Monday, April 28, 2008

Nyerudug Pelopor Wisata Kuliner.




Serial Femina - Bondan Winarno : Pelopor Wisata Kuliner.
http://www.femina-online.com/serial/serial_detail.asp?id=168&views=19
http://www.femina-online.com/serial/serial_detail.asp?id=169&views=69
http://www.femina-online.com/serial/serial_detail.asp?id=170&views=102
http://www.femina-online.com/serial/serial_detail.asp?id=171&views=21

Serial Femina diatas yang terdiri sampai 4 bagian, bagaikan intisari
biografi pak Bondan, membacanya membuat saya jadi lebih banyak
mengenal Pelopor Wisata Kuliner ini - yang pertama kali saya jabat
tangannya sekitar lima tahun lalu.
Pertemuan itu hasil main serudugan saya yang sedang kesengsem
berat dengan buku Jalansutra.
Serudugannya berawal dengan kirim e-mail :

----- Original Message -----
From: sindhiarta
To: kcm@kompas.com
Sent: Saturday, May 17, 2003 8:11 PM
Subject: tanya alamat e-mail pak Bondan Winarno

Tangerang, 17 Mei 2003
Redaksi Yth,
Saya mohon bantuan, apakah bisa mendapatkan alamat e-mail
dari Bpk. Bondan Winarno, yang dahulu banyak menulis didalam
Kompas Cyber Media.
Alamat e-mail saya : smulya@cbn.net.id
Mohon maaf merepotkan, banyak terima kasih atas bantuannya.
=================================================

Ternyata alamat e-mail itu dikasih, maka langsung saya kirimi
pak Bondan e-mail yang panjangnya nggak kira2.
Yang dibawah ini - sudah banyak saya singkat :

From: smulya@cbn.net.id
To: bwinarno@indosat.net.id
CC: smulya@hotmail.com

Subject: salam kenal dari Tangerang
Date: Sat, 17 May 2003 16:23:13 GMT

Tangerang, 17 Mei 2003

Pak Bondan Yth,

Mohon maaf sebelumnya mungkin bapak bingung dapat e-mail
saya ini, karena tentunya bapak tidak mengenal saya.
Saya tadi siang membeli buku Jalansutra di Gramedia pertokoan
Diamon Tangerang, dan saya nyesel kenapa saya kok "kuper"
tidak tahu kalau bapak selama ini menulis begitu banyak kolom
menarik tentang jalan2 dan makan2 itu.

Saya tentu cukup familiar dengan nama Bondan Winarno yang
kolom\tulisannya sesekali saya temui dan saya baca.
Saya belum baca habis buku bapak ini, tapi saya sudah tidak
tahan nih mau ngobrol karena banyak dalam tulisan bapak itu
yang menarik.
Misalnya tentang ulah petugas Cathay Pasific, ----------

Pak Bondan, saya iseng2 suka menulis kisah perjalanan saya,
yang saya buat sekedar iseng dan saya kirimkan hanya kepada
family dan teman dekat saja.
Kalau pak Bondan berkenan, dengan senang hati saya akan
e-mailkan kepada bapak.
Saya mulai menulis tidak dari awal2 perjalanan2 saya ke luar
negeri, tapi mulai sekembali saya dari Tibet dan Silk Road,
belakangan saya buat juga kisah perjalanan saya ke ----------

Sekian dulu salam perkenalan dari saya, mudah2an bapak
dalam kesibukan selama ini bisa sempat membaca e-mail
saya ini, dan tentu saya dengan gembira menunggu balasan
dari pak Bondan.

salam
sindhiarta mulya
note:
Pak Bondan pernah dengar Mesjid Seribu Pintu ?, adanya di
Tangerang dan unik sekali, dibangun sepotong2 selama ber-
tahun2, sehingga arsitekturnya aneh begitu banyak ruangan2
kecil dan ber-liku2. Kita harus diantar agar tidak tersesat
didalamnya.
Saya yakin pak Bondan senang ke tempat2 unik seperti itu.
Kapan saja pak Bondan sempat harap HP saya - akan saya
antar ketempat yang sulit dicari karena terletak tersembunyi
di pinggiran kota.
============================================

Ternyata tidak lama kemudian "rayuan maut" itu dibalas !!.
Langsung saya berondong lagi, dan ini e-mail2 balasannya:

----- Original Message -----
From:
To:
Sent: Sunday, May 18, 2003 7:52 AM
Subject: Re: salam kenal dari tangerang

Terima kasih atas surat perkenalan yang menyenangkan.
Cerita tentang mesjid seribu pintu membuat saya ingin datang
melihatnya. Begitu dekat kok belum saya ketahui, ya?
Silakan coba kirim tulisan Bapak.
Jangan terlalu panjang, sekitar 1000 kata saja.
Salam,
Bondan
==================================================
----- Original Message -----
From:
To:
Sent: Monday, May 19, 2003 5:52 AM
Subject: Re: tentang mesjid seribu pintu

Terima kasih.
Saya akan telepon Dokter bila saya siap berkunjung ke Mesjid Seribu
Pintu.
Terima kasih atas kiriman tulisan dan koreksi atas buku Jalansutra.
Salam,
Bondan
===================================================
----- Original Message -----
From:
To:
Sent: Tuesday, May 20, 2003 5:43 AM
Subject: Re: berjalan diatas air

Wah, email Anda ini membuat saya makin ingin datang.
Sayangnya, mungkin saya baru melakukannya pada minggu pertama
bulan Juni.
Salam,
Bondan
===================================================
----- Original Message -----
From:
To:
Sent: Tuesday, June 03, 2003 8:44 AM
Subject: Bisa Besok?

Dok,
Tiba-tiba saya lihat celah untuk bisa meninggalkan kantor besok pagi.
Apakah waktunya cocok?
HP saya 0811..... Mohon kabar.
Salam,
Bondan
======================================================

Nah, pada hari yang disepakati, di lantai dua kantor Dinas Kesehatan Kota
Tangerang, pas saya keluar dari pintu ruang kerja Bapak Kepala Dinas,
bersamaan sekali ada seorang pria berjalan cepat melintas dimuka pintu itu,
langsung saya tembak saja : Pak Bondan yah ?!.
Jadilah jabat tangan pertama di depan pintu itu, lalu ke ruang kerja saya.
Pertemuan itu ternyata singkat saja, karena pak Bondan mendadak merasa
kurang sehat, akhirnya membatalkan kunjungan ke Mesjid Pintu Seribu.
Belakangan sampai masuk ke RS untuk check-up, ternyata tidak ada yang
serius, rupanya hanya akibat efek samping dari obat baru yang diminumnya.

Setelah itu kontak dan pertemuan berlanjut, mulai dari kopdar pertama
Jalansutra di Dome Plaza Indonesia, kunjungan ke Mesjid Pintu Seribu
yang diikuti puluhan anggota Jalansutra, di acara pernikahan putra saya dll.

