Saturday, December 30, 2006

SANTORINI - Puisi Alam Nan Romantis.




Atlantis, legenda benua yang hilang tenggelam ke dasar samudera,
hingga kini masih jadi misteri.
Di mana letaknya, para peneliti mengarah ke lebih dari seratus lokasi,
mulai Mediterrania sampai ke Antartika. Termasuk Indonesia.

Saat ini dugaan keberadaan Atlantis mengarah kuat ke Santorini,
pulau paling selatan dari Kepulauan Cyclades yang berada di
Laut Aegean, Yunani.

Dahulu kala Santorini merupakan sebuah pulau gunung berapi besar,
tingginya 1.000 m dengan diameter 14 - 15 km.
Sekitar tahun 1550 - 1500 SM, gunung berapi itu meledak dengan tak
terperikan dahsyatnya, sehingga dijuluki :
The Most Violent Explosion in the History of the Earth.
Kerucut gunung terlontar dan separuh gunung runtuh, lalu tenggelam,
menimbulkan tsunami maha dahsyat setinggi 210 m yang menyapu
kawasan sekitar.
Akibatnya, peradaban Minoan yang saat itu sedang berada di puncak
kejayaan musnahlah sudah.

Kini, gunung berapi besar itu tersisa sebelah saja, bentuknya yang
semula bulat menjadi mirip bulan sabit.
Tinggi tebingnya tinggal 150 - 300 m saja.
Bekas kaldera sedalam 400 m sudah terisi air laut sehingga kapal
ukuran besar pun bisa leluasa keluar masuk ke dalamnya.

Panoramanya yang begitu unik, musim panas yang nyaman berangin,
ditambah daya tarik legenda Atlantis, membuat Santorini menjadi
tempat tujuan wisata musim panas yang didambakan banyak orang.

Keinginan saya menginjakkan kaki di pulau unik dan cantik itu
akhirnya terpenuhi pada Jumat sore, 7 Juli 2006.
Pesawat B737-400 Aegean Airlines lepas landas dari Bandara
El Venezuelo, Athena.
Penerbangan singkat hanya sekitar 30 menit, sehingga baru saja
pramugari membagikan minuman, mereka tergesa-gesa mengumpul-
kan lagi gelas bekas pakai.
Karena tiba di sana sudah menjelang malam, kami langsung menuju
Greco Tavern untuk bersantap. Makan malam terasa nikmat sekali,
bukan saja karena makanannya enak, juga karena rasa lega sudah
berhasil tiba di pulau cantik itu.

Kami bermalam di The Majestic, hotel berbintang lima yang berjarak
hanya 500 m dari Fira, ibukota Santorini.
Ternyata kaldera tepat berada di seberang hotel sehingga alih-alih
masuk kamar, kami semua malah menyeberang jalan menuju tepian
kaldera. Dalam keremangan malam, semua terpana melihat
pemandangan yang spektakuler.
Di depan kami membentang bekas kaldera, seakan sebuah circular
lagoon yang luas sekali. Pulau kecil Therasia dan Aspronisi tampak
di kejauhan melatarbelakangi kaldera.
Air laut yang memenuhi bekas kaldera seluas 32 mil persegi itu
berada jauh di bawah kaki kami, karena tepian kaldera tempat kami
berdiri tingginya sekitar 150 m dari permukaan air laut.
Sebuah kapal ferry meluncur pelan, lampunya gemerlapan, cantik
sekali, tampak kontras dengan kegelapan yang ditebar sang malam.


Esok hari, setelah breakfast, kami check-out dari hotel, naik bus
menuju Ancient Thera, permukiman kuno di atas bukit yang sudah
ada sejak abad ke-9 SM.
Setelah 20 menit berkendara, tibalah kami di Kota Kamari.
Kami turun untuk berganti mobil yang lebih kecil, agar bisa mendaki
Gunung Meso Vuono setinggi 369 m.
Semua penumpang tampak tegang, bukan saja karena jalan sempit
dan cukup terjal, tapi terutama karena tepian jalan itu tidak dipagari
pengaman.

Setelah 20 menit mendaki, tibalah mobil di ujung jalan itu.
Kami turun dari mobil dan ternyata sebagian besar teman
mengurungkan niat mengunjungi Ancient Thera.
Mereka tak sanggup harus berjalan kaki mendaki bukit yang terlihat
amat curam itu.
Dengan perlahan dan hati-hati sekali kami mendaki jalan setapak
berbatu itu agar tidak tergelincir, sambil repot menahan tiupan angin
yang sangat keras.
Tapi pemandangan ke arah bawah gunung sungguh cantik -
tampak pantai Kamari dengan payung pantainya yang berjejer indah
sekali, dan sesekali tampak pesawat terbang di kejauhan terbang
melintas menuju bandara.
Setelah mendaki dengan susah payah sekitar setengah jam, tibalah
kami di puncak gunung, tempat bertengger kota tua itu.
Ancient Thera tentu tinggal reruntuhan bebatuan saja, tapi beberapa
relief masih tampak jelas, seperti singa yang melambangkan Apollo,
elang (Dewa Zeus), dan lumba-lumba (Poseidon).


Perjalanan kami berikutnya menuju Oia, untuk melihat kota kecil
yang disebut One of the Most Beautiful Places on the Island.
Di kota ini rumah dibangun pada dinding tebing kaldera.
Maka posisinya unik sekali, rapat bersisian dan susun menyusun -
halaman depan rumah yang satu menjadi atap rumah berikutnya.
Ada pula rumah yang berupa troglodyte karena dibangun dengan
cara melubangi dinding tebing volkano. Ini rumah kaum miskin
yang bisa dibangun dengan biaya murah.
Bahan bangunan pun diambil dari bebatuan vulkanik yang banyak
tersedia di sana seperti black stone, red stone, pumice, ash, dan
puzzuolana (semen volcanic rock).

Turun dari bus, kami menapaki jalan kecil yang beralaskan
pecahan marmer, dan berjalan turun naik melewati rumah yang
bentuknya sangat tidak beraturan.
Ada tangga yang begitu curam sehingga kalau dilihat dari bawah
seakan menuju ke langit saja.
Di antara rumah-rumah, kami mendapatkan pemandangan ke arah
kaldera yang luar biasa indah, yang membuat napas terhenti
sejenak.
Di latar depan tampak atap rumah aneka bentuk berwarna putih
diselingi kubah bulat gereja berwarna biru, sedang di latar
belakang menghampar permukaan air laut kaldera yang berwarna
biru gelap -
sangat kontras dan menyihir mata - luar biasa indahnya.

Bersama begitu banyak turis, tak bosan-bosannya kami
menyusup ke sana kemari di antara rumah-rumah itu untuk
mendapatkan berbagai sudut pandang ke arah kaldera,
sambil sesekali mampir ke toko suvenir.
Banyak pula turis duduk santai di berbagai kafé, sambil
meresapi pemandangan indah yang membuat mereka jadi
malas beranjak.

Di akhir perjalanan kami menyambangi Fira, ibukota Santorini
yang dibangun di atas bibir tebing kaldera, pada ketinggian
sekitar 260 m dari permukaan laut.
Arsitektur spektakuler Kota Fira berupa rumah putih yang
tampil mencolok terhadap gelapnya kaldera, membuat Fira
dipromosikan sebagai :
One of the Most Breathtakingly Beautiful Places on the Earth.

Memang di sinilah tempat paling bagus untuk bisa memandang
ke seluruh lebar kaldera, dan di sini jugalah lokasi stasiun
cable car yang bisa membawa pengunjung turun ke dasar
kaldera, yang tepat di tepiannya membentang Meso Yialos,
pelabuhan Kota Fira, yang terletak tepat di bibir laut.

Saat gondola yang kami tumpangi perlahan-lahan menuruni
lereng yang sangat terjal itu, pemandangan sungguh sangat
dramatis mempesona.
Kalau pandangan ke samping tertumbuk pada dinding kaldera
yang curam dan berwarna warni, maka pandangan ke bawah
menampakkan kapal-kapal besar dan kecil berseliweran di
atas laut.
Keluar dari cable car, saya berada di atas dermaga sempit dan
di depan mata tampak air kebiruan dari laut luas sedalam 400 m
yang sebenarnya bekas kaldera.
Menengok ke atas tampak Kota Fira, kecil menyembul jauh
di atas tebing, sehingga sempat terbersit perasaan aneh
bercampur seram berada di dasar sebuah kaldera dari gunung
yang pernah meletus demikian dahsyatnya.

Sebenarnya, perjalanan kembali ke Kota Fira di atas tebing itu
bisa dengan cara menapaki tangga sebanyak 500 anak tangga
atau naik keledai tunggang yang pasti akan sangat berkesan.
Tapi karena waktu terbatas kami, memilih naik cable car lagi.

Menelusuri jalan-jalan di Kota Fira terasa sekali nuansa
kosmopolitannya. Begitu banyak turis lalu lalang, sebagian
memenuhi berbagai kafé, restoran, diskotik, dan pub yang saling
berlomba menawarkan pemandangan memukau ke arah kaldera.

Saat senja menjelang, kilau Matahari mulai redup, tapi
keheningan awal malam hanya bertahan sejenak, menyerah
kepada suara musik atau tawa ceria yang menyeruak dari
berbagai taverna, kafe, dan diskotik.

Santorini seolah tercipta untuk pasangan yang sedang dibakar
asmara. Keindahan alam yang begitu menakjubkan, berpadu
dengan keunikan bangunan kota, sungguh amat romantis.

Betul kata orang Yunani, berlibur di Yunani dengan teman
bolehlah ke mana saja, tapi kalau berdua dengan pasangan,
sudah pasti ke Santorini !



Note :

Cerita ini telah dimuat di kolom LangLang majalah Intisari,
edisi Nopember 2006.
http://www.intisari-online.com/majalah.asp?act=205&tahun=2006&edisi=520


Foto lengkap Santorini di : http://smulya.multiply.com

Greco Tavern : http://smulya.multiply.com/photos/album/136
The Majestic Hotel : http://smulya.multiply.com/photos/album/137
Ancient Thera : http://smulya.multiply.com/photos/album/138
Kamari Beach : http://smulya.multiply.com/photos/album/139
Oia : http://smulya.multiply.com/photos/album/140
Fira : http://smulya.multiply.com/photos/album/142

Monday, December 25, 2006

Hampir saja Kangaroo naik ke meja makan.




Minggu sore, 24 Desember 2006, jam 17.45 dibawah gerimis kecil
kami berempat berjalan kaki menuju Gereja St.Laurentius Jl.Sukajadi
Bandung, untuk mengikuti Misa Natal yang akan dimulai jam 18.00.
Kami santai saja karena tidak akan dipusingkan dengan urusan parkir
yang pasti akan sulit sekali, dan juga sudah pasrah bakalan tidak
kebagian tempat duduk didalam gereja.
Betul saja, boro-boro didalam gereja, di-teras gereja saja sudah penuh.
Kita ke Aula saja, kata Nuke - ternyata sami mawon -
sudah penuh sesak.
Naik lagi ke lantai atas aula, waduh kepala orang terlihat dimana-mana,
tapi untunglah pas benar ada empat kursi tersisa dibarisan depan.
Maka jadilah kami mengikuti Misa Natal, walaupun hanya dengan
melihat relay tayangan dari dalam gereja di layar lebar.
Misa berjalan dengan lancar dan hikmat sampai jam 20.00.

Kembali jalan kaki kerumah dan ambil mobil untuk pergi makan malam.
Dimobil sempat bingung, biasanya kan kalau ke Bandung selalu ingin
mencoba restoran yang baru, tapi ini sudah jam 20.30.
Kalau masih nyari2 restoran saat holiday begini, turun hujan pula bisa-
bisa kena macet dan jadi masuk angin karena telat makan.
Maka sepakat cari yang dekat saja, yah sudah ke Vienna saja kata
Nuke, ada live music juga disana tambahnya.

Kami pernah ke resto dijalan Sukajadi itu, suasana nya asyik tidak
sumpek karena didesign se-akan makan ditengah taman,
selain itu makanan yang disajikan selalu ditata dengan apik.

Memasuki resto, kami memilih meja favorit kami dibagian belakang,
dengan pandangan kearah tengah yang lapang dan dekat pepohonan
yang asri. Tapi sayang sekali ternyata malam itu tidak ada live music.

Menu yang ditawarkan unik-unik, aneka ikan dan daging, antara lain
Norwegian Salmon, Australian Veal, Lebanese Venison, dan Kangaroo !!.
Di menu tertulis Char Grilled Kangaroo - bistik daging Kangaroo
disajikan dengan tumis kentang tabur wijen, beetroot dan saus tarragon.
Tapi walau merangsang rasa ingin tahu, kami berempat tidak ada yang
tega memesannya, soalnya kebayang tuh anak Kangaroo mungil yang
ada di kantung perut induknya - masa kita makan emak-nya.

Nuke menawarkan mencoba The Hot Stone Steak, tertulis di menu :
Cook your own meat or fish on the hot stone to your like.
Pilihan dagingnya Norwegian salmon/Australian veal/Australian venison.
Tapi tidak jadi karena ragu apakah bisa memasak nya dengan baik.

