Saturday, May 3, 2008

SpeakUp : Utarakan Pendapat Anda .

 

Siloam Hospitals Lippo Karawaci, Sabtu 3 Mei 2008 :

Pagi hari, saya sedang menunggu giliran dipanggil masuk
ke ruang praktek Dr.Hanna, lima hari sebelumnya tahi lalat
yang tumbuh cepat di alis mata kiri saya diangkat oleh
dokter ahli penyakit kulit ini.
Karena tumbuhnya ini untuk kedua kalinya maka tentu
perlu diperiksa PA - untuk mengetahui jenis sel-nya,
mudah2an bukan sel yang ganas.

Jadi pagi hari ini rencananya, angkat jahitan dan membaca
laporan hasil PA itu.
Giliran saya masih dibelakang dua orang lagi, iseng2 lihat
brosur2 yang di display, salah satu menarik perhatian saya
karena judulnya : Utarakan Pendapat Anda - SpeakUp.
Membacanya, ternyata tentang hal yang perlu diketahui
oleh pasien yaitu hak2nya dan hal lain yang juga penting
yaitu himbauan agar pasien mau berpartisipasi aktif ikut
dalam upaya penyembuhan.

Dr.Andry - CEO Siloam Hospital Lippo Karawaci, via SMS
memberi ijin kepada saya untuk memposting isi brosur
yang bagus mencerahkan itu,  dibawah ini :

Utarakan Pendapat Anda.
SpeakUp
Untuk mendapatkan perawatan terbaik serta mencegah
terjadinya kekeliruan dalam tindakan penanganan kesehatan,
pasien dianjurkan untuk :

Utarakan Pendapat/Speak Up.

1.S aran kami, utarakan pendapat bila ada pertanyaan atau
      kekhawatiran yang anda rasakan, dan jika anda tidak
      mengerti, tanyakan kembali, karena anda berhak
      mengetahui kondisi kesehatan Anda, yaitu :

   + Jangan sungkan bertanya mengenai apa yang anda rasakan
      kepada dokter anda, perawat atau tenaga medis lainnya.
   + Jangan sungkan bertanya mengenai resiko tindakan yang
      akan anda hadapi.
   + Jangan sungkan bertanya tentang rencana pengobatan anda.
   + Pastikan tidak terjadi kekeliruan dengan pasien lain.

2.P erhatikan baik-baik tindakan medis yang dilakukan pada
      diri anda. Pastikan anda memperoleh penanganan dan
      tindakan medis yang benar dan dilakukan oleh tenaga
      medis profesional.
   + Katakan pada perawat atau dokter bila ada sesuatu yang
      kelihatannya tidak tepat.
   + Semua Staff Rumah Sakit memakai tanda pengenal.
   + Prosedur cuci tangan sangat dianjurkan karena merupakan
      cara yang paling ampuh untuk mencegah penyebaran infeksi.
   + Diharapkan anda mengetahui waktu pemberian obat, bila
      belum diberi anda dapat menanyakan pada perawat.
   + Untuk proses pengecekan, perawat atau dokter akan
      memeriksa identitas anda, melalui gelang identitas, atau
      mereka akan menanyakan nama anda sebelum mereka
      memberikan obat atau melakukan tindakan medis.

3.E valuasi mengenai diagnosis penyakit anda, termasuk tes
      medis yang akan anda jalani, serta rencana tindakan
      medis yang akan dilakukan dapat anda tanyakan pada
      dokter anda.
   + Anda berhak mengetahui kualifikasi dokter anda.
   + Informasi mengenai penyakit anda dapat diperoleh antara
      laindari dokter anda, perpustakaan atau dari internet.
   + Tanyakan pada dokter anda apakah memiliki informasi
      tertulis yang bisa anda peroleh.
   + Baca semua formulir medis dengan teliti dan pastikan anda
      memahami isinya sebelum anda menandatangani apapun.
      Bila anda tidak mengerti, minta dokter atau perawat untuk
      menjelaskannya.
   + Bila dalam proses perawatan anda dirumah menggunakan
      peralatan medis, pastikan anda dapat mengoperasikan
      peralatan tersebut.

