Saturday, September 30, 2006

Tayangan JAK TV - Komunitas Kita : Ultah ke 3 Komunitas Jalansutra.




Sabtu, 30 September 2006 jam 09.15, masuk SMS dari Christine :
tayangan Ultah JS ke 3 oleh JakTV diundur ke jam 9.30.
Saya jawab - TQ Tin, ini juga udah nongkrong di depan TV.

JAK TV mempunyai acara berjudul Komunitas Kita, dan pagi itu
tayangan diawali pembicaraan Host-nya yaitu Orchida Ramadhania
dengan temannya yang membicarakan adanya satu komunitas di
dunia maya yaitu Jalansutra, yang sedang mengadakan kopdar.
Maka mereka menuju restoran Queen's Tandoor, dan bertemu dengan
pak Bondan - Kepala Suku Jalansutra yang bersama para JSers,
termasuk JSers Bandung - bu Sofia Mansoor yang sedang
memasuki restoran itu.

Menjawab pertanyaan Orchida, pak Bondan menjelaskan sejarah
berdirinya komunitas ini, yang diawali tulisan tentang makan makan
dan jalan jalan di Kompas Cyber Media dan Suara Pembaruan.
Berjalan sekian tahun dan digemari banyak orang, lalu bung Wasis
Gunarto mengusulkan untuk dibuat milis Jalansutra.
Pak Bondan mempersilahkan bung Wasis untuk membuat milis JS
dan memberikan hak kepemilikan milis JS tsb pada bung Wasis.

Sejak itulah milis ini berkembang dengan pesatnya - anggotanya
tersebar diseluruh dunia, dan saat ultah di usianya yang ke 3 -
telah tercatat sekitar 5500 orang.
( tgl 30 September ini terlihat sudah mencapai 6063 anggota).
Komunikasi di milis JS luar biasa padatnya ( sampai malam ini
terlihat untuk bulan September jumlah posting : 2015 ).

Sesekali diadakan kopdar (kopi darat) yang membuat rasa
persaudaraan diantara anggota komunitas makin kental.
Bukan hanya itu, kalau seorang anggota luar negeri yang banyak
dikenal sedang pulang kampung, maka diadakan Sambutsutra -
sekian anggota bersepakat dan menyambut rekan itu dengan cara
berkumpul di satu restoran untuk makan bersama.
Tamu-nya tidak usah bayar, dan teman2 disini yang bayar dengan
cara patungan.

Pak Bondan juga menjelaskan bahwa hari itu ada acara Ultah JS
ke 3 yang dipusatkan di Museum Keramik.
Karena Jalansutra adalah penyuka makan-makan maka acara diawali
makan siang bersama yang tersebar di 9 lokasi restoran -
tidak mungkin 200 orang peserta makan bareng di satu tempat -
setelah makan barulah naik bus way menuju Museum Keramik.

Maka setelah menikmati makan siang, crew JAK TV ikut bersama
Capt.Gatot dan para anggota JS naik bus way menuju ke tempat
pertemuan itu.

Acara di Museum Keramik seperti ditayangkan, ramai dan seru -
penuh keakraban, diawali sambutan Kepala Suku, aneka Quiz,
dan ditutup dengan potong kue Ultah.

Thursday, September 28, 2006

Tayangan Ultah ke 3 Komunitas Jalansutra - JAK TV.

Start:     Sep 30, '06 01:30a
Informasi dari bung Icay Thaher/JAK TV :

Acara Ultah ke 3 Komunitas Jalansutra, yang telah
berlangsung tanggal 10 September 2006 di
Museum Keramik Taman Fatahilah Jakarta
(http://smulya.multiply.com/photos/album/121),
akan ditayangkan di JAK TV pada :
Sabtu, 30 September 2006, jam 9.30.

Tuesday, September 26, 2006

Jokes : Nggak mau punya anak kembar.

 


Seorang pria dengan ter-gopoh2 memasuki kamar praktek
seorang psikiater.


Dok,dok,dok - wah saya lagi stress berat nih dok.


Tenang mas, tenaaang, coba ceritakan kenapa jadi begini.


Gini dok, istri saya kan sedang hamil, tapi saya nggak mau istri
saya itu nanti melahirkan anak kembar, dok.


Lha kenapa, bukan justru bagus tuh, anggap aja dapat bonus.