Masuk Koran ! :
Awalnya waktu pak Bondan minta kirimkan "soft copy" cerita perjalanan
saya ke Tibet dan SilkRoad, saya sempat bingung apa itu "soft copy",
maklum saja baru belajar2 main komputer dan internet.
Ternyata kedua tulisan perjalanan saya itu dimuat di kolom Jalansutra
koran Suara Pembaruan Minggu, saya tidak bisa melupakan wajah riang
almarhum mama saya - anaknya " masuk koran! "

Masuk Tipi ! :
Suatu pagi HP saya bunyi, rupanya dari seorang tim kreatif Trans TV :
+ Dok, diminta pak Bondan nanti bantu shooting di Mesjid Pintu Seribu.
* OK, siap - nanti saya bantu kondisikan disana.
+ Oh ya, Pak Dokter nanti ikut di shooting juga kata pak Bondan.
* Astaga! - nggak mau ah!.
Dibujukin, tetap tidak mempan, esoknya orang lain nya yang nilpon
dan bicara hal yang sama - saya juga tetap sama, nggak mau !.

Eh, sore hari pak Bondan sendiri yang nilpon, nah kalau komandan
sudah kasih perintah langsung - siapa yang berani nolak.
Untungnya saat shooting, entah gimana setelah di briefing singkat
mesti ngomong apa, koq bisa tuh shooting nggak pakai re-take.
Tadinya saya udah mikir, gimana nih udah penampilan ancur -
kalo shootingnya ulang2 melulu kan malu2-in.

Saat episode itu ditayangkan Trans TV, saya nonton sambil sibuk
nerima tilpon/SMS yang datang ber-tubi2 dari kerabat/teman yang
"panik" lihat saya ada di layar TV.
Malamnya saya SMS pak Bondan :
Wah pak, saya sampai lupa bilang terima kasih diajak masuk tipi,
kalau saja mama saya masih ada - dia pasti girang banget.

Kehebohan berlanjut, sampai sekian waktu berikutnya masih ada
saja family/teman sampai pasien yang nanyain soal "penampakan"
saya itu.
Kebayang tuh pak Bondan yang tampil hampir tiap hari di layar TV,
saya saja yang nongol sekian detik doang udah "beken banget".

Happiness and Love !:
Pagi hari ini jam 00.02, saya SMS pak Bondan yang berada di USA :

Today 2 persons asked me about u.
I gave them ur details and contact.
They will be finding u soon.
Their names are HAPPINESS and LOVE .......HAPPY BIRTHDAY !!

Jam 00.08, jawaban muncul :

Mereka sudah datang, Tks.
Sbtr lagi ke bandara.
Masih nge-break?

Rupanya menerima SMS yang muncul menjelang pagi disini itu,
pak Bondan jadi ingat kalau saya di awal tahun 80-an dulu pernah
gila ngebrik yang sering sampai menjelang pagi.
================================================


Kayaknya sih boleh dong kalau di hari ulang tahun ini,
gantian anak buah yang ngomong sama Kepala Suku :

Tetap sehat - tetap semangat pak,
agar bisa terus jalan2 dan makan2,
bersama bu Yvonne, anak2 dan cucu2.
Pokok-e Maknyuss !!

Tuesday, April 22, 2008

Neraka Biru dan Neraka Merah di Beppu - Kyushu Japan.




Tour di China, seringkali terbang antar kota, karena selain
jaraknya jauh2 juga untuk menghemat waktu, sedangkan
perjalanan kami di Jepang kali ini banyak jalan darat.
Karena selain jaraknya nanggung, juga karena sebenarnya
memang ingin melihat pedalaman negeri ini.
Tentu perjalanan darat melelahkan, untungnya local guide
kami - Elly, wanita asal Medan yang sudah 34 tahun
bermukim di Jepang bisa membuat suasana jadi seru
tidak membosankan.
Elly, sudah 25 tahun menjadi tour leader, menikah
dengan pria Jepang, dan kali ini An-Li putri tunggalnya
yang berusia 10 tahun ikutan, lagi liburan kata Elly.

Selain jenaka dan "bawel" - ini yang memang diharapkan
dari seorang local guide, Elly bukan saja bisa bercerita
tentang obyek wisata tapi juga banyak bercerita tentang
sesuatu yang memang kami ingin dengar yaitu tentang
kehidupan/keseharian orang Jepang.

Cerita2nya banyak yang menarik, misalnya soal perjalanan
rutin pekerja yang menuju kantor di Tokyo, setiap hari
dua kali satu jam berdiri di kereta api yang super-padat.
Saking sesaknya kereta api itu 13 orang bisa muat berdiri
berjejalan dalam areal satu meter persegi katanya.
Belum lagi kalau ada tangan jahil, susahnya kata Elly -
kalau dia sampai berteriak karena kaget, malah tambah
malu sebab semua mata jadi tertuju kepadanya.
Untung sekarang ada gerbong khusus wanita.

An-Li yang tidak bisa berbahasa Indonesia, segera menjadi
kesayangan para oma&opa peserta tour, saya lihat seringkali
dia diajari beberapa kata populer seperti burung kakatua dll.
Perjalanan dari Huis Ten Bosch yang berada dipantai barat
Kyushu, menuju kota Beppu seakan membelah pulau Kyushu,
lumayan jauh, membosankan, apalagi buat anak se-usia An-Li.
Dia sering mondar mandir sepanjang lorong bus yang sedang
berjalan, suatu kali saya dengar dia bolak balik sambil
ber-ulang2 mengatakan :
" A-kuuu Can-tiiik !" "A-kuuu Can-tiiik !"
Rupanya ada satu oma yang ngajari kata itu.

Saat lewat dekat saya, saya stop dan ajari dia kata baru.
Nah, An-Li segera bolak balik sambil keras2 meneriakkan :
" A-kuuu Be-gooo !!" "A-kuuu Be-gooo !!"
Seisi bus ger2-an, sampai ibunya yang duduk didepan tampak
keheranan, ada apa nih koq mendadak jadi pada rame gitu ?.

Beppu adalah kota pantai yang terkenal karena berlimpah
sumber mata air panas, malahan ada yang menyemprotkan
tinggi2 uap panasnya.
Kini ada seratusan hotel disana lengkap dengan Onsen
(kolam tempat mandi bareng air panas alami).

Senin, 31 Maret 2008 - sore hari itu, kami sudah terlambat
sekali tiba di Umi Jigoku - Beppu, untung saja rombongan
kami masih diperbolehkan masuk taman itu.
Berjalan kaki kami segera bergegas memasuki komplek
taman - danau - sumber air panas itu.
Pemandangan sungguh menawan, kami berjalan disisi
danau yang airnya hijau sekali dan disana sini pohon
Sakura sedang memamerkan bunga merahnya.

Didalam taman ada dua Jigoku (Neraka), yaitu Umi Jigoku
(Ocean Pit) karena kolam air panas yang mengepulkan asap
putih tebal itu airnya berwarna cobalt-blue - cantik sekali,
dan Chi-no-Ike Jigoku (Pool of Blood Pit) yang airnya
berwarna merah terang kecoklatan.
Kami mengunjungi Umi Jigoku dulu, semua terpesona
melihat kolam air panas yang mengepulkan asap putih
tebal itu airnya begitu cantik berwarna biru kehijauan.
Setelah memutari kolam yang tidak terlalu besar itu,
segera menuju Chi-no-Ike Jigoku..
Kolam air panas ini juga tidak terlalu besar dan airnya
beda sekali dengan Umi Jigoku, karena merah kecoklatan.
Terasa aneh juga karena sebenarnya jarak antara kedua
kolam itu tidak terlalu jauh.

