Saturday, May 20, 2006

Launching buku Menyusuri Lorong-Lorong Dunia : Sigit Susanto.

Start:     May 21, '06 4:00p
End:     May 21, '06 6:00p

Toko Buku Cengkilung, Banjar Cengkilung.
Jl. Cekomaria 232 - Denpasar Timur.
Jam 16.00 - selesai.
Pembicara : Ketua Guide Bali.

Friday, May 19, 2006

Bali - Kami Kembali !





Seperti dua tahun lalu, acara kumpul-kumpul rekan kerja istri saya
beserta keluarga direncanakan kembali berlangsung di Bali.
Sempat terfikir koq ke Bali lagi, selain sudah pada sering kesana,
juga engga serem nih datang ke Bali.
Tapi ternyata animo tinggi, malah karena saking banyaknya peserta
yang mencapai 130 orang, rombongan jadi dibagi dalam dua kloter.

Karena saya dan istri masuk kloter pertama, maka sekitar jam 14
kami sudah check-in di Hotel Sahid Kuta, dan berikutnya adalah
acara bebas.
Saya dengan beberapa rekan mengisi waktu dengan berjalan santai
sepanjang pantai Kuta yang terlihat tidak terlalu ramai (foto).
Memang beberapa orang yang kami tanya menyatakan bahwa
turis barat sangat sedikit sejak kejadian Bom Bali II, tapi turis dalam
negeri justru sekarang banyak katanya.

Saya sempat nilpon bung Yos Kebe - Jsers Bali untuk menanyakan
dimana kami bisa cari makanan ringan, diarahkan ke Kuta Square.
Memasuki Kuta Square ingatan langsung balik ke tayangan TV saat
Bom Bali II, dimana tampak orang panik berlarian di jalan yang
ditengahnya ada pohon palem.
Terlihat pertokoan itu sudah hidup lagi, tapi Raja's cafe yang rusak
berat tampak masih dalam tahap perbaikan (foto).
Kami jadi ragu memasuki cafe yang ditunjuki bung Yos, maklum
letaknya hanya beberapa pintu saja dari Raja's cafe itu, he3.

Mendadak teringat kalau di Kuta ini juga ada Warung Made,
maka setelah tanya-tanya dan jalan nelusup-nelusup gang sempit
sampailah kami di resto yang memang bentuknya seperti warung
tapi interiornya ditata keren dan apik sekali (foto).
Tidak banyak tamu disana, tapi ada juga beberapa turis barat,
dan pesanan kami berenam rupanya seragam : Ribs, yang dalam
waktu tidak terlalu lama sudah datang dalam porsi yang bikin
mata istri saya melotot - porsinya gede banget.
Selesai makan, rupanya sudah pada kekenyangan dan malas jalan
kaki, dan terfikir mau naik taxi saja.
Memang banyak bersliweran taxi Blue Bird yang kabarnya ada
sekitar 500 unit disana, cuma sempat ragu apakah si sopir mau
untuk jarak dekat saja itu.
Setelah dapat info bahwa memang di Kuta sopir taxinya mau,
maka kami cari Blue Bird, dan benar saja kami sudah tiba di
hotel saat meteran taxi baru menunjukkan 9000,-

Esok harinya 13 Mei 2006, adalah acara rekreasi, peserta bisa
memilih salah satu dari tiga kegiatan.
Pertama adalah Spa, dikatakan kita bisa memanjakan tubuh
selama dua jam dengan tradisional massage.
Tentu ini bukan pilihan saya, masa sih jauh-jauh datang ke Bali
cuma buat dipijit doang.

Pilihan berikut bisa ikut Rafting di Sungai Ayung yang dikatakan
sebagai salah satu obyek wisata yang paling spektakuler disana.
Rupanya peminat acara ini banyak sekali, sampai 70 orang !
Tapi istri saya sejak awal sudah bilang tidak mau ikut, karena
dia berenangnya gaya batu alias langsung hilang kalau masuk air.

