Monday, July 26, 2010

Bentang Alam paling memukau diatas muka bumi.




Tepat di jantung Asia Selatan sebuah wilayah kecil seukuran pulau Jawa
terhimpit dua raksasa, China di utara dan India pada tiga sisi lainnya.

Dalam rentang lebar wilayahnya yang hanya 150 Km, permukaan bumi
disitu begitu drastis bertumbuh dari hanya 60 meter menjadi 8848 meter
dari permukaan laut.
Beda ketinggian yang begitu kontras membuat alam-nya menjadi sangat
bervariasi, mulai dari hutan tropis dimana bisa dijumpai Badak Bercula Satu
sampai hamparan pegunungan tinggi berselimutkan salju abadi.
Itulah Nepal - The Most Dramatic Landscapes on Earth !

Hanya sedikit tempat di dunia yang bisa menyamai-nya dalam menawarkan
beraneka kegiatan tingkat dunia seperti :
mountaineering, trekking, mountain biking, nature tours, cultural tours,
pilgrim tours, whitewater rafting, canyoning, kayaking-canoeing, mountain
flights, pony trekking, jungle safaris, bird-watching, fishing, paragliding,
ultralight aircraft ride, bungy jumping. Belum lagi tour interest khusus :
orchid tours, honey hunting, meditation courses.

Nepal juga mempunyai banyak keunikan, benderanya berbentuk segitiga,
beda waktu-nya aneh yaitu 1 jam 15 menit dengan WIB, dan inilah kerajaan
Hindu terakhir didunia, baru pada tanggal 28 Mei 2008 menjadi Republik.
Dunia juga tahu, suku Gurkha dan Taman Lumbini tempat kelahiran Sang
Buddha pada tahun 623 BC, serta Mt.Everest yang didaki tahun 1953 oleh
Sir Edmund Hillary & Sherpa Tenzing Norgay berada di tanah Nepal itu.

Tapi juga ada berita2 yang menciutkan nyali, seperti Gerilyawan Maoist
yang suka mencegat turis, sampai kisah tragis putra mahkota Nepal yang
membantai 10 anggota keluarga kerajaan termasuk sang Raja dan Ratu.

Sekian lama mundur maju, akhirnya setelah Dr.Gunawan Setiadi dan
ibu Maria Shresta yang menetap di Kathmandu mengatakan bahwa situasi
cukup kondusif maka jadi jugalah pergi pada tanggal 20 Juli 2009.

Setelah terbang sekitar 5 jam dari Singapore, Silk Air yang kami tumpangi
mendarat di Tribhuvan Airport, Kathmandu - ibukota Nepal yang berada di
Kathmandu Valley pada ketinggian sekitar 1350 meter.
Pesawat mendarat dengan mulus, sempat saya teringat jalan tol Jagorawi
karena rumput ditepi landasan hanya sekitar 5 meter dari ujung sayap.
Airportnya dua lantai, terkesan sudah agak tua, pengurusan visa on arrival
lambat dan mengesalkan, sticker visa ditempel ditempat yang salah pula.

Rupanya airport berada ditepi kota, karena begitu keluar kawasan airport
langsung memasuki keramaian kota dan segera pula kami terhenyak.
Kalau sebelumnya berada di Singapore yang rapih, berkilau serba modern,
kini kami menelusuri jalan panas berdebu, hiruk pikuk banyak orang yang
lalu lalang dan kendaraan yang saling serobot membunyikan klakson.
Kendaraan roda empat kebanyakan berwarna terang tidak metalik, nyaris
semua buatan India, kecil-kecil dan rata-rata sudah berumur.
Kami juga terpesona karena bangunan dikiri kanan begitu seragam berupa
ruko dua lantai keatas, dan uniknya lagi tidak ada rumah yang bernomer.

Didalam Kathmandu Valley yang ditetapkan sebagai salah satu dari empat
Unesco's World Heritage di Nepal, terdapat tujuh situs bersejarah.
Salah satunya adalah Swayambhunath Pagoda yang berada dipuncak bukit
ditepi kota Kathmandu.
Dari kuil Buddhist Tibet kuno itu, pemandangan kebawah kearah kota
Kathmandu memesona, tampak lembah luas seakan mangkuk raksasa yang
begitu disesaki bangunan, tapi tanpa ada satupun gedung pencakar langit.

Menurut legenda Kathmandu Valley ini awalnya adalah danau, sampai
Manjushri seorang murid Sang Buddha membelah bukit yang memagari
danau, maka air susut dan didasar danau itu tumbuhlah kota Kathmandu.

Saat menikmati pemandangan kebawah dari tepian pagar pagoda sambil
membayangkan legenda itu mendadak saya menyadari ada suara musik
yang terdengar begitu teduh cantik sekali, pas sekali dengan suasana
hati berada di tempat kuno itu.
Penasaran, segera saya telusuri halaman pagoda, mencari sumber suara -
ternyata suara memesona itu keluar dari speaker penjual CD kaki lima.

Saya sangat jarang membeli sesuatu dalam perjalanan, kali ini tanpa pikir
panjang saya beli CD berjudul :
Tibetan Incantations - the meditative sound of Buddhist chants.
http://smulya.multiply.com/music/item/25/

bersambung : "Nyampe" ke puncak Mount Everest.

43 comments:

  1. ada berapa banyak anak tangga? dihitung gak dok?

