Friday, December 16, 2011

Kisah membuat Makanan Terlezat No:1 Di Dunia - Rerie Arimia Marda

Rating:★★★★
Category:Other


RENDANG

Apaan tuh Rendang…… ?, itu loh daging yang di masak lama pake santen dan pedes, pastinya bisa di temuin di RM Padang manapun di dunia ini termasuk di semua rumahnya orang Minang… ^^, kalaupun menurut Wikipedia, Rendang adalah:

Rendang is a dish which originated from the Minangkabau ethnic group of Indonesia,[1] and is now commonly served across the country.[2] One of the characteristic foods of Minangkabau culture, it is served at ceremonial occasions and to honour guests.[3] Also popular in Malaysia, Singapore, Brunei, the southern Philippines and southern Thailand, rendang is traditionally prepared by the Malay community during festive occasions. Though rendang is sometimes described as being like a curry, and the name is sometimes applied to curried meat dishes in Malaysia, authentic rendang is nothing like a curry.[1] In Malay classical literature, rendang is mentioned in Hikayat Amir Hamzah[4] as early as the 1550s.[5]

Rendang is made from beef (or occasionally beef liver, chicken, mutton, water buffalo, duck, or vegetables like jackfruit or cassava) slowly cooked in coconut milk, spices and sometimes kerisik (toasted coconut paste) for several hours until almost all the liquid is gone, allowing the meat to absorb the spicy condiments. The cooking process changes from boiling to frying as the liquid evaporates. The slow cooking process allows the meat to absorb all the spices and to become tender. The spices may include ginger, galangal, turmeric leaf, lemon grass and chillies. Chicken or duck rendang also contains tamarind and is usually not cooked for as long as beef rendang

There are two kinds of rendang: dried and wet. Dried rendang can be kept for three to four months, and it is for ceremonial occasions or to honour guests. Wet rendang, also known as kalio, can be found in Minangkabau restaurants, and without refrigeration, it should be consumed within a month.[3]

Rendang is often served with rice, ketupat (Indonesian compressed rice cake), and lemang (glutinous rice barbecued in bamboo tubes) in Indonesia.



Rendang kalau buat saya, dulu…dulu loh… potongan daging kaya semur tapi pedes, itu doang dan biasanya di buat kalau mau Lebaran atau ada acara hajatan.

Rendang yang di buat di keluarga saya masih rendang basah yang masih berkuah, maklum karena kita keluarga jawa yang ngga terlalu spesifik dengan bumbu dan kekentalan, yang penting enak bisa di makan…hehehehe.

Bertemu rendang lagi karena sekarang ini menu wajib di keluarga. Suatu keharusan buat saya untuk bisa membuat rendang kalau ngga mau di PHK jadi mantu ..wkwkwwkkwkw…

Pertama - tama saya pikir halah cetek’lah bikin rendang karena udah terbiasa buat kalau Lebaran, ternyata saudara – saudara, rendang yang asli resep mertuaku ini ribeeeeet banget… jeeeeemmmber kalau orang Betawi bilang.



Dari mulai berbagai bumbu yang masuk, jumlah komposisi bahan…waaalaaaaah…tuluuung, lieur kieu euy… dari mulai berbagai dedaunan, salam , sereh, daun kunyit, dun jeruk, jahe, laos, kunyit, merica, kemiri, pala, cengkeh, kapulaga, adas, kayu manis… wuuuuuuuaaaaaa semua ada. Ini mah kaya mindahin isi tempat bumbu ke wajan…. Kelapa tua , perlu 3 butir, di ambil yang kentalnya, baru yang encernya berikut air kelapanya. Hehehehe ngga kebayang.

Percobaan pertama dengan Supervisornya Kakak Ipar alias Ante, cukup daging setengah kilo saja…, pertama mengaduk..senang – senang, hehehe tapi kok lama – lama jadi pegel ya… dah dua jam nih ngaduk, ini kapan kentelnya, aduuuuuh ngaduk terus… eh ada suara ketok – ketok pintu depan ngobroll deh sama si tamu …..Daaah... apinya lupa di kecilin lagiiii…. lah balik – balik ..gosong….. yahhh terpaksa hari ini menunya rendang bakar.

Si Ayah pas makan cuma nyengir mangut – mangut, ya ngga apa – apa lah, namanya juga pertama masak, maaf ya kalau gagal. Yang penting rendangnya enak walaupun item gosong , rasanya dah pas, pedasnya cukup dan di masak dengan semangat dan cintaaaaah…aiiih. Untuk pembuatan berikutnya rendangnya mulai di campur dengan berbagai tambahan seperti kacang merah, kentang kecil…kentang bukit tinggi loh, potongan singkong goreng kecil – kecil, sampai rebusan telur… di campur hati sapi juga cakepwuiiiih pokok’e seruuuuuu. Termasuk juga orderan khusus rendang kancing lepis…wkwkwkkwkwk.

