Wednesday, April 20, 2005

Turun ke dasar Kawah Ratu Gunung Tangkuban Perahu

 

 

 

Beberapa waktu lalu aktivitas Gn.Tangkuban Perahu meningkat,

sehingga tertutup untuk umum karena dikhawatirkan keluarnya

gas2 berbahaya dari berbagai kawah yang ada disana.

 

Tentu banyak yang sudah pernah mengunjungi tempat puncak

gunung yang cantik ini, dan dari ketinggian melihat kearah

Kawah Ratu, atau Kawah Upas.

 

Sekitar tahun 1970, saya dengan beberapa teman datang ke

Tangkuban Perahu tidak pada hari Minggu/Libur sehingga saat

disana sepi sekali tidak banyak pengunjung - maka timbullah

keisengan kami untuk coba-coba turun kedalam Kawah Ratu.

Kami sebenarnya juga tahu bahwa dilarang turun ke kawah,

tapi tengok tengok yang berhak melarang kaga ada -

maklum lagi sepi.

 

Lalu kami berjalan sedikit kearah kawah Upas, saat terlihat ada

celah dibibir kawah dan disitu dinding kawah tidak begitu terjal,

maka kami mulai mencoba menuruni dinding kawah itu.

Memang agak sukar, tapi dengan pelan pelan akhirnya sampai

juga ke dasar Kawah Ratu itu.

 

Sekarang kami berdiri diatas tanah yang datar dan luas seakan

lapangan bola, dikelilingi dinding yang tinggi sekali - dibeberapa

tempat dari dinding itu ada kepulan asap yang keluar dengan

mendesis - kami tidak berani terlalu mendekati sumber asap itu

karena dari jauh baunya juga sudah tercium menyengat.

 

Di lapangan itu ada lubang kawah cukup besar berisi air yang

terlihat mendidih dan mengepulkan asap, tentu kami juga tidak

berani dekat-dekat pinggirnya, kalau kepeleset masuk bisa mateng.

 

Lalu timbullah suatu ide - membuat susunan batu membentuk nama

kami yang nantinya bisa dilihat dari atas.

Kami mengumpulkan batu-batu yang besar dan menyusunnya di

lapangan  membentuk tulisan sebesar mungkin.

 

Saat akan naik baru terfikir, wah kayaknya sulit juga nih -

saat turun sih enak tapi kalau naik selain harus mencari jalan yang

tidak terlalu curam juga harus ada pegangan - padahal tanahnya

agak gembur.

Kalo jalan naiknya putus, bisa-bisa  nginep didasar kawah,he3.

 

Sesampai diatas, ternyata tulisan didasar kawah tadi yang rasanya

sudah dibuat begitu besarnya - sulit dicari,

dari atas kelihatannya hanya sebesar kutu saja.

 

Belakangan saat kesana lagi, disana sini terpampang papan larangan

menuruni kawah, karena kerap keluar gas2 berbahaya didasar kawah.

 

3 comments:

  1. pak Sindhi, turun nggak selalu enak IMO, karena beban utk dengkul lebih besar, selalu terasa letih di sekitar dengkul. kalau naik memang energi yg diperlukan lebih besar, tapi seluruh badan ikut bekerja...

    ReplyDelete
  2. Wuih..... kayaknya seru ya turun kebawah. Idenya buat bikin nama juga seru tuh. Sempet difoto gak?

    ReplyDelete