Akhirnya saya tertarik dan memesan menu yang disediakan khusus
antara tanggal 24 Desember 2006 - 1 Januari 2007, yaitu :
Roasted Stuffed Turkey - Our special roasted US Turkey stuffed
with brunoise apple, served with tarragon potato and enriched with
berries sauce.

Yang lain memesan :
Seaweed Salmon yaitu grilled Norwegian Salmon served with
turning potato, apple chutney and lemon seaweed sauce.
Beef and Prawn on Skewer, bistik daging sapi haas lulur luar
dengan udang bakar, bawang bombay, paprika, dan saus spesial.
Filetto al Funghi Con Podomoro, bistik daging sapi haas lulur-
dalam disajikan dengan salada, roti prancis dan saus krim jamur.

Mungkin karena saat itu tamu tidak banyak, tidak lama pesanan
kami sudah datang dan betul saja ditata dengan begitu cantiknya.
Kebetulan ke empat jenis makanan itu beda2 warna sausnya,
ada yang berwarna hijau - merah - coklat dan putih susu.
Tampilan begitu cantik membuat kami sayang merusaknya,
dan rasanya juga enak, hanya sayang bistik pesanan istri saya
agak alot/melawan, terpaksa tukaran dengan Turkey pesanan
saya. Total kerusakan malam itu 205.000,-

Seperti biasa di setiap akhir long week-end, saya selalu pulang
dari Bandung masih siang, untuk menghindari macet di pintu tol
Padalarang. Maka esoknya, Senin siang jam 14.00 kami sudah
meninggalkan kota Bandung.

Tol Cipularang ramai sekali, dan memang berkendara di jalan
tol ini harus sangat hati-hati. Jalan kurang mulus, menurun dan
dibeberapa titik aspalnya tidak rata.
Saat itu turun hujan dan saya perhatikan dibeberapa tempat
ada air bercampur tanah merah keluar dari aspal - mungkin
rembesan tanah dari bawah aspal.
Jalan yang labil ini memang masih di bongkar pasang terbukti
ada badan jalan yang digali lagi, membuat jalan menyempit.
Siang itu saya hanya tersendat sedikit disitu, tapi teman yang
berangkat sore dari Bandung harus antri sekitar 6 kilometer.

Mendekati Cikampek, jalan tersendat dan terjadi kemacetan,
ternyata ada tabrakan beruntun yang melibatkan hampir
sepuluh mobil.
Terbayang luar biasa jengkelnya yang kena musibah itu,
pulang dari jalan-jalan harus mengalami kejadian yang
memusingkan. Bagian depan atau belakang mobil hancur dan
biasanya memicu pertengkaran sesama pengemudi karena
dalam tabrakan beruntun sulit menentukan siapa jang salah


Catatan :
Vienna Resto & Lounge
Jl. Sukajadi No: 205.
Bandung.
Telpon : (022)-2031277.

Wednesday, December 20, 2006

Jokes : Onions and Christmas Trees.

 



A family is at the dinner table.
The son asks his father,
"Dad, how many kinds of boobies are there?


The father, surprised, answers,
"Well, son, there's three kinds of breasts.
In her twenties, a women's breasts are like melons,
round and firm.


In her thirties to forties, they are like pears,
still nice but hanging a bit.
After fifty, they are like onions."


"Onions?"


"Yes, you see them and they make you cry."


This infuriated his wife and daughter so the daughter said,
"Mom, how many kinds of 'willies' are there?"


The mother, surprised, smiles and answers,
"Well dear, a man goes through three phases.
In his twenties, his willy is like an oak tree, mighty and hard.
In his thirties and forties, it is a birch, flexible but reliable.
After his fifties, it is like a Christmas tree."


"A Christmas tree?"


"Yes, dead from the root up and the balls are for decoration only."


 

Saturday, December 16, 2006

Mesjid Pintu Seribu - Kp.Bayur Tangerang, foto oleh Bpk.Eddie Karjono




Mesjid Pintu Seribu - Kp.Bayur Tangerang,
foto dibuat oleh Bapak Eddie Karjono,
pada tanggal 24 Agustus 2005.


Tentang Mesjid Pintu Seribu yang unik ini bisa dibaca di :

Mesjid Pintu Seribu - Kp. Bayur Tangerang
http://smulya.multiply.com/photos/album/13

Mesjid Pintu Seribu Kp Bayur Tangerang.
http://smulya.multiply.com/journal/item/22

Friday, December 15, 2006

Tiruan Terusan Panama di Sungai Cisadane.




Sungai Cisadane mengalir dari arah Bogor, melewati Serpong
dan kemudian tepi barat kota Tangerang, disini bercabang dua.

Cabang utama tetap lurus keutara dan akan melalui bendung
besar buatan Belanda yang disebut Bendung Sengego yang
terdiri dari 10 buah pintu air.

Cabang satunya lagi membelok kekanan - mengarah ke timur
menuju Pesing/Jakarta yang dikenal sebagai Kali Mookervart.
Diawal kali Mookervart ini ada dua buah pintu air, pintu air yang
pertama berupa pintu air Tunggal yang terdiri dari satu pintu air.

Tapi pintu air satunya lagi unik sekali, karena bisa digunakan
untuk melewatkan getek bambu atau perahu, mekanisme
kerjanya mirip dengan pintu air Terusan Panama.
Pintu air ini terdiri dari dua buah pintu air yang membentuk
sebuah kanal sepanjang 50 meter.

Kalau ada getek bambu mau melewati pintu air tersebut, maka
dengan perlahan lempeng besi pintu air pertama diangkat,
sehingga air sungai Cisadane masuk ke dalam kanal yang
berada diantara kedua buah pintu air tersebut.
Akhirnya air akan memenuhi kanal dan ketinggian air didalam
kanal menjadi sama tinggi dengan tinggi air dihulu pintu air
pertama dimana getek masih berada menunggu.
Sekarang getek bisa memasuki kanal dengan cara melewati
kolong lempeng besi pintu air, kemudian lempeng besi pintu air
pertama itu diturunkan kembali.
Lalu lempeng besi pintu air kedua pelan-pelan diangkat, maka
air dari dalam kanal akan lolos menuju ke hilir (kali Mookervaart).
Tinggi air didalam kanal pelan-pelan turun dan akhirnya tinggi air
didalam kanal sama dengan tinggi air di hilir pintu air kedua tsb
Lempeng besi pintu air kedua itu diangkat tinggi-tinggi dan kini
getek bambu dari dalam kanal bisa lewat dibawahnya, menuju
kali Mookervaart.

Sayang sekali keunikan kerja pintu air tersebut sekarang tidak
bisa lagi disaksikan.
Pintu air sudah macet tidak lagi difungsikan, dan getek bambu
yang dialirkan dari arah Serpong/Bogor itu kini diangkut pakai
truk menuju Jakarta.

Monday, December 4, 2006

Puncak, 0h Puncak.




Sebenarnya istri saya sudah lama pengen banget bisa ikutan
tiwok (tea-walk) di perkebunan teh Gunung Mas Puncak.
Tapi setiap ada yang ngajak, selalu saja waktunya tidak pas,
terakhir kali beberapa bulan lalu, saat liburan panjang - yang
selalu saya hindari . Lha, weekend biasa saja Puncak suka
macet parah, apalagi holiday.

Akhirnya kesempatan ikut tiwok terbuka pada hari Minggu
3 Desember 2006, ikutan grup jalan kaki pagi Tangerang.
Kami tidak ikut dalam rombongan yang pakai bus karena
setelah tiwok kami akan meneruskan ke Cianjur - ini akibat
ter-provokasi tayangan Wisata Kuliner pak Bondan tentang
Sate Maranggi Cianjur .
Lokasi shootingnya di Jalan Warujajar, jalan dimana nenek
saya almarhum bertempat tinggal.
Selain pengen nyobain sate itu juga bisa sekalian nostalgia
saat-saat masa kecil suka menginap di Cianjur sana itu.

Minggu jam 6 kami berdua berangkat, dijalan tol istri saya
mendadak nyeletuk : koq tumben kamu engga ngebut !.
Padahal speedometer menunjuk angka 120, OK deh di-
jejeg dah tuh pedal gas.
Alhasil sekitar jam 7 sudah sampai di lampu merah Ciawi.
Lalu lintas memang lancar, di lokasi biang macet seperti
Megamendung dan Pasar Cibulan malah super lancar.
Rupanya Puncak hari itu berbaik hati menyambut kami
yang setidaknya sudah tiga tahun tidak lewat sana.

Setelah membayar tiket masuk di gerbang Perkebunan Teh
GunungMas, kami memasuki komplek perkebunan teh itu
dan menemukan bus teman kami yang berangkat lebih pagi
dari kami juga baru saja tiba disitu.
Segera mempersiapkan diri, sekitar jam 8 dengan dipandu
seorang petugas, rombongan sejumlah 48 orang mulailah
berjalan kaki dalam penuh canda tawa.
Setelah melewati perumahan karyawan perkebunan, kini
memasuki kawasan kebun teh, dengan memilih jalur tiwok
yang ukuran menengah : 10 Km.
Jalan mulai menanjak, kami berjalan dengan santai, sayang
jalan yang dilalui beralaskan pecahan batu kali sehingga
pandangan mata harus sering kearah bawah agar tidak salah
injak yang bisa mengakibatkan keseleo.

Disepanjang jalur yang kami lalui, tidak ada satupun gubuk
tempat berteduh, kalau turun hujan memang bisa repot juga.
Sesekali saja kami bertemu dengan penjual minuman atau
rombongan lain, tetapi walau agak sepi tetap terasa aman.

Ternyata walau jalan-nya santai dan menanjak tidak terlalu
berat, tetap saja peserta berguguran.
Ada yang membelot - mengambil jalur tiwok yang Enam Km,
ada pula yang malah naik ojeg balik ke lapangan parkir.

Perjalanan memang menyenangkan, berjalan diudara yang
sejuk dan bersih, pemandangan yang serba hijau asri terasa
menyegarkan mata dan hati.
Akhirnya sekitar jam 10 semua peserta berkumpul kembali
di tenda yang sengaja disewa untuk beristirahat.
Setelah menikmati nasi kuning yang dibawa, sekitar jam 11
saya dan istri minta diri untuk berpisah.
Sebelum berangkat istri sempat beli kesukaannya :
Rujak Bebeg !, kayaknya buah2an seisi Kebun Raya masuk
semua ke lumpang kayu dan ditumbuk jadi satu.
Uenaak sekali kata istri saya, buah2an nya seger banget,
tiga rebu perak saja sudah rame banget.

Perjalanan melewati Puncak sampai ke kota Cipanas juga
sangat lancar, malah saat kami mampir di komplek villa
Cipanas Bersemi, dari sekian banyak villa disitu cuma satu
saja yang ada orangnya.
Sepi sekali terasa tidak nyaman, maka kami tidak jadi
beristirahat disana dan langsung menuju rumah adik sepupu
di jalan Warujajar Cianjur.

Adik saya ini menawarkan mengantar ke Sate Maranggi dan
restoran Sunda Rasa yang ditampilkan diacara Wisata Kuliner.
Dia juga bilang nanti kita ke Sate Maranggi lainnya yang ada
didepan Lapas Cianjur - lebih mahalan tapi lebih besar-besar
tusukannya dan lebih enak katanya.

Juga dia menawarkan melihat mata air ajaib di perumahan
Pesona Cianjur. Bulan lalu ada anak kecil iseng mengorek
tanah dipinggir kali, mendadak muncul mata air yang muncrat
setinggi beberapa meter.
Kejadian ini ditayangkan TV dan konon air-nya juga berkhasiat
dahsyat, penyakit sa-jagat raya bisa sembuh dengan air itu.
Wong anak autis saja langsung sembuh setelah minum air
ajaib itu katanya.
Maka berbondong-bondonglah orang datang dari mana-mana,
sampai ber-bus2 dan merepotkan Satpam perumahan.

Kami membungkus Sate Maranggi Warujajar, dan Sate Maranggi
didepan Lapas juga dibungkus saja, karena sudah sepakat akan
makan siangnya di restoran Sunda Rasa.
Padahal nasi uduk warna kuning dan lotek yang disantap tamu di
Sate Maranggi sebrang Lapas terlihat sangat menggoda selera.

Sunda Rasa lokasinya sekitar 6 kilometer arah ke Sukabumi,
cukup banyak tamu, tapi tidak lama pesanan kami sudah datang.
Sop kakinya memang sedap, pepes2-an nya juga enak2, dan
Goreng Kulit nya juga empuk.

Di perumahan Pesona, mata air itu adanya di perkampungan
penduduk di pinggiran perumahan.
Jadi kami harus masuk perumahan dulu, parkir dan diteruskan
berjalan kaki melalui lorong rumah penduduk yang sekarang
ekonominya jadi berdenyut, banyak yang berjualan macam2
termasuk jeriken untuk mengambil air ajaib itu.
Mata air di dinding tebing sungai sudah diturap dan airnya malah
dialirkan pakai pipa pralon kesebrang sungai untuk memudahkan
pengunjung mengambil airnya.
Lumayan banyak orang saat itu, tempat mengambil air dipisah
antara pria-wanita, karena ada juga yang langsung mengguyur
tubuh dengan air itu.

