Saturday, April 30, 2005

Atap Dunia - Tibet : Mengunjungi Istana Potala.


 


Hari kedua di Lhasa :


 


Tempat yang pertama dikunjungi tentu Istana Potala -  
tempat eksotis inilah yang menarik kami untuk datang ke Tibet .
Istana yang dulu milik Dalai Lama ini, berada di tengah kota Lhasa,
dibangun diatas sebuah bukit ( yang sangat jarang ada disana), dan
didepan istana itu ada sebuah lapangan yang luas.


Istana Potala bentuknya anggun, seakan sebuah benteng diatas bukit,
bagian bawahnya berwarna putih dipadu warna merah - coklat di
bagian atasnya.
Bagian istana yang berwarna putih itu bukan bagian religius dari istana,
tetapi merupakan bagian pendukung istana dimana ada dapur, perumahan
dan lain2.
Sedangkan bangunan bagian atas istana yang berwarna coklat adalah
bagian suci  istana dimana terdapat ruangan2 tempat patung dewa2 dan
kitab suci disimpan - termasuk ruangan audiensi dimana ada singgasana
Dalai Lama yang terkenal itu, dan tentunya tempat tinggal Dalai Lama
sendiri.
Istana Potala ini merupakan istana musim dingin, istana musim panasnya
yang juga ada di kota Lhasa , dinamakan Norbulingka - yang juga masuk
dalam rencana tempat yang akan kami kunjungi.


Memasuki komplek Potala itu, rupanya turis asing mendapat perlakuan
istimewa, kalau wisatawan lokal harus berjalan kaki mulai dari arah depan
istana, yaitu dari bagian benteng yang paling bawah kemudian harus naik
tangga mendaki bagian2  istana yang lumayan tinggi ber- tingkat2 itu,
sedangkan kami boleh naik bus yang mendaki bagian samping kanan istana
sampai dipertengahan tinggi benteng itu.
Disitu kami harus turun dari bus, diteruskan berjalan kaki mendaki jalan
yang ada dibagian luar benteng menuju kebagian belakang istana - 
dimana ada sebuah pintu, yang rupanya pintu belakang istana.


Sebelum memasuki istana kami dipesan untuk mempersiapkan diri dulu
antara lain agar mentaati berbagai larangan misalnya memotret, apalagi
shooting video.
Melanggar larangan itu akan dikenai denda besar :
90 yuan kalau ketahuan mengambil foto dibagian istana yang terlarang
dan untuk video dendanya sampai sebesar 900 yuan,
dan tentu saja fotonya disita.


Juga kami dianjurkan ke Toilet dulu karena didalam istana tidak ada.
Maka kami memasuki Toilet yang rupanya seperti kebanyakan WC umum
di Cina :  tidak tersedia air.
Hebatnya melalui lubang toiletnya kita bisa melihat dasar jurang nun  jauh
dibawah - maklum saja WC itu dibuat  menjorok di tebing bukit curam
yang lumayan juga tingginya.
Lubang WC itu hanya berupa lubang yang dibuat dilantai semen, dengan
ukuran lebarnya sejengkal dan panjangnya  50 cm .
Jadi apa yang kita buang melalui lubang WC itu akan langsung terjun bebas
menuju kaki bentengan ini; tapi tentu aman-aman saja karena lokasi WC itu
tidak dibagian depan benteng yang banyak orang lalu-lalang .


Kami mulai memasuki pintu belakang yang sempit, dan mulailah perjalanan
sepanjang lorong sempit yang sedikit penerangan, belok kiri-kanan dan terus
mendaki,  masuk keluar berbagai ruangan dari bagian istana yang dari luar
terlihat berwarna coklat .
Ruangan2 itu juga tidak terlalu luas, didominasi warna merah-coklat-kuning,
dibeberapa tempat kami harus agak berdesakan karena banyak pengunjung
yang kelihatannya penduduk  setempat yang datang untuk bersembahyang.