Ah, nggak mau dok, dulu istri teman saya yang kerja di pabrik
Kacang cap Dua Kelinci anaknya kembar dua.
Dan tadi siang, teman saya yang kerja di Mitsubishi Tiga Berlian
istrinya malah melahirkan kembar tiga, gawat nih dok.


Lha, apa hubungannya dengan anda, koq jadi bingung gini sih ?


Gimana nggak bingung sih dok, saya kan kerjanya di Auto 2000.


 

Sunday, September 17, 2006

Review : Pecel Madiun di Rawabuntu.




Minggu siang jam 13, istri saya mendadak ngajak makan siang
di Pecel Madiun - Serpong, banyak orang bilang enak katanya.
Iya saya juga tahu, tapi teman saya Andi bilang jangan kesana
kalau Sabtu/minggu, penuh sekali.
Andy bilang juga kalau makan disana bisa2 gratis, abis pas dia
mau bayar, si kasir saking puyengnya nyari bon engga ketemu
sampai bilang bapak udah bayar kali !
Tapi istri saya malah ngotot, siang gini udah sepi kali katanya.

Yah udah, berangkat - menuju arah Serpong, melewati Benton
Junction BSD yang beberapa hari lagi akan buka, terus lurus
sampai naik jembatan diatas ujung jalan tol Bintaro.
Turun jembatan, melewati pom bensin, koq engga ketemu2 juga,
akhirnya ketemu juga dikanan jalan tidak jauh sebelum belokan
arah ke Tekno-Park.

Mobil boleh masuk kedalam dan seperti sudah diduga, bukan
saja tempat parkir penuh, juga sekian banyak bangunan bentuk
joglo yang dijadikan rumah makan itu sudah penuh pengunjung.
Wah bisa keburu kelenger kelaparan nih, boro2 pesan makanan,
duduk saja tidak dapat kursi, mau makan jam berapa.
Untung istri saya tidak kehabisan akal, dia menuju dapur
sekaligus tempat kasir, dan memesan Pecel Madiun dua
bungkus untuk dibawa pulang saja.

Setelah dapat dan bayar, pas jalan menuju tempat parkir
kelihatan ada meja kosong - nah jadilah makan disana.
Ternyata memang Pecel-nya top banget, istri saya memuji
sedapnya bumbu kacang yang di-uleg halus,pas sekali rasa
asin manisnya katanya.
Rempeyeknya juga enak sekali, tipis dan garing kriuk2.
Ati dan ampla ayamnya juga gurih sekali.

Nasi Pecel Komplit 8.000,-
Ati Ampla Goreng 4.000,-
Nasi Rawon Komplit 15.000,-
Tersedia juga Ayam goreng, sate telor puyuh, telor ceplok,
tempe bacem,bakwan jagung, sate udang dll.

Alamat :

Pecel Madiun.
Jl. Ciater Barat Raya Rawabuntu - BSD Serpong.
Telp : (021)-68282058, dan 08161965051.
Buka setiap hari jam : 10 - 17.



Dalam sehari bolak balik nyebrang Selat Sunda.




.

Menerima berita mendadak, mengharuskan saya segera pergi
ke Tanjung Karang/Bandar Lampung, Sabtu 18 September 2006.
Sempat terfikir pakai pesawat, tapi ada teman bilang bawa mobil
saja, paling 6 - 7 jam sudah sampai katanya.
Ke Merak sekitar 1,5 jam, nyebrang pakai ferry 2,5 jam, tambah
dua jam lagi perjalanan ke Bandar Lampung .
Jadi kalau berangkat jam 5 pagi, tiba sekitar jam 11 - 12.
Kalau urusan sudah selesai dan berangkat lagi jam 15 maka
jam 17 sudah bisa masuk kapal di Bakauheni.
Urusan tibanya sudah gelap di Merak tidak masalah, karena
berikutnya aman - tinggal masuk tol Merak menuju Tangerang.

Sempat ragu, karena walau sudah pernah tiga kali ke Lampung -
itu sudah lama sekali, dan ketemu Mr.Tsunami kagak yah ?
Tapi pikir-pikir mending pakai mobil juga, soalnya pakai pesawat
juga ribet mesti ke Bandara segala.

