Saturday, December 19, 2009

Malam Natal 1995, hampir saja bertemu Yasser Arafat di Bethlehem.




Iseng2 lihat foto2 lama, ketemulah foto2 di Bethlehem dan Jerusalem,
kami kebetulan sekali berada di Bethlehem persis dimalam Natal 1995.
Sebenarnya sudah sampai dimuka gereja St. Catherine tempat Misa
Natal berlangsung, tapi tidak bisa masuk gereja yang tidak begitu
besar itu, orang begitu banyak apalagi didalam hadir Yasser Arafat.
Penjagaan begitu ketat oleh petugas keamanan Palestina, hari itu
juga adalah hari pertama penyerahan kedaulatan Bethlehem kembali
ketangan Palestina.

Awalnya kami naik bus dari hotel di Jerusalem sekitar jam 21, jalan
lancar karena tidak terlalu banyak kendaraan, agak tegang karena
dibeberapa tempat ada barikade/penjagaan serdadu Israel.
Tapi sebelum sampai kota Bethlehem bus harus stop dan kami harus
melanjutkan dengan jalan kaki sekitar 30 menit, untung cuaca di akhir
Desember itu tidak terlalu dingin.

Suasana lapangan dalam kota Bethlehem dimana gereja St Catherine
itu berada ramai sekali, rupanya sekaligus merayakan pengembalian
kota Betlehem oleh fihak Israel kepada Otoritas Palestina.
Sekian lama berdiri ramai-ramai didepan gereja dan setelah mendapat
kepastian bahwa tidak mungkin bisa masuk, maka kami pulang.
Dikamar hotel sempat nonton TV perayaan Natal didalam gereja itu,
tampak Yasser Arafat hadir sampai persis sebelum acara Misa dimulai.

Esok paginya balik lagi, dan masuk ke Church of the Nativity
http://www.sacred-destinations.com/israel/bethlehem-church-of-the-nativity -
gereja kuno yang berdampingan dengan Church of St. Catherine -
http://www.sacred-destinations.com/israel/bethlehem-st-catherine.htm,
inilah gereja yang lebih baru baru dimana semalam Misa Natal berlangsung.

Didalam gereja kuno itulah terdapat Grotto of the Nativity, yaitu
lokasi yang diyakini tempat Jesus lahir, untuk kesana ternyata
harus agak berebutan dulu berkerumun didepan sebuah gerbang kecil.
Setelah menuruni beberapa anak tangga dan sampailah ke ruangan
bawah tanah yang tidak terlalu luas.
Tampak sebuah meja marmer dengan lubang bulat, sekeliling lubang
ada bintang terbuat dari logam bersudut 14 - itulah titik yang diyakini
tempat lahirnya Jesus 2000 tahun yang lalu.
Para peziarah sejenak berdoa dan ada yang mencium meja marmer.
Tidak bisa ber-lama2, karena pengunjung terus mengalir memasuki
grotto kuno yang sempit itu.
Sayang dilarang berfoto disitu, tapi ada foto dari postcardnya.

Untuk keluar dari ruangan ada pintu lainnya, karena tidak dijaga seperti
di pintu masuk, maka saya sempat nyelusup balik masuk lagi karena
masih ingin bisa meresapi suasana disana.

Kemudian kami masuk ke gereja St. Catherine, yang memang tampak
lebih baru - ditempat itulah semalam Misa Natal berlangsung.
Saya sempat menemukan bangku dimana semalam saya lihat di TV
disitulah tempat Yasser Arafat duduk.



Friday, December 18, 2009

Karena nggak bisa ke Bali, jadilah kukurilingan sampai ke Kedai Jawa.



Jumat 18 Desember 2009 pagi, masuk sms dari bung Gobind Vashdev:
Morning Dok, apa kabar ?
Kemarin saya siaran di Indonesia Siesta Delta FM,
nama dokter disebut pendengar kalau tidak salah namanya Hendro..
Jadi ingat kalau saya ingin mengirim buku Happiness Inside ke dokter,
boleh saya di sms alamat lengkapnya Dok ?

Waduh, tentu nggak usah ditanya saya pasti mau banget mendapatkan
buku karangan Gobind yang pemikirannya begitu bijak, teduh dan damai.

Ternyata sms-an di pagi itu berlanjut, melebar kesana-sini sampai siang.
Rupanya Gobind yang masih ada di Jakarta siang itu akan ke Bali untuk
mudik dan nonton acara off-air Kick Andy, dan rupanya hari ini pula bung
Sofyan - pemilik Dapur Sedap juga ke Bali untuk persiapan pembukaan
cabang ke lima-nya di Tuban Bali.

Sampai juga terjadi sms-an antara Gobind dengan pak Bondan yang
sedang nongkrongi cabang Kopitiam Oey di Legian Bali, akhirnya Gobind
bilang seusai nonton Kick Andy off-air akan pintong (pindah tongkrongan)
ke Kopitiam Oey yang berjarak hanya 200 meter dari Monumen Bom Bali.