Dalam ruangan2 itu banyak terdapat ber-macam2 patung Budha, Kwan Im,
berbagai Dalai Lama ( kecuali yang terakhir/yang hidup di pengasingan ),
dan banyak sekali kitab suci yang kelihatan sudah kuno/lusuh sekali.
Disatu ruangan tampak kitab2 suci ditaruh berderet disepanjang dinding
bagian atas,  kita bisa berjalan dibawahnya, katanya siapa yang berjalan
sambil agak merunduk dibawahnya akan mendapat Hokkie.
Beberapa teman termasuk teman Surabaya itu terlihat sangat khusuk ber-
sembahyang diberbagai ruangan itu dengan menggunakan hio ukuran besar2.


Kami dipesan untuk tidak  lepas dari rombongan karena istana luas sekali,
banyak sekali lorong-lorong dan ruangan, yang memang membingungkan
karena terlalu banyak arahnya apalagi saat itu cukup banyak pengunjung.


Akhirnya kami memasuki satu ruangan agak luas, tapi penerangannya tetap
kurang terang, disitu terlihat banyak tempat duduk berupa deretan bangku
pendek yang dilapisi kain  warna kemerahan.
Dan didepan deretan bangku itulah terletak singgasana Dalai Lama !!


Walaupun niat kami berfoto didepan singgasana begitu menggebu, tapi
tidak mungkin kami berani curi2 ambil foto.
Selain banyak CCTV (closed circuit TV)  yang memonitor setiap ruangan, 
juga banyak Lama yang bertugas mengawasi setiap pengunjung.
Tiba-tiba saya lihat teman Surabaya kami, mengeluarkan dari tasnya
berbagai macam barang antara lain Sabun - Sikat Gigi, ( rupanya diambilnya
dari kamar hotel) dan beberapa buah celana pendek putih yang masih baru.


Sempat saya keheranan - mau diapain barang2 itu, ternyata diberikannya
kepada beberapa orang Lama yang bertugas menjaga di ruangan itu.
Mereka terlihat girang sekali, dan surprise !! - mendadak kami
diperbolehkannya berfoto disana, dengan satu syarat :
memakai satu buah kamera saja.
Tanpa pikir panjang lagi segera kami mejeng bergantian berpose didepan
singgasana Dalai Lama itu, kesempatan langka ini sayang kalau dilewatkan.


Sampai sekarang saya masih bingung, koq bisa2nya teman Surabaya ini
mempunyai kiat yang begitu jitu - pantas saja dagangnya maju.


Setelah ruangan audiensi itu, barulah kami keluar dari ruangan2 yang gelap
dan mencapai bagian puncak istana Potala.
.
Bagian atap dari puncak istana itu lantainya terbuat dari semacam tanah liat putih
yang dipadatkan dengan cara ditumbuk2 memakai semacam batu bulat tipis yang diberi tangkai sebuah tongkat panjang.
Asyik juga menyaksikan wanita2 Tibet  yang sedang bekerja  me-numbuk2
lantai sambil bernyanyi bersama - semua itu boleh kami rekam dengan
foto/video camera karena atap istana itu bukan daerah yang suci.


Pemandangan dari atap istana ke seluruh kota Lhasa lapang  sekali
karena hanya lokasi istana inilah yang berupa bukit.
Sejauh mata memandang sampai kekaki pegunungan yang cukup jauh
hanyalah dataran saja - terasa aneh ditempat begini tinggi ada plateau
yang begitu luas dan panjangnya sampai puluhan kilometer .


Saya sempat mengira bisa melihat  Mt.Everest dari lokasi itu , tapi ternyata
puncak tertinggi didunia tersebut masih berjarak 600 kilometer dari Lhasa.


Setelah puas berfoto dipuncak istana, mulailah jalan lagi mengarah  keluar
istana, perjalanan santai karena berjalan menurun, dan tidak lagi keluar -
masuk ruangan2 yang agak gelap tadi,  tapi melalui ruangan besar2 yang
dari luar terlihat berwarna putih yang digunakan untuk tempat tinggal para
Lama , dapur dan lain2.
Akhirnya keluar dari komplek istana, menuruni tangga luas menuju bus
kami  yang sudah menunggu dikaki istana Potala.


foto2 bisa dilihat di :


http://smulya.multiply.com/photos/album/16


 


bersambung bagian ketiga : Mengunjungi berbagai Monastery di Lhasa.


