Monday, July 21, 2008

Pelajaran dari Tiongkok.

Rating:★★★★
Category:Books
Genre: Nonfiction
Author:Dahlan Iskan
Berada di Gramedia Mall Taman Anggrek, seperti biasanya saya
nyantai cuci mata keliling-keliling di dalam toko yang bagaikan
lautan buku saja itu.
Mendadak sebuah buku menarik perhatian saya, bukan
karena judulnya : Pelajaran dari Tiongkok, tapi karena foto dan
nama pengarangnya : Dahlan Iskan.
Mengapa demikian?, ceritanya beberapa bulan lalu adik saya
Lanny memberikan sebuah buku dan langsung mewanti-wanti
saya untuk membacanya, sangat bagus sekali katanya.

Awalnya saya malas membacanya, nama pengarangnya yaitu
Dahlan Iskan tidak saya kenal dan judulnya "Ganti Hati" juga
tidak jelas kemana maksudnya.
Tapi setelah mulai membacanya, saya begitu terpukau akan
penuturan yang begitu seksama tapi santai, berani tapi terukur
dalam menjalani transplantasi hati yang tentu sungguh luar
biasa berat dan sulit.
Sangat inspiratif, proses ganti hati yang begitu menyakitkan dan
"makan hati" dijalaninya dengan tabah dan tetap semangat tinggi.
Membaca buku itu, bolehlah kita merasa malu hati kalau selama
ini kita "cengeng" atau gampang menyerah dalam menghadapi
kesulitan hidup - Dahlan Iskan "mengajari" kita dengan contoh
ketabahannya untuk lulus dari ujian hidup yang begitu berat

Buku Pelajaran dari Tiongkok itu tentu tidak pikir panjang saya
beli, saya yakin pasti akan se-menarik buku pertamanya.

Nama Dahlan Iskan kemungkinan tidak begitu dikenal karena
tinggalnya di Surabaya - bukan di Jakarta, tapi jelas dia bukan
orang sembarangan.
Dia adalah Chairman/CEO Jawa Pos Grup, sebuah jaringan
media cetak terbesar di Indonesia, dengan lebih dari 100 surat
kabar tersebar diseluruh Indonesia dan 12 stasiun TV Lokal
antara lain JakTV di Jakarta.

Diawal bukunya yang ternyata merupakan kumpulan tulisan
singkatnya di Jawa Pos, Dahlan Iskan bercerita pergulatan
batinnya saat diminta menerbitkan kumpulan tulisannya itu.
Alasan utamanya sungguh jernih, dia takut buku itu menjadi
barang yang kelak selalu dia tunjuk-tunjukkan ke orang lain
dengan rasa bangga. Bangga akan masa lalu.
Padahal ia ingin seperti bapaknya, yang gampang melupakan
sesuatu yang sudah lewat.

Ternyata memang kumpulan tulisan yang topiknya sangat
bervariasi ini sangat menarik dan seperti sudah saya duga -
inspiratif sekali.
Dalam buku setebal 268 halaman ini, terdapat 76 judul cerita,
diawali dengan kisahnya mempelajari bahasa Mandarin,
yang diyakininya dalam 10 -15 tahun lagi akan sangat penting.
Dia memilih mempelajari berbicara dan membaca saja, tidak
sampai bisa menulis, itupun sudah setengah mati karena
kata Mandarin mengenal empat nada.
Sehingga walau misalnya kata "mai" diucapkan sudah benar,
tapi kalau nadanya salah maka artinya bisa beda sekali, yaitu
niatnya bilang "membeli" bisa dikira bilang "menjual".

Ceritanya mengenai KB di Tiongkok sungguh menarik,
seperti diketahui kini sudah lebih dari 20 tahun pemerintah
menetapkan kebijakan satu anak yang keras sekali.
Kini penduduk ada sekitar 1,3 miliar, tanpa kebijakan satu anak
mestinya sudah 1,7 miliar, jadi lumayan menghemat sekitar
400 juta jiwa - suatu jumlah yang tidak kecil ( dua kali jumlah
penduduk Indonesia !).
Nilai tambahnya antara lain keluarga bisa memfokuskan biaya
untuk anak tunggalnya sehingga mendapat cukup makanan,
pendidikan dan kesehatan yang baik.
Bagi negara, mendapat penduduk yang berkwalitas tinggi.