Yah sudah mau apa lagi selain ambil pilihan terakhir yaitu
Water Sport di Tanjung Benoa.
Selain akan mengunjungi Turtle Island, disana kami boleh pilih
naik Banana Boat, atau satu atraksi yang paling anyar yaitu
Fly Fish, katanya sih Fly Fish ini belum ada di tempat lain.
Kalau Banana Boat bentuknya seperti pisang, maka Fly Fish
bentuknya seperti kasur besar dari karet dimana dua orang
bisa tidur terlentang berdampingan.
Seperti Banana Boat, kasur ini juga digeret oleh motor-boat
dengan cara menarik tali yang terhubung ke bagian kepala
kasur itu.
Saking kencangnya lari motor-boatnya maka kasur itu akan
melayang dan terangkat dari permukaan laut dan posisi orang
yang tiduran diatas kasur menjadi setengah berdiri.
Asyik sekali memang, bisa terbang mundur melayang diatas
air sambil setengah berdiri itu.
Tentu ikut kedua kegiatan ini harus siap berbasah ria, begitu
pula kalau mau snorkling.

Karena males ber-basah2 gitu,maka pilihan saya mau tidak
mau adalah parasailing, masa mau bengong saja di pantai.

Setelah mendaftar, saya perhatikan persiapan yang dilakukan
oleh petugas terhadap orang yang mau terbang itu.
Mula2 dipakaikan pelampung, lalu semacam belt dikenakan
dikedua paha dan pinggang, lalu diberikan sarung tangan.
Tangan kanan pakai sarung tangan warna biru, tangan kiri
warna merah, dan di briefing bahwa saat nanti akan mendarat
kalau petugas didarat melambaikan bendera biru berarti
tangan kanan yang ada sarung tangan biru harus menarik
se-kuat2nya tali parasut kanan agar parasut membelok miring
mengarah mendekati pantai/daratan.
Kalau ini tidak dilakukan maka bisa melenceng menjauhi
pantai dan mendaratnya nyebur di laut.

Saat tiba giliran saya yang sudah siap dengan pakaian
tempur itu, dan tali dibadan saya diikatkan ke parasut.
Didepan saya ada tali yang menghubungkan parasut dengan
motor-boat yang standby sekian puluh meter ditengah laut.
Para petugas mulai mengembangkan parasut dan boat mulai
berjalan sambil menarik tali parasut dimana saya terikat.
Saya segera diperintahkan berlari mengikuti tali, dan Ciaaaat -
saya mulai terangkat dan melayang - asyiiik !!
Boat menarik dengan cepat dan saya makin melayang tinggi,
rasanya sekitar dua kali tinggi pohon kelapa.
Tentu pemandangan dari ketinggian kearah bawah indah
sekali, dasar laut terlihat warna warni hijau-biru cantik sekali,
dan bisa melihat kesekeliling tanjung Benoa itu.

Terasa sangat menyenangkan melayang sendirian, sunyi dan
dibawah tampak perahu2 bersliweran, dan ada tiga parasut
serupa yang sedang beterbangan dikejauhan.

Boat yang menarik saya membuat gerakan melingkar sehingga
mendekati pantai lagi, dan kini saatnya mendarat.
Saya makin mendekati pantai dan menurun, tampak dikejauhan
petugas melambaikan bendera biru, maka dengan kedua tangan
saya membetot tali parasut kanan yang membuat parasut
membelok menuju kearah pantai.
Boat makin melambat sehingga parasut juga makin menurun
dan saya makin mendekati pasir pantai, dan saya mendarat
sambil disambut para petugas.

Wah lega bisa mendarat dengan baik, tadinya sempat khawatir
juga takut keseleo.

Baru saja melepas tali-tali, pelampung dan berteduh lagi,
tiba-tiba istri saya bilang : Mau nyoba juga ah !

Haaaah ?? Nggak salah nih ???
Apa iya orang penakut gini bisa mau terbang setinggi itu.

Ternyata dia serius, dan saat gilirannya dengan tenang berdiri
dipasir pantai (foto).
Saat berlari take-off hampir saja terpeleset, tapi saat mendarat
bisa tepat sasaran dan engga jatuh, hebat juga nih - he3.

Kalau hari itu kami makan siang di Bebek Bengil Ubud yang
tahun lalu juga kami kunjungi, maka keesokan harinya sengaja
kami pergi jauh menuju Kintamani untuk makan siang di
Lake View Restoran.
Kami duduk di teras resto yang dibangun ditebing gunung,
dengan view ke arah danau dan gunung Batur yang sungguh
memukau (foto).
Tampak dibawah jalan raya berkelok2, didepan terlihat kilatan
air danau yang luas sekali dan disebelah kiri depan tampak
gunung Batur dengan lerengnya yang kehitaman kena aliran
lava panas hasil letusan sekian tahun yang lalu.