Berempat dengan adik-adik saya, jam 6 masuk tol Tangerang,
perjalanan lancar, bisa ngebut dan jam 6.45 sudah tiba di pintu
tol Merak , bayar 15.000,- dan lanjut menuju Pelabuhan Merak.
Memasuki pelabuhan, di loket karcis tanpa perlu turun dari mobil
kami bayar biaya kendaraan 146.000,- dan 2000,-/orang.
Petunjuk jelas serta banyak petugas yang mengarahkan kami
menuju dermaga nomer Dua dari empat dermaga disana, dan
mobil langsung mendaki memasuki dek kendaraan dari kapal
ferry bernama KMF Mitra Nusantara.
Rupanya kami datang awal, dek parkir masih lengang, tapi
akibatnya harus menunggu 40 menit barulah ferry berangkat.

Ferry yang kelihatan lumayan tua itu ( liferaft-nya buatan tahun
1976), terdiri empat deck, deck paling bawah untuk truk dan bus,
deck kedua untuk kendaraan kecil, deck ketiga ada kursi2 empuk
untuk penumpang dan ada ruangan khusus ber-AC ( harus bayar
6000,- lagi ).
Kami menuju deck paling atas/ke empat, disana juga ada bangku
kayu dan atap plastik - kami pilih disana agar bisa menikmati
pemandangan.

Saat menunggu, ada seorang anak muda menaiki cerobong asap
kapal yang lumayan tinggi, saya pikir dia petugas kapal ferry itu.
Eh, setiba diatas dia petantang-petenteng jalan kesana kemari.
Saat saya foto, dia teriak : Ayo kasih 1000,- saya loncat kelaut !
Astaga !, ternyata dia serius, seorang penumpang didekat saya
bilang memang pemuda itu biasa loncat begitu.
Yaah, tentu bukan soal seribu peraknya, kalo dia loncat trus
celaka kan saya bisa ketempuhan - nanti dibilang saya yang
nyuruh, maka saya diam saja.
Eh, ada lagi pemuda lain menaiki pagar tepian kapal, rupanya
sama juga, meminta uang untuk petunjukan terjun bebas.

Tak lama kemudian mereka benar benar loncat - asyiiik !
Sayang foto saat loncat dari atap cerobong asap agak terpotong.

Pelabuhan terlihat sepi, kapal pun tidak penuh, suasana cukup
menyenangkan - jauh dari kesan tidak aman yang semula
dirasakan kalau memasuki pelabuhan.
Kapal lumayan bersih, toilet juga masih bisa dipakai, memang
setengah parah-lah, maklum saja namanya juga kapal ferry -
bukan kapal pesiar.
Kios makanan/minuman banyak, tersedia Indomie, Aqua
maupun Teh Botol yang dijual 5000,-/botol - maklum juga lah
sewa kios juga mahal koq.

Jam 7.40 kapal berangkat, sayang sekali, walau laut tidak
berombak besar tapi kabut tipis menutupi pemandangan,
sehingga hanya pulau Tempurung yang bisa terlihat jelas -
sedangkan Krakatau tidak nampak.
Sempat teringat cerita tentang letusan Krakatau tahun 1883,
saat itu terjadi tsunami yang tingginya fantastis - 30 meter,
akibatnya pantai Lampung tersapu habis.

Memasuki kolam pelabuhan Bakauheni yang terlihat aman
terlindung oleh sederetan pulau2 kecil, tampak dilatar belakangi
bangunan cantik diatas gunung berwarna kuning, berbentuk
hiasan mahkota yang dipakai pengantin wanita Lampung.

Jam 9.40 kami turun dari kapal, dan memasuki jalan menuju
BandarLampung, aspal jalan yang lumayan lebar itu cukup baik,
hanya dibeberapa tempat saja masih berlubang/sedang perbaikan.
Tapi tentu berkendara disitu harus sangat hari-hati, karena kita
yang terbiasa dijalan antar kota yang satu arah/jalan tol, akan
agak kagok berkendara dijalan antar kota yang dipakai dua arah,
apalagi banyak sepeda motor lalu lalang - harus extra hati-hati.

Kami berjalan non-stop, hanya sekali berhenti untuk mengambil
foto pemandangan cantik dari ketinggian kearah laut dekat
Pasir Putih, sehingga sekitar jam 11.20 sudah memasuki
TanjungKarang. Saya lihat trip meter menunjuk angka 90
kilometer terhitung dari Bakauheni.