4.A nggota keluarga atau kawan yang anda percayai dapat
      menjadi pendamping anda.
   + Minta saudara atau kawan anda untuk dapat membantu
      saat anda dirawat inap.
   + Pendamping anda dapat membantu pada saat anda tidak
      mampu melakukan kegiatan tersendiri.
   + Pastikan saudara atau kawan anda mengerti tentang jenis
      perawatan yang anda butuhkan saat anda keluar dari
      rumah sakit.
  
5.K ekeliruan dalam pemberian obat merupakan kesalahan
      yang dapat terjadi dalam tindakan medis. Oleh karena itu
      pahami obat-obatan apa yang anda minum atau mengapa
      anda memakainya.
   + Tanyakan tentang kegunaan obat-obatan yang diberikan
      kepada anda dan informasi efek samping dari obat tersebut.
   + Teliti kembali apakah obat yang diberikan itu betul untuk anda.
   + Apabila anda di-infus, tanyakan kepada perawat berapa lama
      waktu yang dibutuhkan sampai cairannya habis, katakan
      kepada perawat apabila cairan infus kelihatannya tidak
      menetes secara benar.
   + Utarakan pada dokter atau perawat anda mengenai allergi
      yang anda miliki, atau reaksi negatif yang anda rasakan
      terhadap obat-obatan yang pernah anda minum sebelumnya.
   + Pastikan anda bisa membaca tulisan di resep yang dituliskan
      dokter anda. Apabila anda tidak dapat membacanya,
      apoteker mungkin tidak bisa membacanya juga.

6.U ntuk itu perlu dipahami bahwa anda sesungguhnya yang
      menjadi fokus utama dalam tim perawatan medis.
   + Andalah orang yang paling penting di dalam semua upaya
      penyembuhan sakit anda, bukan dokter atau spesialis anda.
   + Kesehatan anda yang menjadi perhatian utama saat staf medis
      merawat anda, bukan kesehatan pasien lain.
   + Anda berhak mendapatkan semua bentuk perhatian dan waktu
      yang anda butuhkan untuk pemulihan kesehatan anda.
   + Staf medis harus menjelaskan semua informasi yang anda
      butuhkan dengan menggunakan kata-kata yang anda mengerti,
      termasuk minta bantuan interpreter bisa anda membutuhkannya.
   + Anda dapat meminta bantuan untuk menjelaskan mengenai
      petunjuk pemakaian obat serta instruksi pemeriksaan lainnya
      bila anda kurang mengerti.

7.P engobatan anda tentu saja memerlukan keterlibatan anda
      dalam mengambil semua keputusan.
   + Anda berhak mengetahui siapa yang akan merawat anda,
      tindakan medis yang akan dilakukan, atau bagaimana reaksi
      yang akan anda rasakan.
   + Tanyakan pada dokter, jenis tes atau obat apa yang anda dapat.
   + Simpan resume catatan medis anda dari proses rawat inap
      sebelumnya dan beritahukan kepada tim medis yang merawat anda.
      Informasi semacam ini akan membantu mereka lebih memahami
      riwayat kondisi kesehatan anda.
   + Anda dapat meminta keterangan lebih lanjut mengenai kondisi
      penyakit anda.
   + Anda dapat menghubungi orang-orang yang pernah menjalankan
      tindakan medis seperti anda agar anda dapat menyiapkan diri
      jauh-jauh hari sebelumnya saat pengobatan tiba. Mereka juga
      bisa menceritakan apa yang akan terjadi.

