Saturday, December 2, 2006

Nyaris tertimbun longsoran gunung batu - SongPan, Sichuan China.


view ke lembah HuangLong yang tertutup kabut sungguh cantik sekali

Tidak jauh dari kota SongPan - Sichuan Province, terdapat dua buah
lembah yang menjadi tempat tujuan wisata sangat populer di China.
Dilatar belakangi puncak pegunungan yang bersalju, didalam lembah
itu banyak terdapat danau dan air terjun yang spektakuler, serta
hutan yang menjadi habitat binatang yang sangat langka - Panda.

Itulah HuangLong Valley dan JiuZhaiGou Valley.
Berada diketinggian sekitar 2000-3000 meter kedua lembah ini sejak
tahun 1992 telah ditetapkan menjadi Unesco's World Heritage.

Karena kami tanggal 26 April 2002 itu berada di kota Zhengzhou,
maka perjalanan menuju SongPan diawali dengan terbang menuju
kota Chengdu yang terletak dibagian tengah selatan mainland China.
Dari situ dengan bus akan menelusuri pegunungan sejauh 320
kilometer sampai ke kota SongPan.

Karena akan melakukan perjalanan jauh, maka morning call di hotel
Zhengzhou ditetapkan pada jam 5 pagi, untuk kemudian jam 6.30
kami sudah harus meninggalkan hotel menuju airport.

Pesawat B 737 China Southern menempuh jarak 1100 kilometer
dalam waktu 1 jam 40 menit, dan mendarat dengan mulus di airport
ChengDu yang tertutup kabut, udara dingin sekitar 16 derajat.

Rombongan kami ber-20 orang itu segera bergegas naik bus dan
menuju kota DuJiangYan untuk makan siang.
Selesai makan siang sudah sekitar jam 14, kami diberitahu bahwa
perjalanan ke kota SongPan masih sekitar 8 jam lagi, itupun kalau
tidak kena macet katanya.
Maka diperkirakan sekitar jam 9 malam baru bisa tiba di SongPan,
untuk makan malam dan bermalam disana.

Mendengar ini kami deg-degan juga, karena perjalanan ratusan
kilometer sampai malam hari akan merayap diatas gunung tinggi
terpencil yang merupakan bagian selatan dari MinShan mountain.

Dipesan pula bahwa nanti setiba di SongPan jangan mandi malam,
karena dikota dengan ketinggian 2000 meter itu suhunya 2 derajat,
tentu info tambahan ini membuat hati kami semua makin ciut.

Kami pergi ke supermarket dulu membeli makanan kecil supaya
tidak kelaparan diperjalanan jauh sampai malam itu, dan barang
lainnya seperti baju dingin tambahan, sampai ada pula yang
membeli Oxycan untuk mengantisipasi udara tipis disana.

Berbeda dengan perjalanan dari ChengDu ke DuJiangYan yang
melalui highway mulus, ternyata perjalanan selepas kota
DuJiangYan tidak bisa cepat karena jalan hanya berupa jalan
antar kota yang lebarnya nge-pas untuk dua bus berpapasan.

Jalanan sejauh ratusan kilometer itu unik sekali, yaitu berada
didalam lembah sempit yang berada diantara dua deretan
pegunungan, dan sepanjang dasar lembah itu ada sungai yang
merupakan anak sungai YangTze.
Posisi jalan kadang berada di dasar lembah dekat pinggir sungai,
kadang-kadang tinggi sekali diatas lereng gunung sehingga
sungai menjadi terlihat kecil nun jauh dibawah.

Sopir yang membawa bus turis didaerah ini harus mempunyai
SIM khusus, mereka harus lulus persyaratan ketat, antara lain
telah berpengalaman menyetir selama 6 tahun didaerah ini.
Memang selain jalannya berbahaya, ternyata kira-kira separuh
jalan yang dilalui adalah jalan yang dibuat dengan cara memapas
tebing lereng gunung, akibatnya mobil berjalan ditepi jurang yang
dalam menyeramkan.

Sore hari kami memasuki kota MaoXian yang terkenal, karena
disanalah habitat asli Panda yang berada dialam bebas.
Kota ini masih dua jam perjalanan ke SongPan (120 km lagi).

Pemandangan kini makin menarik karena makin lama makin
tinggi diatas gunung dan sungai deras ber-batu itu kini tampak
makin kecil dibawah.
Jalan juga sepi mungkin selain berada di pegunungan yang
terpencil, saat itu sudah jam 19.15.

Mendadak saat bus kami keluar dari sebuah kelokan tampak
didepan ada dua mobil sedang berhenti.
Astagaaa - didepan mobil itu ada tumpukan batu2 besar !!.
Rupanya telah terjadi tebing longsor yang menutup jalan !!.
Terdengar pekikan2 kecil penumpang bus yang terkejut saat
menyadari ada halangan begitu besar didepan.