Sudah waktunya makan siang, kami mampir di Restoran
HongKong, yang menu masakannya sangat beragam, mulai dari
kwetiauw, haisom, ayam masak arak, sampai kerang pasific cah.
Akhirnya kami pesan Ayam Madu ( dibandrol 40 ribu ),
Sop Ikan Salju ( 40 ribu ),dan Kepiting Saos Padang ( 80 ribu ),
dan Es Lobi-Lobi Pala ( 6500,- ).

Awalnya datang Sop Ikan Salju, potongan ikan Gurame goreng
tampak dalam kuah putih ( rupanya pakai susu ), ada potongan
tahu putih dan sayur asin, terasa segar - asem dan gurih.
Berikut datang Ayam Madu - potongan daging ayam kecil2
digoreng, tampak bercampur dengan potongan apel, paprika
hijau dan ditaburi biji jambu mete bercampur madu -
enak terasa manis sedikit pedas.
Ternyata memang Kepiting Saos Padang yang jadi juaranya,
bukan saja daging kepitingnya gemuk dan gurih, juga saos
pedasnya unik - pakai tauco sehingga terasa benar gurihnya.

Setelah menyelesaikan urusan di Tanjung Karang, sekitar
jam 14 kami sudah meluncur balik kearah Bakauheni.
Seperti di Wisata Kuliner-nya pak Bondan Winarno, tidak
lupa setelah jalan-jalan dan makan-makan, kini beli oleh-oleh.
Di pinggir jalan selepas kota Panjang ada sederetan warung
penjual oleh2, dan adik saya membeli keripik pisang.
Eh tak jauh dari situ terlihat pedagang duren yang memajang
durennya atraktif sekali seperti gunungan kecil.
Duren disepakati 10.000,-/buah, ternyata duren Bengkulu itu
walau tidak setebal Monthong tapi rasanya manis/enak sekali.
Dari rencana asal nyobain doang, akhirnya sampai lima buah.

Tiba di Bakauheni waktu sudah menunjukkan jam 16.20, dan
di gerbang masuk kawasan pelabuhan diperiksa pak Polisi :
KTP pak ! dari mana mau kemana ?
Herannya cuma saya yang ditanya, dan berikutnya gantian
pak Polisi yang heran melihat KTP saya masih model lama,
lha emang mesti udah pake KTP model baru ?

Prosedur berikut sama, beli tiket kapal tidak perlu turun mobil,
langsung diarahkan naik ke kapal Jatra 2 yang juga tidak
kalah tuanya - diresmikan pemakaiannya tahun 1981, dan
asyik - soalnya 10 menit kemudian kapal berangkat.

Kali ini kapal agak penuh, dan saat kami ke lantai teratas,
ternyata tidak ada bangku - kayaknya kelas Lesehan kali,
soalnya tersedia penyewaan tikar segala.

Badan sudah lelah, maklum udara panas maka menuju ke
lantai dua, bayar 8000,-/orang dan masuk ruang Executive.
Ruangan berukuran 12 kali 12 meter, sejuk ber-AC, lengkap
dengan bar dan toilet, kursi/sofa empuk tersedia.
Tidak banyak orang disana, sehingga sofa bisa dipakai
untuk tiduran,

Didepan tampak seperangkat alat band, dan baru saja kami
duduk band itu main.
Anak muda pemain band itu langsung menggebrak dengan
lagu Manis dan Sayang-nya Koes Plus.
Astaga ! diruangan tertutup dengan atap hanya setinggi tiga
meter, loudspeaker-nya distel keras-keras, busyet deh
tuh musik serasa menembus ulu hati.
Lagu silih berganti, dari KoesPlus - Panbers - BeeGees,
sampai Samson, beberapa penumpang juga sumbang suara.
Lumayan, lama-lama kuping kebal juga dan bisa menikmati
tidur-tidur ayam sambil selonjoran di sofa.

Pelayaran malam itu agak terhambat, karena melawan arus
Selat Sunda yang sedang deras, di kegelapan malam terlihat
arus kencang yang menyeramkan sekali.
Seorang anak kapal bilang dulu pernah ada penumpang yang
jatuh disaat seperti itu - langsung hanyut hilang entah kemana.

Mendekati pantai barat pulau Jawa, terlihat deretan titik lampu
yang indah sekali, mulai dari ujung utara -
Pelabuhan Indah Kiat - Merak - Cilegon - sampai Chandra Asri
di Anyer dengan lidah api dari cerobong pembakaran gas-nya.