Tapi sayang istri saya tidak mau waktu saya tawarkan minum
air ajaib itu, padahal siapa tahu bukan saja jadi awet muda tapi
jadi muda lagi, he3.

Akhirnya kami pamit pulang, dan adik saya menganjurkan lewat
Padalarang - tol Cipularang saja, lha koq muter jauh lewat sana ?.
Daripada kena macet di Puncak katanya, orang Cianjur sih
lebih sering pakai jalur itu kalau ke Jakarta.
Ah tadi kan sepi banget, jadi rasanya bakalan lancar, maka
lewat Cipanas lagi saja dah.

Memasuki Cipanas memang lancar, kami sempat beli Pisang
Goreng restoran Sudi Mampir yang mantap sekali, karena
memakai pisang tanduk yang tua, empuk dan manis.
Saya tidak pernah melewatkan membeli kalau ke Cipanas,
Wimar Witoelar juga selalu mampir disitu kalau lewat.

Kami mampir juga di Roti Unyil Okeke, yang varian isinya
sampai 37 macam, termasuk Cappucino, dan isi durennya
duren beneran, bukan essence. Istri saya bilang rasa rotinya
lebih enak daripada yang di Bogor.

Saat tepat jam 16 akan meninggalkan Okeke, HP saja bunyi,
ternyata dari Iwan - teman di dalam bus rombongan.
Dia menawarkan gabung makan di Super Kitchen Serpong -
jam 17 katanya. Wah saya bilang kami masih di Cipanas nih.
OK, kalo gitu ditunggu sekitar jam 17.30 katanya.
OK deh, kalau ngebut rasanya keburu nih, kan jalan lancar.

Saat tiba persis di pertigaan Cibodas, koq mobil didepan
berhenti, kebetulan tidak jauh ada seorang Polisi Lalu Lintas,
saya buka jendela dan nanya :
Pak - koq macet yah ?
Iya, sudah nyambung !
Saya teriak lagi : Nyambung apaan pak ?
Yah ini, ekornya sudah sampai sini !
Astaga-naga !! - rupanya kemacetan sudah mulai dari Ciawi
dan ekornya sudah sampai kesini !!

Benar saja, berhenti total disitu, jadi lah saya parkir gratis
ditengah jalan kira-kira setengah jam.
Semua berhenti menunggu arus dari Ciawi habis dan akan
diberlakukan arus satu arah menuju ke Ciawi itu.
Saya telpon Iwan memberitahu batal join di Super Kitchen,
tentu tidak mungkin terkejar ikut makan bareng itu.

Sekitar jam 16.45 terdengarlah yang ditunggu-tunggu yaitu
sirene petugas penyapu lalu lintas, dan kini semua mobil
bergerak cepat sambil mengambil seluruh lebar badan jalan,
karena kendaraan dari arah berlawanan sudah tidak ada.
Sebenarnya tidak nyaman dan cukup riskan ikut dalam
arus seperti ini, rawan tabrakan beruntun, dan sering pula
dikagetkan oleh ulah pengendara sepeda motor yang mungkin
merasa mempunyai nyawa rangkap, mereka dengan bandelnya
berkendara melawan arus.

Memasuki Puncak jalan masih ramai lancar, tapi turun hujan
dan kabut tebal yang membuat harus lebih hati-hati lagi.

Eh, selepas Riung Gunung, arus tersendat dan berikutnya cuma
bisa pamer (padat merayap) sampai pertigaan Taman Safari.
Akhirnya sekitar jam 18.15 barulah memasuki jalan tol Jagorawi.

Jagorawi mula-mula sih lancar, tapi di Cibubur sudah "pamer" lagi,
minta ampun dah !.
Akhirnya saya tidak tahan lagi, rasanya dipintu tol Taman Mini
bakalannya antrian panjang sekali, maka belok keluar Jagorawi.
dan mengambil tol arah Bintaro.
Kini jalan lancar sekali, sekitar jam 19.30 tiba di Tangerang.

Kalau saja saya ikuti nasihat adik di Cianjur yaitu menuju ke
Padalarang dan masuk tol Cipularang, mungkin jam 18.30 sudah
tiba di Tangerang.

Puncak, oh Puncak, hebat amat daya tarikmu,
koq mau2nya orang tetap saja datang walau disiksa macam gini.


Catatan :

Roti Unyil & Kue OKEKE
Jl.Raya Cipanas No:8.
Telpon (0263)-517515 , Cipanas.
Jl. Raya Padalarang No:263.
Telpon : (022)-6805852. Ciburuy Bandung


Sate Maranggi/Nasi Uduk Kuning/Lotek
Rumahan - sebrang Lapas Cianjur.
Jl. Aria Cikondang - Cianjur.

Saturday, December 2, 2006

Nyaris tertimbun longsoran gunung batu - SongPan, Sichuan China.


view ke lembah HuangLong yang tertutup kabut sungguh cantik sekali

Tidak jauh dari kota SongPan - Sichuan Province, terdapat dua buah
lembah yang menjadi tempat tujuan wisata sangat populer di China.
Dilatar belakangi puncak pegunungan yang bersalju, didalam lembah
itu banyak terdapat danau dan air terjun yang spektakuler, serta
hutan yang menjadi habitat binatang yang sangat langka - Panda.

Itulah HuangLong Valley dan JiuZhaiGou Valley.
Berada diketinggian sekitar 2000-3000 meter kedua lembah ini sejak
tahun 1992 telah ditetapkan menjadi Unesco's World Heritage.

Karena kami tanggal 26 April 2002 itu berada di kota Zhengzhou,
maka perjalanan menuju SongPan diawali dengan terbang menuju
kota Chengdu yang terletak dibagian tengah selatan mainland China.
Dari situ dengan bus akan menelusuri pegunungan sejauh 320
kilometer sampai ke kota SongPan.

Karena akan melakukan perjalanan jauh, maka morning call di hotel
Zhengzhou ditetapkan pada jam 5 pagi, untuk kemudian jam 6.30
kami sudah harus meninggalkan hotel menuju airport.

Pesawat B 737 China Southern menempuh jarak 1100 kilometer
dalam waktu 1 jam 40 menit, dan mendarat dengan mulus di airport
ChengDu yang tertutup kabut, udara dingin sekitar 16 derajat.

Rombongan kami ber-20 orang itu segera bergegas naik bus dan
menuju kota DuJiangYan untuk makan siang.
Selesai makan siang sudah sekitar jam 14, kami diberitahu bahwa
perjalanan ke kota SongPan masih sekitar 8 jam lagi, itupun kalau
tidak kena macet katanya.
Maka diperkirakan sekitar jam 9 malam baru bisa tiba di SongPan,
untuk makan malam dan bermalam disana.

Mendengar ini kami deg-degan juga, karena perjalanan ratusan
kilometer sampai malam hari akan merayap diatas gunung tinggi
terpencil yang merupakan bagian selatan dari MinShan mountain.

Dipesan pula bahwa nanti setiba di SongPan jangan mandi malam,
karena dikota dengan ketinggian 2000 meter itu suhunya 2 derajat,
tentu info tambahan ini membuat hati kami semua makin ciut.

Kami pergi ke supermarket dulu membeli makanan kecil supaya
tidak kelaparan diperjalanan jauh sampai malam itu, dan barang
lainnya seperti baju dingin tambahan, sampai ada pula yang
membeli Oxycan untuk mengantisipasi udara tipis disana.

Berbeda dengan perjalanan dari ChengDu ke DuJiangYan yang
melalui highway mulus, ternyata perjalanan selepas kota
DuJiangYan tidak bisa cepat karena jalan hanya berupa jalan
antar kota yang lebarnya nge-pas untuk dua bus berpapasan.

Jalanan sejauh ratusan kilometer itu unik sekali, yaitu berada
didalam lembah sempit yang berada diantara dua deretan
pegunungan, dan sepanjang dasar lembah itu ada sungai yang
merupakan anak sungai YangTze.
Posisi jalan kadang berada di dasar lembah dekat pinggir sungai,
kadang-kadang tinggi sekali diatas lereng gunung sehingga
sungai menjadi terlihat kecil nun jauh dibawah.

Sopir yang membawa bus turis didaerah ini harus mempunyai
SIM khusus, mereka harus lulus persyaratan ketat, antara lain
telah berpengalaman menyetir selama 6 tahun didaerah ini.
Memang selain jalannya berbahaya, ternyata kira-kira separuh
jalan yang dilalui adalah jalan yang dibuat dengan cara memapas
tebing lereng gunung, akibatnya mobil berjalan ditepi jurang yang
dalam menyeramkan.

Sore hari kami memasuki kota MaoXian yang terkenal, karena
disanalah habitat asli Panda yang berada dialam bebas.
Kota ini masih dua jam perjalanan ke SongPan (120 km lagi).

Pemandangan kini makin menarik karena makin lama makin
tinggi diatas gunung dan sungai deras ber-batu itu kini tampak
makin kecil dibawah.
Jalan juga sepi mungkin selain berada di pegunungan yang
terpencil, saat itu sudah jam 19.15.

Mendadak saat bus kami keluar dari sebuah kelokan tampak
didepan ada dua mobil sedang berhenti.
Astagaaa - didepan mobil itu ada tumpukan batu2 besar !!.
Rupanya telah terjadi tebing longsor yang menutup jalan !!.
Terdengar pekikan2 kecil penumpang bus yang terkejut saat
menyadari ada halangan begitu besar didepan.

Setelah bus berhenti kami segera turun melihat situasi dan
bertanya pada pengemudi sedan dan bus kecil yang berhenti
sekitar 100 meter dari tumpukan batu-batu besar itu.
Mereka memberitahu bahwa longsoran baru saja terjadi
beberapa menit yang lalu .
Kami semua terdiam, membayangkan kalau saja kami tiba
beberapa menit lebih awal - bisa saja lolos dari longsoran
atau malah sebaliknya yaitu hancur tertimpa batu-batu besar
atau malah bisa terdorong masuk jurang sedalam ratusan meter.

Tidak mungkin kami bisa menyingkirkan batu-batu besar yang
ukurannya ada yang sampai sebesar mobil sedan itu.
Kecil pula kemungkinan mengharapkan alat-alat berat cepat
datang ke gunung yang begitu tinggi ini, lokasi longsor ini
jauh dari mana-mana.

Kami sebenarnya juga tidak boleh berlama-lama disana,
sangat berbahaya karena tempat kami berdiri dekat tebing
gunung yang terlihat sudah retak-retak.
Sekitar setengah jam kami berunding dalam penuh ketegangan,
akhirnya diputuskan untuk kembali saja kekota MaoXian untuk
menginap disana dengan biaya sendiri.

Sangat beruntung didekat tempat bus berhenti ada sedikit
pinggiran jalan yang memungkinkan bus bisa bermanuver
mundur maju dan berputar arah.
Segera bus menuruni gunung mengikuti mobil yang tadi
berada didepan kami.

Tapi setiba dikaki gunung, bus kami tiba-tiba membelok
mengikuti mobil yang tadi berada didepan itu, keluar dari
jalan raya untuk memasuki sebuah jalan kecil.
Rupanya pak sopir akan mencoba melalui jalan lama kearah
SongPan yang sudah lama tidak dipakai.
Jalan kecil itu tidak begitu terawat, lebarnya pas seukuran
lebar bus kami itu.
Jalan itu berada dekat sekali dengan sungai deras berbatu,
melewati daerah sepi yang tidak berpenduduk karena
merupakan dasar lembah.

Cuaca mulai gelap, ada beberapa kali kami berpapasan
dengan kendaraan yang rupanya karena terhalang longsor
mengambil jalur darurat itu pula.
Kalau berpapasan, maka mobil harus saling menepi dengan
sangat hati-hati sekali karena bagian tepi jalan itu bisa
sungai atau lubang.
Pernah istri saya hampir histeris karena ban mobil dibawah
tempat duduknya sudah setengah melayang diatas jurang
kecil akibat sopir bus terpaksa harus habis-habisan menepi
agar tidak bersenggolan dengan bus yang datang dari arah
yang berlawanan.
Disatu tempat ada jalan yang ditutup karena rusak berat maka
bus kami di kegelapan malam nekat turun ke sungai dangkal
yang penuh batu itu, sampai terdengar suara beledak beleduk
kolong mobil terbentur batu kali yang besar-besar itu.
(esoknya terlihat bumper bus sampai penyok2).

Di satu tempat yang sepi dan gelap mobil berhenti agak lama,
rupanya didepan ada pertigaan dan pak sopir bingung tidak
tahu harus ambil arah yang mana.
Kesal menunggu didalam bus kami turun dan ditengah gelap
malam yang lumayan dingin itu kami berdiri bengong pasrah.
Kami tidak tahu berada diposisi mana dan tidak tahu pula
apakah bisa terus ataukah harus balik lagi.
Semua benar-benar bingung.

Cukup lama menunggu dalam penuh kegalauan, mendadak
muncul truk proyek yang berbaik hati berhenti dan memberi
tahu arah yang benar
Bus meneruskan perjalanan, mulai terasa mendaki tebing
meninggalkan pinggiran sungai.
Kemudian semua lega karena mulai bertemu perkampungan
penduduk dan akhirnya sekitar jam 9 malam jalan kecil itu
tembus kembali ke jalan raya pada posisi sekitar 5 kilometer
lewat dari lokasi longsoran itu.

