Tuesday, December 20, 2011

FengHuang - " One of The Two Most Beautiful Towns in the whole China"





Pagi masih berkabut waktu kami meninggalkan kota ZhangJiaJie, sengaja berangkat
sepagi mungkin karena perjalanan lumayan jauh. Diperkirakan menjelang sore baru
akan tiba di FengHuang - sebuah kota kabupaten yang walau masih berada didalam
propinsi Hunan, tapi sudah mendekati perbatasan dengan propinsi GuiZhou.
Kota tua berusia hampir seribu tahun ini dikelilingi pegunungan, didalamnya terdapat
sekitar 300 rumah kayu kuno, 20 jalan kecil serta 10 gang yang beralaskan batu,
kelenteng tua, benteng kota dan town gate, serta rainbow bridge.
Inilah " one of the two most beautiful towns in the whole China" (kota satunya lagi
adalah kota tua ChangTing di propinsi FuJian).

Kata FengHuang rupanya merujuk pada nama burung yang ada dalam mitologi China,
di western disebutnya Phoenix, dikalangan Tionghoa di Indonesia disebut burung Hong.
Dimasa lampau dipercaya ada jenis jantan yang disebut Feng dan betina disebut Huang,
tapi belakangan diyakini FengHuang itu jenisnya betina. Burung ini sering dipasangkan
dengan Naga (yang memiliki konotasi jantan) sebagai metafora Yin-Yang.
Konon pernah datang burung cantik berekor panjang itu, yang warna ekornya merah -
biru - kuning - putih dan hitam, sehingga dinamailah wilayah itu FengHuang.

Setiba dikota FengHuang, kami berjalan kaki menuju bagian kota tua, persis sebelum
memasuki kawasan itu, tampak sebuah patung burung Hong besar yang seakan siap
mau terbang, sayang terbuat dari perunggu sehingga warna ekornya yang warna warni
tidak tampak.
Memasuki kawasan kota kuno, kami menapaki jalan kecil beralaskan pasangan batu
yang sampai licin diinjak begitu banyak orang selama ratusan tahun.
Kiri kanan jalan berjejer rapat rumah kuno terbuat dari kayu yang kini banyak sudah
menjadi toko yang menjual aneka makanan kecil, cindera mata, perhiasan/pernak-
pernik dari silver, baju2 buatan tangan dll.
Uniknya banyak rumah bagian atapnya berbentuk segitiga/nok, dengan ujungnya
berbentuk kepala burung Hong atau Naga.

Sekian lama menelusuri jalan sambil sesekali mampir ke toko sampailah kami ke
dinding tembok kota yang kabarnya panjangnya sampai dua kilometer.
Benteng kota itu tingginya 5,7 meter dan tebal nya pun tidak tanggung-tanggung
sampai 3,7 meter.
Rupanya dijaman dulu penduduk asli wilayah ini yaitu etnis Miao sering berontak,
sehingga dibuatlah Great Wall itu oleh pemerintah dynasti Ming.
Sekitar tahun 1800-an suku Miao ditindas dan dibantai sehingga berserak sampai
masuk ke wilayah South East Asia - disana dikenal sebagai suku Hmong.
Tetapi kini di FengHuang suku Miao hidup damai dengan suku Han, dan masih
menjadi penduduk terbanyak diwilayah ini.
Memang terlihat banyak wanita tua suku Miao yang berpakaian warna biru dengan
dengan tutup kepala yang atraktif sekali mirip gentong.

Begitu kami melintasi gerbang sebuah tembok kota, tampaklah sungai TouJiang
yang tidak begitu lebar, tapi pemandangan kedepan sangat menarik.
Tampak deretan rumah kuno dari kayu yang bertingkat , bersusun-susun sepanjang
tepian sungai. Uniknya lagi ada jembatan untuk menyebrang, tapi terbuat dari
tonggak2 batu, mudah sih menyebranginya tapi salah langkah bisa kecebur.
Sungai yang membelah kota kuno ini menjadi urat nadi kehidupan kota, terlihat
masih ada penduduk yang mencuci pakaian disitu, menjaring ikan, dan mendayung
perahu membawa turis menikmati suasana.

Di kota tua inilah terjadi harmony antara manusia - pegunungan - air dan kota,
ditambah begitu warna warninya kebudayaan dan adat istiadat setempat, sehingga
FengHuang dijuluki The Chinese Most Beautiful Town, alasannya :
1. one of the top ten tourism destination
2. national best liveable county
3. chinese green county
4. 4-A grade scenic spot
5. one of the most favored tourism counties in china.

Menjelang sore, kami menuju keluar kawasan kuno itu dengan perlahan-lahan,
menelusuri jalan beralas batu hampar kuno yang sudah licin diasah sepatu orang
yang lalu lalang, sempat di gerbang kota kuno yang lain kami lihat ada sekelompok
anak muda dengan busana keren masa kini asyik berkaraoke dan bergaya.

Manusianya boleh berubah tapi kota tua tetap setia dengan keasliannya.

15 comments:

  1. waduuhh... harus satu2 bgini mah....

    jembatan k sebrangnya seperti ini semua oom?

    ReplyDelete
  2. Saya lupa persisnya, mungkin iya - karena sepanjang jalan
    banyak sekali toko2 jual aneka makanan jajanan

    ReplyDelete
  3. disekitar situ ada beberapa jembatn kecil gini, ada juga
    yang bentuknya nggak cuma tonggak2 gitu,
    dikejauhan kelihatan rainbow bridge yang besar.



    ReplyDelete
  4. kalo pas disana vertigo kambuh sih kecebur dah,
    apalagi kalau udah nyampenya rada ketengah - mau
    balik juga tanggung dan banyak orang,
    saya kepalang kepengen motret dari tengah2 sungai,
    jadi walau "nggak pengalaman" nyebrang jembatan
    model kayak gitu dijalanin juga dah hehe

    ReplyDelete
  5. keliatannya kayak semacam ketam/kepiting -
    pastinya bukan dari laut krn pantai ribuan km jauhnya,
    kami nggak ada yang beli Han, ngeri juga makan sembarangan

    ReplyDelete
  6. bikin ngiler aja kisah perjalanannya pak Sin ..

    ReplyDelete
  7. dr. Sin, sempet cobain bacon Feng Huang? Sangat terkenal dan enaaakkk banget rasanya. Wanginya harum menggoda dan bikin ketagihan :)

    ReplyDelete
  8. Kalo tour biasa yg dari indonesia pergi ke Fenghuang ini ga ya (misalnya yg zhangjiaje kayanya gak mampir sini ya) ?

    ReplyDelete
  9. bu Ratna, memang kami bikin rute sengaja kesana, coba tanya tour2 yang sering ke China seperti DwiDaya - barangkali bikin juga, karena itu juga obyek wisata yang banyak diminati turis

    ReplyDelete