Akhirnya jam 19 kapal mendarat, dan kami dengan aman bisa
meninggalkan areal pelabuhan dan memasuki jalan tol.
Sekitar jam 20.15 kami tiba di Tangerang, dan hitung2 saya
hari itu nyetir sendiri sekitar dua kali 180 kilometer -
nggak kerasa sama dengan pulang pergi Jakarta - Bandung.

Ada yang mau nyoba juga ke Lampung p.p. ?



Rumah makan HongKong.
Chinese & Seafood ( 100% halal ).
Jl. P. Antasari No: 96 C.
TanjungKarang/BandarLampung.
Telp : (0721)-7476383 / 0811791189.




Sunday, September 10, 2006

Ikutan Kopdar Ultah Jalansutra ke 3 - Museum Keramik Jakarta




Telat nge-daftar, akibatnya tidak kebagian tempat
di Petak IX maupun di Lie Yen.
Maka saya lapor sama Christine bahwa saya dan istri
jadi-nya freelance saja deh -
alias jalan sendiri keluyuran di Petak IX/Glodok.

Berangkat dari Tangerang jam 10 dan belok dulu ke
Green garden, menjemput bung Richard - lalu menuju
Harmoni, belok kiri dan bingung ! -
karena baru teringat apakah di depan Gajah Mada Plaza
ada halte busway (tadinya mau parkir disitu dan naik
busway ke Glodok).
Kebetulan terlihat didepan Carrefour Duta Merlin ada
jembatan busway maka masuk saja kehalaman complek
Duta Merlin dan parkir disitu.

Kami naik jembatan penyebrangan dan masuk kedalam
halte busway yang rupanya stasiun konektor untuk
berbagai trayek, sehingga bingung juga karena banyak
pintu keberbagai tujuan.

Ternyata didepan Gajah mada Plaza juga ada halte-nya.
Setelah melewati perhentian Sawah Besar itu, masih
ada perhentian mangga Besar, lalu Lindeteves dan di
perhentian Glodok kami turun.
Terasa menyenangkan pengalaman pertama kali naik busway,
lega, sejuk ber-AC, dan tidak pusing dengan kemacetan.

Mulailah kami memasuki lorong2 Petak IX, dan istri saya
teringat masa lalu saat dia masih suka melewati lorong2
sempit penuh pedagang kaki lima itu.
Kami sempat beli gorengan cempedak, tapi karena masih
belum lapar maka kami menuju ke Gloria.
Di Gloria sempat bingung lagi mau milih makan apa,
saking banyaknya pilihan makanan.
Sempat dikerumuni dan disodori berbagai lembaran menu,
akhirnya kami pilih nasi Campur dan Rujak Juhi.

SMS bunyi dan ternyata Yohan sudah tiba di RM Tak Kie -
Gloria, dan saat bergabung disitu, tak lama rombongan
Irvan juga muncul.

Istri saya sempat nge-bungkus Bebek Peking "Sedap Wangi",
maklum perut sudah penuh, kemudian saya menuju Lie Yen.
Dari Gloria tinggal menuju kebagian belakang, masuk ke
Gang Ribal dan tembus kejalan didepan restoran Lie Yen.

restoran penuh sesak, dan pas saya masuk - rombongan JS
pimpinan Harnaz sedang bersiap berangkat, sebagian mau
langsung ke Museum Keramik, dan sebagian lagi masih
mau pintong - ke Rumah makan Aneka sari untuk menikmati
Soto Tangkar.
Dipimpin Marchellinus yang tampil gagah dengan kamera dan
ikat kepala merahnya, rombongan berjalan kaki sepanjang
jalan yang hiruk pikuk penuh pedagang kaki lima.
Marchell sempat menunjuk tulisan dipapan restoran
Aneka sari itu : Daging Sampi !!

Akhirnya sekitar jam 13.30 sampailah kami dihalaman
Museum Keramik disamping Museum Fatahillah itu,
dan ternyata Kepala Suku juga sudah tiba -
rupanya baru saja mendarat dari Singapore.

Setelah membayar tiket masuk dan diberikan kacu merah/
putih ber-logo JS, kami dipersilahkan masuk me-lihat2
Museum itu sambil menunggu kedatangan teman2 lainnya.

