Sunday, May 1, 2005

Cerita Perjalanan Silk Road, part 1 : menuju Lanzhou.


 


Cerita Perjalanan Silk Road - part 1 : menuju Lanzhou.


Kalau kita perhatikan peta China maka kota Xian, yang merupakan
ibukota dari negara Tiongkok kuno, berada di sentralnya daratan
China yang bentuknya mirip benua Australia.


Silk Road merupakan rute yang dilalui para pedagang dimasa perda-
gangan kuno antara Tiongkok dengan Eropa.
Rute tersebut membentang sejauh ribuan kilometer, dimulai dari kota
Xian yang berada diujung timur,  mengarah ke barat laut memasuki
gurun Gobi yang begitu luas.
Kemudian selepas kota Dunhuang akan terbentuk 2 buah rute, dimana
yang satu melambung lewat jalur atas dan satunya lagi jalur selatan,
nantinya kedua jalur ini akan bertemu lagi dikota Kasgar yang terletak
di pojokan barat laut dataran Tiongkok.


Setelah itu barulah keluar dari wilayah Tiongkok, masuk kedaerah
Kyrgyzstan - Persia - Laut Tengah - Alexandria  dan Rome.
Melalui rute inilah dijaman kuno dulu, perdagangan antara Barat -
Timur berlangsung, dimana barang2 seperti sutera, keramik dan lain2
dibawa dengan memakai angkutan yang tradisional sekali seperti unta, 
melalui gurun Gobi di wilayah Sinkiang yang begitu luas dan ganas.


Perjalanan kami ke Silk Road kali ini menyusuri jalur atas yaitu :
Xian - Lanzhou - Dunhuang - Turfan (dibaca : Tulufan)  dan
berakhir di kota Urumqi (dibaca : Urumuci).
Sebenarnya masih kurang satu kota lagi karena kami tidak sampai
ke kota Kasgar, yang terletak paling ujung barat laut daratan Cina .


Perjalanan ini dimulai dengan  terbang dari Xian ke Lanzhou,
dilanjutkan ke kota Dunhuang dengan juga memakai pesawat
terbang, sedangkan  ke Turfan memakai kereta api malam,
ke Urumqi dengan microbus,
akhirnya kembali ke Xian dengan  pesawat terbang lagi.


Kota Xian terkenal dengan musium terracota-nya,  ada hal yang
membedakannya dengan sebagian besar kota2 di China yaitu
dikota inilah mulai terlihat banyak orang Muslim.
Makin ke kota- kota sebelah barat, terlihat makin banyak mesjid -
di Turfan penduduk muslim sekitar 60 % dari populasi penduduk.


Keluhan "waduh!"  pertama timbul sewaktu di Xian :
kami diberitahu bahwa selama perjalanan Silk Road ini koper kami
dianjurkan ditinggal di hotel (selesai dari Silk Road nanti akan kembali
ke hotel yang sama) jadi hanya bawa hand bag saja untuk perjalanan
selama seminggu itu.
Semua bingung, bagaimana tuh perjalanan sekian lama mana cukup
cuma bawa tas kecil saja ??
Tapi untunglah semua peserta menuruti anjuran itu karena ternyata
memang dalam perjalanan berikutnya itu sangat sulit bawa2 koper
naik turun microbus - kereta api dll itu.


Kami memulai perjalanan ini dengan prasangka bahwa akan menuju
ke-tempat yang sangat udik/peloksok.
Dan "waduh" berikutnya muncul sewaktu menunggu saat boarding
di airport Xian, karena menyadari pada boarding pass kami semua
tidak ada seat  number-nya,  engga salah nih ??


Setelah tanya2 sana sini ternyata memang demikian - karena pesawat
yang akan kami tumpangi adalah pesawat transit kata petugas airport.
Oh gitu !! ; jadi gimana tuh mencari tempat duduk untuk kami ??
Dijawab : yah nanti setelah didalam pesawat cari saja tempat duduk
yang masih kosong   !!??
Benar saja sewaktu diumumkan boarding, penumpang yang transit
didahulukan masuk, kami yang naik dari Xian harus belakangan,
baru kemudian masuk berebutan cari tempat duduk yang kosong.


Setelah dapat tempat duduk berpencaran - pada sekitar jam 8 malam
ada pengumuman bahwa pesawat siap akan take-off , eh mendadak
lampu2 dalam  pesawat mati total sehingga cabin gelap gulita selama
beberapa menit  -- cukup lama untuk bikin kami makin groggy saja.


Setiba di airport Lanzhou karena sudah agak larut malam, maka
langsung saja cepat2 naik bus; dan didalam bus si guide lokal baru
bilang bahwa perjalanan kekota masih sejauh 80 kilometer lagi.
Waduh lagi - semua peserta ngedumel kenapa sih tadi kaga bilang
dulu, tau gitu kan ke toilet dulu di airport.


Lanzhou merupakan ibukota propinsi Gansu, dimasa lampau
merupakan lintasan jalan sutera yang sangat penting.
Kota Lanzhou sudah bersuasana kota didaerah padang pasir;
apalagi kota ini dibelah dua oleh sungai HuangHo yang airnya unik
karena berwarna merah coklat yang begitu pekat mengandung
pasir dari gurun Gobi.
Kami mengunjungi Taman Sungai Kuning yang berada ditengah
kota dan ber-jalan2 sepanjang tepian sungai itu, beberapa teman
kakinya sempat terjeblos kedalam  lumpur yang merah coklat
lengket itu. 


Kota itu cukup indah karena dibangun diantara 2 buah gunung
yang dibelah sungai, disatu lereng gunung ada Yu Quan Shan Park
dan disisi gunung lainnya terlihat White Pagoda Hill  yaitu sebuah 
pagoda yang dibangun dilereng gunung dan disana sini ada
bangunan  mesjid.
Pagoda yang berada di ketinggian 1700 kaki itu merupakan bagian
dari komplek biara yang uniknya bukan untuk biksu pria seperti
di tempat lain - biara ini khusus untuk pendeta perempuan.
Lumayan ngos2an untuk naik kesana, tapi sesak nafas itu terbayar
dengan pemandangan yang  kebawah yang indah yaitu kota
Lanzhou yang dibelah oleh sungai HuangHo yang airnya merah
coklat.


Saat check-in lagi di airport Lanzhou, kami sudah pasrah dan benar
saja boarding pass kami tidak ada seat number-nya, dan terulang
lagi  kejadian yang sama seperti di airport Xian --- rebutan kursi !        
                                                                            
                                                  .



cerita berikutnya : Dunhuang



 

No comments:

Post a Comment