Bukan main tegangnya perjalanan digelapan malam selama
satu jam tadi itu .
Kalau sampai bus terjerumus ke sungai atau terjebak macet,
berarti kami harus menginap didalam bus ditempat yang
sangat sepi jauh dari pemukiman, ditepian sungai yang gelap,
apalagi belum makan malam dalam cuaca lumayan dingin itu.

Benar-benar kami merasa sangat lega dan bersyukur,
tadinya sudah hampir putus asa.

Perjalanan berikut sudah tidak mendebarkan lagi karena
sudah berada kembali dijalan yang mulus menuju SongPan.

Saat itu bulan purnama terlihat begitu indah menerangi gunung
dan sungai sepanjang jalan, tapi sebagian besar penumpang
tidak menikmati pemandangan indah itu karena sudah terlelap
dalam kelelahan.
Akhirnya jam 11 malam barulah bus tiba di kota SongPan.

Wilayah sekitar kota SongPan ternyata memang daerah rawan
gempa, beberapa hari kemudian dalam perjalanan kembali ke
Chengdu, didekat lokasi kami terjebak longsor itu kami melihat
tempat yang pernah terjadi bencana yang sangat mengerikan.
Saat itu kembali kami berada dilereng gunung dan terlihat jauh
dibawah ada sungai dan deretan danau yang airnya berwarna
kehijauan.
Di satu tempat yang berupa kelokan bus kami berhenti,
ternyata disitulah tempat pernah terjadi sebuah katastrofi :
pada tanggal 25 Agustus 1933, jam 15.50 terjadi gempa maha-
dahsyat berkekuatan 7,5 skala Richter.
Dalam beberapa menit saja kota ThieXi beserta 21 buah desa
suku bangsa Jiang (Ciang) hilang dari muka bumi.
Pusat kota yang berada dilereng pegunungan itu bergeser turun
sejauh 500 - 600 meter dan amblas masuk sungai, disusul
puncak gunung sekelilingnya ikut runtuh pula.
Dalam sekejap saja puluhan ribu jiwa penduduk kota itu tewas
terbenam karena amblas masuk ke sungai Ming, yang berubah
menjadi 11 buah danau antara lain danau ThieXi yang dalamnya
sampai 98 meter.

Kami tentu tidak berani berlama-lama berdiri ditempat dengan
riwayat yang mengerikan itu.
Bus kami kembali berjalan dan tidak lama kemudian melewati
daerah longsor yang menghambat perjalanan beberapa hari
yang lalu dan saat akhirnya bus meluncur memasuki kota
MaoXian - rasanya lega sekali.



Sunday, November 19, 2006

Tour Bangka part 2 dan 3 - September 2003.




Ini adalah lanjutan dari :

part 1 : Nengok kamar BungKarno - Gn.Menumbing.
http://smulya.multiply.com/photos/album/90


Tour Bangka part 2 : City tour Mentok dan Sungai Liat.

Acara dihari kedua adalah city tour dikota Mentok dan dilanjutkan
menuju kota Sungai Liat yang terletak dipantai timur pulau Bangka.
Karena perjalanan akan lumayan jauh maka setelah makan pagi di
restoran hotel Bukit Menumbing yang diliputi kabut , kami langsung
berangkat.

Obyek wisata pertama yang dikunjungi adalah Batu Balai, sebuah
batu besar yang tergolek tak jauh dari jalan , uniknya batu besar itu
bentuknya seperti buritan kapal sehingga menjadi bagian dari legenda
Dampu Awang, dan katanya siapa yang lewat dikolong batu besar
yang setengah tergantung itu akan enteng jodoh.
(foto)

Kota Mentok kabarnya dimasa lampau pernah ramai karena disana
ada pertambangan timah dan mempunyai letak yang strategis, dengan
hanya menyebrangi selat Bangka sudah bisa tiba di muara sungai Musi
dan 1 - 2 jam memasuki sungai Musi sudah tiba di kota Palembang .
Jadi seharusnya kota ini ramai dan maju.
Tapi sekarang kelihatannya seperti kota jaman baheula, tampak sepi
dan tak terlihat ada geliat pembangunan kota.
Kecil seukuran kota kecamatan Serpong, pusat kota ini terlihat renta -
dimana mana terlihat gedung-gedung yang sudah tua.

Dibagian lain dari pusat kota terlihat banyak rumah yang sudah rusak,
tampaknya itu rumah-rumah tua yang dibangun di jaman Belanda,
termasuk puing-puing rumah sebuah komplek yang dijelaskan Mirza :
itu bekas Rumah Sakit Umum !.
Kami tanya kepada Mirza : Oh, RSU itu sudah dipindah ? , kemana ?
Tidak, disini tidak ada RSU lagi.
Lho, masa iya sebuah kota engga punya RSU ?
Ternyata memang kota itu tidak mempunyai lagi RSU , penduduk
memanfaatkan Rumah Sakit yang dimiliki Peltim (Peleburan Timah).


Di pelabuhan Mentok yang berukuran kecil saja itu terlihat beberapa
buah kapal sedang memuat penumpang yang akan menuju Palembang,
antara lain tampak kapal cepat Express Bahari ( 3 trip/hari ) dan juga
kapal Jetfoil Sumber Bangka ( 2 trip/hari ) yang dalam waktu 2 - 3
jam saja sudah tiba di tujuan.
Selain kapal cepat khusus penumpang itu, terlihat pula kapal ferry
yang sedang memuat kendaraan, tapi kapalnya tidak sebesar kapal
ferry penyebrangan Merak - Bakauhuni.

Menurut Mirza, berbagai macam barang di Bangka mahal harganya
karena harus di "import" dari luar pulau, sampai beras dan sayur juga
didatangkan dari luar pulau .

Sayang sekali rumah Mayor Tjun Yun Fong - sebuah rumah kuno
yang letaknya berdekatan sekali dengan pelabuhan tadi,
sekarang tidak bisa lagi dikunjungi karena kabarnya sebagian rumah
itu sudah dijadikan sarang burung walet.
Pagar rumah itu diberi kawat berduri, dan sewaktu kami berupaya
minta izin masuk , penjaganya dari dalam rumah menyatakan bahwa
gembok pintu pagar itu sedang dibawa oleh penjaga yang lain.
Rumah besar itu atapnya sudah direnovasi, gentingnya sudah diganti
dengan genting baru berwarna hijau.

Di pusat kota itu kami mengunjungi kelenteng tua yang letaknya
bersebelahan dengan sebuah Mesjid Jami. Dihalaman kelenteng itu
ada seorang penduduk yang sedang menimba air dari sebuah sumur
dalam sekali, tapi airnya paling tinggal sejengkal dari dasarnya,
karena kemarau panjang.
(foto)

Perjalanan dilanjutkan, berawal dari pantai barat pulau Bangka itu,
menuju kota Sungai Liat yang berada di pantai timur pulau Bangka
yang mengharuskan kami kembali menelusuri jalan yang sama -
yang kemarin kami tempuh dari Pangkal Pinang, maka terulang lagi
perjalanan yang menjemukan, mata sampai pegel melihat hutan melulu.

Diluar kota Sungai Liat kami mengunjungi Kolong Pemali, wilayah
yang sudah bopeng-bopeng akibat penambangan timah selama ratusan
tahun, kabarnya eksploitasi di "pulau Timah" ini dimulai pada abad ke 19.
Penggalian itu bukan dengan cara menggali lubang berbentuk sumur, tapi
bentuk penambangan terbuka yang kemudian menyisakan kolam-kolam
besar sampai berukuran danau yang sekarang penuh berisi air .
Nama Kolong Pemali berasal dari kolong = kolam, pemali = pantang
atau larangan - jadi dahulu wilayah itu terlarang dimasuki penduduk
karena adanya kegiatan penggalian kolam timah diwilayah itu.

Beberapa kolam, airnya terlihat indah berwarna hijau biru, apalagi di
sebuah danau yang kabarnya paling besar dan dalam, airnya sangat
jernih - saking beningnya dibagian tepi danau kita bisa melihat jelas
bebatuan didasarnya.
Bagian tepi danau itu airnya berwarna hijau dan ketengah menjadi biru,
banyaknya mineral didasar danau membuat menjadi berwarna warni itu.
Sayang sekali tidak dijadikan obyek wisata, barangkali selain airnya
tidak sehat mengandung timah, juga tepian danau dan wilayah sekeliling
nya amburadul - disana sini terlihat lubang bekas galian .
(foto)

Sungai Liat beruntung sekali mempunyai banyak pantai yang indah-indah ,
bentuk pantainya yang berkelok-kelok, laut yang bersih berwarna
hijau membiru, dan banyak batu-batu besar di sela sela pantai berpasir
putih membuat pengunjung betah berjalan jalan menikmati pemandangan
yang menyejukkan mata itu.
Pandangan ke arah Laut Cina Selatan itu tidak satupun pulau terlihat,
dan dimalam hari terlihat banyak kerlip lampu dari bagan yang berada
jauh ditengah laut.

Salah satu pantai yang menjadi obyek wisata lokal adalah Pantai Matras,
sayang sekali pantai yang landai itu ombaknya cukup ganas sehingga di-
beberapa tempat harus dipasang penghalang agar ombak tidak menggerus
pantai - tentu tumpukan bronjong batu ini mengganggu keindahan pantai.

Satu hal yang mengagumkan dari pulau Bangka adalah bagusnya sarana
jalan disana, jaringan jalan begitu banyak menggurita dan aspalnya relatif
bagus, jarang sekali ketemu jalan berlubang.
Dimana mana terlihat bersih, dan sangat jarang terlihat pengemis.
Berbeda dengan rumah-rumah di Jakarta yang mirip benteng, rumah disini
kebanyakan tidak memakai pagar, mengesankan suasana yang aman.

Malamnya kami menginap di Hotel Tanjung Pesona, bintang tiga,
yang berjarak sekitar 6 kilometer dari kota Sungai Liat.
Kawasan hotel yang cukup luas ini berada di satu bukit ditepi pantai
sehingga pemandangan dari cottage/restoran/gazebo yang dibangun
diatas bukit mempunyai pandangan kearah laut lepas yang berwarna
hijau biru itu indah sekali.
Pantainya berbentuk teluk, pengunjung bisa menapaki tangga yang
dibuat rapih menuruni bukit sampai ke tepi laut.
(foto)
Sayang pengunjung hanya bisa menikmati pemandangan dari pantai
saja, laut yang berbatu karang itu tidak aman untuk berenang maupun
wisata air lainnya seperti menaiki banana boat dan lain lain.
Tapi didalam komplek hotel yang luas itu tersedia hiburan seperti kolam
renang dengan pemandangan laut ,diskotik, ruang karaoke,restoran yang
menyajikan masakan unggulannya seperti makanan lokal yang terkenal :
ikan Jebung bakar.
Bagi yang ingin bermain golf, dapat menuju ke Bangka Golf Club, yang
terletak 200 meter diatas permukaan laut - lapangan golf dengan 18 hole -
par 72 ini berbukit-bukit , jaraknya sekitar 35 menit dari hotel.


Tour Bangka , part 3 :

Belinyu dan Parai Beach Resort

tour dihari ketiga adalah mengunjungi Belinyu, kota yang berada bagian
utara pulau Bangka, yang berjarak 58 kilometer dari Sungai Liat/Hotel
Tanjung Pesona tempat kami menginap.
Perjalanan menuju Belinyu terasa menyenangkan karena jalan mulus sekali,
dan berbeda dengan perjalanan ke Mentok yang banyak membelah hutan
maka perjalanan hari ini relatif "terang" - jarang sekali melalui hutan, hanya
sesekali melalui wilayah yang terlihat tandus berlubang-lubang disana-sini
akibat banyaknya galian timah.
Karena jalan tidak terlalu ramai, kendaraan kami bisa agak ngebut dan
dalam 1 jam 15 menit sudah memasuki wilayah Belinyu,
yang mempunyai motto :
BERSATU : Bersih-Elok-Ramah-Serasi-Aman-Tertib-Utuh.
(aneh juga, kok pakai Utuh segala ?).

Pangkal Pinang - BERARTI : Bersih-Aman-Rapi-Tertib-Indah.
Mentok - TIMAH : Tertib-Indah-Aman-Harmonis.
SungaiLiat -BERTEMAN : Bersih-Tertib-Aman.

Sebelum masuk kota, mobil belok keluar jalan raya untuk memasuki
jalan kecil, setelah berjalan sejauh dua kilometer sampailah ke sebuah
kolong/kolam yang disebut : Phak Kak Liang.
Tempat wisata ini dibuat meniru TengChing Lake di Kaoshiung Taiwan,
dari pinggir kolam dibuat jembatan kelok sembilan yang menuju ketengah
kolam - diujung jembatan dibuat sebuah kupel. (foto)
Sayang sekali selain kolamnya kecil saja , airnya berwarna hijau keruh,
pemandangan ke sekeliling kolam juga tidak menarik.
Walaupun hari Minggu suasananya sepi sekali , maka setelah menelusuri
jembatan berkelok menuju ke kupel ditengah kolam, kami segera kembali
ke mobil untuk meneruskan perjalanan.