Komplit-lah kegembiraan kami hari itu - ramai ramai makan
siang yang nikmat, ditempat sejuk sambil mengagumi alam
yang begitu indahnya.

Bali memang pantas menjadi tujuan wisata, rasanya komplit -
semua ada disana.
Baik itu alam (sungai-danau-laut maupun gunung) yang indah,
disokong dengan kesenian/budaya yang begitu tinggi dan juga
begitu beragam kerajinan tangan yang bagus untuk souvenir.

O.K. Bali - tahun depan kami datang lagi.

Wednesday, May 17, 2006

Bertemu kang Bondet, pengarang buku : Menyusuri Lorong-Lorong Dunia.




Karena tidak berkesempatan bertemu di Jakarta maupun di Bandung,
maka saya memutuskan ikut menjemput saja kedatangan Kang Bondet alias Sigit Susanto di bandara Soekarno Hatta.
Bondet tanggal 27 April siang itu akan mendarat dengan Malaysian Airlines dari Swiss via Kuala Lumpur.
Sekian lama nunggu2 di pintu kedatangan ternyata kang Bondet lolos dari cegatan saya - maklum belum pernah bertemu sebelumnya.
Akhirnya ketemu juga setelah Bondet nilpon saya dari Wartel, dan barengan jumpa pasangan Eka-Ratna yang juga menjemput.
Kami lanjut ke Restoran Lembur Kuring didekat bandara, untuk makan siang sambil asyik ngobrol2 dan foto2.

Jokes : Kasir supermarket yang canggih.

 


Seorang ibu disebuah supermarket membeli sebuah gagang pancing.
Saat menuju kasir, dia heran karena kasirnya pakai kaca mata hitam,
rupanya kasir itu tunanetra.


Saat si ibu mendekat, si kasir bilang :
Silahkan lempar barang belanjaan anda ke meja didepan saya,
dari bunyi dan baunya saya bisa menentukan jenis barang dan
juga harganya.


Si ibu melempar pancing ke meja, dan si kasir langsung bilang :
Sebuah pancing merk Blue Ocean, seharga 125 ribu rupiah.


Saking takjubnya, tak sengaja si ibu buang angin dengan dahsyat,
Tuuuuuuuuuuuuut !!!, baunya juga semerbak.


Sempat malu hati, tapi si ibu pikir - Ah sebodo lah, toh kasir ini
engga bisa melihat dia siapa.


Mendadak si kasir bilang :  Semuanya jadi 200 ribu rupiah.


Wah si ibu tentu kaget dan gusar :
Gimana sih, tadi bilangnya 125 ribu, koq sekarang jadi 200 ribu !!


Si Kasir dengan kalem nyahut :
Kan ibu belanjanya nambah, satu buah Peluit buat ngusir bebek,
dan satu kilo Cumi basah.



 

Monday, May 15, 2006

Lost and Found

 


Minggu 14 Mei 2006, saat check-in di bandara Ngurah Rai Bali,
boarding pass yang saya terima seat numbernya 36 H dan 36 J.
Ini membuat saya lega karena berarti pesawat Garuda yang akan
membawa saya dan istri ke Jakarta tentu pesawat berbadan lebar.


Benar saja, ternyata memang Airbus A330-300, yang kursinya
sederet ada 8  ( 2 - 4 - 2 ), jadi lega sekali, beda banget dengan
pesawat B737-400 Garuda yang dua hari lalu membawa kami dari
Jakarta ke Denpasar, konfigurasi kursinya sederet 3 - 3 terasa
sempit apalagi semua kursi terisi penuh.


Setelah menemui kursi kami dibaris 36 itu, handbag saya taruh di
locker atas, sedangkan tas yang berisi handycam dan kamera saya
lempar kekolong kursi yang kelihatan lega.
Kaki saya tidak terganggu oleh adanya tas tersebut saking
longgarnya ruang dibawah kursi didepan tempat duduk saya itu.