Setelah itu segera menuju Beppu wan Royal Hotel untuk
menginap. Hotel ini menyediakan Onsen bagi para tamu,
kolam air panas itu terpisah antara tamu pria - wanita,
dan masuk ke kolam harus tanpa busana.
Holden - tour leader kami, cerita kalau dulu dia pernah
mencoba masuk Onsen pakai celana renang, ternyata
tetap tidak diperbolehkan, harus benar-benar polos.

Elly menceritakan tata cara mandi di Onsen, dikamar ada
Yukata (kimono) tapi pakainya jangan salah yah katanya -
lembar baju kiri harus diatas yang kanan, kalau terbalik
itu cara berpakaian orang mati.
Bawa dua handuk (besar dan kecil) yang ada dikamar.
Dikamar ganti Onsen, yukata dan seluruh pakaian dalam
harus dilepas, handuk yang besar juga ditaruh.
Harus mandi dulu, sabunan dan sikatan pakai handuk
kecil, barulah boleh nyebur masuk kedalam kolam Onsen.
Jangan malu2 dah katanya, walau boleh bawa handuk kecil
itu percuma buat nutupin katanya, apalagi untuk wanita -
handuk itu kan tidak cukup untuk nutupi, kalau dipakai
nutupi yang bawah - yang atas kelihatan, dan sebaliknya.

Orang Jepang senang mandi sambil gosok badan, malah
pakai sikat segala, Elly bilang dia bingung suaminya kalau
gosok badan bisa pakai sikat yang kerasnya kayak sikat
lantai katanya.

Dikamar memang ada sepasang Yukata, ukuran sama
tapi warna beda, hijau tua dan hijau muda.
Untung feeling saya betul - ambil yang hijau tua, karena
saat kumpul lagi di restoran untuk dinner, ada suami istri
yang terpaksa balik lagi ke kamar karena ketukar.

Malam itu didalam restoran kami ramai-ramai duduk-
manis rapih berderet diatas tatami dengan memakai
yukata yang seragam itu, lucu juga kelihatannya kayak
anak sekolahan saja.
Menu makan malam itu Kaizeki, kami duduk menghadap
meja pendek kecil, perabotan makan di meja kecil itu
banyak sekalli, saya hitung sampai ada 17 macam
beraneka ragam, hebatnya tidak ada satupun yang sama.
Elly cerita kalau jadi istri orang Jepang, repotnya gitu -
perabotan makan saja bisa begitu banyak macam, jadi
repot menyediakan, ditambah membersihkannya pula.

Selesai makan, banyak yang bujukin saya ikutan
masuk Onsen. Ada yang bilang pegal-pegal seharian
duduk di bis pasti hilang, atau sayang dong sudah
sampai di Jepang masa tidak mencoba Onsen dll.

Cuma karena saya tidak punya bakat jadi peragawan,
maka saya memilih ngumpet aja dah dikamar.








Arrival dan Departure di tempat yang sama : Huis Ten Bosch.




April 1600, kapal layar Belanda bernama De Liefde, merapat di
pantai timur Kyushu, inilah untuk pertama kalinya orang Belanda
sampai di Jepang, yang belakangan mendirikan pos perdagangan
di Hirado - tidak jauh dari Sasebo City, Nagasaki Prefecture.

Saat tahun 1979 Yoshikuni Kamichika berkunjung ke Belanda,
dia begitu terkesan dengan negara Belanda yang 60 persen
daratan-nya berada di bawah permukaan air laut.
Terpesona akan kepiawaian Belanda membuat Dam dan juga
teknologi kincir angin untuk memompa air laut, membuatnya
tergerak untuk membuat hal yang serupa di Jepang.

Tempat yang dipilih adalah yang mempunyai nilai sejarah
yaitu tidak jauh dari tempat pertama kalinya terjadi kontak
antar kedua bangsa itu - Omura Bay, dekat Sasebo City,
yang berjarak sekitar 35 KM dari kota Nagasaki.
Tidak tanggung-tanggung, diatas tanah 152 Hektar atau nyaris
seluas Monaco, negeri Belanda abad 17 seakan dipindahkan
ke Jepang, termasuk Huis Ten Bosch Palace - salah satu dari
empat kediaman resmi ratu Belanda yang berada di Den Haag.
Theme park yang konon terbesar di Asia ini dengan seijin Ratu,
dinamai Huis Ten Bosch, yang artinya "Rumah didalam Hutan".

Pembangunan yang konon menghabiskan biaya 3,5 milyar USD,
dimulai Oktober 1988, sebanyak 6.000 meter tanah digali untuk
membuat kanal-kanal buatan.
Sebanyak 400.000 pohon dan 300.000 bunga ditanam, untuk
menjadikan resort ini hijau dan semarak.
Huis Ten Bosch memang berambisi menjadi The Top Flower
Resort in the World, bunga seperti Tulip dan Rose membuat
semarak kawasan pantai yang awalnya gersang itu.

Agar bisa menampilkan pesona dan kecantikan kota Belanda
abad ke 17 itu seutuhnya, berbagai bangunan historis yang
menjadi landmark di Belanda "dipindahkan" kesana.
Semua dibuat se-otentik mungkin sampai-sampai bata merah-
nya pun di-impor dari Belanda, tidak tanggung-tanggung di-
kapalkan sampai 20 juta buah.

Tempat ini pula dibuat dengan konsep ramah lingkungan,
bukan saja dibuat pabrik penyulingan air laut untuk memenuhi
kebutuhan air minum, air limbah juga diolah dulu sebelum
dimanfaatkan lagi untuk mencuci/mandi.

Saat dibuka pada 25 Maret 1992, bukan saja ada empat hotel
besar dengan standar internasional, juga terdapat begitu
banyak toko yang menjual berbagai kerajinan dan souvenir,
puluhan restoran cafe dan bar, belasan wahana atraksi,
dan juga belasan museum. Pokoknya tidak bakalan cukup
sehari untuk menikmati perjalanan disana.

Untuk bisa menikmati wisata didalam theme park unik ini,
pengunjung harus membayar tiket masuk kawasan dan
beberapa atraksi, dewasa 5.600 Yen dan anak 4.400 Yen.
Pengunjung bisa menginap di berbagai hotel didalam taman
itu dengan tarif mulai 38.115 yen, atau di Royal Suite seluas
180 M2 dari Royal Guest House yang tarifnya 346.500 Yen.
Didalam Royal Guest House yang berlantai empat, hanya
ada delapan buah kamar, disanalah para tamu akan
mendapat World-Class VIP hospitality.
Para tamu juga bisa menikmati The Finest French Cuisine
Found in Japan, yaitu di French Restaurant Heritage.
Restoran ini hanya menyediakan tempat untuk 38 orang
dengan membayar untuk Lunch mulai dari 6.300 yen atau
Dinner mulai dari 13.650 yen (service charge not included).

Senin siang, 31 Maret 2008 - perjalanan dari Glover Garden
ke Huis Ten Bosch sekitar 45 menit, bus parkir di lapangan
parkir yang luas yang saat itu tidak banyak kendaraan lain.