Obyek wisata didalam kota Belinyu adalah Gua Maria, yang terletak
dibelakang sebuah sekolah Katholik, karena keterbatasan waktu kami
tidak sempat menelusuri keseluruhan jalan setapak sekitar gua Maria
yang dibangun diatas sebuah bukit itu (foto).

Kota Belinyu selintas seperti Mentok, kecil saja dan tidak terlalu ramai,
hanya bangunannya terlihat sedikit lebih bagus dari Mentok.
Kami makan siang di rumah makan yang katanya paling enak dan paling
besar yaitu Khuai Lok, ternyata sebuah rumah makan yang kecil saja
dan sempit hanya muat sekitar 5 meja , masakannya juga biasa2 saja.

Kota Belinyu selain mempunyai bagian kota perdagangan dimana kami
makan siang itu, juga ada bagian perkantoran pemerintah dengan gedung-
gedung tuanya yang kayaknya warisan jaman Belanda, berada di bagian
kota yang agak berbukit.
Tidak disangka ternyata kota ini tidak terletak dipinggir pantai, pelabuhan
masih berjarak sekitar 10 kilometer dari kota.

Karena kami minta diajak ke tempat souvenir, maka Mirza membawa
kami ke satu Home Industri yang berada sekitar 5 kilometer diluar kota
Belinyu arah ke pelabuhan TanjungGudang.
Dirumah itu kami membeli macam-macam rajutan buatan tangan yang
bisa digunakan untuk taplak meja, sarung aqua, sarung kotak tissue,
sarung HP, sarung bantal dan lain lain.

Obyek terakhir di Belinyu adalah mengunjungi Kampung Gedong,
semula saya kira lokasinya ditengah kota Belinyu, ternyata jauh diluar kota.
Kali ini mobil kami kembali keluar lagi dari jalan raya dan memasuki jalan
kecil tidak beraspal.
Perjalanan masuk cukup jauh dan turun naik melewati jalan becek sehingga
kami khawatir mobil tergelincir karena jalannya licin itu..
Ternyata Kampung kuno yang seluruhnya dihuni oleh penduduk keturunan
Tionghoa itu hanyalah sederetan rumah sederhana berdinding papan.
Didepan rumah banyak dijemur aneka kerupuk Bangka seperti kemplang,
tapi sayang mereka tidak menjual yang sudah matang, kami tidak membeli
kerupuk mentah itu karena tidak yakin bisa menggorengnya dengan betul -
hasilnya bakalan "bantet" kalau engga tahu caranya.
(foto)

Acara berikutnya adalah berburu mie, tempatnya di Kedai Apo Mie yang
terletak didalam kota SungaiLiat, kami anthusias sekali karena kabarnya
inilah kedai mie paling enak dan terkenal dikota SungaiLiat.
Karena itulah mobil ngebut kembali ke Sungai Liat agar bisa tiba sebelum
Kedai yang terletak dipusat kota itu tutup, yaitu jam 15.
Sebenarnya pagi harinya kami sudah mendatangi kedai itu, karena terlihat
kedai sudah buka dan ada seorang karyawannya yang sedang masak air
maka rame-rame kami pagi itu langsung masuk dan duduk dengan manisnya
dikursi, tapi kemudian semua bengong karena ternyata mie-nya baru akan
siap satu jam lagi.
Maka sore itu saat kami tiba kembali disana dan melihat masih buka, maka
segera menyerbu duduk dan pesan ini-itu , tapi alamak semua kecewa,
sama sekali engga istimewa, sampai ada yang bilang ini sih bukan Apo Mie,
tapi Mie Apo nich ?!.

Untunglah kekecewaan hari itu terobati setelah tiba di tempat menginap -
Parai Beach Resort, bintang empat, yang memang betul mempunyai pantai
yang sangat indah, berbentuk teluk dengan warna airnya yang bergradasi
dari warna hijau muda ditepinya yang ketengah menjadi hijau tua..
Deretan cottage dibangun ditepi pantai diantara pohon-pohon kelapa, dan
tak jauh dari tepi pantai berpasir putih itu ada sebuah kolam renang dengan
restoran yang cukup besar
(foto).
Diujung pantai ada sebuah tanjung kecil, yang penuh bebatuan besar yang
mengundang kita untuk mendaki dan berfoto diatasnya dengan background
laut yang indah itu. (foto - foto).

Ada beberapa pengunjung yang berenang di bagian pantai yang landai dan
tidak berbatu, tapi seperti halnya di Hotel Tanjung Pesona disinipun tidak
ada sarana wisata air seperti banana boat dll.

Malam hari kami menghabiskan waktu dengan duduk-duduk di restoran
mendengarkan live music, dilanjutkan ke Karaoke Room yang berada di
bangunan utama hotel yang bertingkat.
Saat itu terlihat banyak tamu yang datangnya berombongan besar, rupanya
kebanyakan tamu yang datang ke Bangka ini adalah grup tour .

Saturday, November 18, 2006

Bikin tiruan "wisata kuliner" ke Bandung.




Sudah lama tidak menengok Nuke - putri saya yang tinggal di Bandung,
dan selama ini kesengsem sama wisata kuliner-nya pak Bondan, maka
Minggu pagi 19 Nopember 2006, menuju Bandung.
Sebelum berangkat sempat e-mail pak Bondan, dan dibalas pakai SMS,
saya lapor mau niru ber-wisata kuliner (walau tidak diikuti crew Trans TV),
dan akan dimulai dengan makan pagi di Pepes Jambal Walahar H.Dirja
yang buka cabang di Rest Area KM 57 Tol Jakarta-Cikampek.

Setiba disana, koq resto-nya sepi2 saja, sampai-sampai kami intip-intip
kedalam, ternyata meja kursinya sudah tidak ada, alias sudah tutup -
astaga gimana nih, ronde pertama saja sudah K.O.

Yah sudah - meluncur lagi sampai akhir jalan tol Cikampek itu, lalu
belok kanan menuju Sate Maranggi Cibungur.
Seperti biasa makanan yang dipesan selain sate adalah Sop Dengkul
Sapi, dan karena biasanya perlu pemadam kebakaran (maklum
sambal-nya kan pedas sekali) dipesan juga Es Kelapa Muda.
Dan seperti biasa, makan minum disitu walau deru campur debu -
(maklum bener-bener duduknya di tepi jalan raya yang hingar bingar)
terasa nikmat sekali.

Saat kembali memasuki pintu tol, karena terbayang sikap simpatik
pak Bondan yang selalu mengucapkan terima kasih kepada pelayan
resto yang mengantar makanan - saya bilang terima kasih juga saat
menerima kartu tanda masuk tol - haiyaaa apa hubungannya sih ?.

Nuke seperti biasa menawarkan makan siang di tempat yang baru,
kita ke " RaaCha " deh katanya, taste Thai tapi gayanya seperti
Shabu-shabu - merebus sendiri dimeja katanya.

Memasuki resto yang ditata apik di Cihampelas Walk itu, pengunjung
sedang penuh2nya, tadinya mau duduk di teras yang kelihatan asyik,
tapi sudah dipesan orang lain, maka naik ke lantai dua yang juga
penuh pengunjung.
Masuk SMS, rupanya dari bu Dwikora Mariani - JSers Bandung yang
sedang ber-wisata kuliner pula di Ikan Bakar Cianjur Jl.Setiabudhy,
oh tempat itu sudah masuk target untuk dikunjungi malam nanti.

Kami mulai ikut antrian memilih aneka bahan masakan yang sampai
puluhan macam membingungkan.
Untung Nuke dan Wimpie sudah pernah kesana, jadi dia yang memilihkan
berbagai bahan masakan, termasuk aneka sayuran organik yang per
porsi nya dibandrol antara Rp.2000,- sampai dengan Rp.5.000,-.
Di meja makan tersedia perangkat untuk merebus yang terlihat mungil
dan keren, dan untuk menambah cita rasa tersedia enam macam
sambal khas Suki.

Memang lumayan seru dan asyik, menikmati makanan yang enak dan
unik seperti mie hijau yang terbuat dari sayuran, sambil beraksi jadi
koki dadakan.

Tentu bukan ber-wisata kuliner kalau pulang tidak bawa oleh-oleh,
eh kebetulan sekali saat melewati Jalan Nanas, terlihat ruko dengan
tulisan "Pepes Ikan Mas Majalaya" - mobil mundur lagi dan jadilah beli
pepes ikan Mas yang dibandrol 46.000,-/kilo.
Karena buat dibawa pulang, istri saya nanya - kuat engga nih sampai
besok ? - dijawab tiga hari juga kuat !, tidak perlu dalam kulkas !!

Akhirnya sesuai rencana, jam 19.30 kami memasuki restoran " Ikan -
Bakar Cianjur " yang lokasinya persis bersebrangan dengan Apartment
Setiabudi. Resto yang baru saja buka bulan ini hanya beda sembilan
rumah saja dari saudara tua-nya yang sama-sama berlokasi di Jalan
Setiabudi ini.
Bisa diduga betapa ramainya restoran ini, kalau tidak sama saja
bunuh diri/kanibal buka usaha yang sama nyaris bersisian itu.
Menunya tentu sama seperti restoran Sunda lainnya, kali ini kami
mencoba nasi liwetnya yang memang sedap sekali.
Istri saya memuji tahu tausi nya yang enak sekali.

Saat berkendara di jalan tol Cikampek menuju Jakarta, sengaja sekitar
jam 22.00 itu kami mampir ke Rest Area Km 43 yang baru buka.
Ternyata di area yang begitu luas tidak ada satupun restoran atau
cafe yang "bermerek", rupanya lebih fokus kearah menerima kendaraan
umum/besar2 seperti bus.
Uniknya Toilet Umum yang tersedia juga ukuran raksasa - saya hitung
urinoir-nya saja sampai 45 buah !!
Kebayang yah kalau semua kapasitas terpasang itu terpakai bareng, he3.

Esok pagi-nya giliran Pepes Ikan Mas Majalaya naik meja makan,
ternyata memang istimewa, bukan saja empuk gurih - sambal terasi
hitamnya sedap - hebatnya ber-telor lagi, asyiik !

Ke Bandung lagi yuuuk !



RaaCha Fresh & Tasty Suki :
Cihampelas Walk - Bandung - (022)2061015.
Mal Kelapa Gading - Jakarta.

Ikan Bakar Cianjur :
Jl. Setiabudi No: 85 Bandung - (022)2030303.
Jl. Setiabudi No: 67 Bandung - (022)70314848.
Jl. Djundjunan 157 Bandung - (022)6073504.

Ikan Mas Majalaya :
Jl. Nanas No: 41 Bandung - (022)7271639.

Sunday, November 12, 2006

Kalau Michael Jackson salah teriak - Bucharest Rumania.




Saat istri saya mem-vonnis : "Nanti kita ke Balkan aja dah",
saya langsung bengong, nggak salah nih ?
Soalnya selama ini kalau dengar Rumania dan Bulgaria,
serasa itu negeri antah berantah.
Beda sekali dengan negara2 Eropa lain-nya yang sudah "terang benderang",
maka kedua negara komunis/bekas satelitnya Uni Soviet ini rasanya "gelap",
cuma punya sedikit informasi tentang negara itu.

Belum lagi tentang Bosnia-Serbia-Croatia,
rasanya belum lama masih ramai dar-der-dor dilanda perang saudara yang dahsyat.
Tapi saat ketemu pak Haditono, pimpinan Golden Rama Tour & Travel ini
dengan mantap sekali bilang : Oh disana saaaangat aman sekali !!.

Urusan visa, ternyata rada ribet juga karena walaupun berada di Eropa,
lima negara itu belum masuk Schengen,
maka harus bikin lima macam visa yang tentu makan waktu dan biaya.

Ribet lainnya adalah ternyata ke-lima negara itu mata uangnya beda- beda,
repot dah bakalannya urusan tukar menukar mata uang di border.

Jumat sore, 20 Oktober 2006 - bandara Soekarno Hatta ternyata masih
belum dipenuhi pemudik Lebaran, malah terasa lumayan lengang.

Setelah pesawat Garuda yang menerbangkan kami mendarat di Singapore,
kami berganti Turkish Airline yang akan menerbangkan kami ke Bucharest
dengan transit di Istanbul.
Pesawat Airbus A 340-300 itu akan terbang sejauh 8676 km menuju Istanbul,
selama 11 jam 50 menit.
Setelah ber-taxi-ing selama 20 menit maka dengan mulus jam 23.35 pesawat
lepas landas dari Changi.
Terbang long distance malam hari memang lebih enak daripada terbang siang hari,
mestinya bisa tidur.
Saya sudah siap tempur dengan penutup mata ditambah sumbat telinga untuk
meredam bisingnya suara mesin jet.
Tapi tetap saja bisanya cuma tidur-tidur ayam, sehingga saat jam 01 di- bagikan
hidangan berupa lamb dan pasta - saya nikmati saja sebagai hiburan,
kalau dirumah sih siapa sudi tengah malam makan sambil kucek-kucek mata.

Hiburan lainnya adalah menyimak airmap moving show di layar monitor,
di ketinggian sekitar 11582 meter dan dengan kecepatan 780 km/jam pesawat
numpang lewat diatas Jaipur dan Teheran.