 

10 comments:

  1. Jadi inget sama petualangan Tintin di Tibet :D
    Hmmm...kapan ya saya bisa dapat kesempatan emas seperti bapak ?

    ReplyDelete

  2. hi,

    lho Tintin ada cerita ke Tibet ?

    saya senang juga baca cerita Tintin itu,

    kalo ke Tibet ini, saya terdorong kesana karena
    nonton film 7 years in Tibet itu.
    juga membaca cerita2 perjalanan Prof HOK Tanzil

    dulu saya juga engga ngimpi bisa sampai kesana,
    jadi semoga anda juga suatu hari berkesempatankesana
    salam

    sm

    ReplyDelete
  3. Dok, boleh juga tuh kiat biar bisa ambil foto di istana dalai lama...hehehe...cuma modal sikat gigi dll. wowww....jalan2 di tibet, kayaknya eksotis banget ya??

    ReplyDelete

  4. iya ,
    setelah nontonfil : 7 years in Tibet , itulah saya jadi
    kepengen kesana.
    belakangan ada dua teman Jalansutra juga kesana,
    malah bu Ole sendirian sampai ke tempat2 terpencil
    setinggi 4000-an meter, hebat dia - berani banget

    salam
    sm

    ReplyDelete
  5. Hahaha, saya terbalik malah. Saya tipe yang terlalu mematuhi peraturan. Kalo di satu tempat dibilang, gak boleh moto, saya biasanya malas melanggar. Karena toh biasanya ada alasan khusus, yang mungkin saya sebagai pengunjung gak perlu tau. Misalnya di tempat suci, mungkin sebagi tanda penghormatan, atau di museum supaya flash tidak merusak lukisan. Lagian saya malas dipelototi penjaga. Makanya sampe sekarang saya kerja aja sama orang yah, bukan buka bisnis sendiri, hahahaha :))

    ReplyDelete
  6. Pak, TFS yah, saya rencana ke sini taun dpn. sdh dpt tiket untuk ke chengdunya. tinggal pesen tour untuk ke tibet :)

    ReplyDelete
  7. Pastikan anda punya pas masuk Tibet selain visa China. Dari Chengdu ? -nanti sesaat sebelum landing pswt akan terbang diatas hamparan puncak salju Himalaya - cantik sekali, usahakan dapat window seat. Pesawat akan landing seakan di dalam koridor - diantara dua deretan lereng gunung. Ke Lhasa msh jauh dan saksikan di ketinggian hampir 3000 mtr itu nyaris tidak ketemu tanjakan/turunan pdhal berkendara hpr 100 km. Disebelah jalanan ada anak sungai Brahmaputra yg nantinya mengalir jauh sekali ke Samudra Hindia.

    ReplyDelete
  8. Iya, Pak dr chengdu. kebetulan dpt tiket promo air asia kemarin KL Chengdu PP 850rb.
    rencananya Chengdu Lhasa naik kereta,skalian aklimatisasi dan pengen nyobain kereta juga :D . Lhasa Chengdunya baru naik pesawat untuk maksimalin waktu di Tibetnya
    Iya, baca ceritanya, jadi ga sabar. masih 10 bulan lagi. wkt itu bulan apa perginya pak? sampai ke everest basecamp?

    ReplyDelete
  9. Waktu summer. Aklimatisasi penting, setiba disana kami lgsng hrs masuk hotel. Keluhan deg2an kalo jalan cepat, sakit kepala, mimisan dll. Tp ga pa2 - mertua sy aja kuat koq. Everest msh jauh tuh. Kenal bu Ole? Dia pernah sendirian ke Tibet dan kesana kemari. Gini dah kirim email ke smulya@gmail.com nanti sy forwardkan ke bu Ole. Dia lama juga di Tibet. Sy cuma beberapa malam dan di Lhasa saja.

    ReplyDelete
  10. wahh sip2, thanks bgt pak :). aku krm yah

    ReplyDelete