari Bandara ke Jakarta tentu melalui jalan tol
Sedyatmo, bisa langsung bablas nyambung ke tol dalam-
kota, atau keluar di beberapa exit sebelumnya yaitu di
Kamal, Pantai Indah Kapuk atau Pluit.
Kalau tidak mau masuk tol, pas melewati gerbang selamat
datang, bisa belok kekiri masuk jalan biasa yang nantinya
akan melewati Rawa Bokor - Kalideres - Cengkareng dstnya.

Tapi kalau tol terblokir, bukan saja kendaraan tidak bisa
lewat, buntut antrian bisa sampai ke-mana2, termasuk
sampai ke exit Rawa Bokor itu.

Nah tentu yang penting sekarang nyari info dari yang fihak
yang berkompeten yaitu Petugas Tol Bandara, maka
nanya ke 108 dan dapatlah nomer tilpon nya 2513702,
tapi kayaknya petugasnya "jual mahal", sampai bosen
menceti nomer itu kaga diangkat-angkat.

Lalu teringat teman saya yang tiap malam pasti lewat situ,
prakteknya di TelukNaga tiap malam lewat tol bandara
menuju rumahnya di Kelapa Gading. Ternyata dia hari itu
malah tidak berangkat praktek karena jalan tol tertutup.

Wah, kalo gitu betul nih banjir, lalu ingat ke Captain Gatot
yang pasti banyak info soal per-bandara-an, sms dikirim
dan dijawab betul ada banjir dan saran untuk lewat pintu
belakang bandara saja.
Sms berikut dari Capt.GP, bahwa jalan masih terblokir -
ada petugas security kantornya belum datang aplusan.

Masih ingin dapat laporan pandangan mata, teringat adik
saya yang setiap malam pulang dari kantornya di Sunter,
melewati jalan tol bandara ke Tangerang.
Jam 21.45 dapat kontak adik saya itu, dia pas mobiling
seputaran Ancol, kebetulan dia sedang dengarkan radio
yang memberitakan tol tertutup dua arah, maka segera
dia mengambil arah ke Grogol lanjut tol Tomang.

Butek dah nih, tidak dapat kabar pandangan mata,
terbayang kalau pesawat mendarat jam 23.45, kan
biasanya paling tidak 45 menit baru bisa keluar.
Kalau coba-coba juga lewat jalan kearah tol bandara itu
atau Rawa Bokor, lalu terjebak kemacetan di tengah
malam tentu rawan sekali.

Eh, kebetulan lihat e-mail dari bu Sofia Mansoor van
Bandung, berita banjir lihat Detik.com katanya.
Astaga!, koq bisa lupa nyari berita di portal berita yang
selalu up to date beritanya ini.
Di Detik.com jelaslah duduk perkaranya, jalan tol masih
terblokir dan kemacetan sudah ke-mana2, yang arah
ke bandara macet sudah terjadi dari Grogol !
sedangkan keluar bandara macet dari gerbang bandara !

Jadi tidak ada jalan lain selain ambil jalan lewat pintu
belakang bandara, menuju Tangerang dan lewat tol
Tangerang-Tomang menuju Jakarta.
Kini persoalannya yang boleh lewat pintu belakang itu
hanya kendaraan yang ada sticker khusus, dan juga
sopir yang ditugaskan menjemput tidak tahu jalan.

Maka saya bilang pak sopir suruh datang kerumah
saya, nanti saya pasangkan sticker dan saya antar
masuk ke bandara.