Pesawat mendarat di bandara Soekarno-Hatta jam 19.20 -
seperti biasa dengan seksama kami berkemas dan memeriksa
semua bawaan.
Setelah yakin semua ada maka kami meninggalkan pesawat.


Setelah tiba dirumah, sudah amat lelah karena sejak pagi banyak
acara : Nonton Barong, ke toko kerajinan perak di Celuk,
lunch di Kintamani, shopping kilat di Sukawati karena waktunya
sudah mepet.
Tapi tentu perasaan lega sudah selamat sampai dirumah, dan
sekitar jam 21 itu saatnya melepas lelah.


Mendadak saya teringat - Lha tas kamera saya ada dimana yah ???,
dan Astaga - Astaga - Astaga !!!....................................
Tas kamera tadi tidak saya ambil dari kolong kursi pesawat !!!.


Dalam kepanikan, saya mencoba berfikir harus bagaimana,
tapi tentu sangat sulit bisa tenang disaat perasaan campur aduk -
jengkel, marah terhadap diri sendiri, sedih mikir kehilangan bukan
saja Sony Handycam dan kamera Minolta tapi juga karena semua
film-nya pun berada didalam tas tersebut.


Sempat terfikir mau menghubungi fihak Garuda, tapi otak udah
butek engga tahu gimana nyari nomer tilponnya.
Akhirnya segera saya berkemas dan berangkat lagi ke bandara
Soekarno Hatta, diperjalanan saya sempat cari2 nomer tilpon
teman lama yang tugasnya di OIC bandara - engga ketemu.


Lalu teringat nilpon teman dokter yang tugasnya jaga emergency
bandara, tapi dia sedang dirumah dan saya minta carikan nomer
tilpon Garuda - engga punya katanya, tapi dia mau bantuin
nilpon kepetugas jaga emergency mencari nomer tersebut.


Setelah parkir, saya berjalan gontai menuju gedung terminal E-F,
sambil berfikir rasanya tipis kemungkinannya tas itu masih ada.
Dan saya tidak tahu harus berjalan menuju kemana, apakah ke
counter Garuda, atau ke Security.
Kalau saya ke kantor Lost and Found - yang hilang ini kan
bukan barang bagasi yang ada baggage-tag nya.


Lalu HP saya bunyi dan terdengar suara teman saya itu :
Eh tadi perawat emergency udah bantuin nilpon Lost and Found,
tas kamera ada tuh disana.
Nomer tilpon Lost and Found 5506076, tapi kalo udah ada
di airport yah langsung kesana aja nggak usah nilpon lagi.


Langkah saya makin gontai, setengah engga percaya mendengar
kabar begitu, koq bisa yah tuh tas balik lagi ??
Koq engga diambil orang ?, koq segitu gampangnya ketemu ?,
koq engga sesuai perkiraan saya bahwa pasti hilang dll.


Setelah permisi ke petugas penjaga, saya masuk gedung dan
menuju kantor Lost and Found, disana ada tiga orang petugas.
Saya diminta menunjukkan boarding pass, dan dicocokkan
catatan si petugas, oh ya cocok seat nomer 36 nih katanya.
Lalu dikeluarkan tas hitam itu, coba periksa isinya katanya,
saya juga bilang didalam tas itu ada name card saya.
Sempat saya tanya apakah tas ditemukan oleh petugas cleaning
service? Ternyata bukan, tas diserahkan oleh petugas security.


Setelah itu saya diminta menandatangani semacam berita acara,
dan setelah mengucapkan terima kasih dan penghargaan atas
kerja mereka yang begitu profesional, dengan senang hati saya
berbagi sukacita dengan sedikit meringankan dompet.


Ada beberapa hal yang memang harus kita perhatikan dalam
melakukan perjalanan dengan pesawat :
- jangan terlalu cepat membuang sisa tiket/boarding pass,
  saya bisa diijinkan masuk kembali kedalam airport dan
  dipercaya pemilik barang tsb karena pegang boarding pass.
- tidak saja pasang name-tag yang jelas dan terikat kuat,
  juga taruh name card didalam koper/tas tersebut.
- jangan terlalu banyak tentengan, sebisanya masukkan dalam
  satu atau dua tas, jangan berceceran sehingga bingung sendiri.


