Friday, July 20, 2012

Menuju Damascus, part 2 : Old City Bosra




Menjelang siang 29 Desember 2010, setelah lolos dari Al Ramtha Border Jordania -
Syria maka kini kami berada di wilayah Syria selatan yang disebut Hauran, sebuah volcanic-plateau yang subur, yang membentang dari utara Jordania sampai ke sekitar Damascus.

Dataran Tinggi Golan juga bagian dari Hauran, wilayah barat daya Syria inilah yang pada
Perang Enam Hari tahun 1967 direbut Israel.
Di dataran tinggi ini terdapat Bukit Hermon dan Bukit Booster yang begitu diperebutkan
karena posisinya sangat strategis untuk mengontrol wilayah perbatasan.
Pada awal Perang Yom Kippur 1973, Golan berhasil direbut kembali oleh Syria, namun
serangan balik Israel lagi-lagi menyepak Syria dari sebagian besar Dataran Tinggi Golan.

Siang itu kami tidak langsung menuju Damascus yang berjarak seratus kilometer
keutara, tapi menuju Old City Bosra dulu, salah satu dari enam Unesco's World Heritage di Syria.
Menuju kesana kami melewati wilayah Deraa, saat itu sungguh tidak terbayang kalau
tiga bulan kemudian Syria yang begitu stabil dan kokoh, terkena imbas Arab Spring pula
yang begitu berkepanjangan dan menelan begitu banyak korban jiwa.
Disekitar Deraa yang kami lewati itulah tempat awal-awal munculnya Arab Spring di Syria.

Seperti diketahui Arab Spring bermula 18 Desember 2010 di Tunisia, gelombangnya
meluas dengan cepat keberbagai negara Africa Utara dan Timur Tengah ( untungnya belum mulai waktu saya berada di airport Tripoli Libya dan sekian hari di Tunisia pada bulan Mei 2010 ).
Arab Spring di Syria sendiri pertama kali muncul pada 15 Maret 2011, berupa unjuk rasa
di ibukota Damascus, temanya memprotes partai Baath yg berkuasa, menuntut
kebebasan politik dan menentang korupsi.
Antara 18-25 Maret 2011 pasukan keamanan membunuh tiga pengunjuk rasa di selatan
Deraa, yang malah direspon dengan demonstrasi ratusan orang di Deraa, akhirnya
sampai 23 orang tewas dalam demonstrasi itu.
Gelombang kekerasan yang menggulung Syria kini sudah mencapai puncaknya, hingga
pemerintah Syria telah menyatakan negara dalam darurat perang.

Soal pertumpahan darah di tanah Syria, sejarah mencatat hal itu kerap terjadi sejak
lama.
Wilayah Syria yang dijuluki The Center of One of the Most Ancient Civilizations on Earth,
sejak ribuan tahun sebelum Masehi sudah dihuni manusia, silih berganti berbagai
kerajaan kuno seperti Phoenicians, Arameans, Babylonians, Romawi, Nabataeans dll.
menguasai dan memperebutkannya.
Pernah dikuasai kerajaan Ottoman, diduduki Perancis dll , sampai mendapat
kemerdekaan penuh pada tanggal 17 April 1946.
Dimasa Gammal Abdel Nasser memerintah Mesir, sempat Syria bersatu membentuk
United Arab Republic, yang bertahan hanya seumur jagung.

Kudeta-kudeta silih berganti, sampai pada tahun 1970 Menteri Pertahanan Hafez Al-Assad mengambil alih dan menggenggam erat kekuasaan, yang baru berakhir 30 tahun kemudian.
Setelah Presiden Hafez Al-Assad meninggal, putranya Bashar Al-Assad menggantikannya.
Rupanya Parlemen mengamandemen konstitusi tentang batas minimal usia Presiden,
yaitu diturunkan dari 40 ke 34 tahun, sehingga memungkinkan sang putra bisa memenuhi syarat untuk melenggang naik jadi Presiden.

Ribuan tahun silih berganti bangsa begitu memperebutkan tanah Syria tentu bukan
hanyameninggalkan derita, tapi juga berbagai peninggalan sejarah yang menakjubkan, salah satunya adalah :
Old City Bosra yang kami kunjungi siang itu.

Perjalanan dari border melewati wilayah Deraa ke Bosra tidak terlalu lama, turun dari
bus langsung kami diajak memasuki sebuah restoran yang tampaknya sepi-sepi saja.
Local guide kami, pria Syria 47 tahun yang wajahnya lebih banyak tanpa expresi dan
juga irit ngomong banget, mengantar kami ke meja prasmanan - Chinese Food katanya,
tapi sampai selesai makan kami semua sepakat bingung apa-nya yang mirip chinese food.