Seterusnya..sampai kesekian kalinya akhirnya lancar, Alhamdulillah, bahkan sangat lancar, karena seiringnya acara icip – icip rendang daging buatan Ibu Afdal ini, akhirnya setiap Lebaran buka lapak..rekor pada Lebaran 2008, bikin rendang sendiri 11 Kg dalam 2 hari. Alhamdulillah banget dong, walaupun pake plus tukang pijit, koyo cabe, cap kaki tiga, tolak angin, orange water dan kaos kaki. Ternyata umur memang ngga bisa bohong…wkwkwkwkwkwkw….

Saking seringnya bikin rendang untuk urusan bumbu, ngga perlu nakar lagi…. (gaya banget ya) kesannya udah nempel di memori kepala, berapa perbandingannya, udah alami saja… maen cemplung, dan kadang – kadang tergantung mood.

Selain rendang masakan yang pasti sangat nempel di kepala adalah sambal lado hijau , balado jariang, balado campur, gulai Udang besar dengan kacang panjang, Toco si masakan anak Daro, Gulai putih, Sop Padang dan masakan Minang lainnya. Satu yang sampai saat ini saya belum berani membuatnya, Gulai Itiak Lado Hijau... masakan keramat boooo ( boooonya, sambil menirukan logat Novita Angie di Cosmopolitan FM).

Gulai Itiak Lado Hijau di keluarga suami memang sangat terkenal, bisa jadi KEPALA JAMBA kalau di hidangkan, rendangnya musti ngalah dulu… di tambah lagi karena salah satu Etek”, tante suami memang bersuamikan orang Koto Gadang, nagari Suhu para pemasak Gulai Itik. Masakan paling ribet yang pernah saya lihat, bebeknya harus di bakar dulu lalu di gantung di angin – anginkan. Baru bisa di masak, belum bumbu – bumbunya yang amboiiiiiii baaaaaanyaaaaaak booo (lagi bonya biar semangat), mahal di ongkos banget. Dengan bebek satu ekor, bawang merah yang di perlukan 250 gr, bawang putih 100 gr, di tambah cabai hijau ½ kg dan bumbu daun semuanya…….. hijau royo – royo…. Tapi hasil yang di dapat memang luar biasa, super maknyus…. Yaitu seperti biasa mertua lewat pasti di cuekin kalau makan ini, sampe rebutan untuk mendapatkan bagian – bagian bebek yang paling sip.

Balik lagi ke rendang ( Oke Mr. Rendang, you ngga usah sedih gitu, you always be my signature babe…. Ngga usah ”sampik kalang” karena kalah urusan ama si bebek).

Semakin banyaknya rendang rumahan yang marak di pasaran, hati kecil saya juga sudah berkeinginan, bagaimana ya menyalurkan ide saya ini, karena saya pikir ini komoditi bagus untuk di pasarkan dan jelas mengusung budaya kita sendiri. Sedangkan saya hanya punya waktu yang terbatas , karena otomatis semua orderan saya hanya bisa buat di hari libur saya saja. Biarpun emak – emak gini saya kan masih punya angonan jelas di kantor yang tidak bisa saya abaikan, prospeknya jelas dan merupakan saran untuk memantain network saya hehehehehe…

Ternyata nasib baik memang datang pada saat yang tidak di duga, saya musti berterima kasih banyak pada Mas Mark Zukerberg atas idenya membuat FB, sehingga saya akhirnya terhubung kembali dengan salah satu bos saya sekarang, Juragan Nenden Rospiani dan suaminya, Uda Amril. Halooo Bosss…. ^^

Kenapa juga saya mau mengsusung Restu Mande, alasan utamanya adalah semua perizinan sudah lengkap mulai dari Sertifikat Halal, Izin DinKes, Uji Kadaluarsa, Uji Nilai Gizi … Apalagi di tunjang dengan kemasan yang “eye catching” dengan 3 bahasa pula. Kalau soal rasa buat saya tentu Oke, karena kalau ngga Oke, saya ngga mungkin mau memasarkannya, paur isin. Namun saya juga tidak akan memaksakan selera, karena kalau soal selera kembali ke individu masing – masing.