Yang paling penting tentunya,  jangan pikun - hehehe.


 

Saturday, May 6, 2006

Lisbon - sebuah kota dengan dua buah Unesco's World Heritage.


brosur : patung Jesus menghadap ke kota Lisbon

Perjalanan enam jam dari Sevilla Spain menuju Lisbon Portugal,
terasa membosankan karena pemandangan mirip perjalanan antar
kota di Maroko yang kebanyakan melalui tanah kosong.
Saat mendekati border Portugal saya teringat cerita adik saya Lanny,
yang tahun 1998 saat Indonesia dengan Portugal masih musuhan -
nekat "menerobos" masuk border tanpa visa.
Waktu itu dia dengan beberapa temannya mengendarai mobil sedan,
dan berhasil lewat karena ternyata tidak ada penjagaan di border -
dan kali ini kami juga bablas saja, tidak ada penjagaan sama sekali.

Saat mendekati Lisbon barulah kami disuguhi pemandangan indah,
didepan kami tampak " 25 de Abril Bridge ",
sebuah jembatan buatan tahun 1966 yang unik karena bukan saja
pembuatnya sama dengan pembuat Golden Gate San Fransisco,
juga ada sekian persamaan lainnya :
warna-nya juga merah, panjang 2,5 km, tingginya 60 meter dan
dari atas jembatan kita bisa mendapatkan pemandangan cantik
atas kotanya. (foto)

Memasuki jembatan itu kami sibuk noleh kiri kanan karena banyak
pemandangan yang menarik, sekarang kami mulai menyebrangi
sungai lebar yang bernama Rio Tejo, didepan dikejauhan tampak
atap genteng merah yang cantik dari rumah-rumah kota Lisbon.
Disebelah kanan diatas bukit ditepian sungai tampak tiruan dari
Corcovado-nya Rio de Janeiro Brasil, yaitu Statue of Cristo Rei -
patung Jesus setinggi 28 meter yang berdiri menghadap ke kota
Lisbon sambil membentangkan kedua tangan.
Patung itu berdiri diatas menara setinggi 82 meter -
pengunjung bisa naik keatas dengan lift - kalau kita berada
disana tentu mendapatkan breathtaking view atas kota Lisbon
dan sekitarnya. (foto)

Lisbon berada ditepi pantai Samudra Atlantic, dan sebagai wilayah
yang dipengaruhi Mediterrania dan Atlantic maka mempunyai iklim
yang moderate, baik pada winter maupun summer.

Bangsa yang mendiami wilayah dengan 560 kilometer panjang
pantai Atlantic ini pernah menjadi bangsa penjelajah kesohor
dimasa lampau.
Tidak saja Africa Barat dan Brasil yang dijelajahi, malah
Vasco da Gama tahun 1447 berhasil membuka rute perdagangan
baru dengan India, dan pernah sampai ke Maluku pula.

Dan pada masa pemerintahan raja Manuel I ( 1495 - 1521 )
tercapailah masa keemasan karena bangsa ini bisa menguasai
berbagai pelabuhan perdagangan penting di dunia baru masa itu.

Pada masa itulah dibangun sebuah Masterpiece Manueline Art Style,
yang sejak 1983 masuk salah satu Unesco's World Heritage :
Hieronymites Monastery. (foto)
Bangunan kuno awal abad 16 ini merupakan transisi dari gaya Gothic
ke Renaissance, terlihat penuh ornamen yang terinspirasi dari tempat
yang dikunjungi para penjelajah seperti Vasco da Gama -
dimana mana terlihat bentuk nanas dan rotan !
Didalam gereja itulah terletak tomb dari Vasco da Gama,
yang berbentuk unik : diatas makam dari marmer berbentuk kotak
empat segi panjang yang penuh ukiran itu diletakkan patung marmer
Vasco da Gama seukuran aslinya dalam posisi tidur terlentang dengan
kedua tangan terkatub didada.
(foto)

Sedikit berjalan kaki menyebrang dari monastery itu, kami sudah
tiba ditepian Rio Tejo yang asri sekali.
Kami berjalan-jalan santai bersama banyak orang ditepian sungai
yang lebar itu - disebelah kiri tampak "25 de Abril Bridge" yang
membentang dengan megahnya, dan samar-samar terlihat pula
Statue of Cristo Rei dikejauhan disebrang sungai.