Rampung makan siang, berjalan kaki sedikit sudah kelihatan tembok kukuh tinggi besar
berwarna coklat kehitaman, itulah benteng Old City Bosra.
Begitu memasukinya kami semua terpesona karena didalam ada sebuah amphiteater
Romawi yang masih sangat utuh sekali, padahal itu bangunan dari abad kedua yang
dibangun diatas bekas kuil Nabatean.
Amphiteater ini sangat unik, karena kalau biasanya dibangun menyender pada bukit,
di Bosra ini dibangunnya diatas tanah dataran.
Kami boleh memasuki teater kuno itu yang konon dulu bisa memuat 15 ribu penonton,
lalu bergantian mencoba berdiri disatu titik di tengah pentas - disitu dengan berbicara
tanpa berteriak maka penonton diposisi manapun bisa dengar suara kita dengan jelas.
Konon dimasa kejayaan Romawi penonton begitu dimanjakan, terpasang atap dari
kain sutera yang melindungi penonton dari sengatan matahari, sampai wewangian
pun dihembuskan kedalam teater.

Setelah itu kami menelusuri kawasan Old City yang luas sekali itu, dimana-mana
tampak reruntuhan bangunan coklat kehitaman, dengan disana sini masih ada tembok
menjulang, diselingi tiang-tiang batu berukir dari jaman Romawi/Corinthian.
Selain ada bekas bangunan gereja kuno, ada beberapa mesjid kuno didalam kawasan,
antara lain Al-Omari Mosque yang dikatakan :
"One of the oldest surviving mosques in Islamic history".
Memang Bosra pernah jadi lokasi penting transit caravan tujuan Mekah.
Terbayang betapa megahnya dulu kota yang sudah dihuni sejak 2500 tahun lalu itu
dan kini nyaris masih bisa dilihat sisa kemegahannya, konon dijaman dulu pernah
sampai dihuni 80 ribu orang.

Puas menelusuri open air museum itu, kami kembali ke bus dan kini menelusuri
highway mulus mengarah keutara menuju Damascus.
Sepanjang jalan terlihat wilayah Hauran memang termasuk daerah subur di Syria,
banyak lahan pertanian menghijau, dan dikejauhan kelihatan pegunungan bersalju.

Menjelang sore kami memasuki kota Damascus, jalan protokolnya lebar dan ramai,
banyak juga mobil sedan yang bagus, nyetirnya banyak yang gaya serobotan.
Bangunan berukuran sampai 4 - 5 lantai memagari sepanjang jalan, banyak yang
sudah tua tapi tidak sampai kumuh, dan sangat sedikit gedung pencakar langit.

Sekitar jam 5 sore kami sampai di Carlton Hotel, hotel baru berbintang empat ini
berada dibagian selatan kota Damascus.
Hotel bertingkat banyak ini tidak terlalu besar, kami surprise sekali karena ternyata
banyak turis barat menginap disana dan juga tidak disangka-sangka ada free wi-fi.
Tadinya mengira turis barat takut ke Syria dan jaringan internet dibatasi.

Tidak mau rugi, maklum hanya dua malam di Damascus, maka usai makan malam
kami sepakat untuk jalan kaki keluar hotel, jalan-nya ramean karena khawatir juga
melihat jalanan diluar sepi dan agak temaram kurang lampu penerangan jalan.
Rupanya hotel berada didaerah baru, sampai ada proyek pembuatan jalan yang harus
kami sebrangi, agak seram juga karena tidak banyak orang lain yang berjalan disitu.
Kiri kanan banyak bangunan baru kayaknya bangunan apartemen, juga sepi2 saja.
Setelah berjalan sekitar 20 menit sampailah kami ke sebuah bangunan berlantai
banyak yang terang benderang dan cukup ramai, ternyata itu sebuah mall.
Kami masuk untuk cuci mata, bentuk gedung selintas mirip Pondok Indah Mall 1,
dan ternyata kalau belanja bayarnya bisa pakai US dollar.

Puas naik turun mall, kami bergegas kembali ke hotel karena esok akan seharian
tour didalam Old City Damascus, yang juga masuk Unesco's World Heritage.




Thursday, June 28, 2012

Menuju Damaskus





Harian Kompas hari ini dihalaman 9 berjudul : Damaskus Terkurung Perang,
memberitakan bahwa Presidan Syria Bashar al-Assad menyatakan negaranya
dalam keadaan darurat perang.
Rupanya ibukota Damaskus sudah terkurung pertempuran sengit antara fihak
oposisi dengan pasukan pemerintah.
Selain itu diberitakan ruas jalan utama Damaskus-Beirut telah terblokade.

Barusan lihat2 catatan, ternyata nyaris persis 1,5 tahun lalu rombongan kami
yang ber-16 orang pada tanggal 29 Desember 2010 pagi dalam perjalanan
memasuki wilayah Syria dari arah Jordania.