Pagi jam 10.15 WIB atau 6.15 waktu Istanbul pesawat mendarat di airport
Attaturk Istanbul, kami berganti pesawat.
Kali ini dengan pesawat yang lebih kecil yaitu B737-400 yang kursi-nya
kayak kursi bus kota saja.
Untunglah terbang mengarah ke barat laut diatas Black Sea itu, hanya
memerlukan waktu satu jam saja sudah mendarat di bandara Henri Coanda
Bucharest yang tampak tidak terlalu megah.
Proses imigrasi lancar, dan kami keluar airport menuju bus yang sudah
menunggu, saat saya motret-motret mendadak disemprit polisi Rumania -
busyet deh padahal itu kan di tempat parkir !.

Bucharest, ibukota Rumania ini berjarak 16 kilometer dari bandara, kota
yang sudah berdiri sejak abad 13 ini terlihat hijau asri karena awalnya
dibangun ditengah hutan dan mempunyai 8 danau.
Sejak abad 19 banyak anak muda sekolah di Perancis, mereka menjadi
begitu mengidolakan segala sesuatu yang berbau Perancis, sampai
sampai membuat tiruan Arc de Triomphe segala.
Memang ukurannya hanya sepertiga-nya, tapi Champs Ellysees tiruannya
dibuat 6 meter lebih panjang !

Mata uang-nya Leu ( pluralnya : Lei ), tapi mulai tanggal 1 Januari 2007
akan memakai Euro juga sebagai mata uang resmi karena mulai tanggal itu
Rumania resmi masuk Uni Eropa.

Setelah mengunjungi Museum Satulini ( Village Museum ) yang rupanya
"Taman Mini-nya" Rumania, kami diajak mengunjungi beberapa bangunan
yang erat kaitannya dengan Nicolau Ceaucescu, diktator yang bisa berkuasa
sampai 25 tahun tapi riwayatnya tamat secara tragis - di eksekusi dijalanan.

Di Revolution Square yang megah, terlihat Gedung Partai Komunis dimana
pada tanggal 21 Desember 1989 Ceaucescu masih tampil di balkon-nya
untuk berpidato, rupanya ini pidato terakhirnya.
Setelah berpidato dia naik heli dan bersembunyi, beberapa hari kemudian
saat melarikan diri keluar Bucharest, sekitar 80 kilometer diluar Bucharest
dihadang tentara dan ditahan.
Segera diadakan pengadilan rakyat, saya masih ingat benar cuplikan
tayangan TV saat pengadilan itu berlangsung dimana Elena -
istri Ceaucesceu terus2an meracau berbicara memprotes pengadilan itu,
sedangkan Ceaucescu terlihat membisu.
Tayangan TV itu juga memperlihatkan jenasah Nicolau dan Elene
Ceaucescu terpuruk didepan tembok pasca eksekusi tembak mati,
kejadian dramatis itu terjadi tanggal 24 Desember 1989.


Kini kami menuju landmark kota Bucharest, yaitu : Palace of Parliament.
Terletak dipusat kota Bukarest, bangunan megah yang dikenal pula
sebagai The House of the People (Casa Poporului), tidak diragukan lagi
menjadi tempat paling favorit bagi para turis.
Inilah bangunan terbesar kedua di dunia, setelah gedung Pentagon,
mengalahkan Cape Canaveral dan Quetzalcoatl pyramid in Mexico.
Gedung tingginya 84 meter dengan 12 lantai, luasnya 369.000 m2,
konon bangunan underground-nya yang masih dirahasiakan sampai
92 meter dibawah tanah, kemungkinan untuk nuclear bunker dan
dihubungkan secara rahasia dengan jaringan subway.

Nicolau Ceaucescu terinspirasi membangun bangunan monster ini
karena pada tahun 1972 dia mengunjungi Korea Utara dimana
Kim Il Sung memperlihatkan bangunan-bangunan megah disana.
Sayangnya membangun gedung terbesar kedua didunia sekaligus
istana yang sangat mewah memakai uang rakyat.
Sekaligus membiarkan rakyatnya kelaparan.
Ceaucescu yang memerintah dengan tangan besi itu mengirim
hasil bumi keluar negeri untuk mendapatkan pendanaan untuk
membangun istana itu. Pembangunan gedung luar biasa ini dimulai
summer 1984. 700 orang arsitek dan 20.000 pekerja yang dikerahkan
semuanya orang Rumania, pemimpin proyeknya seorang perempuan.

Tentunya gedung ini menjadi gedung pemerintahan paling besar di Eropa,
memiliki ratusan ruang kantor, ruang resepsi, ruang konferensi,
ruang tamu dan ruang rapat/pertemuan.
Didalam terdapat pula sebuah teater, art gallery, restoran.
Jumlah kamar yang berukuran berkisar antara 100 sampai 2200 m2 itu,
sekitar 1000 kamar, dilantai dua saja terdapat 480 kamar .
Ruang serba megah itu dindingnya penuh ukiran2 monumental,
atapnya rapih penuh ukiran dengan lantai ditutup karpet yang tebal.
Segala sesuatu terbuat dari white dan pink marble, gold leaf, kayu oak
dan mahogany, kristal dan kuningan.

Kamar terbesar yang dinamai the Unification Hall tingginya 16 meter dan
luasnya 2200 m2, punya atap yang bisa digeser, karpet disana beratnya
sampai 14 ton. Lampu kristal terbesar beratnya 3 ton dengan
7000 bola lampu.

Bus kami boleh parkir dihalaman, sebelum masuk gedung dan menaiki
tangga harus melewati pemeriksaan security yang ketat sekali.
Kamera sebenarnya boleh bawa tapi bayar ijin motret-nya mahal sekali
yaitu 34 lei ( 1 lei = 4000,- rupiah ) sehingga kami meninggalkan
kamera di bus.

Dengan dipandu guide khusus mulailah kami menaiki begitu banyak
anak tangga yang cukup membuat ngos2an dan memasuki bangunan
yang terlihat megah, atap serba tinggi dan terkesan agak gelap.
Terasa pula kurang hiasan, rupanya dulu tembok disiapkan untuk
tempat lukisan dan foto2 puja puji terhadap Elena dan Nicolau Ceaucescu,
maka sekarang tembok dikosongkan saja.

Kami memang dibuat ter-kagum2 atas kemegahan gedung itu,
ada satu lorong untuk menyambut tamu agung yang panjangnya
sampai 150 meter.
Semua serba mewah, tiang dari marmer,
leather seat mewah, ada karpet cantik seluas 625 m2 tanpa sambungan,
ada kamar serba marmer berwarna pink dan white,
kamar serba kayu hand made yang artistik sekali,
semuanya ini hasil karya orang Rumania sendiri.
Sayangnya belum sempat gedung selesai dibangun Ceaucescu
dan Elena sudah keburu di eksekusi, padahal dia berniat
menyampaikan pidato perdana diatas balkon gedung megah itu.
Kesempatan pidato perdana itu akhirnya jatuh kepada superstar
Michael Jackson, yang dari atas balkon gedung hebat ini berteriak
menyampaikan salam kepada para pengagumnya :

" Hallo BUDAPEST ".

(rupanya Jacko "lupa" dimana dia berada !).

Wednesday, November 8, 2006

Foto Santorini, Puisi Alam Nan Romantis. part 6: Fira - One of the Most Breathtakingly Beautiful Places on the Earth.




Foto Santorini, Puisi Alam Nan Romantis.

Majalah Intisari edisi Nopember 2006 - terbit 8 Nopember 2006,
rubrik Langlang halaman 26 - 32, ada tulisan perjalanan saya berjudul :
Santorini, Puisi Alam Nan Romantis.

Foto lengkap :
1. Greco Tavern.
2. The Majestic Hotel.
3. Ancient Thera.
4. Kamari Beach.
5. Oia - One of the Most Beautiful Places on the Island.
6. Fira - One of the Most Breathtakingly Beautiful Places on the Earth.

Foto Santorini, Puisi Alam Nan Romantis. part 5 : Oia - One of the Most Beautiful Places on the Island.




Foto Santorini, Puisi Alam Nan Romantis.

Majalah Intisari edisi Nopember 2006 - terbit 8 Nopember 2006,
rubrik Langlang halaman 26 - 32, ada tulisan perjalanan saya berjudul :
Santorini, Puisi Alam Nan Romantis.

Foto lengkap :
1. Greco Tavern.
2. The Majestic Hotel.
3. Ancient Thera.
4. Kamari Beach.
5. Oia - One of the Most Beautiful Places on the Island.
6. Fira - One of the Most Breathtakingly Beautiful Places on the Earth.

Foto Santorini, Puisi Alam Nan Romantis. part 4 : Kamari Beach.




Foto Santorini, Puisi Alam Nan Romantis.

Majalah Intisari edisi Nopember 2006 - terbit 8 Nopember 2006,
rubrik Langlang halaman 26 - 32, ada tulisan perjalanan saya berjudul :
Santorini, Puisi Alam Nan Romantis.

Foto lengkap :
1. Greco Tavern.
2. The Majestic Hotel.
3. Ancient Thera.
4. Kamari Beach.
5. Oia - One of the Most Beautiful Places on the Island.
6. Fira - One of the Most Breathtakingly Beautiful Places on the Earth.

Foto Santorini, Puisi Alam Nan Romantis. part 3 : Ancient Thera.




Foto Santorini, Puisi Alam Nan Romantis.

Majalah Intisari edisi Nopember 2006 - terbit 8 Nopember 2006,
rubrik Langlang halaman 26 - 32, ada tulisan perjalanan saya berjudul :
Santorini, Puisi Alam Nan Romantis.

Foto lengkap :
1. Greco Tavern.
2. The Majestic Hotel.
3. Ancient Thera.
4. Kamari Beach.
5. Oia - One of the Most Beautiful Places on the Island.
6. Fira - One of the Most Breathtakingly Beautiful Places on the Earth.

Foto Santorini, Puisi Alam Nan Romantis. Part 2 : The Majestic Hotel




Foto Santorini, Puisi Alam Nan Romantis.

Majalah Intisari edisi Nopember 2006 - terbit 8 Nopember 2006,
rubrik Langlang halaman 26 - 32, ada tulisan perjalanan saya berjudul :
Santorini, Puisi Alam Nan Romantis.

Foto lengkap :
1. Greco Tavern.
2. The Majestic Hotel.
3. Ancient Thera.
4. Kamari Beach.
5. Oia - One of the Most Beautiful Places on the Island.
6. Fira - One of the Most Breathtakingly Beautiful Places on the Earth.

Foto Santorini, Puisi Alam Nan Romantis. Part 1 : Greco Tavern - Fira City


foto dibuat sdr. Nyoman Astapa Wiryawan

Foto Santorini, Puisi Alam Nan Romantis.

Majalah Intisari edisi Nopember 2006 - terbit 8 Nopember 2006,
rubrik Langlang halaman 26 - 32, ada tulisan perjalanan saya berjudul :
Santorini, Puisi Alam Nan Romantis.

Foto lengkap :
1. Greco Tavern.
2. The Majestic Hotel.
3. Ancient Thera.
4. Kamari Beach.
5. Oia - One of the Most Beautiful Places on the Island.
6. Fira - One of the Most Breathtakingly Beautiful Places on the Earth.

Sunday, October 15, 2006

Buka Bersama Jalansutra - 15 October 2006 - Bukit Sentul Bogor




Acara Buka Bersama sekitar 50 anggota komunitas Jalansutra, Minggu 15 October 2006, bertempat di kediaman bapak Kepala Suku - Bukit Sentul Bogor. Acara ini dihadiri juga oleh tamu baik dari dalam negeri - pak Bruriadi Kusuma (yang sudah jalan-jalan ke 150 negara) , juga dua orang JSers luar negeri yaitu bu Kim Soan dari Jepang, dan bu Julia Guerre dari Toulouse Perancis (datang bersama putrinya yg baru berusia 3 bulan - Anais).

Soft Opening Tea Gallery at Senayan City.




Minggu siang 15 Oktober 2006, sebelum menuju rumah pak Bondan untuk ikut acara Jalansutra - buka bersama, saya dan istri ke Senayan City dulu untuk melihat soft opening Tea Gallery yang di Senayan City.

Friday, October 13, 2006

Pertapaan yang pernah disatroni James Bond - Meteora, Central Greece.




Kalau bicara tentang pertapaan, tentu terbayang tempat yang
sunyi tenang jauh dari keramaian.
Pertapa tentunya mencari tempat yang jauh dari gangguan,
misalnya gua yang sulit dijangkau dan seringkali menyeramkan.

Di Yunani Tengah terdapat tempat bertapa yang bukan saja jauh
dari keramaian, juga sangat terisolir karena berada diatas puncak
bukit-bukit batu karang raksasa yang dindingnya sangat curam.
Nyaris tegak lurus sehingga sangat sulit didaki.

Semula para pertapa di abad 11 Masehi mengasingkan diri
dengan cara menghuni gua/ceruk dilereng bukit-bukit terjal
yang tingginya mencapai 50 meter itu.
Belakangan, di abad ke 15, barulah para pendeta membangun
berbagai biara dipuncak bukit terjal yang sangat sulit dijangkau itu.
Untuk masuk keluar biara hanya bisa dengan tangga tali atau naik
keranjang yang dikerek dari atas dengan tali.