Tapi tujuan utama kami ketepi sungai itu adalah mengunjungi
sebuah "permata Manueline-art" lainnya yaitu :
Bethlehem Tower atau Torre de Belem.
Menara yang dibangun tahun antara tahun 1515 - 1521 ini tidak
berada didaratan tapi berdiri didalam sungai, dan dihubungkan
oleh sebuah jembatan pendek ketepian sungai.
Awalnya merupakan sebuah gedung syahbandar yang mengontrol
keluar masuknya kapal kedalam kota, tapi dimasa pendudukan
Spanyol sempat dijadikan penjara !
Bangunan ini unik sekali dan proporsi-nya harmoniously-balanced,
terlihat seperti bastion dengan dasar hexagonal.
Enam buah turret tampak di keenam sisinya, sedangkan quadrangular
towernya sendiri terdiri dari empat lantai. (foto)
Bangunan kecil dengan sentuhan Manueline art yang unik ini,
sungguh indah dan eye-catching sekali - tahun 1983 dimasukkan
kedalam daftar Unesco's World Heritage.

Selain Torre de Belem, ditepian Rio Tejo itu juga ada obyek yang
menarik banyak pengunjung :
Monument to the Discoveries.
Bangunan berbentuk unik ini dibangun pada tahun 1960, untuk
mengenang jasa para penjelajah Portugis jaman lampau yang
dengan gagah berani berkelana sampai keujung dunia itu.
Monumen besar megah itu dibuat seakan sebuah anjungan kapal,
dimana berdiri sederetan pelaut yang dipimpin oleh Prince Enrique.
(foto)

Setelah puas cuci mata sepanjang tepian sungai maka kami menuju
pusat kota Lisbon - dalam suhu 14 derajat menjelang malam hari
kami habiskan dengan berjalan kaki santai dipusat kota Lisbon yang
penuh dengan gedung-gedung megah.
Cuma sayang sekali gempa bumi dahsyat pada 1 Nopember 1755,
yang membunuh 60 ribu orang dari 270 ribu penduduk telah meluluh -
lantakkan pusat kota - dan gedung gedung yang dibangun kemudian
tampaknya tidak lagi se-artistik bangunan di Paris atau Madrid .

Setelah ke HardRock cafe membeli souvenir, dan Ginginha Liquor
pesanan teman maka kami menelusuri jalan-jalan dan taman ditengah
kota yang penuh berhiaskan sinar lampu aneka corak yang menawan.
(foto)

Malam hari kami menginap di Novotel -
hotel yang unik karena kaga ada ada portirnya -
yah sudah ! geret aja sendiri koper masing-masing !

Nonton Jurus Dewa Mabok di ShaoLin Temple - DengFeng China





Puluhan tahun lalu para pengarang cerita silat China kuno seperti
Kho Ping Hoo, OKT, Gan K.L., memukau pecinta dunia "Kang-Ouw"
dengan berbagai kisah persilatan yang seru penuh warna warni.
Membaca kisahnya pembaca bisa "terbawa melayang" ke berbagai
puncak-puncak gunung seperti GobiSan, HoaSan dan lain-lain.
Dikisahkan digunung tersebut ada kuil kuno yang dihuni para biksu
yang mempunyai ilmu kungfu yang sangat tinggi.
Entah apakah tempat atau puncak-puncak gunung itu benar ada
atau hanya khayalan semata, tapi tahun 1999 saya berkesempatan
mengunjungi salah satu tempat dalam kisah silat itu - puncak gunung
Emei-shan/Omei-shan/Gobi-san.
Dipuncak Emei-shan yang yang dijuluki Ding-Qing (puncak emas) itu
terdapat sebuah kuil besar, dan dalam cerita silat konon penghuni kuil
Gobi-san itu hanyalah biksuni perempuan.

Untuk mencapai Emei-shan, gunung tinggi sekitar 3000-an meter yang
berada diselatan kota Chengdu - Sichuan province, kami menginap
semalam dikota Emeishan yang berada dikaki gunung itu.
Sore hari setelah taruh koper di hotel, kami berjalan kaki menelusuri
pertokoan kota kecil yang tampak sepi dan sederhana sekali dan
gunung Emei terlihat tinggi menjulang misterius dibelakang kota kecil ini.