Untung cuaca bersahabat, sejuk tapi tidak hujan, sedikit
berjalan kaki sampailah kami di gerbang masuk yang
ditandai "Arrival" - rupanya diibaratkan pengunjung kini
segera akan tiba di negara lain.
Memang betul begitu melewatinya kita bisa lupa kalau kita
berada di tanah Jepang, karena yang terlihat adalah gedung-
gedung besar khas Belanda, jembatan dan kanal seperti di
Amsterdam, kincir angin seukuran aslinya, dan bunga tulip
warna-warni yang ditata cantik sekali seperti di Keukenhof.
Pengunjung tampak riang berfoto kesana kemari karena
memandang kearah manapun yang tampak adalah berbagai
bangunan dan alam khas Belanda yang cantik.

Kita sebenarnya bisa dengan berjalan kaki, sewa sepeda,
atau naik mobil antik mengelilingi keseluruhan kawasan itu.
Sayangnya waktu kami tidak banyak dan tidak mungkin
juga rombongan kami yang sudah opa/oma itu jalan kaki,
maka dipilih naik boat yang selama 40 menit menelusuri
sebagian besar kawasan.

Untungnya tidak terlalu banyak pengunjung sehingga
antri tidak lama sudah bisa duduk didalam boat yang
lumayan besar, pemandangan sepanjang kanal yang
airnya bersih itu membuat kita serasa sedang menelusuri
kota Amsterdam - apalagi saat melewati deretan rumah
bertingkat dengan ciri khas kota Amsterdam.

Turun dari boat, kami berjalan kaki memasuki kincir angin
yang sedang berputar sehingga bisa melihat isi perutnya,
toko keju yang dibuat persis seperti di Belanda sana, dan
akhirnya menuju tempat makan siang yaitu pulau yang
berupa pelataran luas dikelilingi gedung dari berbagai
restoran dan atraksi permainan.
Tentu kami tidak mendapat lunch di French Restaurant
Heritage, cukup di restoran cepat saji saja, yang itupun
saya lihat harga paket makanan-nya sekitar 1000 yen!.

Akhirnya kami memasuki gerbang yang kali ini bertuliskan
"Departure", artinya saat kita melewati gerbang itu berarti
keluar dari Belanda, kembali berada di tanah Jepang !

Saturday, April 19, 2008

Glover House, rumah kayu western-style tertua di Jepang.




Jepang pada abad ke 19, mengakhiri kebijakan politik pintu
tertutup-nya dari dunia luar.
Kota pelabuhan Nagasaki dan beberapa kota pelabuhan lain
seperti Yokohama, Hakodate, Kobe dan Niigata, dinyatakan
terbuka, bukan saja mulai boleh disinggahi orang asing, juga
dibolehkan mendirikan rumah di kawasan yang tertentu.

Thomas Blake Glover (1838 - 1911) lahir di Scotland, dia tiba
di Nagasaki tahun 1859 pada usia 21 tahun saat pelabuhan
ini mulai terbuka.
Belakangan dia menjadi National Hero - sebagai salah satu
"founding fathers" Jepang modern.
Jasanya antara lain mendorong industrialisasi, membangun
perusahaan pembuat kapal yang kini menjadi raksasa industri
Mitsubishi, membangun jalur kereta api pertama di Jepang.
Tidak hanya itu, dia adalah orang yang mengorganisasikan
pengiriman pemuda Jepang untuk dididik diluar negeri.
Salah satunya adalah Hirobumi Ito - yang nantinya menjadi
Perdana Menteri pertama Jepang.

Selain Glover menjadi orang asing yang begitu populer di
Jepang, ialah orang non-Jepang pertama yang dianugerahi
The Order of the Rising Sun, salah satu bintang jasa utama
di Jepang. Tahun 1911, dalam usia 73 tahun ia meninggal
dunia, dimakamkan di Sakamoto International Cemetery -
Nagasaki.

Tahun 1863 Glover membangun rumah di tempat yang
khusus untuk orang asing, yaitu dibukit Minami-Yamate
Nagasaki - kini bukit taman itu dinamai Glover Garden.
Pemandangan dari bukit ini begitu terbuka kearah seluruh
pelabuhan dan kota Nagasaki - sungguh cantik memukau.
Selain itu Glover Garden memang punya banyak daya tarik :
Jalan aspal dan tennis court pertama di Jepang adanya di
Glover Garden, serta kisah Madame Butterfly - novel tenar
yang ditulis John Luther Long settingnya juga di Nagasaki.

Konon kisah Madame Butterfly yang menantikan kembalinya
sang kekasih Captain Pinkerton dari US Navy, diinspirasi
kebiasaan Madame Tsuru - istri dari Thomas Blake Glover
yang suka menyulam gambar Butterfly di lengan kimono nya.
Patung Tamaki Miura, penyanyi opera Japan yang mashur
diseluruh dunia karena perannya sebagai Madame Butterfly
juga terdapat didalam Glover Garden.

Berbagai VIP dari seluruh dunia, seperti Presiden Grant
dari Amerika, sampai penyanyi terkenal Maria Callas
tercatat pernah bertandang pula kesana.
Konon setiap tahunnya Glover Garden dikunjungi oleh
sekitar dua juta orang turis.

Senin pagi, 30 Maret 2008, breakfast di Hotel Nagasaki
Best Western (Prince) berlangsung di restoran yang
berada di lantai atas hotel bertingkat banyak itu.
Pemandangan terbuka sekali kearah kota yang begitu
dipenuhi bangunan, kontras sekali dengan foto Nagasaki
yang rata dengan tanah pasca serangan bom atom.

Setelah semua berada didalam bus, sebelum bus bergerak
sdr. Holden - tour leader dari Jade Tour Jakarta yang
sangat berpengalaman, seperti biasa bekoar :
Ayo semua periksa!,
Paspor!, diraba!, jangan yakin ada yah - ayo diraba!!.
Check juga apakah tidak ketinggalan :
Gigi Palsu! Dompet! Cincin kawin! Rante berlian!
Kacamata baca! Kacamata Dalem! Segitiga Pengaman!

Saya setuju banget kalau kita meninggalkan hotel menuju
kota lain - prosedur ini rutin dilakukan.
Kalau sudah jalan jauh tau-tau ada paspor/barang penting
yang tertinggal akan menyulitkan seluruh rombongan.
Kabarnya pernah seorang tour leader senior baru sadar
kalau tiket pesawat seluruh peserta yang menjadi tanggung
jawabnya tertinggal di hotel, dalam safety box kamarnya.
Padahal rombongan puluhan orang itu sudah tiba di airport
Charles de Gaulle - kacau dah perjalanan pulang mereka
karena tidak ada waktu untuk bolak-balik ambil tiket itu.

Tidak lama berkendara, kami sudah tiba di dekat Glover
Garden, turun dari bus dan menelusuri jalan menanjak
yang dikiri kanannya dipenuhi rumah bergaya barat,
membuat kami serasa bukan sedang berada di Jepang.

Diujung jalan itu, dekat pintu masuk ke Glover Garden
terdapat Oura Catholic Church, bangunan bergaya Gothic
tertua dan juga gereja Katolik tertua di Jepang ini kini
menjadi National Treasure.
Oura Catholic Church ini dibangun tahun 1864 untuk
melengkapi pemukiman pedagang asing yang menetap di
Jepang saat berakhirnya masa ketertutupan Jepang itu.

Memasuki taman kami diarahkan menuju bagian atas
bukit dulu, tidak jadi masalah sebab tersedia escalator
yang lumayan panjang, sampai dua buah lagi.