Untuk pertama kalinya saya masuk kesana ,terasa
kuno dan besarnya gedung itu . Tangga yang menuju
ke lantai dua ternyata sangat menarik -
terbuat dari semacam besi tempa yang antik sekali.

Acara dimulai, dipimpin oleh harnaz yang didampingi
oleh seluruh moderator yang tampil seragam : kaus hitam.
Berbagai quiz berhadiah digelar, dan satu pertanyaan
yang diajukan ternyata susah dijawab bukan saja oleh
para JSers yang duduk rame2 dilantai, juga oleh para
moderator - yaitu : tanggal berapa persisnya HUT JS !
Ramai sekali ruangan depan Museum Keramik itu, penuh
canda tawa dan tepuk tangan, dan banyak kamera JSers
mengabadikannya, bersama kameraman Jak-TV pimpinan
bung Icay thaher.

Acara puncak diisi dengan sambutan Kepala Suku,
tiup kue ultah dan potong kue yang diserahkan kepada
GM Koperasi JS - bung Irvan Hai-Hai.
Akhirnya setelah doa bersama dipimpin Kepala Suku,
maka acara ditutup, dilanjutkan acara menyerbu kue ultah
dari Dessert Only dan kue2 dari Bandung yang dibawa
JSers Bandung - Sienny.

Saat bubaran - terdengar bung Andrew memprovokasi -
Pintong yuk !!

Nggak ah !, soalnya masih punya bekal - bebek Peking !,

Malam hari dirumah, bungkusan bebek Peking itu dibuka -
wuah ternyata bener-bener juara nih,
dagingnya tebal tapi empuk sekali, asin-nya terasa
sedang dan gurih.
Dari sekian kali mencoba bebek peking, yang biasanya
ngeselin karena sering2 banyak ketemu tulang,
maka baru di Gloria inilah ketemu yang bener2 enak.

Note:

Bebek Peking Sedap Wangi :
Samping Gloria Pancoran - 0811947909.
Cabang ITC Mangga Dua - telp.62300605





Saturday, September 9, 2006

CAPRI - dari Caligula sampai Tom Cruise.




Berada disisi selatan pintu masuk ke Teluk Napoli, pulau Capri di
Italy Selatan ini terletak persis diujung Sorrento Peninsula.
Dimasa prehistorik, pulau Capri sebenarnya merupakan bagian dari
peninsula itu - tidak terpisah seperti sekarang.
Kini terlihat Capri dipisahkan oleh selat yang sempit saja.

Sejak jaman Romawi, Capri telah menjadi resort yang nyaman -
kaisar Agustus mempunyai beberapa buah villa disitu, belakangan
malah menetap disana bersama keponakannya : Caligula.

Pasukan Perancis pada tahun 1806 sempat menduduki pulau, dan
belakangan datang pasukan pendudukan Inggris yang ingin
menjadikan Capri sebagai Gibraltar kedua. Pembangunan benteng
ini akhirnya malah merusak banyak situs arkeologis disana.

Barulah pada akhir abad 19, Capri kembali menjadi resort popular
bagi banyak artis Eropa, penulis dan selebritis lainnya.
Banyak sekali tulisan/novel yang menjadikan Capri sebagai setting-nya,
antara lain "The Lotus Eater"- sebuah cerita pendek karangan Somerset
Maugham.
Maxim Gorky mempunyai villa disana, konon sekali menetap bisa
sampai 2 - 3 bulan lamanya.
Akibat banyak-nya selebritis berdatangan - mulai dari Jack Lemmon,
Sophia Loren, Clark Gable, Jackie Onassis, Naomi Campbell sampai
Tom Cruise, maka segala sesuatu di pulau cantik ini terdongkrak
menjadi serba mahal.

Perjalanan kami mempergunakan hydrofoil, berangkat dari Sorrento
dan mendarat di Marina Grande - salah satu pelabuhan pulau Capri
yang tampak cantik dipenuhi kapal dengan dilatar belakangi bukit
bertaburan rumah/villa berwarna putih khas Mediterania.

Setelah mengunjungi Blue Grotto, kami kembali ke Marina Grande
dan akan menuju Anacapri - kota kedua di pulau Capri.
Sebenarnya mencapai Anacapri yang berada diatas gunung, bisa
dengan cara mendaki jalan/tangga kuno buatan abad 19 sebanyak
800 steps, yang disebut Scala Fenicia (Phoenician Stairs).
Tapi karena waktunya sempit maka kami naik bus shuttle, yang
membawa kami mendaki gunung terjal setinggi 300-an meter itu.