Pagi-pagi sekali bus sudah berangkat, perjalanan terasa lama terus
mendaki melewati hutan, sampai sebagian teman perjalanan tertidur.
Setelah tiba di sebuah terminal kendaraan, diteruskan dengan jalan
kaki menuju stasiun cable-car, yang membawa kami naik ke puncak.

Dipuncak Emei-shan memang ada perumahan para biksu, kami
berjalan melewatinya sambil membayangkan barangkali disitulah
dulu para biksuni perempuan itu tinggal.
Selepas perumahan tampak dikejauhan sebuah kuil yang tinggi besar,
bertingkat-tingkat gagah sekali. (foto)
Kami boleh naik memasuki keseluruh bagian dari kuil kuno .
Sayang sekali kabut tebal menyeliputi, kalau saja udara terang
pemandangan dari puncak kuil kearah bawah gunung kabarnya
indah sekali.

Saat berjalan meninggalkan kuil menuju stasiun cable car, terlihat
ada orang yang memegang monyet yang unik sekali karena bulunya
berwarna kuning emas.
Kami boleh berfoto dan membayar sesuai berapa ekor monyet
yang dibiarkan naik ke pundak dan kepala kami (foto).

Penasaran karena di GobiSan itu tidak ada kejelasan apakah betul
disitu ada kegiatan persilatan, maka di tahun 2002 kami mengunjungi
kuil kuno lainnya yang pasti masih menjadi lokasi perguruan silat
yaitu ShaoLin Temple, yang terletak tidak jauh dari kota DengFeng -
Henan Province.
Di peta tampak lokasi kota DengFeng dibawah kota Zhengzhou -
jadi berada jauh ditengah pedalaman mainland China.
Disekitar ShaoLin Temple inilah terdapat berbagai perguruan silat
besar-besar yang menerima banyak siswa, yang berasal dari dalam
China, maupun dari luar negeri.

Setelah satu jam perjalanan dari kota LuoYang, dan saat mendekati
lokasi ShaoLin Temple, bus melewati satu komunitas perguruan silat.
Dipagi hari itu terlihat banyak anak remaja sedang berlatih silat
dihalaman komplek perguruan silat tersebut.
Gerakan-gerakan silat serempak puluhan anak itu, terlihat keren sekali,
sungguh rapih dan indah.

Bus berhenti di satu tempat parkir khusus, kami langsung "mengkeret"
disambut udara dingin sekitar 13 derajat.
Kami sekarang berada didasar lembah diapit dua deretan pegunungan,
di ketinggian antara 600 - 1500 m dari permukaan laut.

Kunjungan di ShaoLin diawali dengan memasuki : komplek kuburan !!.
Ditempat inilah sejak tahun didirikannya - tahun 495, abu jenasah para
biksu dari Shaolin Temple ini ditempatkan dalam sekitar 240 buah
pagoda besar kecil. (foto)
Komplek pekuburan biksu ini konon merupakan komplek pekuburan
khusus biksu yang terbesar diseluruh China.

Seperti tempat wisata lainnya di China, pengunjung cukup banyak tapi
untunglah tidak sampai berjejal sewaktu memasuki gerbang komplek.
Berbagai bangunan kuno dalam komplek terlihat dirawat bagus,
didominasi warna merah dan dihalamannya yang luas banyak pohon
yang rindang.
Berbeda dengan temple lain, disini terdapat dua buah pagoda tinggi,
yang dibangun disisi kiri dan kanan.
Pada satu sisi tembok tampak terpampang foto orang-orang terkenal
yang pernah mengunjungi temple kesohor ini, antara lain tampak Jet Lie -
yang rupanya juga alumni Shaolin.

Posisi bangunan-bangunan dalam komplek makin kedalam makin
tinggi karena komplek ini berada di kaki gunung, dan kami melewati
beberapa buah gerbang besar yang dikawal patung penjaga ukuran
raksasa yang tampangnya seram-seram.
Gedung-gedung ditengah komplek tentunya banyak terdapat patung
Budha, disatu tempat yang paling utama patung Budha yang terbuat
dari emas itu mempunyai rambut berwarna biru !!