Memasuki Mitsubishi No.2 Dock House yang dibangun
dipuncak bukit tahun 1896, dari teras lantai dua rumah
cantik bergaya western itu kami semua dibuat tertegun.
Didepan kami membentang keseluruhan pelabuhan dan
kota Nagasaki, benar-benar pemandangan yang sungguh
cantik menawan.
Rumah yang dulunya dipakai untuk tempat istirahat
para pelaut Mitsubishi ini, seperti semua rumah kuno
lainnya di Glover Garden kini telah dikuasai pemerintah,
tidak lagi ditinggali keturunan pemiliknya.

Kami kemudian menelusuri jalan setapak dari taman
yang asri dipenuhi pepohonan besar kecil, termasuk
Sakura yang berbunga merah cantik.
Terlihat beberapa rumah antik bekas milik para orang
asing lainnya, kami makin menuruni bukit dan tibalah
di Glover House.
Rumah yang mempunyai empat buah sayap sehingga
berbentuk salib ini, adalah bangunan kayu western-
style tertua di Jepang, dan telah ditetapkan sebagai
kekayaan budaya nasional Jepang.
Kami boleh memasuki rumah antik itu, menyaksikan
isi rumah yang masih seperti aslinya dulu, termasuk
barang2 milik Glover seperti tongkat jalan serta
peralatan memancingnya.

Berada disana, terbayang dimasa lampau asyiknya
Glover beserta keluarga duduk-duduk santai di teras
rumahnya yang dikelilingi taman yang indah, sambil
menikmati pemandangan kearah pelabuhan dan kota
Nagasaki yang cantik sekali.
Pantaslah Glover sampai memutuskan untuk tidak
kembali ketanah airnya nun jauh di Scotland sana.

Wednesday, April 16, 2008

A graveyard with not a tombstone standing - Nagasaki 9 Agustus 1945.




Minggu siang, 30 Maret 2008, bus kami meninggalkan
Dazaifu Tenmangu/Fukuoka, menuju kota Nagasaki.

Perjalanan melalui highway yang mulus sekali, dalam
cuaca yang terus hujan gerimis. Karena semalam cuma
tidur asalan di pesawat - kami jatuh terlelap.
Mendadak kami semua terbangun karena bus di rem
mendadak dan terasa ada benturan pula.
Astaga! bus kami menyundul pantat sebuah sedan,
sehingga plastik penutup lampu remnya pecah.
Sedan itu rupanya menyusul bus kami dan entah
kenapa secara mendadak mengurangi kecepatannya.

Tak lama kedua kendaraan menepi di safety area yang
terdapat sebuah pesawat tilpon darurat.
Kedua sopir turun, wah - bakal tonjok2-an nih, pikir kami.
Eh, malah setelah omong2 sebentar dibawah hujan
gerimis, saat sopir kami menilpon pakai pesawat tilpon
darurat, "musuhnya" justru memayungi-nya.

Sekitar 20 menit, datanglah petugas "Jasa Marga" yang
langsung sibuk pasang rambu2 dan me-lambai2kan
bendera.
Datang pula sebuah mobil polisi, tiga petugas turun,
berpakaian putih2 dengan pakai helm putih pula,
penampilannya lebih mirip insinyur proyek.
Mereka langsung sibuk, beraneka formulir dikeluarkan
dan mewawancara kedua sopir, seorang malah naik
kedalam bus menggambar posisi kursi dan mencatat
nama2 orang yang duduk di kursi tersebut !!
Semua ditanya apakah ada luka atau keluhan, dijawab
tidak ada, kabarnya kalau ada luka maka sopir yang
bersalah harus ganti rugi.

Sudah lebih dari satu jam tidak beres2 juga, maka kami
mengeluh karena bukan saja rencana kami berantakan
juga kami sudah perlu mampir ke toilet.
Semua tampak senang saat bus kini berjalan lagi dan
menuju kantor polisi diluar jalan tol yang ada fasilitas toilet
Tapi koq kedua sopir masuk ke mobil polisi dan dibawa
pergi, rupanya mereka menuju lokasi kejadian karena
sopir sedan mengaku tadi dia selip.
Akhirnya semua keribetan ini beres setelah menghabiskan
waktu dua jam !, kacau dah rencana perjalanan kami.
Ada yang ngedumel, lihat gini mending urusan di Indonesia
juga - yang beginian mah paling 10 menit-an udah beres.

Untunglah, menjelang sore saat kami tiba di tujuan hari itu
yaitu Museum Peringatan Bom Atom, masih belum tutup.

Postdam Ultimatum - 26 Juli 1945:
setelah bombardemen intensif selama enam bulan atas
67 kota di Jepang, maka Sekutu mengultimatum Jepang
agar menyerah, kalau tidak akan dilakukan serangan
yang lebih dahsyat.
Ternyata ditolak, maka Presiden Harry S.Truman secara
rahasia menyetujui dijatuhkannya bom atom, tujuannya
adalah mempercepat perang usai.

Dua bom atom dipersiapkan, sasaran dipilih antara Kyoto -
Hiroshima - Yokohama - depot senjata di Kokura - Nagasaki.
Dipilih kota-kota besar, agar kerusakannya besar sehingga
menimbulkan efek psikologis yang besar pula.
Sasaran militer dihindari karena selain kecil dan sulit dikenai,
nantinya juga efek psikologisnya kecil.

Kyoto dipilih karena pusat intelektual, Hiroshima karena
kota besar dan lokasinya dikelilingi bukit sehingga akan
didapat focusing effect yang bisa memperbesar derajat
kehancuran akibat ledakan bom atom itu.
Nagasaki merupakan kota pelabuhan utama di Jepang
Selatan, serta lokasi banyak pabrik peralatan perang.

Hiroshima kemudian dijatuhi bom atom yang pertama,
walaupun kehancuran begitu dahsyat ternyata Jepang
tidak juga menyerah, maka rencana diteruskan yaitu
menjatuhkan bom atom kedua.
Persiapan dilakukan di Tinian Island - pangkalan udara
terbesar didunia saat itu yang bisa mengakomodasi
sampai 1000 pesawat B-29.

Pesawat yang digunakan adalah B-29 Superfortress,
nick-name nya adalah "Bock's Car" yang diambil dari
nama komandan pesawat tersebut yaitu Frederick Bock.
Tapi saat penerbangan penting ini komandan adalah
Major Charles W. Sweeney.

Bom atom yang diberi nick-name "Fat Man", bentuk-nya
memang gendut (panjang 3,25 meter, diameter 1,52 m
dan berat 4,5 ton), dimuat kedalam perut "Bock's Car".
Berbeda dengan "Little Boy" yang dijatuhkan di Hiroshima,
"Fat Man" tidak berisi Uranium-235 , tapi Plutonium-239
yang kekuatannya lebih dahsyat.

Tengah malam menjelang tanggal 9 Agustus 1945,
"Bock's Car" meninggalkan landasan udara Tinian Island -
kepulauan Mariana, menuju kota Kokura, dengan Nagasaki
sebagai cadangan.
Setiba disana, sampai tiga kali memutar- kota tetap tidak
terlihat karena tertutup awan dan debu.
Karena bahan bakar menipis akibat pompa tanki cadangan
bahan bakar rusak, maka harus beralih keatas kota Nagasaki.
Kalau Nagasaki tidak juga terlihat maka "Bock's Car" harus
segera terbang menuju Okinawa, rencananya setelah
membuang "Fat Man" kelaut barulah mendarat.