Karena ada kecaman melanggar HAM maka DPR membuat
UU yang memperbolehkan satu keluarga kini punya dua anak.
Tapi ada tapinya, yaitu boleh kalau pasangan pengantin itu
mempunyai orang tua yang merupakan anak tunggal.
Jadi pasangan2 yang sekarang usia menikah akan kecil
kemungkinannya boleh punya dua anak, karena orang tua
mereka biasanya punya adik/kakak.
Barulah nantinya anak dari pengantin yang sekarang2 ini
menikah akan boleh punya dua anak karena anak2nya itu
pastilah orangtuanya merupakan anak tunggal semua.

Ternyata kebijakan boleh punya dua anak ini karena ada
pertimbangan bahwa kalau masih terus diterapkan hanya
satu anak maka 30 tahun lagi jumlah orang tua mendominasi
penduduk, akibatnya produktivitas nasional turun -
negara menjadi lemah.

Dahlan Iskan juga bercerita tentang ironi jalan kereta api,
di Shanghai memang sudah beroperasi Maglev yang bisa
mencapai kecepatan 430 Km/Jam, tapi ternyata hanya
itulah yang dibuat, rencana membuat jalur Maglev antara
Shanghai - Beijing sudah dibatalkan, karena dianggap
tidak praktis, orang ribet harus menuju ke stasiun yang
malah membuang waktu karena kemacetan dll.
Sebagai gantinya dibangun jaringan jalan tol dengan
semangat gila2an, dia mencatat tahun 1987 Surabaya
sudah punya jalan tol Perak -Gempol sepanjang 42 Km,
saat itu panjang jalan tol di Tiongkok masih 0 km.
Namun tahun 2003 jalan tol di Tiongkok sudah mencapai
30.000 Km, sebaliknya jalan tol Perak-Gempol tidak
bertambah satu kilometer pun.

Dia juga melihat bahwa pembuatan jalan kereta api akan
membuat tanah yang dilaluinya menjadi tidak flexible,
harga tanah menjadi jatuh, berbeda dengan pembuatan
jalan tol yang selalu membuat harga tanah menjadi naik.
Maka dia berfikir, daripada PJKA merugi terus pada jalur
Jakarta - Surabaya, mengapa tidak jalurnya dialihkan
saja menjadi jalan tol, dia yakin jutaan petani sepanjang
jalan tol baru itu akan menjadi kaya.

Dahlan Iskan juga bercerita tentang kebingungan saat
mau ikut Salat Id di Harbin, seperti kebiasaan di tanah
air pagi2 dia sudah sampai di mesjid yang anehnya
masih sepi2 saja - rupanya mulainya jam 9.
Dia bingung lagi karena melihat orang masuk Mesjid
tanpa melepas sepatu, rupanya dilepas didekat tepi
karpet tempat sembahyang.

Buku seharga 32.500,- ini masih cetakan pertama yang
baru diluncurkan April 2008, rasanya tidak diragukan
nantinya akan bisa menyusul prestasi "kakaknya " -
buku Ganti Hati yang sejak diluncurkan tahun 2007,
dalam enam bulan sudah enam kali cetak ulang,
dengan jumlah peredaran lebih dari 150.000 eksemplar.
Ganti Hati juga sudah diterbitkan dalam bahasa Inggris
dan bahasa Mandarin.

Belum tertarik juga membaca buku-buku hebat ini ?
Ah masa sih ?


16 comments:

  1. makin banyak aja buku2 traveling yang beredar di Indo ya dok... good works!

    ReplyDelete
  2. wah kalo lihat peredaran buku di Gramedia bisa serem,
    buku2 baru bermunculan begitu cepatnya, akibatnya
    buku yang kurang laku langsung amblas digeser -
    tempatnya diisi buku2 baru itu.