Saya sempat sms pak Bondan, liat gini kayaknya Jakarta melompong -
orangnya pada ke Bali semua nih :))
Denger itu istri saya jadi gerah dirumah, yah udah kita ngadem aja deh
di Mall - jadilah kami meluncur ke Emporium Mall Pluit.
Perjalanan melalui tol bandara lancar sekali, kini dibeberapa tempat jalan
sudah ditinggikan sehingga mestinya kalau banjir-pun tidak lagi terhambat.

Sempat empat jam di Emporium Mall, saat keluar Mall rasanya koq masih
siang maklum masih jam 16, mumpung situasi lalu lintas di Jakarta sedang
lancar gitu, kami putuskan untuk tidak pulang kerumah tapi menuju Taman
Impian Jaya Ancol.
Kami masuk kawasan itu dari pintu timur, sambil coba mengingat-ingat
seperti apa dulunya tempat itu.
Saat berkendara menelusuri pantai kearah timur, masih teringat lokasi
circuit balap yang dulu sejajar pantai.
Sampai di kawasan makam ternyata jalan antara makam dengan pantai
kini sudah jadi laut padahal dulunya jalan itu cukup lebar.
Konon itu makam orang Belanda yang di eksekusi di jaman pendudukan
Jepang, jadi dulu agak seram juga kalau lewat sana.

Yang kami tidak temukan adalah kelenteng kuno disana, dulu sempat
tenar beritanya karena pernah dirampok.
Si penjaga yang sendirian rupanya jago kungfu, pakai golok dia melawan,
dia terluka parah, tapi beberapa perampok tewas ditangannya.
Dulu di tembok kelenteng itu dipajang foto-foto para perampok yang tewas
bergelimpangan bersimbah darah.

Sepanjang pantai penuh kendaraan yang parkir dengan rapih, setelah
berputar-putar dapat juga parkir dan kami berjalan kaki sepanjang pantai
yang tertata rapih, bersih dan terasa aman, dibeberapa tempat tersedia
toilet-toilet yang bertuliskan Gratis dan buka 24 jam.
Hebatnya di toilet yang bersih itu, saat saya berikan tip ke si petugas
yang tampak tekun bekerja - dia bilang gratis pak !

Yang menarik kini telah ada dermaga yang panjang menjorok berliku
ke tengah laut, bersama sekian banyak pengunjung yang tampak ceria
kami berdua berjalan menelusuri dermaga sampai jauh ketengah.

Menjelang jam 18 rencananya mau masuk ke restoran Bandar Jakarta,
tapi tidak dapat tempat parkir.
Lalu teringat ada teman Jalansutra bilang ada restoran Bebek Goreng
di Jalan Raya Serpong BSD, yah sudah balik kanan dan menuju ke
tol Tomang -Tangerang dan keluar di exit Alam Sutra.
Setelah melewati Omni Hospital yang sedang ramai masuk koran,
belok kekiri memasuki Jalan Raya Serpong menuju BSD, dan didepan
RS Ashobirin berputar arah kembali mengarah ke Tangerang.

Tapi saat tiba didepan restoran itu, juga susah parkir karena lokasinya
berdampingan dengan tempat hiburan, kayaknya kendaraan yang parkir
bukan tamu restoran karena tampak sepi.
Jadi males mampir, perjalanan diteruskan, dan persis setelah restoran
Gado-Gado Boplo tampak papan nama restoran :
Kedai Jawa, Spesial Bebek Goreng dan Ikan Balita.
Nah, parkirnya juga longgar dan dari luar tampaknya restoran yang cukup
lebar itu terlihat terang dan rapih, jadilah parkir disitu.

Masuk kedalam restoran yang baru sebulan buka ini, terasa sejuk dan
bersih nyaman, interiornya walau sederhana tapi apik.
Istri pesan bebek goreng dan bakar, ikan mas balita dan tumis jamur.

Pesanan cepat datang karena tamu tidak banyak, istri saya memuji
bebek bakarnya karena bumbunya sedap berasa sekali, begitu pula
tumis jamur-nya, ikan balita nya garing kriuk-kriuk.
Yang lucu-nya, ada menu sambel, tapi tersedia counter sambal yang
gratis berikut lalapannya, sayurannya juga berlimpah segar sekali.

Malam itu makan sambil ditemani musik gending Jawa yang sayup-
sayup terdengar, maka saya bilang ke istri anggap ajah kita lagi
sedang berada/liburan di Jogya nih. Makanan tentu cepat tandas,
karena masih betah tambah lagi dah Wedang Ronde he he.

Kedai Jawa
Jl. Raya Serpong Km 8 Ruko E & F.
Telp 021-5398924 - 5399131.
(cabang dari Kedai Jawa di Pasific Place)