Nagasaki ternyata juga tertutup awan, tapi apes-nya pada
detik-detik terakhir awan menyibak - kota kelihatan,
maka dijatuhkanlah "Fat Man".

43 detik kemudian, tepat jam 11.02, pada ketinggian 469
meter diatas tanah, "Fat Man" meledak.
Sebenarnya kekuatan Fat Man "hanyalah 21 kiloton TNT",
ini kalau dibanding dengan kekuatan bom nuklir masa kini
"Fat Man" bisa dianggap hanya mainan.
Tapi yang terjadi tetaplah malapetaka yang tidak terperikan.
Ledakan menghasilkan hempasan udara berkecepatan
1005 Km/jam yang meratakan semua bangunan.
Dalam radius 1.6 km tidak ada lagi bangunan yang masih
berdiri, semua rata dengan tanah.
Selain itu timbul panas setinggi 3900 derajat Celcius yang
menerjang sampai sejauh 3,2 kilometer ke bagian utara
kota, mengubah kota menjadi neraka.

Kerusakan yang tercatat adalah :
Areal yang menjadi rata dengan tanah 6,7 juta M2,
11.574 rumah terbakar habis, 1.326 rumah hancur total,
rusak berat 5.509.
Penduduk yang mayoritas penduduk sipil terbunuh 73.884
orang, terluka 74.909 yang sebagian besar meninggal pada
tahun berikutnya akibat efek radiasi.

Nagasaki pasca ledakan digambarkan sebagai :
"like a graveyard with not a tombstone standing".

Walau bom atom yang dijatuhkan di Nagasaki lebih kuat dari
Hiroshima, tapi korban malah lebih sedikit.
Ternyata karena seminggu sebelumnya Nagasaki mendapat
serangan dengan bom konvensional, sehingga sebagian
penduduk sudah sempat mengungsi,
Selain itu Fat Man dijatuhkan meleset tiga kilometer -
jatuhnya di Urakami Valley, akibatnya posisi sebagian besar
kota terlindungi oleh pebukitan.

Kami memasuki Nagasaki Atomic Bomb Museum yang
dibuka April 1996, yang memamerkan antara lain berbagai
barang bukti kehancuran akibat ledakan bom atom itu.
Antara lain botol yang meleleh dan sebuah topi baja berisi
tulang kepala melekat dibagian dalamnya.
Sayang sekali tidak diperbolehkan membuat foto didalamnya.

Sore hari itu saya menyempatkan memasuki Hypocenter
Park yang letaknya berdampingan dengan Museum.
Untuk itu saya harus menuruni tangga, menyebrangi sungai
kecil dan sampai disebuah lapangan yang rapih dipasangi
con-block, sekeliling tampak pohon dan ada patung yang
menggambarkan wanita sedang memeluk anak kecil dan
ada tulisan 1945 8.9 11.02.

Saat itu sepi sekali, saya segera mencari Hypocenter - titik
dimana "Fat Man" meledak, ditandai berupa Black Stone
Monolith setinggi sekitar sepuluh meter.
Di hypocenter inilah kehancuran paling hebat, disini terdapat
tumpukan sisa puing gedung.
Untuk memperlihatkan begitu hebatnya kehancuran itu,
satu petak tanah disitu dipertahankan - ditutup kaca bening.
Dalam suasana menjelang sore dan sepi, melihat bukti nyata
kehancuran yang begitu dahsyat membuat bulu roma berdiri.

Akhirnya kami mengunjungi Peace Park, dulunya disitu
lokasi penjara, yang hancur lebur bersama penghuninya.
Kini terdapat Nagasaki Peace Statue, patung besar itu
menggambarkan seorang laki-laki dengan tangan kanan
menunjuk keatas - mengingatkan ancaman datangnya
bom nuklir dan tangan kiri kesamping - simbol perdamaian.
Disana juga ada berbagai patung perdamaian sumbangan
dari beberapa negara.

Kini tentu orang yang selamat dari ledakan bom atom
telah menjadi tua, kenangan mereka telah memudar
seakan menjadi kabut dari sejarah.
Persoalannya adalah bagaimana menginformasikan
orang muda akan kekejaman perang, ancaman perang nuklir,
dan pentingnya perdamaian.

Penduduk Nagasaki berdoa agar pengalaman memilukan
mereka janganlah sampai terulang lagi dimuka bumi ini.
Juga mereka merasa punya tugas untuk memastikan agar
kejadian ini tidak dilupakan dunia dan harus disampaikan
kepada generasi berikut.

Sunday, April 13, 2008

Sakura dan Tobiume ("flying plum tree").




Tentunya banyak orang tahu tentang Sakura (Cherry Blossom),
yang menjadi National Flower Jepang, tapi sebenarnya pohon ini
bisa ditemukan dan tumbuh alami pula di Himalaya/India Utara,
dan Asia Timur seperti China -Taiwan - Korea.

Malah Cherry Blossom juga bisa dilihat di Washington DC, tapi
yang ini pemberian Jepang pada tahun 1912. Waktu itu dikirim
3200 pohon, dan tahun 1965 diberikan lagi 3800 pohon.

Di Jepang sendiri, Sakura telah dikembangkan menjadi ratusan
varietas, yang paling populer adalah Somei Yoshino, bunganya
berwarna putih bersih.
Saat berbunga seluruh dahan dan rantingnya bisa tidak tampak
lagi karena tertutup oleh begitu banyaknya bunga yang mekar
itu, tentu terlihat sangat menawan - cantik sekali.
Untuk itulah kami berniat ingin menyaksikan kecantikan Sakura
di lokasi yang terbaik yaitu Osaka atau Kyoto - dikedua tempat
ini Sakura banyak ditanam diberbagai taman/kuil.

Bunga Sakura yang mekar hanya pada saat Spring itu, sayang
sekali umurnya hanya sekitar 7 - 10 hari, setelah itu rontok.
Kalau ada gangguan cuaca, seperti perubahan iklim maka
waktu berbunganya bisa kacau, atau kalau turun hujan lebat
saat berbunga maka bisa rontok sebelum waktunya.
Memang melihat Sakura bukan saja harus dirancang seksama,
juga untung2an, kalau datang terlalu awal masih berupa putik
saja, kalau terlambat maka bunganya sudah pada rontok.

Kepulauan Jepang terdiri dari sekitar 4000-an pulau, dengan
empat pulau besar yaitu Hokkaido-Honshu-Shikoku dan Kyushu.
Bentuknya seakan bulan sabit yang membujur dari selatan ke
utara, posisi geografik unik ini menyebabkan waktu mekarnya
bunga Sakura diberbagai pulau itu menjadi tidak bareng.
Diawali di pulau Okinawa yang terletak paling selatan, disitu
bunga Sakura mekar sekitar bulan Januari.
Terus naik keatas, di Honshu sekitar akhir Maret - April dan
terakhir pulau Hokkaido sekitar Mei.