Setelah bus berhenti kami segera turun melihat situasi dan
bertanya pada pengemudi sedan dan bus kecil yang berhenti
sekitar 100 meter dari tumpukan batu-batu besar itu.
Mereka memberitahu bahwa longsoran baru saja terjadi
beberapa menit yang lalu .
Kami semua terdiam, membayangkan kalau saja kami tiba
beberapa menit lebih awal - bisa saja lolos dari longsoran
atau malah sebaliknya yaitu hancur tertimpa batu-batu besar
atau malah bisa terdorong masuk jurang sedalam ratusan meter.

Tidak mungkin kami bisa menyingkirkan batu-batu besar yang
ukurannya ada yang sampai sebesar mobil sedan itu.
Kecil pula kemungkinan mengharapkan alat-alat berat cepat
datang ke gunung yang begitu tinggi ini, lokasi longsor ini
jauh dari mana-mana.

Kami sebenarnya juga tidak boleh berlama-lama disana,
sangat berbahaya karena tempat kami berdiri dekat tebing
gunung yang terlihat sudah retak-retak.
Sekitar setengah jam kami berunding dalam penuh ketegangan,
akhirnya diputuskan untuk kembali saja kekota MaoXian untuk
menginap disana dengan biaya sendiri.

Sangat beruntung didekat tempat bus berhenti ada sedikit
pinggiran jalan yang memungkinkan bus bisa bermanuver
mundur maju dan berputar arah.
Segera bus menuruni gunung mengikuti mobil yang tadi
berada didepan kami.

Tapi setiba dikaki gunung, bus kami tiba-tiba membelok
mengikuti mobil yang tadi berada didepan itu, keluar dari
jalan raya untuk memasuki sebuah jalan kecil.
Rupanya pak sopir akan mencoba melalui jalan lama kearah
SongPan yang sudah lama tidak dipakai.
Jalan kecil itu tidak begitu terawat, lebarnya pas seukuran
lebar bus kami itu.
Jalan itu berada dekat sekali dengan sungai deras berbatu,
melewati daerah sepi yang tidak berpenduduk karena
merupakan dasar lembah.

Cuaca mulai gelap, ada beberapa kali kami berpapasan
dengan kendaraan yang rupanya karena terhalang longsor
mengambil jalur darurat itu pula.
Kalau berpapasan, maka mobil harus saling menepi dengan
sangat hati-hati sekali karena bagian tepi jalan itu bisa
sungai atau lubang.
Pernah istri saya hampir histeris karena ban mobil dibawah
tempat duduknya sudah setengah melayang diatas jurang
kecil akibat sopir bus terpaksa harus habis-habisan menepi
agar tidak bersenggolan dengan bus yang datang dari arah
yang berlawanan.
Disatu tempat ada jalan yang ditutup karena rusak berat maka
bus kami di kegelapan malam nekat turun ke sungai dangkal
yang penuh batu itu, sampai terdengar suara beledak beleduk
kolong mobil terbentur batu kali yang besar-besar itu.
(esoknya terlihat bumper bus sampai penyok2).

Di satu tempat yang sepi dan gelap mobil berhenti agak lama,
rupanya didepan ada pertigaan dan pak sopir bingung tidak
tahu harus ambil arah yang mana.
Kesal menunggu didalam bus kami turun dan ditengah gelap
malam yang lumayan dingin itu kami berdiri bengong pasrah.
Kami tidak tahu berada diposisi mana dan tidak tahu pula
apakah bisa terus ataukah harus balik lagi.
Semua benar-benar bingung.

Cukup lama menunggu dalam penuh kegalauan, mendadak
muncul truk proyek yang berbaik hati berhenti dan memberi
tahu arah yang benar
Bus meneruskan perjalanan, mulai terasa mendaki tebing
meninggalkan pinggiran sungai.
Kemudian semua lega karena mulai bertemu perkampungan
penduduk dan akhirnya sekitar jam 9 malam jalan kecil itu
tembus kembali ke jalan raya pada posisi sekitar 5 kilometer
lewat dari lokasi longsoran itu.

Bukan main tegangnya perjalanan digelapan malam selama
satu jam tadi itu .
Kalau sampai bus terjerumus ke sungai atau terjebak macet,
berarti kami harus menginap didalam bus ditempat yang
sangat sepi jauh dari pemukiman, ditepian sungai yang gelap,
apalagi belum makan malam dalam cuaca lumayan dingin itu.

Benar-benar kami merasa sangat lega dan bersyukur,
tadinya sudah hampir putus asa.