Sambil menunggu kedatangan pak sopir, saya tilpon
Sentra Medika Bandara (021-5505237).
Diawal bandara beroperasi di tahun 80-an sekian
tahun saya bergabung di unit medical emergency ini,
tempatnya di areal perkantoran dekat tower bandara.
Saya menanyakan situasi lalu lintas didepan kantor,
khawatir ekor kemacetan sampai didalam kawasan
bandara itu, ternyata lancar2 saja kata petugas jaga,

Sopir datang dan ternyata memang dia buta huruf
soal jalan masuk ke bandara dari belakang itu.
OK dah, saya pasang sticker di mobilnya, bawa
jaket untuk antisipasi begadang di airport dan
jam 22.45 kami berdua berangkat, melewati
jalan Ki Samaun - lewat depan Vihara Nimmala -
jembatan dekat bendung Sengego dan mendekati
pintu belakang bandara.
Normalnya paling lama 20 menit sampai, tapi kali ini
karena sudah malam hanya 7 menit sudah sampai di
gate pemeriksaan masuk ke pintu belakang yang
ternyata dibuka lebar - penjaganya duduk2 saja -
semua kendaraan malam itu dibebaskan lalu lalang.

Menjelang tengah malam itu lalu lintas masih ramai,
apalagi arus yang mengarah keluar bandara, karena
inilah jalan satu2nya yang terbuka keluar bandara.

Pak Sopir saya arahkan menuju terminal dua, tidak
masuk terminal tapi arah menuju tempat parkir dari
terminal dua itu, setelah dia faham kami kembali
mengarah keluar bandara.
Jadi saya akan diantar pulang, karena sopir ini sudah
faham jalan dan yakin bisa sendiri menjemput.

Dirumah buka Detik.com lagi, diberitakan jam 23.15
seputaran perempatan Cengkareng macet 4 kilometer,
sedangkan antrian di Kalideres panjangnya 7 kilometer.

Sekitar jam 00.30 yang dijemput SMS saya bahwa
sedang ambil koper, dan jam 01.30 SMS lagi bahwa
sudah tiba dirumahnya.

Kompas Selasa pagi memberitakan kejadian genangan
air di KM 27 itu, kekacauan luar biasa di jalan-jalan,
puluhan jadwal penerbangan ditunda, LionAir saja
belasan penerbangan domestik yang dibatalkan.

Lha bagaimana mau terbang, bukan saja penumpangnya nggak datang,
wong air-crew nya juga nggak nyampe2.

Bandara sore itu banyak penumpang terlantar tidak
bisa keluar bandara karena tidak ada yang menjemput,
mau naik taksi juga di getok, ke Tangerang saja yang
biasanya cuma 90 rb diminta 400 rb.

Haiyaaa - jangan sering2 dong ah kejadian begini, puyeeeng!!.


 

Sunday, November 25, 2007

Umurnya 65 ? Kalo saya 72 !

Minggu pagi, 25 Nopember 2007 -

Saya dengan istri meluncur ke Jakarta dengan hati
yang dagdigdug, macet nggak - macet nggak nich.
Saya kan kalau tidak kepaksa nggak mau ke Jakarta,
ini karena ada macam2 urusan.
Sampai-sampai nilpon teman yang tinggal di Meruya
untuk minta laporan pandangan mata arus tol arah
ke Jakarta - Amaaaan katanya!.

Ternyata benar2 Jakarta hari ini sangat bersahabat,
bukan saja tol Tomang dan Dalam Kota lancar, juga
parkir di basement-nya RS Medistra yang sempit itu -
ternyata dapat - persis satu tempat kosong terakhir.

Kesana nengok teman yang dirawat - dia apes banget,
gara-gara dengkulnya pengen enteng - disuntiklah oleh
dokter langganannya obat kedalam sendi lututnya -
eh malah infeksi berat sampai bernanah, demam dan
harus dirawat segala.

Selesai bezoek, karena melihat lalu lintas yang begitu
aman lancar, maka di Semanggi belok lah ke arah
Grand Indonesia, kalau hari kerja sih sorry lah kesana.
Sempat salah masuk, masuknya dari gedung parkir
yang sebelah timur, membuat saya harus ber-pusing2
sampai ke lantai tujuh, disana kami bingung karena
tidak ada satupun mobil lainnya.

Setelah nanya kesana kemari sampailah di ujung
satunya lagi gedung parkir itu, disitu juga tidak ada
satupun kendaraan, yah sudah parkir saja lah.
Memang serba salah, kalo tempat parkir penuh -
pusing, ini dapat leluasa parkir sendirian di tempat
parkir segede lapangan bola juga bingung.