Sebenarnya tour ke Jepang banyak, tapi biasanya rutenya
standard, yaitu ada kunjungan ke Disneyland-Disneysea di
Tokyo dan Universal Sudio Osaka.
Bagi yang sudah pernah kesana atau bukan usia ABG lagi,
tentu tidak ingin buang waktu di tempat2 permainan itu.

Maka tidak ada jalan lain, harus bikin tour yang "tailor-made",
yang khusus mengejar Sakura.
Istri saya merancang rute tour ini, diawali mengunjungi pulau
Kyushu, baru berlanjut ke utara yaitu ke Honshu, dengan
demikian diharapkan bisa menemukan Sakura saat terbaik
yaitu saat sedang mekar2nya.
Selain itu perjalanan di Honshu akan mengambil rute jalan
di daerah pegunungan, karena kabarnya saat Spring itu
pemandangan akan cantik sekali karena masih ada sisa2
es/salju sepanjang jalan.
Komunikasi via e-mail dijalin terus dengan bu KimSoan -
Jser yang tinggal didekat Tokyo, dan sdri. Jessi - mahasiswi
di Beppu Kyushu, dan akhirnya dipilih perjalanan antara
tanggal 29 maret - 7 April 2008..


Sabtu malam 29 Maret 2008 jam 22.15 , pesawat Airbus
A330-300 Korean Air lepas landas dari bandara Soekarno-
Hatta menuju Incheon Korea Selatan.
Penerbangan yang menempuh jarak 5300 km memerlukan
waktu 6,5 jam, maka setelah menikmati makan malam
berupa Bi Bim Bap, jam 00.30 WIB kami mencoba tidur.
Tentu bisanya tidur-tidur ayam saja, tapi harus dipaksakan
bisa istirahat karena perjalanan esoknya akan panjang.
Setiba di Korea itu, kami akan langsung terbang menuju
Fukuoka di Kyushu Japan, dan langsung pula city tour.

Pagi jam 04.40 WIB atau 06.40 waktu Korea pesawat
mendarat di Incheon, suhu diluar 6 derajat C.
Karena jam 7.30 sudah harus boarding, maka kami jalan
cepat menuju boarding gate, tidak ada waktu untuk lihat2
airport Incheon yang baru berusia 7 tahun dan memasang
tulisan : 2005-2007 Best Airport Worldwide.

Perjalanan ke Fukuoka juga memakai A330-300, take-off
jam 08.15 dan tiba jam 09.00 waktu Jepang (yang sama
dengan waktu Korea) karena jaraknya cuma 570 Km.

Dalam cuaca hujan, dan suhu sekitar 10 derajat, kami
menuju bus besar yang sangat leluasa bagi rombongan
kami yang 23 orang itu, dan segera menuju Dazaifu
Tenmangu. Kuil pertama dan juga terpenting dari sekitar
12.000 kuil diseluruh Jepang yang dibangun serta
didedikasikan untuk roh dari Sugawara Michizane,
yang kini disebut Tenjin - Dewa Pendidikan.

Konon Michizane, tokoh intelektual yang hidup dimasa
Heian (abad 9), awalnya karir politiknya cemerlang,
tapi secara tidak adil dijatuhkan dan di kucilkan dari
Kyoto ke Dazaifu yang berada jauh di Kyushu itu.
Akibat patah hati, dua tahun kemudian meninggal
dalam keadaan merana.
Setelah itu berbagai bencana datang menerpa,
ini ditafsirkan akibat dari perlakuan yang tidak adil itu.
Maka untuk menenangkan arwahnya didirikanlah sebuah
kuil diatas makamnya, dan ditanam 6000 plum-trees -
pohon favorit Michizane di komplek kuil itu.
Sebuah pohon plum konon terbang dari Kyoto ke Dazaifu
mengikuti Michizane saat di kucilkan itu, pohon yang
disebut Tobiume ("flying plum tree"), kini masih berada
disisi kanan muka dari kuil utama.
Kuil kuno ini kini menjadi tempat berdoa orang yang
berharap bisa mencapai pendidikan tinggi.

Perjalanan dari airport Fukuoka ke Dazaifu, sekitar satu jam,
turun dari bus, kami harus berpayung-ria karena hujan, dan
menelusuri pedestrian yang membelah pertokoan yang
menjual souvenir serta aneka kue/makanan yang sungguh
menggoda selera.
Sekitar 10 menit sampailah kami di komplek kuil kuno itu,
pengunjung bisa melewati tiga buah jembatan berwarna
merah diatas danau kecil yang diartikan :
the past - the present and the future.

Tapi walau cuaca buruk - dingin dan hujan, banyak sekali
orang yang mengunjungi kuil ini, kami ramai-ramai berjalan
ditengah hujan sambil menikmati suasana asri komplek
kuil yang dipenuhi pepohonan besar kecil.
Kebetulan pula kami bisa menonton acara sembahyang
yang berlangsung didalam kuil utama yang dipimpin
seorang pendeta Shinto.

Persis didepan kuil utama itu, tampak sebuah pohon yang
diberi pagar pelindung, itulah Tobiume atau "flying plum tree".
Pohon plum favorit Michizane ini yang konon pada malam
hari Michizane dibuang ke Dazaifu - mencabut akarnya, lalu
terbang menuju Dazaifu untuk bergabung dengan Michizane.

Setelah makan siang, kami menuju bus lagi untuk melihat
Nagasaki - kota yang pernah hancur lebur oleh bom atom.

Friday, April 11, 2008

Fighting Falcon versus Madu & Racun.

 

Awal tahun 1980-an di Bandara Kemayoran berlangsung
airshow, berbagai pesawat tempur canggih hadir disana,
antara lain Mirage buatan Perancis, Sukhoi Rusia dan
sang primadona : F-16 Fighting Falcon milik USAF.
Saya sungguh terpesona melihat aksi akrobatik pesawat
pembom tempur canggih F-16 itu yang begitu menawan,
gesit me-nyambar2 dengan suara yang begitu menggelegar.

Bagi yang belum pernah melihat kegesitan F-16, sebenarnya
membayangkannya tidak usah jauh2 - lihat saja kegesitan
nyamuk Aedes Aegypti yang rasanya kini mudah ditemukan
disetiap rumah di Jakarta/Tangerang.
Kalau nyamuk Culex Fatigans ibaratnya disentil juga bisa kena,
maka boro2 dengan Aedes yang terbangnya bukan saja seperti
kilat juga bisa "loncat-loncat" - gesit sekali.
Bedanya lagi, kalau Culex paling banter bikin bentol, maka
Aedes pembawa virus Dengue bisa bikin kantong jebol akibat
harus masuk RS.
Itu juga kalau cuma masuk stadium Dengue Fever atau Dengue
Hemorrhagic Fever, kalau amblas ke Dengue Shock Syndrome
- bisa pulang nama.

Senin, 25 Februari 2008 mendadak saya merasa ada yang
tidak beres di badan, ternyata suhu tubuh agak naik.
Esoknya benar2 panas, sakit kepalanya minta ampun.
Sekian hari masih panas maka di hari ke empat sesuai
prosedur pergi ke laboratorium untuk periksa darah.
Ternyata kadar thrombocyt yang normalnya 150 - 400 ribu,
tinggal 154 ribu !.
Pemeriksaan Widal negatif berarti typhus bisa disingkirkan,
tapi kalau ini Dengue malah bukan soal enteng, harus masuk
Rumah Sakit kalau Thrombocyt sampai drop dibawah 100 ribu.