Perjalanan berikut sudah tidak mendebarkan lagi karena
sudah berada kembali dijalan yang mulus menuju SongPan.

Saat itu bulan purnama terlihat begitu indah menerangi gunung
dan sungai sepanjang jalan, tapi sebagian besar penumpang
tidak menikmati pemandangan indah itu karena sudah terlelap
dalam kelelahan.
Akhirnya jam 11 malam barulah bus tiba di kota SongPan.

Wilayah sekitar kota SongPan ternyata memang daerah rawan
gempa, beberapa hari kemudian dalam perjalanan kembali ke
Chengdu, didekat lokasi kami terjebak longsor itu kami melihat
tempat yang pernah terjadi bencana yang sangat mengerikan.
Saat itu kembali kami berada dilereng gunung dan terlihat jauh
dibawah ada sungai dan deretan danau yang airnya berwarna
kehijauan.
Di satu tempat yang berupa kelokan bus kami berhenti,
ternyata disitulah tempat pernah terjadi sebuah katastrofi :
pada tanggal 25 Agustus 1933, jam 15.50 terjadi gempa maha-
dahsyat berkekuatan 7,5 skala Richter.
Dalam beberapa menit saja kota ThieXi beserta 21 buah desa
suku bangsa Jiang (Ciang) hilang dari muka bumi.
Pusat kota yang berada dilereng pegunungan itu bergeser turun
sejauh 500 - 600 meter dan amblas masuk sungai, disusul
puncak gunung sekelilingnya ikut runtuh pula.
Dalam sekejap saja puluhan ribu jiwa penduduk kota itu tewas
terbenam karena amblas masuk ke sungai Ming, yang berubah
menjadi 11 buah danau antara lain danau ThieXi yang dalamnya
sampai 98 meter.

Kami tentu tidak berani berlama-lama berdiri ditempat dengan
riwayat yang mengerikan itu.
Bus kami kembali berjalan dan tidak lama kemudian melewati
daerah longsor yang menghambat perjalanan beberapa hari
yang lalu dan saat akhirnya bus meluncur memasuki kota
MaoXian - rasanya lega sekali.



9 comments:

  1. iiiiihhhhh sereem amadddd......tapi kalo denger cerita papa ama mama waktu ke cungkuo juga serem ah supirnya...jadi jiper....tapi bagus yah Dok....

    ReplyDelete
  2. memang serem sih,
    makanya saat saya baca berita tentang gempa
    barusan yang sampai 7,8 scala Richter jadi teringat
    tempat ini, ternyata memang tidak terlalu jauh.

    ReplyDelete
  3. waduh....serem gak sih dok jalan2 disana....secara aku penakut

    ReplyDelete
  4. nggak lah,
    walau ada cerita seperti itu akan langsung terbayar
    saat melihat keindahan luar biasa dari alam JiuZhaiGuo,
    bisa dilihat di :
    http://smulya.multiply.com/photos/album/43

    sayang waktu itu belum pakai kamera digital, selain hasilnya
    kalah dg digital, juga karena sayang2 film jadi motretnya orang
    melulu he3.

    ReplyDelete
  5. ceritanya seru banget... tapi Ratna jg ga berani deh jalan2 kesana. serem kalau mobilnya mogok in the middle of nowhere gimana?
    Danau itu ada cerita hantunya? tragis sekali

    ReplyDelete
  6. Pak sindhi,
    Saya jadi agak ngeri mendengar cerita itu, apakah sekarang mereka masih menyusuri jalan jurang atau sudah bisa langsung mendarat di lapangan terbang diatas ? Mohon info, thanks.
    Aswin

    ReplyDelete
  7. Sekarang bisa naik pesawat dari Chengdu ke JiuZhaiGuo,
    sehingga jauh lebih cepat dan lebih aman jadinya,
    tapi jadi kurang heboh/seru - he3.
    Tadi di koran baca bahwa memang daerah itu sudah dekat2
    dengan dataran tinggi Tibet yang mendesak lapisan bumi
    didaerah Sichuan itu, maka sering ada gempa.
    Mestinya gempanya 500-an tahun katanya, tapi gempa dahsyat
    tahun 1933 di ThieXi itu muncul sebelum 500 tahun tuh.

    ReplyDelete
  8. Yah benar, sekarang pakai pesawat China lokal tetapi hati jadi deg-deg-an, banyak calon pengikut sudah mikir2 kata mereka mau batal.
    Aswin

    ReplyDelete
  9. di China banyak maskapai penerbangan lokal,
    lumayan tuh pak, apalagi China Southern,
    nanti anda lihat kalau setiap ikut penerbangan
    dalam negeri di China selalu full, hebat deh.
    nggak usah khawatir koq, cukup bagus,

    ReplyDelete