Rupanya parkirnya nggak salah, karena persis
dibawah bioskop Megablitz.
Di Grand Indonesia kami makan siang dan seperti
biasa cuci mata, setelah itu kami putuskan jadi
menuju ke Jalan Gajah Mada untuk mengunjungi
Adira Kenduri Kuliner Nusantara 2007.
Mumpung jalan lancar dan tidak hujan, tapi tentu
saya tidak berani parkir di Gedung Arsip Nasional,
tapi di gedung parkir Gajah Mada Plaza.

Kami menyetop mikrolet, buru-buru naik, eh malah
dia ngetem, lama lama gerah juga itu kan jam 14
yang lagi panas2nya - maklum aja mana ada sih
mikrolet yang pake AC.
Kesel nggak jalan-jalan, saya tanya dah - masih
lama nih pak!, dijawab kalem - dua lagi dah, haiyaa.

Sampai di Gedung Arsip betul saja lapangan parkir
penuh sesak, udara panas sekali.
Baru saja mau keliling lihat2 stand, istri saya terkilir
kakinya, terpaksa minggir nyari bangku buat duduk.

Saya sempat bertemu teman2 Jalansutra yang
bertugas dan juga pak Martin & istri.

Mendadak istri saya bilang, tadi lihat bu Martin beli
(nge-bungkus bawa pulang) Mie Aheng, beliin dong.
Cari-cari tidak ketemu, ketemu Grace yang jaga di
stand Jalansutra.
Saya tanya : Grace, Mie Aheng dimana?.
Dijawab : di Mangga Besar!
Lho ??? - bukan, maksudnya didalam sini !
Nggak ada tuh ! sahut Grace dg yakinnya.
Nah bingung kan, lalu Grace bilang disini yang ada
Mie Kepiting Ameng, Mie Aheng mah nggak ada!.
Astaga, tadi rupanya istri saya salah denger.

Mendekati jam 16 kami meninggalkan halaman
gedung, rencana semula akan nyebrang jalan dan
naik mikrolet lagi kesebrang Gajah Mada Plaza.
Tapi ternyata jembatan penyebrangan jauh sekali,
sedangkan istri saya kakinya masih sakit sekali.
Bingung dah, masa jarak segitu dekat naik taksi !
Oh - naik Bajaj kalo gitu, tapi tengok2 koq nggak
ada satupun Bajaj yang lewat.

Nanya ke tukang parkir, oh disini mana ada Bajaj
yang berani lewat katanya, kan Bajaj tidak boleh
masuk jalan raya.
Kalo mau, nyarinya di jalan Krukut depan radio
Sonora.

Kayaknya itu jalan terbaik, dengan pelan2 kami
jalan melewati Kompas Gramedia, dan masuk
ke jalan menuju Krukut.
Benar saja tampak berbaris belasan Bajaj antri
menunggu penumpang, tapi koq Bajajnya butut2
semua, parah banget penampilannya, rombeng2.

Saat kebingungan, tampak seorang pengemudi
yang menunggu didalam Bajajnya me-lambai2
kepada kami, wah udah tua kurus lagi orangnya -
sepadan banget sama Bajajnya.

Pak, berapa ke Gajah Mada Plaza ?
Goceng dah !
Yah udah - kesian kalo di tawar2.

Begitu naik, saya kesulitan nyari kunci pintunya,
ternyata pakai karet bekas ban mobil, cukup di
kaitkan begitu saja.

Mesin dihidupkan, busyet deh berisik banget
dan dengan ter-engah2 mulai berusaha bergerak,
saya tengok istri saya sedang nyengir2 geli.

Lumayan dah tuh Bajaj bisa jalan walau dengan
begitu hebohnya, berisik banget, lalu iseng saya
tanya - Pak, Bajaj tahun berapa nih ?.
Si engkong ngejawab, tapi nggak nyambung -
kayaknya dia salah dengar.