8. Setiap orang memiliki peran dalam mengupayakan agar perawatan
    medis berjalan aman - termasuk dokter, manajemen Rumah Sakit,
    perawat, tenaga medis dan pekerja sosial.
    Siloam Hospitals - Lippo Karawaci mengupayakan agar keselamatan
    dalam perawatan kesehatan dijadikan prioritas.
    Anda sebagai pasien, bisa juga memainkan peran vital dalam
    memastikan agar tindakan medis yang anda jalani aman bagi diri anda
    dengan cara berpartisipasi aktif, ikut terlibat serta tidak perlu merasa
    segan untuk meminta informasi dari tim medis yag merawat anda.

Akhirnya tiba giliran saya dipanggil masuk ruang praktek,
Dr.Hanna dengan trampil membuka jahitan, penyembuhan lukanya
sempurna, sehingga saya tidak perlu lagi pakai plaster.

Saat datang hasil PA, dengan dag dig dug saya mendengarkan
Dr. Hanna membacanya, ternyata sodara sodara hasilnya adalah :
Verruca Vulgaris alias tahi lalat biasa yang tidak ganas.
Merdekaaaa !!

29 comments:

  1. tengkiu,
    soalnya tumbuhnya disitu lagi,
    dan sempat berdarah lagi - jadi serem
    maka buru2 ke dokter kulit

    ReplyDelete
  2. Shukur lah dok, turut senang mendengarnya. tapi sudah di pastikan tidak tumbuh lagi kan.

    ReplyDelete
  3. kalo nggak tumbuh lagi, belum tentu,

    yang penting selnya bukan sel ganas,
    kalau saja itu sel yg ganas maka mesti
    dioperasi lagi - dikerok lebih luas agar
    semua sel2 ganas terangkat.

    ReplyDelete
  4. lega Dok ternyata bukan sel yg ganas ya, syukurlah...
    btw..kalo periksa ke dokter, suka susah minta penjelasan tentang penyakit yg diderita, pengalaman terakhir bawa mama cek paru2.
    Dokternya bete saya banyak nanya dan ingin tau lebih detail ttg problem mama saya..:(

    ReplyDelete
  5. waktu saya minta ijin memposting brosur ini ke
    Dr.Andry - CEO nya RS Siloam Lippo Karawaci itu,
    sms jawabannya berbunyi:
    silahkan, mudah2an dapat diikuti oleh RS yang lain.

    ReplyDelete
  6. iya, pernah baca tuh di Siloam.. bagus ya..

    ReplyDelete
  7. alhamdulillah...sehat terus pak!
    trims for speak up..:D

    ReplyDelete
  8. Good to hear that Dok, congratulation with your good health.
    Have a nice sunny Sunday

    ReplyDelete
  9. TFS. Syukurlah tahi lalatnya nggak ganas Pak Sind:)

    ReplyDelete
  10. Pak dr Sindhiarta, terima kasih utk urun info nya. Saya juga ikut senang ternyata bukan sesuatu yg berbahaya utk kesehatan tai lalat nya.

    Ttg SPEAKUP:
    Mudah mudahan selain pasien terdidik lewat sosialisasi spt program SPEAK UP, para tenaga medis juga memberikan bagiannya (memainkan perannya) sebagai implementasi walk the talk.

    Itu harapan saya.

    Cerita horror tentang perlakuan thdp pasien udah cukup banyak ga usah dielaborasi lagi disini, dan spt dikatakan kebanyakan orang masih memandang bahwa sakit itu = luxury.

    Perlakuan bermartabat itu yang sering kali masih jadi barang langka terutama kalau pasien miskin.

    Have a great week ahead pak S.
    th

    ReplyDelete
  11. Lega mendengar penyakit yang kadang-kadang kita sudah takut duluan, ternyata tidak membahayakan. Kadang-kadang kita malah memilih untuk tidak memeriksakan penyakit kita agar kita tidak menjadi lebih takut. padahal itu salah.
    Oh yaa. Tentang Speak-up. Saya jadi tertarik untuk speak-up juga.Selama ini saya dan keluarga juga menjadi pelanggan RS Siloam. Dan kita cukup puas atas segala pelayanannya. Tapi mungkin yang perlu ditambahkan. Adalah informasi tentang pembiayaan selama sakit/perawatan. Saya kira informasi itu juga perlu diberikan ke Pasien. Sehat selalu ya Dok.