Dipusat kota kecil Anacapri, kami turun di tengah keramaian kota,
disana sini tampak turis memenuhi jalan-jalan kecil yang dipagari
toko-toko souvenir, cafe dan restoran.

Kami diajak menuju La Giara Restoran, untuk menikmati hidangan
Risotto with seafood.
Setelah selesai lunch kami bergegas mengikuti tour leader menuju
sisi lain kota, untuk melihat Capri dari atas katanya.
Kami menelusuri jalan setapak yang rimbun penuh pepohonan,
tak lama kami muncul ditepi tebing dan semua terpesona melihat
Marina Grande nun jauh dibawah.
Tampak laut berbentuk teluk, air laut indah sekali bergradasi dari
biru muda - tua, kapal bertebaran di pelabuhan termasuk kapal layar
tiang tinggi yang cantik sekali.

Pantaslah banyak orang ternama jatuh cinta pada pulau indah
dengan cuaca yang terus bersahabat sepanjang tahun ini.




Saturday, September 2, 2006

Bisa nebak ini visa negara apa ?


hongaria

Ada beberapa visa yang unik karena pakai istilah dalam
bahasanya sendiri, sehingga agak membingungkan.

Friday, September 1, 2006

Grotta Azzurra - One of The Most Famous Sea Caves in The World.




Blue Grotto - yang di pulau Capri (Italy selatan) disebut :
Grotta Azzurra, banyak terdapat di berbagai belahan dunia.
Semuanya berbentuk sea caves - gua yang terisi air laut, pintu
masuknya bisa berada dibawah atau diatas permukaan air laut.
Alasan dinamai Blue Grotto, pertama karena air didalam gua
berhubungan dengan laut diluar. Kemudian ada sinar matahari
menembus masuk kedalam gua melalui air itu. Air laut mem-filter
sinar matahari sehingga hanya cahaya biru saja yang lewat.
Maka didalam gua tampaklah sinar biru terang menakjubkan
muncul dari dasar gua, menerangi gua yang gelap itu.

Keindahan yang menakjubkan dari Blue Grotto di pulau Capri,
diungkapkan pada Agustus 1826 oleh seorang penulis Jerman
August Kopisch, sejak itulah bukan saja Blue Grotto menjadi
lambang pulau Capri, tapi juga jutaan pengunjung berdatangan.

Mengunjungi Blue Grotto, bisa memakai boat yang berangkat
dari Marina Grande/pelabuhan pulau Capri, atau dengan naik
kendaraan menuju Anacapri-Blue Grotto lalu dengan menuruni
tangga menuju pantai.

Setiba disana harus naik perahu dayung yang hanya bisa memuat
4 orang, tapi untuk bisa menerobos masuk melewati pintu gua
yang rendah dan sempit itu ( sekitar 1,5 kali 1,5 meter ) tentu
sangat tergantung cuaca.
Kalau laut sedang berombak besar, tidak mungkin bisa melewati
mulut gua yang tertutup hempasan air laut.
Begitu pula dengan waktu, paling bagus sekitar jam 11 - 12
dimana sinar matahari pada sudut terbaik menerobos masuk,
sehingga sinar biru didalam gua muncul terang sekali.

Sorrento, 3 Juli 2006 jam 8.30 kami sudah meninggalkan hotel,
didalam kota harus harus berganti bus karena hanya bus shuttle
khusus yang boleh naik turun menuju pelabuhan yang berada di
bawah tebing.
Sekitar jam 9.45 kami memasuki hydrofoil besar dua lantai,
nyaman dengan AC yang dingin, dan toilet yang bersih.
Pemandangan indah sekali, villa- villa kota Sorrento tampak
anggun diatas tebing, disisi lain dikejauhan tampak samar-samar
kota Napoli dan juga Gunung Vesuvius.
Perjalanan singkat saja karena hydrofoil itu ngebut, 30 menit
sudah memasuki Marina Grande - pelabuhan pulau Capri.

