Tuesday, May 3, 2005

Atap Dunia - Tibet : part 3 (terakhir) - Berbagai Monastery di Lhasa.


 


Atap Dunia - Tibet : part 3 - Berbagai Monastery di Lhasa.


 


Tempat lain yang dikunjungi di kota Lhasa :


Selain istana Potala kami  juga mengunjungi berbagai Monastery,
antara lain Jokhang Temple yang terletak ditengah kota Lhasa.
Kami boleh memasuki berbagai ruangan pemujaan, dan juga
bisa naik sampai ke puncak bangunan dimana bisa melihat istana
Potala dikejauhan dan juga keramaian kota Lhasa dimuka temple ini.


Temple yang cukup besar  ini disekelilingnya penuh dengan pedagang
kaki lima yang menawarkan berbagai souvenir.
Sempat heran juga koq banyak sekali pedagang sepanjang keliling luar
komplek, sehingga membuat kami tertarik untuk berjalan mengelilingi
temple itu sambil lihat2 cendera mata yang dijual oleh pedagang kaki lima.
Cuma saking luasnya komplek temple itu sampai loyo juga mengitarinya.


Udara memang agak terasa dingin tapi matahari sangat terik menusuk,
kami juga tidak  berani berjalan cepat2 takut sesak nafas.


Di temple ini kami menyaksikan cara bersembahyang orang Tibet yang
unik sekali :  mula2 berdiri, lalu mengacungkan soja diatas kepala -
turun ke dada, kemudian berlutut  diteruskan tiarap dengan kedua 
tangan lurus kedepan, lalu berdiri , soja diatas kepala lagi dan kegiatan
itu diulangi terus2an.


Monastery lainnya berada diluar kota : Drefung Monastery.
Tempat ini berada sedikit di luar kota Lhasa , jalan kesana memang
aspalnya tipis tapi lumayan tidak sampai berlubang.
Berbeda dengan monastery lainnya,  Drefung letaknya di lereng gunung.
Setelah turun di tempat parkir peserta harus jalan kaki dahulu agak jauh
melalui jalan setapak yang agak becek karena baru saja turun hujan dan
setiba di komplek monastery itu ternyata tidak semua peserta bisa naik
sampai kebagian atas/belakang, karena tangganya begitu ber-tingkat2
dan curam.
Saya lihat seorang teman setelah naik beberapa buah tangga tidak sampai
ke puncak temple dan sampai menggunakan Oxycan karena sesak nafas.


Di taman yang ada disamping temple ini kami melihat puluhan Lama muda 
berjubah merah yang rupanya sedang latihan mental.
Mereka saling berhadapan, satu duduk bersila dan yang satunya lagi 
berdiri didepannya - melakukan aksi se-akan2 mau memukul kepala Lama
yang bersila tadi.
Tapi ternyata cuma menepiskan telapak tangan kanannya ketelapak tangan
kirinya didekat kepala rekannya sehingga ramailah terdengar suara plak
plek plok.


Asyik juga kami mencoba alat sembahyang berupa deretan silinder yang
diletakkan berjejer sepanjang dinding, sambil jalan kita memutarkan silinder2
itu yang bisa berputar pada asnya.


Dalai Lama juga mempunyai istana yang dipergunakan pada musim panas,
letaknya tidak jauh dari istana Potala karena dipinggir kota Lhasa.


Komplek istana yang disebut Norbulingka ini cukup luas tamannya yang
banyak pepohonan dan kolam, juga  bunga Mutan yang besar indah.
Istananya sendiri sederhana saja, kami boleh masuk dan naik kelantai dua,
disanapun pengunjung bisa bersembahyang dan mendapatkan semacam
selendang dari kain tipis berwarna putih yang boleh dibawa pulang.


Malam harinya kami diajak makan malam di restoran yang menyajikan
lokal food yang antara lain masakan daging Yak !!  nama restorannya :
Crazy Yak Restaurant !!
Setelah mencoba berbagai makanan lokal yang memang terasa aneh
dilidah mulailah dipertunjukkan berbagai tarian tradisional Tibet yang
diiringi gendang  yang dipukul2 dengan memakai semacam stick
bengkok,  dan nyanyian2 para wanita yang nadanya agak tinggi
seperti orang tercekik.
Sambutan dari penonton tidak ramai karena selain pertunjukkannya
engga menarik : kostumnya sederhana - tariannya terasa monoton -
nyanyiannya kurang enak ditelinga- musik pengiringnya yah cuma
gendang dan gembreng saja;  apalagi penontonnya  cuma  rombongan
kami saja.


Selesai makan malam kami kembali ke hotel, dan dimalam yang
dingin itu , kami melewati istana Potala yang dimalam hari tampak
gelap karena hanya diterangi sedikit lampu2 di bagian luar saja,
terlihat agak menyeramkan.


Waduh2  berikutnya adalah sewaktu akan terbang kembali ke daratan
China,  yaitu kekota Xian;
semula di-schedule-kan akan take off dari airport Lhasa jam 10.50,
tetapi entah kenapa berubah menjadi jam 15.00.
Padahal kami mempunyai acara yang padat di kota Xian itu, kalau
sampai di Xian kesorean tentu banyak acara yang hilang.


Setelah pesawat take-off; ternyata pesawat tidak straight ke Xian,
tapi "melancong" dulu kekota Xining.
Semua teman mengeluh waduh jadi makin telat saja nih.
Dari peta terlihat bahwa dari Lhasa  ke Xian arahnya ke timur laut,
sedangkan mengarah  ke Xining adalah  ke utara .


Di airport Xining, turun pesawat kami tidak dijemput bus seperti biasa,
tapi jalan kaki ke terminal, lumayan juga lagi jengkel disuruh jalan kaki
lumayan jauh lagi.
Ruang tunggu airport itu kecil sekali, dan baru sekitar 15 menit duduk
sudah disuruh jalan kembali ke pesawat karena udara sudah mendung
sekali mau hujan lebat.
Maka dengan ter-buru2 penumpang setengah berlari menuju pesawat
yang tampak sendirian di lapangan terbang yang dibangun didaerah
pinggiran gurun pasir itu.
Dan betul saja begitu baru saja penumpang masuk pesawat, hujan turun
begitu derasnya, sehingga pesawat tidak bisa take-off,  maka kembali
kami harus duduk menunggu didalam pesawat sampai  40 menit.


Tiba di Xian sudah jam 6 sore, badan sudah tidak keruan rasanya,
dan sudah kehilangan acara city tour hari itu.


Tapi dari airport langsung kami dibawa ketempat makan malam yaitu
satu restauran yang besar dan megah sekali : Tang Dynasty.
Makanannya unik2 dan enak2, begitu pula tarian2 yang dipertunjukkan
setelah usai makan malam sangat bagus dan indah2,
mengundang tepuk tangan meriah dari begitu banyak tamu yang keren2
dan wangi2, termasuk rombongan kami yang belon sempat mandi !!


foto2 dapat dilihat di :


http://smulya.multiply.com/photos/album/21


 

No comments:

Post a Comment