    ReplyDelete
  3. Kayanya nanti plg indo musti mampir Gramed buat nengok sebentar hehe

    ReplyDelete
  4. Halo Dok.. tengah malam masih OL?
    thx reviewnya.. menarik sekali. Saya pernah nonton Kick Andy mewawancarai pak Dahlan soal buku/pengalaman ganti hati itu..mengharukan sekali..

    ReplyDelete
  5. sorry baru lihat pagi ini,
    wah saya ketinggalan nggak lihat tayangan acara itu.

    ReplyDelete
  6. Belakangan ada masalah baru yaitu dari sisi psikologis, berhubung anak cuma 1, semua perhatian tercurah padanya, maka anak (selain memang pintar dan semua kebutuhan tercukupi) menjadi egois, kurang toleran dan kurang sensitif berbagi dengan yang lain. Hal ini pernah didiskusikan di kelas oleh guru saya waktu sekolah dulu.

    China yang secara demografis memiliki banyak kesamaan dengan Indonesia, buat saya selalu jadi topik menarik hehehe... thanks for sharing ya dok!

    ReplyDelete
  7. oh gitu yah, serba salah jadinya yah ,he3

    buku itu menariknya memang karena penulis
    mengaitkan dengan kondisi di tanah air

    ReplyDelete
  8. TFS dr. Sindhi .. kudu hunting 2 bukunya beliau nich!

    ReplyDelete
  9. masih ada di Gramedia,
    kemarin di Gramedia Lippo Karawaci saya
    beli 3 buah lagi (titipan teman).

    ReplyDelete
  10. wah dokter dah lama sekali saya nggak buka multiply:( wah saya pengen beli ini buku, baru liat pengarangnya udah pengen baca. Saya pernah ketemu beliau sekali dan terkesan sekali, saya penasaran juga:)

    ReplyDelete
  11. beliau bikin dua buku, yang satu judulnya Ganti Hati,
    juga sangat bagus, jangan lewatkan membacanya.

    ReplyDelete
  12. wah, jadi pengen beli nih... nanti kalo pulang ke Indonesia cari di gramedia :)

    ReplyDelete
  13. kapan pulkam ?,
    titip beli dulu saja karena di Gramedia
    buku2 cepat sekali lenyap karena buku2
    baru berdatangan terus, buku lama akan
    hilang dari rak2 buku

    ReplyDelete
  14. Pak Sidhi, Dahlan Iskan diangkat menjadi Direktur PLN periode 2009 - entah kapan.

    Tadinya bingung juga kok seorang Direktur Jawa Pos bisa dipilih jadi Direktur PLN. Tetapi melihat kisah hidupnya dan cara pikirnya serta pengalamannya (beliau punya 2 pembangkit listrik swasta), ternyata beliau juga punya track record di bidang kelistrikan.

    Tulisan2 nya sangat menarik untuk dibaca dan tata bahasanya sangat menarik. Ada catatan mengenai hari2nya di rumah sakit waktu di China menunggu 'hati"nya. Saya baca di

    http://dahlaniskan.blogdrive.com/

    Rasanya pengalaman ini yang dicetak menjadi buku Ganti Hati.

    Pak Sidhi punya tata bahasa juga sangat menarik untuk dibaca. Belajarnya bagaimana Pak? Terus terang, saya belum bisa menata bahasa saya supaya cantik dan enak dibaca. Terima kasih.

    ReplyDelete
  15. Ya - saya awalnya baca buku Ganti Hati itu yang begitu
    seru dan asyik banget dibacanya, maka buku berikutnya
    saya baca pula.
    Tata bahasa saya, aduh justru saya tuh lama sekali tidak
    berani mulai nulis karena parno saya gaya penulisan saya,
    berkat teman2 di Jalansutra yang ngompori dan latihan
    nulis di milis JS mulailah saya sering nulis, jadi nggak pake
    belajar2 hehe - paling2 ngintip gaya penulisan teman2 di JS
    seperti Pak Bondan, Capt GP dll.
    Mulai saja nulis, apa adanya - lama2 ketemu koq gaya kita
    sendiri, mulai dg di blog - kan nggak ada yang marahin kalo
    gaya kita kagok misalnya hahaha.

    ReplyDelete