Akhirnya pada pertengahan Oktober 2011, saya mengusung Rendang Restu Mande sebagai Main Signature saya untuk berbisnis kuliner, hahaha, maaf ya julukan Juragan Medenya saya simpen sebentar saja, toh nanti pasti muncul juga pada saat dan waktu yang tepat. Alhamdulillah ternyata supporting saya untuk memulai bisnis ini paling utama datang dari my beloved only, si Ayah tea…. Harus dong, selain ini makanan nenek moyangnya, masa juga dia mau support lapak yang lain.

Dan ternyata support Ayah ngga main – main, di sela waktunya yang sibuk, masih sempet juga si Ayah ketemu Om William Wongso untuk pengenalan Produk, mendampingi istrinya ini untuk interview di detikfood, sampai ikutan Kumpul JS dan berfoto Ria dengan pak Kepala Suku , Pak Bondan Winarno (untuk kesempatan ini saya sangat berterimakasih kepada Dokter Sindhiarta, sang Gupernur Tangerang dan Capt. Gatot Purwoko, Sochonya Umaku) yang dilalah dalam acara yang sama bisa bertemu dengan Pak Andy Noya dan Bu Palupi ( asli yang ini heboh sekali, TOP deh Bunda). Belum lagi untuk bertemu dengan berbagai kalangan kolega, tidak pernah lupa selalu beramunisi leaflet dan Kartu Nama Rendang Padang Restu Mande… terakhir – terakhir sempat pula bertemu dengan dengan Pak Kuwat Subarja, penggagas Kuliner University, terimakasih ya Pak Rully, Telaga Seafood atas undangannya.

Tidak pernah menyangka, berkenalan dengan rendang membuat saya jadi “terjerumus enak” akan bisnis ini, atau karena saya dan Boss Rospiani bernasib sama, di jajah orang Minang…wkwkwkwkwk. Yang pasti dalam dua bulan ini wawasan kuliner semakin bertambah, silaturahmi makain panjang dan Insya Allah ada penambahan pemasukan… (Sssssttttttt, lumayan juga buat nambah – nambah beli KS hihihihihi…). Atau karena hoki si ayah juga kali ya…wkwkwkwk…. Bisa jadi kalau bersuamikan orang Menado saya jualannya Klappertaart atau Panada, bersuamikan orang Sunda, saya akan mengembangkan Masakan serba Pepes, atau punya suami orang Palembang jualannya Mpek – Mpek….

Mungkin kata orang , cita-cita saya terlalu muluk – muluk, padahal saya hanya ingin RENDANG sebagai kuliner asli dari Indonesia, bisa juga mendunia.. jangan salah loh, Pak William Wongso saja sudah memulainya dengan membuat Rendang dari Wagyu dan di nikmati dengan Wine. Bahkan beliau menyajikannya dengan Roti Prancis. Sayang bila kuliner asli negeri ini tidak dilestarikan, saya khawatir dalam puluhan tahun ke depan, banyak orang yang tidak mengenal makanan asli negerinya karena di bombardir makanan dari luar. Tidak ada salahnya memang mencoba makanan dari negeri orang, hanya sangat di sayangkan bila kita tidak bisa merasakan nikmatnya makanan dari tanah sendiri yang tidak kalah eksotisnya dengan makanan dari manca negara.

(Pengen tahu juga dong kalau Gordon Ramsay, Jamie Oliver, Claus Meyer ataupun Curtis Stone masak Rendang..hehehe... pasti seru..... mimpiiiiiiiii ngga siiiih kalau nanti rendang masuk di menunya French Laundry atau Noma...wkwkwkwkwkw ....)



In 2011 an online poll by 35,000 people held by CNN International chose Rendang as the number one dish of their 'World’s 50 Most Delicious Foods' list.[6]

dikutip dari :
http://www.facebook.com/notes/rerie-arimia-marda/rendang/#!/notes/rerie-arimia-marda/rendang/10150535215289104

Randang Padang Restu Mande
www.restumande.com
021-5379461

Rerie Arimia Marda


3 comments:

  1. kirain tulisannya paksindhi.. eh kopas toh.. emang bumbu rendang ribet.. ku kalu bikin rendang sekarang ga pake takaran deh.. semua bumbu masuk.. udah enak.. dan kalu emang gosong.. ku ubek2 aja jadi nasigoreng..

    ReplyDelete
  2. Bukan saya atuh hehe - mana ngerti masak2 apalagi rendang yg begitu ribet ternyata bikinnya. Itu tulisan bu Rerie - teman Jalansutra.

    ReplyDelete
  3. rendang uennakkk, sayang tak sehat kalo sering sering..he.he.h.e

    ReplyDelete