Kami kemudian naik motorboat terbuka berkapasitas 40 orang,
dan sekitar jam 10.50 mulai berlayar menuju lokasi Blue Grotto
yang berada disisi lain dari pulau Capri itu.
Boat berlayar tidak jauh dari pantai, kami disuguhi pemandangan
yang cantik sekali - boat berlayar diatas air laut yang biru tua,
melewati banyak perahu termasuk perahu layar besar bertiang
banyak.

Pantai pulau Capri terjal, tebing karang tampak menjulang
tinggi, dan sekitar 20 menit kami sudah tiba ditujuan.
Kini didepan tampak tebing tinggi, mulut Blue Grotto terlihat
penuh dikerumuni perahu dayung yang antri untuk memasukinya.
Beberapa motorboat juga tampak menunggu giliran menurunkan
penumpang kedalam perahu-perahu tersebut.

Boat kami mendekat dan mematikan mesin, kini kami harus
menunggu giliran naik perahu dayung itu.
Sekian lama menunggu belum juga ada tanda-tanda giliran
kami tiba, mulailah kami gelisah.
Ombak mulai besar - membuat motorboat bergoyang terus,
beberapa penumpang mulai mual, dan saya perhatikan ombak
yang menghempas mulut gua kadang-kadang begitu besarnya
sampai-sampai air laut memenuhi keseluruhan mulut gua itu.
Hal itulah yang membuat antrian masuk keluarnya perahu
dayung kedalam gua menjadi lambat, mereka harus menunggu
diantara dua gelombang yang kecil agar bisa dengan aman
menerobos masuk atau keluar.

Tunggu punya tunggu sudah hampir sejam, wah semua
gelisah dan saya teringat adik saya Lanny yang dulu hampir
saja gagal karena tukang perahu menolak membawa masuk.
Rupanya saat itu air laut sudah pasang dan ombak sudah
kelewat besar. Untunglah dia, setelah berantem mulut
sekian lama akhirnya ada tukang perahu yang bersedia
membawa para calon penumpang nekat itu.

Akhirnya sampai juga giliran kami, dengan hati-hati sekali
kami "loncat" kedalam perahu dayung yang kecil itu.
Setiap perahu muat empat orang dengan posisi 1 -2 -1,
tukang perahu berdiri memegang dayung pada baris kedua.

Perahu ikut antrian dan waktu terasa lama sekali bergulir
sebab banyak perahu yang antri, untuk satu-satu masuk
atau keluar dari gua itu.
Tentu perasaan sangat tegang, ingin lekas bisa masuk dan
juga ada rasa ngeri berperahu di laut yang airnya dalam
tanpa pelampung/alat penyelamat.


Akhirnya sampailah giliran perahu kami - ketegangan
memuncak - bayangkan kami akan memasuki gua melalui
mulut gua sempit yang sesekali "hilang" dihantam gelombang.
Pak "sopir" berdiri dengan tenang, pelan2 mengayuh perahu
mendekati mulut gua dan mengambil ancang2.
Lalu dia teriak menyuruh kami terlentang habis2an dan
dengan dia dengan cepat menarik tambang yang tersedia -
wusss - perahu melejit masuk melewati pintu gua.

Begitu masuk, kami segera duduk lagi, awalnya sempat
kelabakan karena sekarang berada didalam gua yang gelap.
Tapi suasana meriah - terdengar suara merdu seseorang
pria yang dengan kerasnya menyanyikan lagu Santa Lucia,
dan lampu blitz kamera berkilatan dikegelapan.
Dan aduhai cantiknya - air laut dibawah perahu kami
tampak berwarna biru terang.
Wah, kami semua terpesona akan keindahan warna biru
terang itu, seakan ada lampu neon biru besar didalam laut.

Didalam gua berukuran sekitar 20 kali 20 meter, terlihat
ada belasan perahu lainnya.
Perahu didayung kebagian dalam gua, untuk kemudian
antri lagi untuk keluar gua.

Terasa asyik sekali berada didalam gua gelap dengan
sinar biru yang memancar dari dasar laut, menimbulkan
sensasi seakan kita sedang terbang diatas langit biru.
Tapi tentu kami tidak ingin ber-lama2 disana, apalagi
melihat pintu keluar gua yang sesekali hilang dihantam
gelombang besar.

Sampai giliran kami, kembali mengulangi prosedur -
terlentang habis dan wuuus - molos dari mulut gua.

Kini semua lega dan puas, karena niat mengunjungi salah
satu Blue Grotto terindah didunia terlaksana sudah..