Itulah Meteora, yang berada jauh ditengah daratan Yunani.
Pebukitan batu karang dikaki pegunungan Pindos ini muncul
menjulang tinggi seakan sekumpulan stalakmit raksasa yang
mencuat tumbuh dari dasar lembah Thessalian.

Biara-biara tersebut tampak cantik me-mahkotai berbagai bukit itu.
Genteng merahnya kontras sekali dengan dinding bukit karang
yang berwarna abu-abu kusam..
View dari atas bukit kearah dataran rendah yang penuh pepohonan,
jurang dan desa - sungguh luar biasa cantik, sehingga Meteora
disebut sebagai salah satu tempat yang paling mempesona dibumi.
Didalam biara terdapat banyak old icons, lukisan dinding, pahatan
kayu berlapis emas dan banyak benda kuno bernilai tinggi lainnya.

Sayang sekali saat Perang Dunia II, tentara Nazi menghancurkan
banyak biara antik dan bersejarah itu, sehingga dari 24 biara kuno
hanya tinggal enam yang masih bisa dihuni dan dijadikan museum.

Produser film James Bond rupanya tertarik akan tempat yang unik
dan cantik ini, sehingga memilih biara yang bernama Agia Triada
(Holy Trinity) Monastery untuk menjadi lokasi pembuatan film
For Your Eyes Only yang diperankan oleh Roger Moore.

Mengunjungi biara-biara tersebut sekarang tidak sulit lagi karena
telah dibangun jalan menuju pebukitan Meteora itu, dan juga telah
dibuatkan tangga pada dinding tebing sehingga pengunjung bisa
naik keatas bukit sampai mencapai bangunan biara.
Meteora juga telah ditetapkan sebagai Unesco's World Heritage,
dan kini jutaan turis dalam dan luar negeri berdatangan ke Meteora
yang dikatakan One of the Most Amazing Places in Greece atau
One of the Most Spectacular Places to visit in Greece.



Perjalanan kami menuju Meteora, berawal dari Igoumenitsa,
sebuah kota pelabuhan kecil di pantai barat Yunani.
Pagi hari tanggal 5 Juli 2006 itu, setelah semalaman berlayar
menyebrang laut Adriatik, kami diturunkan dari kapal ferry
Blue Horizon yang membawa kami dari kota Bari Italy.
Setelah breakfast, sekitar jam 7.30, bus berangkat menuju kota
Kalambaka sejauh 230 kilometer, yang berada dikaki Meteora.

Perjalanan awalnya menyenangkan karena melalui highway,
Selepas kota Ioannina, berganti melalui jalan biasa dan kini
memasuki kawasan pegunungan Pindos.
Pemandangan menelusuri lereng pegunungan yang tinggi itu
awalnya masih menarik karena pandangan indah sekali kearah
jurang dan deretan pegunungan diseberangnya.
Tapi setelah sekian jam bus ini tidak habis2-nya belok-belok
sepanjang lereng gunung, lama lama tentu bosan juga, koq
tidak sampai-sampai di tujuan.
Malah mulai banyak yang mengeluh pusing, dan saya yang
biasanya tahan juga mulai ikutan sakit kepala.

Untunglah akhirnya perjalanan lepas juga dari pegunungan,
bus kini turun memasuki lembah Thessalian
Sekitar jam 12 tibalah kami dikota Kalambaka yang persis
ada dibawah pebukitan Meteora itu dan langsung menuju
restoran untuk makan siang.

Selesai makan siang kami segera bergegas menuju bus
karena kesempatan mengunjungi Meteora hanya siang itu,
kalau sampai kesorean atau turun hujan sia-sia lah perjalanan
panjang itu.
Ternyata sedikit saja keluar kota, disisi jalan sudah terlihat
bukit karang raksasa menjulang tinggi, dindingnya nyaris
tegak lurus.
Tour leader menunjuk kearah dinding terjal itu, dimana terlihat
lubang gua bekas tempat tinggal para pertapa jaman dulu itu.

Disatu tempat bus berhenti dipinggir jalan, dan kami semua
turun dan tampaklah diatas sebuah bukit yang tinggi curam :
The Holy Monastery of St. Nicholas Anapausas.
Biara dengan small dome ini dibangun pada awal abad 16,
didekorasi tahun 1527 oleh seorang pelukis dari Creta.
Sebuah tali panjang tampak terjuntai dari atas biara sampai
ke tanah, rupanya untuk menaik-turunkan barang.
Terbayang dimana ratusan tahun lalu para biarawan hanya
bisa naik turun lewat tali seperti itu, unik sekali.
Tentunya mereka benar2 aman dan terasing dari dunia luar.

Kami tidak memasuki biara kecil itu karena sulit didaki, dan
perjalanan berikut ber-liku2 naik turun sepanjang kaki
pebukitan untuk menuju salah satu dari dua biara yang dihuni
pendeta perempuan yaitu :
The Holy Monastery of St.Stephan.

Sesaat sebelum tiba, bus kami berhenti lagi sejenak untuk
melihat dari kejauhan Agia Triada Monastery yang pernah
dipakai untuk shotting film James Bond.
Memang sungguh cantik biara itu, tampak dikejauhan sebuah
bukit yang sendirian berdiri seakan sebuah ibu jari raksasa
yang ditegakkan.
Dalam film For Your Eyes Only itu, James Bond terlihat
merayap mendaki dinding bukit yang terjal tersebut.
Rumah2 genteng merah tampak kontras dengan dinding
kelabu bukit karang dibawahnya, dan dilatarbelakangi
dikejauhan lembah yang hijau - sungguh pemandangan
yang sangat memukau.


Sayang sekali, setiba di Biara St.Stephan kami tidak bisa
masuk, kabarnya sih penghuninya sedang istirahat, padahal
kami sudah sampai di pintu pagar-nya.
Apalagi sebelumnya tour leader sudah me-wanti2 kami agar
tidak terpesona akan kecantikan para biarawati disana katanya.
View dari biara ini paling cantik karena pandangan begitu
terbuka kearah keseluruhan lembah Thessalian dan kota
Kalambaka.

Sebagai pengganti, kami menuju biara lain yaitu :
The Holy Monastery of Rousanou, yang dibangun pada
pertengahan abad ke 16, dan selesai didekorasi pada tahun 1560.
Biara yang juga disebut St.Barbara ini hanya dihuni biarawati dan
sudah dijadikan museum.
Untuk memasukinya diberlakukan keharusan memakai pakaian
yang sopan, karena didalamnya masih ada biarawati dan kapel.
Setiba di kaki bukit semua bengong karena biara itu seakan
menggantung dilangit - tinggi sekali.
Untuk bisa mencapai biara itu harus menapaki dulu sekitar 200
anak tangga, melihat itu sebagian teman memilih menyerah -
tidak ikut naik.

Setelah ngos2an naik tangga, sampailah kami didalam bangunan
biara, tidak terlalu besar - maklum dibangun diatas batu karang.
Tapi terlihat asri, banyak tanaman bunga yang terawat baik sekali.
Sekeliling terlihat bukit2 batu lainnya dan pemandangan dari atas
itu kearah lembah dikejauhan sungguh cantik.
Di dalam biara kami sempat bertemu dengan seorang biarawati,
dia bersama beberapa petugas wanita menerima kedatangan tamu
dan menjaga toko souvenir disitu.
Sayang saya tidak punya keberanian untuk diam-diam memfotonya.

Ternyata kami boleh masuk pula kedalam sebuah kapel kecil yang
berada didalam biara.
Seorang wanita yang berjaga dipintu kapel me-wanti2 kami untuk
tidak mengambil foto didalam kapel.
Kapel kecil kuno itu sempit, dindingnya penuh lukisan religius kuno,
terasa aura kedamaian dan kesunyian didalamnya.

Saat memandang keluar dari jendela kecil kapel, tampak terlihat
pegunungan Pindos dan juga lembah Thessalian nun jauh dibawah.
Terasa tepat sekali tempat ini dinamai Meteora yang dalam
bahasa Turki berarti : Hovering in the Air.
Berada disitu memang serasa mengapung diudara, dan dalam
kesunyian dan kesendirian itu para pertapa itu tentunya mudah
dalam mengarahkan dirinya kepada Yang Diatas.

Kini tentu bisa difahami mengapa para pertapa memilih tempat
indah ini untuk terus berdoa dan berdoa sepanjang umur sampai
menutup mata.





Saturday, October 7, 2006

The Wonder Volcano - Etna, Sicily Italy.




Mendaki gunung tentu kegiatan yang lumrah, banyak orang
yang melakukannya dengan santai-santai saja.
Tapi kalau yang didaki itu gunung berapi aktif yang masih suka
mendadak terbatuk-batuk tentu lain cerita.

Itulah yang terlintas dikepala saya saat bus kami meninggalkan
hotel di kota Agrigento yang berada dipantai selatan pulau Sicilia,
menuju Caltanissetta - kota kecil di kaki Mount Etna.
Tanggal 1 Juli 2006 itu kami akan mendaki Etna, gunung berapi
yang bukan saja paling aktif di Eropa, juga merupakan gunung
berapi yang paling sering meletus di planet bumi ini.

Letusan pertama tercatat pada 1500 BC, dan sampai tahun 1993
saja sudah tercatat 209 kali meletus.
Tentu catatan rekor ini bisa ditambah dengan letusan tahun berikut
yang terjadi antara tahun 1995-2001, July-Agustus 2001, pada
summer 2002, Oct 2002-Jan 2003 dan terakhir tahun 2005..

Tapi Etna murah hati, berbeda sekali dengan gunung Vesuvius
yang dalam sekali letusan saja membunuh sampai 10.000 orang
penduduk Pompeii, maka Etna dalam 2000 tahun terakhir ini
rupanya hanya tega membunuh 100 orang saja.
Itupun karena si-korban dalam situasi "in the wrong place at
the wrong time", yaitu korban sengaja menonton letusan atau
kebetulan sedang berada terlalu dekat dengan kawah saat
tiba-tiba terjadi erupsi.

Walau tahu berbahaya, tetap saja para turis mendatangi Etna,
karena salah satu dari belasan gunung berapi di Italy selatan ini
begitu menakjubkan. Coba lihat saja prestasinya -
Etna bukan saja gunung tertinggi di Eropa (3350 meter dpl), juga
yang terbesar, ukuran base-nya 40 kali 60 kilometer dengan
volume sekitar 350 km3.
Erupsi terjadi hampir terus menerus dari kawah yang berada di
puncaknya, sedangkan erupsi dari kawah yang berada di lereng
terjadi setiap beberapa tahun.
Pada puncak Etna terdapat empat buah kawah, dan sekian kali
letusan telah menyebabkan munculnya sekitar 300 kawah pada
lereng-nya sehingga dijuluki :
"Mamma Etna's countless children", atau "Big Mamma".

Bentuk gunung memang unik, sampai ke ketinggian 1200 meter
masih agak landai dan padat dihuni penduduk yang menanam
anggur, jeruk, olive, anggrek dan almond yang tumbuh dengan
suburnya. Sampai ke ketinggian 2100 meter, tumbuh pohon
pinus dan chestnuts.
Diatas ketinggian itu hanya ada produk vulkanik, berupa bekas
aliran lava hitam, batu dan debu vulkanis.
Dan 400 meter terakhir adalah puncak-nya yang menjulang
tinggi berupa stratovulcano.
Dilereng sebelah timur terdapat Valle del Bove, sebuah bekas
kaldera kuno yang amblas menjadi jurang sedalam 600 - 1200
meter dengan lebar lebih dari 5 kilometer !
Saat tahun 1993 meletus, lava yang keluar dari puncak Etna
terlihat begitu spektakuler mengalir memasuki Valle del Bowe,
sehingga selama sembilan bulan itu ratusan ribu turis datang
menyaksikannya dari kota Catania.

Kecantikan Etna, seringnya meletus dan sejarah panjang
letusan yang terjadi, membuat Etna menjadi gunung berapi
paling terkenal didunia.
Dengan diterbitkannya ratusan tulisan mengenai berbagai aspek
geologi Etna, menjadikannya sebagai salah satu gunung berapi
yang paling banyak dipelajari didunia ini.

Perjalanan dari Agrigento menuju ke Caltanissetta mengarah ke
timur menelusuri pantai Laut Ionia, dan freeway yang kami lalui
keluar masuk banyak terowongan.
Pemandangan cukup menawan, banyak pohon cemara, zaitun,
terlihat rumah berlantai dua ditengah ladang dengan genteng
merah, terasa asri dan damai.

Setiba di Caltanissetta, mulailah kami melihat jejak Etna,
tampak bekas aliran lava yang dimuntahkan saat letusan yang
sangat dahsyat di tahun 1669.
Saat itu lava mengalir dari puncak Etna sampai ke kota Catania
yang berjarak 29 km !.

Bus kami kemudian berbelok kekiri meninggalkan freeway dan
mengarah keutara dimana Etna berada.
Perjalanan kini menanjak terus sepanjang jalan kecil, sepanjang
jalan banyak villa bagus, dan hijau asri banyak pepohonan.

Sekian lama mendaki, mendadak pemandangan hijau asri tadi
berubah. Kini tidak lagi terlihat pepohonan, rupanya sudah
mencapai daerah ketinggian dimana hanya ada black lava,
bebatuan dan pasir.

