Wednesday, August 22, 2007

Tour Manado part 1 : Sitou Timou Tumou Tou




Kebetulan sekali, baru saja membaca iklan wisata di Kompas
tentang perjalanan ke Manado memakai Batavia Air dengan
Airbus-nya yang masih baru, ada teman mengajak tour kesana.
Tapi rombongannya itu sudah 30 orang, maka setelah kontak2
teman lainnya malah terkumpul sampai 20 orang juga.
Pilihan kami tentu Batavia Air, mau coba pesawat yang katanya
masih baru itu.
Sempat terjadi gurauan diantara kami, apa bener pesawat baru?,
jangan2 baru "dibenerin", atau malah baru "dikebutin" doang.

Proses Check-in di Bandara Soekarno-Hatta Terminal 1B lancar,
masuk kedalam pesawat juga nyaman karena lewat aerobridge,
tapi Airbus A-319 itu usianya sih sudah dua tahun.
Berangkat on-time, pramugari menyebut para penumpang
dengan istilah keren : Para Tamu yang terhormat.
Selama penerbangan selama 3 jam itu dibagikan box isi kue
dan aqua, dan seakan penerbangan international pramugari
mendorong trolly isi berbagai barang yang bisa dibeli penumpang.

Suatu saat istri saya menuju ke toilet, karena kami duduk dibaris
nomer dua maka ke toilet depan yang pintunya persis disamping
pintu cockpit. Pas berdiri disana, pramugari masuk ke cockpit.
Eh saya lihat istri saya ikutan masuk, saat kembali dia cerita.
"Tadi aku masuk tuh dan sempat nanya ke pilotnya, pak itu mesti
di-setir2 nggak sih ?" Oh tidak bu, cukup disetel di layar monitor-
kita tinggal pilih saja mau kemana.
Busyet deh!, emangnya bis PPD pake di-setir2 - norak abiiizz dah!

Pesawat mendarat dengan mulus dilandasan airport Sam Ratulangi,
setelah pesawat berhenti total di apron kami semua berdiri dan
menanti moncong aerobridge merapat.
Disamping saya berdiri seorang pria ber-safari biru yang sebelumnya
duduk sendirian saja dibangku baris nomer satu.
Saya bilang, pak saya sa-umur2 belum pernah jadi orang pertama
yang keluar dari pesawat, boleh saya keluar duluan?
Oh, silahkan - katanya, mungkin sambil mikir ini orang dari mana
norak abiiizz begini.
Maka begitu pintu pesawat membuka, jadilah saya nongol duluan.
Kami berjalan berdampingan sepanjang aerobridge, sempat ngobrol
antara lain saya tanya, tugas dimana pak? -
dijawab di Poltabes Manado.
Diujung aerobridge tampak beberapa anggota Polri menanti, saat
kami mendekat mereka dengan sikap sempurna memberikan salut.
Whoaaa, rupa nya bapak yang tadi saya salip dipintu pesawat
adalah KombesPol Bambang Sugeng - Kapoltabes Manado.

Airport berlantai dua yang diresmikan oleh Gus Dur tahun 2001,
cukup besar, rapih dan bersih, dan terpampang tulisan besar2:
Hak anda mendapatkan pelayanan prima di bandara.
Comfort in airport is your right.
Memang terasa nyaman dan aman disana, bebas dari kerumunan
orang yang menawarkan ini itu.
Airport modern ini juga menerima penerbangan international dari
Singapore (Silk Air) dan dari Davao Pilipina (Merpati), dengan
pelayanan visa on arrival.

Rico, pemuda asal Sangir Talaud yang menjadi pemandu wisata
menyambut dan mengantar kami menuju bus.
Begitu keluar dari halaman bandara, bus memasuki jalan biasa
bukan boulevard, kiri kanan banyak pepohonan sehingga terasa
sejuk. Rico yang terlihat lincah dan kocak, menjawab pertanyaan
tentang keamanan di Manado, dia bilang :
Aman tenteram sekali, polisi disini sampai gemuk-gemuk karena
kurang kerjaan, kalau polisi di Jakarta kan kurus-kurus karena
di-dorong2 mahasiswa melulu.

Rico juga bilang pada dinding airport ada tulisan :
Sitou Timou Tumou Tou yang artinya:
Manusia Hidup untuk mengHidupkan Manusia Lainnya.
Suatu prinsip saling mengasihi sesama manusia, ini rupanya
sebuah filsafat hidup masyarakat Minahasa yang dipopulerkan
oleh Sam Ratulangi, Pahlawan Nasional asal Minahasa yang
namanya dipakai untuk nama bandara di Manado tersebut.

Kota Manado berada dikaki gunung sehingga konturnya berbukit,
dan sebagian kecil ada di pantai berbentuk teluk yang cantik.
Dilepas pantai tampak pulau Bunaken yang lebar dan relatif datar
dan pulau Manado Tua yang berbentuk gunung setinggi 750 meter-
tampak silhouette nya dikejauhan keren sekali
Sepanjang pantai kota tampak deretan pertokoan dari yang
berbentuk ruko sampai berbagai mall cukup besar :
Mega Mall, Marina Plaza, Manado Town Square dan Boulevard Mall.
Dimana-mana terlihat gereja dan pohon kelapa yang sampai
kepuncak bukit yang tinggi juga masih terlihat.
Sedikit naik ke gunung banyak tanaman cengkeh, kata Rico
dijaman keemasan-nya cengkeh maka penduduk didaerah gunung
uangnya melimpah-ruah, kalau turun ke kota melihat saudaranya
di kota punya lemari es tanpa pikir panjang mereka langsung beli.
Pas sang lemari es dibawa ke kampung, tidak bisa digunakan
karena belum ada aliran listrik.