    ReplyDelete
  2. nggak, sebenarnya kami nggak naik dari situ,
    bus turis boleh naik keatas bukit sampai dekat
    pagoda, sehingga turun bus bisa langsung masuk
    ke pagoda tanpa naik tangga tinggi itu.
    di foto satunya lagi tampak pak Umbas sedang -
    nge-test dengkul turun naik disitu, hehe.

    ReplyDelete
  3. duh om..jadi pengin balik ke kathmandu lagi...

    ReplyDelete
  4. saya pengen sekali ke Nepal tp harus tunggu anak2 besar, kalo naik tangga itu bisa pingsan kalo harus gendong anak :))

    ReplyDelete
  5. ayuh atuh balik, katanya kalo kuat trekking
    akan lebih berkesan.
    saya rencana sih kapan2 ke Bhutan.

    ReplyDelete
  6. kalo ke Nepal bawa anak kesian,
    kesian bokap nyokapnya gendong2, juga
    kesian anaknya nggak ada permainan2
    kayak ke Mall atau Disneyland gitu.

    ReplyDelete
  7. Serasa di India...banyak orgIndia nya yah Pak Sindhi ?

    ReplyDelete
  8. Aduh kalau disuruh naik2 begini mah ogah gempor deh tuh kaki n napas...ke greatwall aje udah semaput.

    ReplyDelete
  9. ga bisa beda-in Gis, mirip2 aja
    kecuali orang Gurkha yang lebih mirip etnis China

    ReplyDelete
  10. nggak, ini untuk pengunjung lokal,
    turis dimanjakan dg naik bus langsung
    stopnya diatas dekat pagodanya,

    ini mirip dulu di Istana Potala Tibet -
    kami naik bus sampai ke pinggang istana
    yang kayak bentengan tinggi itu, orang lokal
    harus naik dari bawah depan, mayan gempor dah.

    ReplyDelete
  11. Bung Sindhiarta,
    Kebetulan anak buah saya kelahiran Nepal dan dia tadinya punya PR Jerman karena kerja untuk Alcatel di Jerman. Dia dari namanya bisa diduga asal etnis India. Menurut dia orang-orang yang Selatan kebanyakan etnis India, yang ditengah adalah campuran dan yang sebelah utara orang-orang Gurkha.

    ReplyDelete
  12. bung Teddy - thanks,
    ya karena selatan berbatasan dg India,
    besok saya posting cerita di Pokhara -
    dimana banyak etnis Gurung yg Gurkha itu.

    ReplyDelete
  13. Kathmandu ibukotanya dg bangunan ruko 2 lt... klo di indonesia kyk kota kabupaten...Tapi Nepal negeri sgt eksotik n traditional banget...Pak Shindi foto2nya n tulisannya bagus...ditunggu postingan berikut thx

    ReplyDelete
  14. thanks,
    kalo sempat ntar malam saya posting
    cerita terbang mengelilingi puncak dari
    Mt Everest bersama Buddha Air

    ReplyDelete

  15. Thanks for sharing : catatan yang apik, tetap renyah untuk di baca, ada filosofi ada history semua bersatu menjadi sajian yang menarik. Di tunggu cerita berikutnya :p

    ReplyDelete
  16. he3, pak Mulya, kenapa kita tidak coba ya naik beca ini?

    ReplyDelete
  17. pak, naiknya gak masalah, tapi turun-nya.......waduh,, ngeri banget karena anak tangganya curam -, hampir2 saya tidak bisa turun.

    ReplyDelete
  18. nah, inilah anak tangga yang saya salah gunakan untuk turun....he3, sangat curam dan membuat ngeri, untung pak Mulya kasih tau ada jalan lain...thanks pak.

    ReplyDelete
  19. ga digigit anjing penjaga disitu pak?

    ReplyDelete
  20. makasih cerita nepalnya menarik bgt ,jdi thu ,d sini jga ada sebagian pendatang orang neval ....

    ReplyDelete
  21. thanks,
    cerita berikut tentang Mountain Flight

    ReplyDelete
  22. saya juga pengen nanya ke pak Umbas,
    ngapain naik turun tangga itu, nyasar kalee hehe

    ReplyDelete
  23. mobil bus kita kan ditangga yang lain, haha

    ReplyDelete
  24. iya Tin, ada ceritanya ttg mata itu.

    ReplyDelete
  25. thanks,
    dimana ada orang Nepal juga ?

    ReplyDelete
  26. makanya disebut negeri atap dunia ya..

    ReplyDelete
  27. rasanya Tibet yg disebut atap dunia.

    ReplyDelete
  28. asik ya.. pasti udaranya segar...

    ReplyDelete
  29. tulisan itu ? - nggak ngerti atuh bahasa Nepal

    ReplyDelete
  30. viewnya cakeeeppp... tapi naeknya gempor buat org lokal ya

    ReplyDelete
  31. Om, templenya sama2 ada matanya, ada makna khusus kah ?

    foto yg ini keren dengan awannya

    ReplyDelete
  32. mayan sih kalo yg udah punya penyakit encok haha

    ReplyDelete
  33. ada Sien, saya lupa ceritanya,
    oh ya Harnaz pernah bahas khusus ttg itu,
    nanti kita tanya dia dah.

    ReplyDelete
  34. d abudabhi ada supir taxsi orang Nepal ....

    ReplyDelete
  35. Sien, saya baru inget itu namanya :
    Mata yang Maha Melihat.

    ReplyDelete