Saat itu masih pagi bus kami sudah meninggalkan ibukota Jordania - Amman,
mengarah keutara ke Al Ramtha Border, perjalanan sekitar 1 jam 45 menit.
Makin mendekati border kami makin ber-debar2, sebab visanya on arrival dan
akan memasuki negara yang tidak banyak dikunjungi oleh turis Indonesia,
kami sengaja membuat rute khusus Jordania-Syria-Libanon karena tidak ada
rute yang reguler/standard kesana.
Memang Reinhard, tour leader kami memegang selembar fax yang berisikan
nama2 kami yang ada catatan dari Deplu-nya Syria yang entah apa bunyinya
karena pakai bahasa Arab, surat itu diurus jauh2 hari, tapi tentunya surat itu
tidak seratus persen menjamin bisa masuk.
Rencananya surat itu akan diserahkan ke petugas imigrasi di border Syria,
dan akan ada perwakilan tour Syria yang menjemput+menjamin kami.

Melewati border Jordania mulus, kini bus kami memasuki area antara dua
gate imigrasi kedua negara itu, tapi ternyata local guide Syria belum tiba.
Tentu lumayan tegang, kebayang kalau sampai tidak dijemput dan tidak boleh
masuk Syria, padahal kami kan sudah keluar dari wilayah Jordania.
Akhirnya "dewa penolong" itu datang juga, paspor diambil dan kami diharuskan
memasuki bangunan kantor imigrasi, satu persatu setor muka dan boleh balik
menunggu didalam bus.

Sekitar jam 11.30, berarti total hampir 2,5 jam (ke toilet saja sampai dua kali)
barulah bus kami boleh menerobos gerbang imigrasi Syria.
Sungguh lega banget, dari dalam bus besar (36 seat) yang masih baru itu,
kami menikmati perjalanan melewati dataran semi gurun dengan pemandangan
dikejauhan tampak pegunungan berselimutkan salju.

bersambung

Thursday, June 14, 2012

enjoy your life



** enjoy your life, no matter how hard it may seem when life give you a
thousands reasons to cry, show the world you have a million reasons to smile *
*
*“Twenty years from now you will be more disappointed by the things that
you didn't do than by the ones you did do. So throw off the bowlines.
Sail away from the safe harbor. Catch the trade winds in your sails.
Explore.Dream. Discover.”    -   Mark Twain
*

Sunday, June 3, 2012

jokes - Jangan panggil aku ayah lagi!


Seorang ayah berkata pada anaknya...
"Awas, kalau nilai ujian kamu jelek, jangan panggil aku ayah lagi"

Keesokan harinya si ayah tanya anaknya...
"Gimana hasil ujian kamu nak"

Si anak jawab...
"Hancur Bro"

Thursday, May 17, 2012

"Tenzing Norgay".


"Tenzing Norgay".

(Dg sengaja dipilih judul dmkn. Bukan Sir Edmund Hillary ).

Setelah Sir Edmund Hillary bersama Tenzing Norgay (pemandu/sherpa) kembali dari
puncak Mount Everest, hampir semua reporter dunia berebut mewawancarai Sir Edmund Hillary,
dan hanya ada satu reporter yang mewawancarai Tenzing Norgay, berikut cuplikannya :

Reporter :
"Bagaimana perasaan Anda dengan keberhasilan menaklukkan puncak gunung tertinggi di dunia?"

Tenzing Norgay :
"Sangat senang sekali"

Reporter :
"Anda khan seorang Sherpa (pemandu) bagi Edmund Hillary, tentunya posisi Anda berada di depan dia,
bukankah seharusnya Anda yg menjadi org pertama yg menjejakkan kaki di puncak Mount Everest?"

Tenzing Norgay :
"Ya, benar sekali.
Pada saat tinggal satu langkah mencapai puncak, saya persilahkan dia (Edmund Hillary) utk menjejakkan
kakinya & menjadi orang pertama di dunia yang berhasil menaklukkan Puncak Gunung Tertinggi di dunia".

Reporter :
"Mengapa Anda lakukan itu?"

Tenzing Norgay :
"Karena itulah IMPIAN Edmund Hillary, bukan impian saya. Impian saya hanyalah berhasil membantu
dan mengantarkan dia meraih IMPIAN-nya".

Disekitar kita, byk sekali org spt Sir Edmund Hillary dan Tenzing Norgay.

Pepatah mengatakan, "Bila Anda hendak jd pahlawan, hrs ada yg bertepuk tangan dipinggir jalan".

Di dunia ini, tdk semua manusia berkeinginan dan memiliki impian spt Sir Edmund Hillary,
menjadi pahlawan.

Mrk ini ckp berbahagia dgn memberikan pelayanan dgn membantu org lain mencapai impiannya.

Mrk merasa ckp mjd "org2 yg bertepuk tangan saja dipinggir jalan".