Banyak lokasi-lokasi menarik dilihat disana, disatu tempat kami
boleh memukul lonceng besar dengan cara mengayunkan kayu
pemukul yang digantung dengan tali, juga berfoto dengan biksu
penjaganya.
Dan yang paling menarik perhatian adalah pohon besar yang konon
berusia 1400 tahun - terlihat banyak lubang-lubang seukuran jari di
batangnya - katanya dulu bekas latihan totok jari !

Setelah makan siang, maka untuk melengkapi kunjungan ke tempat
yang terkenal dengan Shaolin Kungfu ini maka kami diajak memasuki
komplek sebuah perguruan silat ranking kedua terbesar di China.
Kompleknya megah dengan gedung bertingkat untuk asrama dari
sekitar 3000 siswa, sekolah ini sekolah private.
Didalam sebuah gedung besar yang dikhususkan untuk pertunjukan,
para siswa mempertunjukkan berbagai jurus silat, mulai dari gaya
macan - monyet - Dewa Mabok - sampai gaya cengcorang !!
Juga diperagakan kehebatan tenaga dalam yaitu kepala dipukul
pakai lempeng besi, kaki dipukul pakai kayu bulat dan lain-lain.

Atraksi satu anak kecil usia12 tahun mengundang tepuk tangan,
setelah memperagakan kehebatannya ber-kungfu dia mengambil
sebuah mangkuk besi, ditempelkan diperutnya, lalu dibuatnya
mangkuk itu bisa menempel diperutnya.
Lalu dia tiduran di lantai - begitu lekatnya mangkuk besi diperutnya,
karena badannya bisa diangkat oleh temannya dengan cara
mengangkat mangkuk yang terus nempel diperutnya itu.

Perjalanan diteruskan menuju tepian sungai HuangHo yang terkenal,
dimana ada pangkalan Hovercraft, kami semua setuju untuk ikut
wisata air di sungai HuangHo itu dengan naik hovercraft, biayanya
60 yuan/orang.

Ada dua hovercraft disana, kami ditawarkan naik hovercraft yang
sudah hampir penuh penumpang, tapi semua tidak mau karena
penampilan kendaraan air itu sungguh meragukan - kelihatan sudah
rombeng banget.
Kami inginnya naik yang satunya lagi yang kelihatannya lebih
gagahan, tapi ternyata yang bagusan ini justru lagi rusak !!.
Wah bingung deh, tapi keinginan melihat dari dekat sungai kesohor
itu kuat sekali maka akhirnya semua naik juga walau tentunya benar-
benar dengan setengah hati.
Terpaksa, karena tanpa naik hovercraft maka tidak bisa melihat
sungai Huang Ho - yang tidak terlihat dari tempat parkir hovercraft itu.
Tempat parkir itu bukan persis di pinggir sungai, tapi berjarak sekitar
beberapa ratus meter dari sungai yang tak terlihat dari situ karena
sekitar penuh pepohonan.

Setelah semua teman naik memasuki ruang kapal berkapasitas 50
orang, maka kendaraan butut itu mulai di-start, mendengung keras
dan terangkat, lalu berputar dam melayang memasuki kanal yang
sedang kering menuju tepi sungai dan semua penumpang berteriak
kesenangan sewaktu kapal meluncur dengan tenangnya melayang
dan menerjang masuk permukaan sungai HuangHo yang berwarna
coklat pekat.
Kapal melaju dengan cukup kencang ditengah sungai, pemandangan
disebelah kiri adalah deretan bukit, dan sebelah kanan adalah tanah
datar berumput yang luas.
Setelah itu kapal mendarat disebuah dataran ditengah sungai yang
rupanya sebuah delta luas yang terbentuk karena sedimentasi sungai
HuangHo yang dahsyat itu.
Dataran itu cukup keras untuk diinjak, kami bisa berjalan-jalan dan
berfoto disana. (foto)

HuangHo merupakan sungai yg paling banyak membawa sedimen
pasir didunia, dia membuang 4 milyar ton pasir kelaut setiap tahun-
nya, atau membuat daratan baru di muara sungai seluas 25 km2
(seluas Macao) setiap tahunnya.

Note :

Shaolin Temple :
http://www.travelchinaguide.com/attraction/henan/luoyang/songshan_shaolin.htm