Pada letusan tahun 2000-2001 lava panas mengalir melalui daerah
yang kami lewati itu, dibeberapa lokasi mengubur jalan, sehingga
harus dibuat jalan baru.
Jalan mendaki berkelok-kelok dan disisi jalan ada rumah yang
sebagian terbakar, ada juga yang tertimbun black lava.

Aliran lava berupa bebatuan cair dengan panas sekitar 1000 derajat
untungnya saat itu mengalir lambat dengan kecepatan hanya
4 - 5 km/jam, sehingga penduduk sempat melarikan diri.
Secara ajaib ada beberapa bangunan lolos dari terjangan lava yang
secara aneh bisa membelok menjauhi bangunan tersebut.
Salah satunya adalah bangunan Restoran tempat kami makan siang.

Selesai makan kami menuju stasiun cable car, dan memasuki
gondola berkapasitas 6 orang, yang membawa kami dari ketinggian
1966 ke 2500 meter.
Kami duduk didalam gondola yang terasa pengap dan panas sekali,
membuat kami menjadi agak gelisah, tapi untunglah pemandangan
saat gondola berjalan menakjubkan.
Sejauh mata memandang kebawah terlihat hanya hamparan black
lava yang lebar sekali sekitar 1 kilometer.
Memang saat letusan tahun 1983, baik stasiun cable car maupun
Observatory hancur dilanda aliran lava tersebut.
Kalau memandang kebawah tampak kaki gunung yang hijau subur,
dan keatas tampak puncak Etna yang makin lama makin jelas.

Setiba di stasiun atas cable car, kami naik bus mini yang segera
menderu mendaki menelusuri jalan berbatu halus berwarna hitam.

Disatu tempat kami semua turun dan kini kami berada di dataran
tinggi yang serba hitam - tengok kiri kanan terlihat wilayah tertutup
hamparan kerikil dan pasir berwarna hitam.
Puncak Etna yang berupa tonjolan raksasa setinggi 400 meter
terlihat menjulang tinggi tak jauh dari tempat kami berdiri.

Kami tentu tidak mendaki puncak yang masih aktif itu tapi berjalan
menuju salah satu kawah di lereng yang baru saja terbentuk pada
letusan tahun 2002.

Berjalan agak susah, diatas gunung setinggi itu angin menerpa
dengan keras sekali padahal kami harus berjalan diatas kerikil
dan pasir halus berwarna hitam.
Untunglah kami sudah bersiap dengan memakai sepatu kets
sehingga walau pelan bisa jalan juga diatas pasir yang cukup
licin itu.

Kami berjalan beriringan dan sekitar 15 menit kemudian kami
mendapati kalau sekarang kami berada di tepian sebuah kawah
yang sangat mendebarkan hati.
Kawah yang luas itu mirip lubang undur2 - dinding lubang seperti
tumpeng terbalik - jadi mengerucut kebawah dimana terdapat
sebuah lubang yang mengepulkan asap putih.
Saya perkirakan kalau ada orang terjatuh maka akan susah
menahan jatuhnya, karena dinding kawah terdiri dari kerikil/
pasir halus itu. Maka bisa tak tertahan, terus merosot dan
masuk kedalam lubang kawah, persis seperti semut yang jatuh
kedalam lubang undur2.

Dari tempat itu pemandangan cantik sekali, sekeliling tampak
padang pasir berwarna hitam dan puncak Etna yang tampak
angkuh menjulang tertutup awan.
Sebagian teman melanjutkan jalan, memutari kawah undur2 itu
karena disebrang kawah ini kabarnya ada kawah lainnya yang
lebih cantik lagi.

Istri saya tidak mau ikut, dia takut jatuh karena angin keras
sekali, sekian lama dibujuk juga tidak mempan.
Akhirnya istri dengan beberapa teman memutuskan balik ke bus.
Saya sendirian mencoba mengejar teman2 yang sudah berada
jauh didepan.
Tapi sulit sekali karena jalan setapak sepanjang tepian kawah
itu menanjak tinggi sekali. Sampai jantung deg2an nggak keruan
dan nafas hampir putus tetap saja mereka tidak terkejar.

Setiba ditujuan yaitu dilokasi paling tinggi dengan pemandangan
yang luar biasa indahnya itu ternyata teman2 sudah pada pergi,
jadi tinggal saya sendirian ditempat yang sunyi terpencil itu.

Dari tempat itu sebuah kawah lain yang sudah mati tampak
cantik sekali berwarna warni, dan jauh dibawah tampak stasiun
cable car dan mobil bus mini sedang bergerak naik turun gunung -
sungguh pemandangan yang menakjubkan.

Berada sendirian diatas gunung yang begitu tinggi dan sunyi,
terasa sekali betapa kecilnya kita sebagai manusia ditengah
keperkasaan alam itu.
Walau agak betah disana, tapi lama-lama serem juga maklum
sendirian saja, maka saya segera menuruni bukit menyusul
rombongan.
Perjalanan dilanjutkan menuju stasiun cable car, sekitar jam
16.00 tiba di tempat parkir bus besar kami.

Sekitar jam 16.45, belum jauh bus meninggalkan lokasi stasiun
cable car tiba2 turun hujan dan semua terpana karena yang turun
ternyata bukan air hujan tapi butiran es. Ramai deh tak tik tok
suara butiran es menimpa atap dan kaca mobil.
Tentu semua senang sekali melihat fenomena alam unik yang
berlangsung sekitar sepuluh menit itu.
Tiba2 guide kami menunjuk ke puncak gunung yang baru saja
kami tinggalkan itu - ternyata puncak Etna mengeluarkan asap
hitam tebal.

Rupanya Etna memberikan salam perpisahan yang unik kepada
rombongan kami, mendaki The Wonder Volcano hari itu sungguh
memberikan kenangan indah tak terlupakan.





Monday, October 2, 2006

Tayangan Ulang - Ultah ke 3 Komunitas Jalansutra - JAK TV.

Start:     Oct 5, '06 7:00p
Baru saja Lisa Virgiano mendapat kabar dari JakTV
bahwa akan ada tayang ulang (re-run) acara Ultah JS
ke-3 di acara Komunitas Kita pada hari Kamis,
5 Oktober 2006 pukul 19.00.

Saturday, September 30, 2006

Tayangan JAK TV - Komunitas Kita : Ultah ke 3 Komunitas Jalansutra.




Sabtu, 30 September 2006 jam 09.15, masuk SMS dari Christine :
tayangan Ultah JS ke 3 oleh JakTV diundur ke jam 9.30.
Saya jawab - TQ Tin, ini juga udah nongkrong di depan TV.

JAK TV mempunyai acara berjudul Komunitas Kita, dan pagi itu
tayangan diawali pembicaraan Host-nya yaitu Orchida Ramadhania
dengan temannya yang membicarakan adanya satu komunitas di
dunia maya yaitu Jalansutra, yang sedang mengadakan kopdar.
Maka mereka menuju restoran Queen's Tandoor, dan bertemu dengan
pak Bondan - Kepala Suku Jalansutra yang bersama para JSers,
termasuk JSers Bandung - bu Sofia Mansoor yang sedang
memasuki restoran itu.

Menjawab pertanyaan Orchida, pak Bondan menjelaskan sejarah
berdirinya komunitas ini, yang diawali tulisan tentang makan makan
dan jalan jalan di Kompas Cyber Media dan Suara Pembaruan.
Berjalan sekian tahun dan digemari banyak orang, lalu bung Wasis
Gunarto mengusulkan untuk dibuat milis Jalansutra.
Pak Bondan mempersilahkan bung Wasis untuk membuat milis JS
dan memberikan hak kepemilikan milis JS tsb pada bung Wasis.

Sejak itulah milis ini berkembang dengan pesatnya - anggotanya
tersebar diseluruh dunia, dan saat ultah di usianya yang ke 3 -
telah tercatat sekitar 5500 orang.
( tgl 30 September ini terlihat sudah mencapai 6063 anggota).
Komunikasi di milis JS luar biasa padatnya ( sampai malam ini
terlihat untuk bulan September jumlah posting : 2015 ).

Sesekali diadakan kopdar (kopi darat) yang membuat rasa
persaudaraan diantara anggota komunitas makin kental.
Bukan hanya itu, kalau seorang anggota luar negeri yang banyak
dikenal sedang pulang kampung, maka diadakan Sambutsutra -
sekian anggota bersepakat dan menyambut rekan itu dengan cara
berkumpul di satu restoran untuk makan bersama.
Tamu-nya tidak usah bayar, dan teman2 disini yang bayar dengan
cara patungan.

Pak Bondan juga menjelaskan bahwa hari itu ada acara Ultah JS
ke 3 yang dipusatkan di Museum Keramik.
Karena Jalansutra adalah penyuka makan-makan maka acara diawali
makan siang bersama yang tersebar di 9 lokasi restoran -
tidak mungkin 200 orang peserta makan bareng di satu tempat -
setelah makan barulah naik bus way menuju Museum Keramik.

Maka setelah menikmati makan siang, crew JAK TV ikut bersama
Capt.Gatot dan para anggota JS naik bus way menuju ke tempat
pertemuan itu.

Acara di Museum Keramik seperti ditayangkan, ramai dan seru -
penuh keakraban, diawali sambutan Kepala Suku, aneka Quiz,
dan ditutup dengan potong kue Ultah.

Thursday, September 28, 2006

Tayangan Ultah ke 3 Komunitas Jalansutra - JAK TV.

Start:     Sep 30, '06 01:30a
Informasi dari bung Icay Thaher/JAK TV :

Acara Ultah ke 3 Komunitas Jalansutra, yang telah
berlangsung tanggal 10 September 2006 di
Museum Keramik Taman Fatahilah Jakarta
(http://smulya.multiply.com/photos/album/121),
akan ditayangkan di JAK TV pada :
Sabtu, 30 September 2006, jam 9.30.

Tuesday, September 26, 2006

Jokes : Nggak mau punya anak kembar.

 


Seorang pria dengan ter-gopoh2 memasuki kamar praktek
seorang psikiater.


Dok,dok,dok - wah saya lagi stress berat nih dok.


Tenang mas, tenaaang, coba ceritakan kenapa jadi begini.


Gini dok, istri saya kan sedang hamil, tapi saya nggak mau istri
saya itu nanti melahirkan anak kembar, dok.


Lha kenapa, bukan justru bagus tuh, anggap aja dapat bonus.


Ah, nggak mau dok, dulu istri teman saya yang kerja di pabrik
Kacang cap Dua Kelinci anaknya kembar dua.
Dan tadi siang, teman saya yang kerja di Mitsubishi Tiga Berlian
istrinya malah melahirkan kembar tiga, gawat nih dok.


Lha, apa hubungannya dengan anda, koq jadi bingung gini sih ?


Gimana nggak bingung sih dok, saya kan kerjanya di Auto 2000.


 

Sunday, September 17, 2006

Review : Pecel Madiun di Rawabuntu.




Minggu siang jam 13, istri saya mendadak ngajak makan siang
di Pecel Madiun - Serpong, banyak orang bilang enak katanya.
Iya saya juga tahu, tapi teman saya Andi bilang jangan kesana
kalau Sabtu/minggu, penuh sekali.
Andy bilang juga kalau makan disana bisa2 gratis, abis pas dia
mau bayar, si kasir saking puyengnya nyari bon engga ketemu
sampai bilang bapak udah bayar kali !
Tapi istri saya malah ngotot, siang gini udah sepi kali katanya.

Yah udah, berangkat - menuju arah Serpong, melewati Benton
Junction BSD yang beberapa hari lagi akan buka, terus lurus
sampai naik jembatan diatas ujung jalan tol Bintaro.
Turun jembatan, melewati pom bensin, koq engga ketemu2 juga,
akhirnya ketemu juga dikanan jalan tidak jauh sebelum belokan
arah ke Tekno-Park.

Mobil boleh masuk kedalam dan seperti sudah diduga, bukan
saja tempat parkir penuh, juga sekian banyak bangunan bentuk
joglo yang dijadikan rumah makan itu sudah penuh pengunjung.
Wah bisa keburu kelenger kelaparan nih, boro2 pesan makanan,
duduk saja tidak dapat kursi, mau makan jam berapa.
Untung istri saya tidak kehabisan akal, dia menuju dapur
sekaligus tempat kasir, dan memesan Pecel Madiun dua
bungkus untuk dibawa pulang saja.

Setelah dapat dan bayar, pas jalan menuju tempat parkir
kelihatan ada meja kosong - nah jadilah makan disana.
Ternyata memang Pecel-nya top banget, istri saya memuji
sedapnya bumbu kacang yang di-uleg halus,pas sekali rasa
asin manisnya katanya.
Rempeyeknya juga enak sekali, tipis dan garing kriuk2.
Ati dan ampla ayamnya juga gurih sekali.

Nasi Pecel Komplit 8.000,-
Ati Ampla Goreng 4.000,-
Nasi Rawon Komplit 15.000,-
Tersedia juga Ayam goreng, sate telor puyuh, telor ceplok,
tempe bacem,bakwan jagung, sate udang dll.

Alamat :

Pecel Madiun.
Jl. Ciater Barat Raya Rawabuntu - BSD Serpong.
Telp : (021)-68282058, dan 08161965051.
Buka setiap hari jam : 10 - 17.