    ReplyDelete
  12. Pa Sindhi, makasih infonya dan senang mendengar bahwa ternyata tahi lalatnya tidak ganas. RS disekitar Puri Indah juga bertambah banyak dan akan berdiri lagi yang lebih mewah di St Moritz, semoga menumbuhkan kompetisi sehat sehingga terjadi peningkatan kualitas pelayanan terhadap pasien. Tapi jalan raya Puri Indah berpotensi cenderung makin macet dimasa yad. Salam .

    ReplyDelete
  13. he..he..he..seorang dokter bisa 'tegang' juga ya menanti vonis sesama dokter yang merawatnya....yang penting harus optimis pak, jangan mikir yang nakut2in dulu deh, supaya tetap semangat.
    salam,
    Umbas

    ReplyDelete
  14. Pak Dok, syukur, deh engak kenapa-kenapa.

    Saya juga baru dari rumah sakit internasional di kota saya dan bikin surprise, dokternya mau belajar dari saya mengenai terapi obat yang pernah saya dapatkan.

    Makin banyak rumah sakit bagus, makin banyak uga pasien punya pilihan.

    Ntar, deh artikel SPEAK UP-nya mau saya info..

    ReplyDelete
  15. Dok, syukur deh, ternyata hanya tahi lalat biasa.

    Soal speak up, problemnya, kalau dokternya ngetop dan banyak pasien yg ngantri, biasanya buru2 sehingga kita ngga bisa tanya sampai jelas. Tapi kalau dokternya berlama2 dengan setiap pasien, kita yg lagi ngantri di luar bete juga. Yah, semoga makin banyak RS dan dokter bagus sehingga pasien tidak terkonsentrasi di segelintir dokter saja.

    ReplyDelete
  16. Ikut senang mendengar hasilnya, Pak. Btw, semoga RS lain meniru cara menjadikan RS-nya 'ramah pasien', termasuk RS-RS yang bekerjasama dengan perusahaan tertentu dalam hal pengobatan karyawan. Pengalaman selama ini, RS seperti itu cenderung memperlakukan pasien seolah-olah berobat gratis (padahal, kan, karena sudah dipotong dari gaji) sehingga terkesan memberi pelayanan yang 'asal'. Sedikit berbagi cerita tentang pengalaman pribadi, Pak. Biasanya, dibandingkan RS milik pemerintah, RS sejenis Siloam sadar betul memprioritaskan kepuasan pasien. Karena itu, saya sangat terkesan ketika berobat ke Klinik Yasmin (bagian dari RSCM) dan bertemu dr. Andon (ahli endokrinologi) yang dengan sabar melayani saya menerapkan hal-hal seperti tercantum dalam Speak Up. Hidup RSCM! Merdeka juga!

    ReplyDelete
  17. Dok, poin no 5 tuh sering saya prakterkin, kalo dikasih obat yg asing saya langsung browsing.. tapi malah jadi ngeri baca kontraindikasinya..dan sering gak jadi saya minum...malah paranoid :(

    ReplyDelete
  18. Terima kasih dok infonya, masukan buat saya dan akan saya coba adopsi untuk di tempat kerja.