Saya ulang lagi pertanyaan tadi, kali ini dengan
setengah teriak, dijawab :
tahun 65 !

Saya timpali : Kalo gitu seumuran saya tuh pak.
(becanda-masa saya lahir tahun 1965, itu mah
15 tahun lebih muda, he3)
Istri saya tampak kepayahan nahan ketawa.

Eh si bapak nyaut:
Umurnya 65 ? Kalo saya 72 !

Nggak ketahan dah istri saya ngakak !


 

Wednesday, November 21, 2007

Duch - didepan Pengadilan Genosida.


Harian Kompas - Kamis 22 Nopember 2007, halaman 8 :

Memuat berita tentang dihadapkannya Kaing Guek Eav alias Duch,
ke pengadilan Genosida di PhnomPenh, dia adalah kepala penjara
S-21 (dikenal pula sebagai penjara Toul Sleng) era Khmer Merah.

Duch ditangkap pengadilan genodisa dukungan PBB, Juli 2007,
karena dianggap bertanggung jawab atas tewasnya sekitar 16.000
warga Kamboja saat mengepalai penjara S-21 itu.

Diyakini, mereka dibunuh dengan sebelumnya disiksa dulu dengan
begitu kejam nya, karena dianggap musuh Khmer Merah.
Saat rezim Khmer Merah berkuasa tahun 1975 -1979, sekitar
1,7 juta rakyat Kamboja dibunuh secara kejam.

Dalam foto di Kompas itu, Duch yang tampak muram dan lemah,
mengaku kalau dia berbuat se-mata2 atas perintah dan dalam
ancaman akan dibunuh kalau tidak melaksanakan perintah itu.
Dalam foto itu dia memang tampak mengundang iba, tapi lihat
dulu cerita2 dan foto2 tentang tempat mengerikan penjara S-21
alias Toul Sleng itu.

Toul Sleng Prison - Phnom Penh Cambodia
                          http://smulya.multiply.com/journal/item/19
Toul Sleng Prison - Kamboja
                          http://smulya.multiply.com/photos/album/11

Mengapa PolPot begitu kejam thdp bangsanya sendiri
                           http://smulya.multiply.com/journal/item/21

Konon saat tentara Vietnam menyerbu masuk Kamboja, dan
membebaskan penjara itu, ternyata dari sekitar 15 ribu orang
yang dimasukkan kedalam penjara itu hanya 7 orang saja
yang ditemukan masih hidup !


Foto lain :
Beberapa sudut PhnomPenh
                           http://smulya.multiply.com/photos/album/12
Cruise PhnomPenh
                           http://smulya.multiply.com/photos/album/42

Thursday, November 15, 2007

ADIRA Kendoeri Koeliner Noesantara 2007

Oendangan Kendoerij dari ADIRA dan Jalansutra

 

 

Terboeka oentoek Oemoem!

Kami Rindoe Berdjoempa dengan Saoedara Sekalijan

 

Seboeah pameran koeliner yang menjadjikan beragam masakan otentik tanah air

 

Djadilah saksij atas kekajaan resep poesaka nenek mojang.

Temoekan menoe-menoe pilihan dari dapoer kedaj/waroeng/restoran pudjaan Saoedara!

Setelah poelaoe dan lagoe, bagaimana djadinja djika resejp-resejp masakan leluehoer poen

diakoei sebagai milik bangsa lain? Pastikan djangan sampaj kedjadian!