Kadang, org2 spt ini diperlakukan ibarat "telor mata sapi".

Yg punya telur si Ayam, yg tersohor malah Sapi.

Sudahkah Anda menghargai, menghormati dan mengangkat org² spt Tenzing Norgay dlm tim Anda?



Triple Filter Test




Di Yunani kuno, Socrates terkenal memiliki pengetahuan yang tinggi dan sangat terhormat.

Suatu hari seorang kenalannya bertemu denga filsuf besar itu dan berkata,
"Tahukah Anda apa yang saya dengar tentang teman Anda?"

"Tunggu beberapa menit," Socrates menjawab. "Sebelum Anda menceritakan apapun pada saya,
saya akan memberikan suatu test sederhana.
Ini disebut Triple Filter Test."

"Triple filter Test?"

"Benar," kata Socrates. "Sebelum kita bicara tentang teman saya, saya kira bagus kalau
kita mengambil waktu beberapa saat dan menyaring apa yang akan Anda katakan.
Itulah sebabnya saya menyebutnya triple filter test."

Filter pertama adalah KEBENARAN.
"Apakah Anda yakin sepenuhnya bahwa yang akan Anda katakan pada saya benar?"

"Tidak," jawab orang itu, "Sebenarnya saya hanya mendengar tentang itu."

"Baik," kata Socrates. "Jadi Anda tidak yakin bila itu benar.
Baiklah sekarang saya berikan filter yang kedua, filter KEBAIKAN.
Apakah yang akan Anda katakan tentang teman saya itu sesuatu yang baik?"

"Tidak, malah sebaliknya."

"Jadi," Socrates melanjutkan, "Anda akan berbicara tentang sesuatu yang buruk tentang dia,
tetapi Anda tidak yakin apakah itu benar. Anda masih memiliki satu kesempatan lagi karena
masih ada satu filter lagi, yaitu filter KEGUNAAN.
Apakah yang akan Anda katakan pada saya tentang teman saya itu berguna bagi saya?"

"Tidak, sama sekali tidak."

"Jadi," Socrates menyimpulkannya, "bila Anda ingin mengatakan sesuatu yang belum tentu benar ,
buruk dan bahkan tidak berguna, mengapa Anda harus mengatakannya kepada saya?"

Itulah mengapa Socrates adalah filsuf besar dan sangat terhormat. 

Gunakan triple filter test setiap kali Anda mendengar sesuatu tentang kawan dekat atau
keluarga yang Anda kasihi..termasuk broadcast sesuatu.

Jadi ingatlah " baik, benar, dan berguna "

Wednesday, May 2, 2012

In Memoriam : Dr. Endang Rahayu Sedyaningsih MPH, Dr.PH


Kata2 almarhumah dalam sebuah buku 1 thn lalu: 

"Saya sendiri belum bisa disebut sebagai survivor kanker.
Diagnose kanker paru stadium 4 baru ditegakkan 5 bulan yang lalu.
Dan sampai kata sambutan ini saya tulis, saya masih berjuang untuk mengatasinya.

Tetapi saya tidak bertanya "Why me ??".
Saya menganggap ini adalah salah satu anugerah dari Allah SWT.
Sudah begitu banyak anugerah yang saya terima dalam hidup ini:
hidup di negara yang indah, tidak dalam peperangan, diberi keluarga besar yang
pandai-pandai, dengan sosial ekonomi lumayan,
dianugerahi suami yang sangat sabar dan baik hati, dengan 2 putera dan 1 puteri
yang alhamdulillah sehat, cerdas dan berbakti kepada orang tua.

Hidup saya penuh dengan kebahagiaan. "So .... Why not?"
Mengapa tidak, Tuhan menganugerahi saya kanker paru?
Tuhan pasti mempunyai rencanaNya, yang belum saya ketahui,
tetapi saya merasa SIAP untuk menjalankannya. Insya Allah.
Setidaknya saya menjalani sendiri penderitaan yang dialami pasien kanker,
sehingga bisa memperjuangkan program pengendalian kanker dengan lebih baik.

Bagi rekan-rekanku sesama penderita kanker dan para survivor,
mari kita berbaik sangka kepada Allah.
Kita terima semua anugerahNya dengan bersyukur.

Sungguh, lamanya hidup tidaklah sepenting kualitas hidup itu sendiri.
Mari lakukan sebaik-baiknya apa yang bisa kita lakukan hari ini.
Kita lakukan dengan sepenuh hati.

Dan .... jangan lupa, nyatakan perasaan kita kepada orang-orang yang kita sayangi.
Bersyukurlah, kita masih diberi kesempatan untuk itu. "

Demikian penggalan kata sambutan
Menteri Kesehatan RI dr Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr.PH
bertanggal 13 April 2011, yang ditulisnya menyambut penerbitan buku
"Berdamai dengan Kanker".