    ReplyDelete
  19. terima kasih infonya dok, jadi masukan buat saya untuk di adopsi di tempat kerja

    ReplyDelete
  20. Dokter Sindhi.... syukurlah klo ternyata tahi lalatnya bukan lalat eh sel yang ganas....

    pengin sedikit sharing soal SPEAK UP ini, akhir2 ini 'kepergian' saya dari milis JS karena sibuk 'belajar' untuk menjadi ibu baru dan belajar utk kesehatan anak, penggunaan obat secara rasional, terutama untuk mengobati penyakit2 umum pada anak-anak, beberapa hal membuat saya kaget, antara lain setelah saya ikut seminar tentang Puyer, dan salah satu pembicara dari WHO bilang bahwa sependek pengetahuan dia, hanya di Indonesia yang menggunakan puyer untuk mengobati penyakit anak-anak, padahal resiko penggunaan puyer itu sangat banyak dibandingkan benefitnya.... anyway, program SPEAK UP ini akan bisa berjalan bila pasien/konsumen kesehatan juga peduli, harapan saya, semakin banyak pasien/konsumen kesehatan yang SPEAK UP dan pada akhirnya kita akan mendapatkan pelayanan kesehatan yang terbaik, bukan hanya jadi 'sumber uang' bagi para pelayan kesehatan.... salam sehat supaya bisa terus jalan-jalan dan makan-makan

    ReplyDelete
  21. hmm...sepertinya SPEAK-UP ini akan sulit sekali diterapkan di Indonesia, apabila dokternya atau klinik/RS-nya TIDAK ditujukan untuk kalangan premium. mengapa..?

    secara kultural, Indonesia memiliki apa yang disebut Hofstede (pakar budaya dari Belanda) sebagai power distance yang tinggi, sehingga masyarakat secara implisit atau eksplisit mengakui adanya perbedaan status dalam society, di mana salah satu sumber perbedaan status ini adalah tingkat pendidikan dan pekerjaan.

    dokter masih dianggap sebagai profesi yang memiliki status sosial tinggi di masyarakat Indonesia. dan orang Indonesia umumnya (gak semua sih.. tapi kebanyakan) tidak terlalu nyaman apabila harus SPEAK UP pada orang yang memiliki status sosial lebih tinggi. jadi, wajar kalo seorang dokter akan berbeda sikap ketika menghadapi pasien premium dan pasien kelas ekonomi, sebaliknya pasien premium dan kelas ekonomi juga akan berbeda sikap dalam menghadapi dokter. buat saya, ini yang akan menjadi hambatan terbesar penerapan SPEAK-UP tadi..

    well, just a thought..

    ReplyDelete
  22. jaman saya dulu masih kecil memang seperti anda bilang
    kita merasa status dokter diatas,
    tapi sepanjang pergaulan saya diberbagai bidang
    (di pekerjaan saya dulu di Dinas Kesehatan,
    di berbagai Rumah Sakit, di Organisasi Profesi IDI) koq nggak tuh,
    rata2 sih merasa orang biasa ajah -
    wong banyak dokter yang masih "nyeker" koq he3.

    nah Speak Up ini yang sekarang justru diharapkan,
    untuk kebaikan kedua belah fihak,
    memang sambutan dari kedua fihak tentu tidak bisa otomatis berhasil sesuai harapan,
    dari satu fihak tentu ada aja yang merasa paling pinter sa-dunia,
    sebaliknya di fihak lain ada yang "takut" dll.

    saya sih setuju sekali dg SpeakUp, kita mulai saja,
    hasilnya tentu perlu proses dan waktu,
    yang penting start ajah dulu,
    setuju kan ?

    ReplyDelete
  23. maaf pak, isi brosur SPEAK UP ini saya teruskan ke teman lain (tanpa izin ceo rs siloam ) biar bermanfaat untuk kita semua. tq

    ReplyDelete
  24. berita baik dan bermanfaat bagi banyak orang
    tentu diharapkan bisa dibaca oleh se-banyak2nya orang.

    ReplyDelete
  25. hehehe.....dokter aja takut mendengar keputusan dokter apalagi orang awam ya dok....syukurlah dok...kesehatan memang mahal......mudah2an dr. shindhi n family selalu diberikan kesehatan....amin

    ReplyDelete
  26. Bagus & terima kasih atas arahan "speak-up" yg akan sy coba terapkan di RS Medika BSD

    ReplyDelete