 

 

ADIRA Finance dan Jalansutra dengan Santoen Mempersembahkan:

ADIRA Kendoeri Koeliner Noesantara 2007

Gedoeng Arsijp Nasional

Djalan Gadjah Mada no 111, Djakarta

 

24 November 2007, djam 09.00- 21.00

25 November 2007, djam 09.00- 17.00

 

|

 

Saoedara dipoedjikan oentoek ambil bahagian mentjitjipi:

 

Boepet Mini Pasar Benhill “ Martabak Palembang “ Mie Tjelor Djalan Biak

Pempek Pak Raden “ Boergo dan Pempek Sari Sandjaja“ Nasij Oedoek Qoemaj

Laksa dan Tape Oeli Tjisalak “ Gaboes Poecoeng Ciboeboer -  Soto Mie" Wahid Hasyim

Tahoe Pong Hayam Woeroek  “ Gado-gado dan Roejak Tjingoer Iboe Bambang

Soto Koedoes “ Koepang Lontong dan Asem-Asem Bhek Poetra Kelapa Gading

Mie Kepiting Pontianak Ameng Pangeran Djajakarta “ Atjil Inoen“ Sate Jamoer

Nasij Bali Ajengan Ciboeboer “ Ajam Taliwang Senggigi Iboe Wati

Coto Marannoe “ Yougwa Masakan Papua “ Koewe Tradisional Lastri

Eis Mangga dan Pala Bogor “ Tjintjaoe Djahe Tjikini “ Biir Pletok dan Tjamilan Omah Sendok

Serabi Solo Notosoeman gaja Menteng “ Eis Kelapa Muda dan Otak-otak Petodjo

Teh Saring Sariwangi AEA

 

Dan banjak lagi hal lainnja!

 

|

Saoedara boleh djuga tengok itu kami poenja pameran teh dan kopi

yang menampilkan koleksij teh dan kopi dari seloeroeh pelosok negeri.

|

 

Masih ingat mainan kampoeng jang pernah Saoedara mainkan saat ketjil doeloe?

Kami poenja koleksij maianan anak djaman doeloe jang bisa Saoedara

nikmati dan beli oentoek poetra-poetrij Saoedara.

|

Pada atjara ini poen, Saoedara boleh berkesempatan untuk peroleh wang toenaij

sampaj Rp 5,000,000 apabila Saoedara berhasil mentjatatkan

rekor MURI sebagaj Pembakar Sate Terlama. Informasi lebih lanjoet,

sila hoebungi kami.

Sabtoe, 24 Nov 2007. Djam 09.00 sampai jam berapa poen.

|

Saksijkan poela demo masak yang akan dibawakan oleh Bondan Winarno,

tokoh koeliner Asia jang makin maknyoes dari waktoe ke waktoe.

Sabtoe, 24 Nov 2007. Djam 11.00 - 12.00.

|

Boet Saoedara jang rindoe akan lagoe-lagoe tahoen 80-an,

sila datang oentoek menikmati pelantoen tembang-tembang sohor.

Moelaj dari Catatan Si Boj sampaj lagoe berjoedoel Suzanna. Pasti Seroe.

Sabtoe, 24 Nov 2007. Djam 19.00 - 21.00.

|

 

Bila Saoedara penggemar batik moderen dengan potongan-potongan seksij,

sila datang ke pameran ini. Saksijkan poela pagelaran boesana batik seksij

jang tiada doeanja.

Sabtoe, 24 Nov 2007. Djam 17.00 -17.30

 

|

 

Ada perlombaan main jojo - Pertoenjoekan main gasing dan koleksij gasing

dari seantero negeri! Bapak Gasing Indonesia akan hadir di sini.

Tari-tari noesantara! Senam SKJ jang nostalgia itoe!

Minggoe, 25 Nov. Djam 09.00 - 17.00

|

Selama atjara berlangsungSaoedara akan dimandjakan dengan hadiach-hadiach

jang menarik hati dari sponsor! Ikoeti Permainannya!

 

-

HTM Rp 20,000

Akan disoembangkan oentoek Jajasan Kemanoesiaan INCRESO

 

-

Oentoek keterangan lebich lanjoet, sila hoebungi kami:

Njonjah Didi [021 985 28264] dan Toean Wasis [021 93460583]

Email adirakkn@gmail.com ataoe adirakkn.blogspot.com

Sekretariat ADIRA Kendoeri Nusantara 2007

Gedoeng ADIRA lantai 10, Djalan Menteng Raja no 21. Djakarta Poesat