Istri saya langsung gerak cepat, beli Angkak - beras merah
fermentasi yang biasanya untuk pewarna makanan, direbus
dan diambil airnya.
Mulai hari itu saya harus minum air Angkak yang berwarna
merah tua, empat gelas @ 200 cc sehari dan empat gelas
pula juice jambu klutuk yang berwarna pink.
Konon kedua minuman ini bisa menaikkan jumlah thrombocyt,
yah sudah saya manut saja daripada di-inapkan di RS.

Padahal jangankan minum Angkak yang pahit banget itu,
minum juice jambu klutuk yang manis saja sebenarnya
juga saya tidak suka.
Maka jadilah Racun ditangan kiri dan Madu ditangan kanan,
racun nya dulu ditenggak sekaligus sampai ngap2-an dan
langsung disusul oleh madu-nya segelas gede juga itu.
Kalau nggak maksa sekaligus gitu bisa nggak ke-telan.

Esoknya periksa darah lagi, waduh ! - thrombocyt turun lagi
menjadi 142 ribu.
Dr.Sunarto, kepala laboratorium RS Honoris menganjurkan
pemeriksaan Dengue Blot.
Astaga lagi!, ternyata Anti-Dengue IgM positif, artinya betul
ada virus Dengue didalam darah saya.

Semua orang yang tahu saya kena Dengue Fever ini,
nanya-nya seragam dan nyebelin :
Wah!, kena gigit nyamuk dimana nich ?
Lha mana saya tahu, wong nyamuknya nggak bilang2 koq.

Memang belum harus masuk Rumah Sakit , karena jumlah
thrombocyt belum dibawah 100 ribu, tapi istri sudah bekoar :
Ayo masuk kamar ! Jangan keluar-keluar !
Dia takut ada nyamuk Aedes lain nanti menggigit saya lagi -
kalau nyamuk itu lalu menggigit orang serumah - bisa tertular.
Istri saya yang biasa suka ngambek kalau mencium bau
obat semprot, eh malah kali ini dia sendiri yang menyemprot
habis2an seluruh peloksok rumah, hebaaat!

Didalam kamar tidur sih pembunuh waktu lengkap, mulai dari
buku2, TV, telepon, komputer/internet segala, tapi kalau lagi
sakit kepala berat begitu, segala macam peralatan itu mana
bisa menghibur.
Saat itulah benar-benar terbayang betapa nikmatnya kalau
jadi orang yang sedang sehat.

Sejak itu juga saya punya mainan baru - termometer suhu
tubuh, sehari bisa ber-kali2 dipakai.

Kebetulan masuk tilpon dari teman - Dr. Gunawan, ternyata
juga pernah kena DHF, dirawat sampai seminggu katanya.
Dia cerita bahwa dia dijemput ambulans di hari ke lima sakit.
Saat itu sudah ngaco2 katanya, dan serunya saat di gotong
dari kamar ke ambulans, ditonton sekian banyak ibu2 -
hari itu kebetulan istrinya sedang jadi tuan rumah arisan!.

Dia pesan wanti2 - banyak minum, banyak minum yah !
Ini juga pesan dari banyak orang lainnya.
Maka jadilah saya orang kalap - yaitu kalap minum air.
Kalau selama ini saya mengenal (bukan mengalami) istilah
mabuk laut, mabuk arak, mabuk cinta, maka kini nambah
istilah satu lagi : Mabuk Aqua !
Tapi sengsara ini membawa nikmat, yaitu angka HT
(Hematocryt) terus dalam batas normal, tidak meningkat.

Esoknya periksa lagi, benar saja thrombocyt turun lagi jadi
114 ribu, esoknya turun lagi ke 104 ribu - wuaah gawat dah
karena sudah nempel ke angka keramat 100 ribu.

Istri saya sudah mau kirim saja saya ke hospital, dia sudah
me-rancang2 siapa yang nemenin saya disana dll.
Saya sih bilang ntaaar !,  belum kurang dari 100 ribu koq,
tapi memang udah kebayang tuh bakalan sengsaranya -
terlentang seharian dengan selang infus nempel dilengan.

Akhirnya di hari Senin yang merupakan hari ke 8, dengan
dag-dig-dug saya ke RS Honoris lagi untuk pemeriksaan
darah lagi - dan ternyata sodara-sodara :
Thrombocyt saya naik ke 130.000 !!
Legaaa - Merdeka !! - berarti tidak jadi masuk Rumah Sakit, 
karena biasanya sekali saja angka thrombocyt itu membal
maka dia akan nanjak terus menuju normal.
Lusanya di-check lagi sudah mencapai 193 ribu,
seminggu kemudian 336 ribu.

Angkak (Red Yeast Rice) dibuat dari beras putih, yang di-
fermentasi memakai jamur/kapang Monascus purpureus
yang berasal dari Tiongkok.
Konon Levostatin dalam Angkak berperan menstimulasi
Megakaryosit sehingga menghasilkan thrombocyt.
Di Indonesia banyak dijual Angkak dalam bentuk bulir
beras merah berwarna buatan China, ada pula bentuk
tablet buatan HangZhou.
Di Indonesia sendiri ada dalam bentuk capsul, buatan
Tasikmalaya dan Yogya.

Angkak dan Jambu Biji belum dibuktikan secara ilmiah
kalau mempunyai efek menaikkan kadar thrombocyt itu.
Tapi memang saya mengalami turunnya thrombocyt
yang seperti tertahan itu.

Saat banyak turun hujan ini, nyamuk Aedes yang senang
bertelur di air bersih, akan berkembang biak dengan cepat.
Susahnya kita bisa menjaga jangan sampai ada tempat/
wadah air bersih yang bisa menjadi tempat nyamuk bertelur,
tapi kalau tetangga kita cuek maka nyamuk peliharaannya
bisa nyelonong ke rumah kita.
Jadi sudah waktunya kalau kita sedikit "lancang memaksa"
tetangga bareng2 membasmi sarang nyamuk.

Beberapa hari lalu, datang pasien anak sekitar 8 tahun yang
sudah panas selama empat hari, sudah berobat ke dokter.
Saat dilihat, sudah tidak panas tapi tampak gelisah dan
ber-keringat dingin, mencurigakan, seperti mau shock.
Tentu terfikir DHF, yang perlu ada pemeriksaan laboratorium,
tapi daripada bolak balik makan waktu, maka saya sarankan
langsung saja ke UGD RS, mereka setuju.
Beberapa jam kemudian ibunya nilpon bahwa anaknya
masuk HCU ( High Care Unit), thrombocytnya tinggal 60 ribu !.

Jangan cepat senang kalau panas turun dihari ke lima,
karena justru disaat itu bisa thrombocyt sedang amblas.
Kalau terlambat ditangani di RS bisa jatuh kedalam shock
yang tidak bisa terkoreksi lagi.

Jangan tunggu sampai harus minum Madu dan Racun,
pencegahan lebih murah daripada pengobatan -
ayo basmi sarang nyamuk - ber-sama2!

 

Tuesday, April 8, 2008

Test upload foto




hallo,

ini cuma test upload foto,
soalnya ada berita MP kena blokir,
maka mau dicoba dulu beberapa foto,
kalau bisa maka akan di upload foto lebih banyak.