Kota Manado yang tahun ini berusia 384 tahun, walikota nya tegas
dan berhasil membawa kota Tinutuan ini mendapat perhargaan
Adipura, dan berniat menjadi Kota Pariwisata Dunia 2010.

Sore hari kami menyaksikan sunset dari tepi pantai kota Manado,
matahari yang perlahan terbenam itu terlihat jelas karena berada
persis dimulut teluk Manado.
Setelah mengunjungi kelenteng kuno Ban Hin Kiong yang di
bangun pada abad yang ke XIX dan di akui sebagai kuil tertua
di bagian Indonesia Timur, dan makan malam di restoran RiaRio,
kami menuju Hotel Sedona - tempat kami menginap selama
tiga malam.
Hotel Sedona yang berbintang lima ini terletak diluar kota Manado,
terdiri 4 lantai , kolam renang yang besar terletak ditepi private-
beach yang merupakan bagian dari Teluk Manado.
Dari kamar hotel dilantai 4 tampak hamparan pohon kelapa di
halaman belakang hotel dan diseberang laut tampak sedikit
pulau Bunaken dan pulau Manado Tua - tampak asri sekali.

Saturday, August 11, 2007

Panti Werdha Budi Bhakti - serpong




Minggu pagi 11 Agustus 2007, kami menuju Desa Babakan
Kecamatan Serpong, dengan melewati BSD City..
Tujuan kami adalah mengunjungi Panti Wherda Bina Bhakti,
sebuah panti yang menampung sekitar 70 orang lansia.
Perjalanan lancar karena hari libur, dan di tempat tujuan kami
disambut oleh ibu Wati - pengurus panti tersebut.

Mertua saya baru saja berulang tahun ke 79 dan sejak beberapa
tahun terakhir selalu berniat berbagi kegembiraan dikaruniai
panjang umur dan kesehatan itu, dengan mengunjungi para lansia
yang berada di Panti Wherda.
Kalau tahun lalu mengunjungi sebuah panti werdha yang berada di
kota Tangerang, maka kali ini yang di Serpong.
Sebelumnya kami sudah menilpon ibu Wati itu, untuk menanyakan
peralatan apa yang saat itu sangat dibutuhkan oleh Panti, ternyata
mesin cucinya sudah rusak, maka segera dipesan ke toko dan
diantarkan ke Panti.

Ibu Wati menjelaskan bahwa pendiri panti ini adalah seorang
Suster/biarawati, dulu mendapat dana dari luar negeri, tapi sekarang
tidak lagi, maka biaya hidup harus dibayarkan oleh keluarga yang
menitipkan opa/oma-nya itu.
Biayanya baru saja naik menjadi 600.000,-/bulan, segitu saja masih
suka ada yang menawar katanya.
Sebagian penghuni malah sama sekali tidak membayar, karena
tidak ada lagi sanak keluarganya, untunglah ada donatur katanya.
Kebanyakan adalah oma, mereka dari berbagai agama, kebanyakan
Katolik/Kristen.

Karena saat kami tiba sedang ada doa bersama di aula, maka kami
diajak melihat-lihat kebelakang Panti, ternyata dibelakang itu adalah
lembah yang dialiri sungai Cisadane, dan disitu dibuatkan jalan dari
con-block untuk Jalan Salib - menuruni tebing mendekati sungai.
Suasana didalam komplek Panti terasa asri dan sejuk karena banyak
pepohonan diantara bangunan2 yang terlihat sudah agak tua itu.

Selesai acara di aula, para oma dan opa itu menuju ruang makan,
dan dipimpin oleh ibu Wati mereka menyanyikan lagu Selamat
Ulang Tahun, lalu ada dua oma yang mau menyanyi solo.
Kami lalu berkeliling membagikan Biscuit dan sekedar uang untuk
jajan, mereka kelihatan senang karena mendapat kunjungan itu.
Kami juga mengunjungi kamar2, karena ada banyak juga opa/oma
yang sudah sakit2an, ada yang diatas kursi roda dan ada pula
yang tidak bisa meninggalkan tempat tidurnya.
Didalam Panti juga tersedia poliklinik dan dokter yang secara rutin
menjaga kesehatan oma/opa yang tentunya sudah sepuh itu.

Tentunya makanan yang bergizi dan pelayanan kesehatan saja
tidak cukup bagi mereka yang mulai sakit2an dan kesepian jauh
dari sanak keluarga itu - perhatian dan sentuhan kasih sangat
mereka dambakan di-saat2 fisik makin tidak berdaya itu.


Panti Wherda Bina Bhakti.
Kp.Curug-Ds.Babakan - Serpong
Telpon: (021)-7566439.





Wednesday, August 1, 2007

Dubrovnik - Mutiara Cantik di Tepi Adriatik.




"Those who seek Paradise on Earth should come to see Dubrovnik",
begitu ujar George Bernard Shaw, yang rupanya begitu terpukau
saat berkunjung ke kota tersebut.
Selintas tentu ungkapan itu terasa berlebihan, tapi yang bicara ini
bukan orang sembarangan, dia pemenang Nobel Kesusteraan tahun
1925, dan peraih Oscar tahun 1938 untuk naskah film Pygmalion.
Maka tentulah pantas sanjungannya itu kita simak atau malah kita
uji sendiri kebenarannya dengan mengunjungi langsung Dubrovnik.

Kalimat diatas itu awal dari cerita perjalanan saya, berjudul :
Dubrovnik - Mutiara Cantik di Tepi Adriatik.
Yang dimuat di majalah Intisari edisi Agustus 2007.

Untuk sementara disini saya baru bisa muat foto2nya dulu,
untuk ceritanya bisa dibaca di Intisari yang baru diedarkan hari ini.