Thursday, June 16, 2005

Angkor Wat - Siem Reap Cambodia.


 


Menuju Siem Reap ( Jumat, 7 Maret 2003 ) :


Kami mengikuti proses check-in di airport PhnomPenh dengan
penuh perasaan was-was karena local guide kami memberi kabar
yang mengejutkan bahwa Siem Reap Air ( perusahaan penerbangan
lokal milik Kamboja ) yang akan menerbangkan kami ke kota
Siem Reap hanya memperbolehkan bagasi seberat 10 kilogram saja
per penumpang !!


Untungnya operator manager dari biro tour setempat membantu
kami dalam proses check-in itu, dan ternyata dengan negosiasi
bawah meja akhirnya bagasi bisa lolos semua.
Dan kami bisa memasuki ruang tunggu airport domestik yang kecil
dan sederhana sekali.
Saking kecilnya ruang tunggu itu, sampai sampai pemberitahuan
untuk naik ke pesawat engga pakai loudspeaker - cukup pakai
teriakan saja.
Kami jalan kaki menuju pesawat TR 72 yang sebenarnya kurang
saya sukai karena pesawat turboprop itu selain sempit.
(konfigurasi kursinya 2 - 2 ) juga mesinnya berisik sekali .


Untung saja kembali terbangnya cuma 45 menit saja karena jarak
dari Phnom Penh ke Siem Reap hanya  314 kilometer saja arah
barat laut.


Banyak sekali turis bule yang ikut  dalam pesawat itu - kabarnya
memang setiap tahun ada sekitar 800.000 orang turis yang datang
ke Siem Reap untuk melihat Angkor Wat -
yang di klaim sebagai salah satu dari 7 keajaiban dunia.


Klaim ini membingungkan karena setahu saya 7 obyek itu adalah :
Grand Canyon- Niagara - Great Wall - Pisa - Piramida - Taj Mahal,
dan satu lagi sudah hancur yaitu Taman Gantung Babylon.
Tapi yang pasti Angkor Wat seperti halnya Halong Bay di Vietnam -
dimasukkan oleh Unesco menjadi salah satu World Heritage .


Sesaat sebelum mendarat terlihat danau Tonle Sap, yang merupakan
danau terbesar di Asia Tenggara karena danau yang panjangnya
sampai 100 kilometer itu, luasnya 10 ribu kilometer persegi.
Sungai Tonle Sap yang berasal  dari danau ini mengalir keselatan
membelah wilayah  Kamboja dan nantinya juga membelah kota
Phnom Penh untuk kemudian bergabung dengan sungai Mekong.
Saat musim hujan, air dari sungai TonleSap mengalir memasuki sungai
Mekong - bergabung menuju ke laut, tapi saat musim kering justru air
dari sungai Mekong sebagian mengalir kearah danau TonleSap.


Kota Siem Reap yang hanya berjarak 8 kilometer saja dari airport,
dihubungkan dengan sebuah jalan tidak terlalu lebar, tapi disepanjang
jalan itu sudah terlihat banyak hotel besar kecil - termasuk hotel yang
kami tempati yaitu City Angkor Hotel yang cukup megah.
Belakangan kami baru tahu bahwa pemilik hotel itu adalah Perdana
Menteri Hun Sen.
Pantesan saja ada helipad segala dihalaman depan hotel.


Kota dengan penduduk 100.000 jiwa ini memang tidak terlalu besar.
Tidak terlihat bangunan tinggi; suhu udaranya panas menyengat sekitar
34 derajat, kalau bulan April bisa sampai 42 derajat.


Tapi turisme hidup sekali disini - kota kecil ini dipadati dengan 25 buah
hotel yang lumayan besar2 , 50 guest house; restoran dan souvenir shop.
Dari kota inilah para turis  menuju ke kawasan Angkor Temple yang
hanya berjarak 5 kilometer saja dari kota Siem Rep.


Kawasan Angkor temple ini luas sekali - kabarnya 400 kilometer
persegi sehingga disebut kawasan religious terbesar didunia.
Dalam kawasan itulah ada pagoda Angkor Wat yang dibangun
pada tahun 1113 - 1150.


Selain itu di kawasan Angkor temple, para turis juga mengunjungi
Angkor Thom - kota kuno yang didalamnya ada Baiyun Pagoda.


Sengaja sore hari kami baru meninggalkan hotel menuju ke Angkor Wat -
highlight perjalanan kami di Kamboja, karena selain untuk menghindari
panas matahari yang begitu menyengat, juga untuk menunggu sunset yang
akan menyinari puncak pagoda dengan indah sekali.


Candi seluas 2 kilometer persegi ini, batu2nya diambil dari satu wilayah
yang jauhnya  45 kilometer; begitu banyaknya batuan itu sampai katanya
volumenya sama dengan volume batuan pyramid.


Tiket masuk ke kawasan pagoda ini aduhai : 20 USD.
Tiket ini dibeli saat bus akan memasuki kawasan hutan dimana Angkor Wat
berada, tiket itu tidak boleh hilang selama berada di kawasan ini karena
se-waktu2 ada pemeriksaan, kalau ditemukan tidak mempunyai tiket bisa
kena denda yang tinggi.


Bus kemudian memasuki kawasan hutan, tidak ada bangunan modern
dikawasan luas itu dan terlihat dijaga sekali kelestarian wilayah yang
dilindungi ini.


Bus menurunkan kami di pintu barat dari komplek Angkor Wat, dan kami
harus menyeberangi jembatan batu dulu karena komplek seluas 195 hektar
itu se-akan2 sebuah bentengan berbentuk segi empat yang dikelilingi kolam.


Setelah melewati tembok/ benteng keliling yang pertama maka barulah
kami melihat dikejauhan puncak dari Angkor Wat yang saat itu terlihat
se-akan2 cuma ada tiga puncak pagoda saja.
Ternyata setelah kami melewati pintu tembok/benteng keliling yang
berikutnya barulah kami sadari bahwa kalau kita lihat dari sisi barat laut -
ternyata pagoda itu bukan cuma 3 buah tapi lima buah -
yang melambangkan Five peak of Mount Meru -
yang menjadi lambang Kamboja seperti terlihat di national flag.


Dari sisi barat laut inilah nantinya  kami akan duduk menanti sunset yang
sinarnya akan menjadi kemerahan dan menyinari puncak kelima pagoda
dengan indahnya.


Perjalanan diteruskan memasuki tembok/benteng berikutnya, dan
sampailah di inti dari komplek Angkor Wat itu.
Tampak kelima pagoda itu yang dasarnya berada diketinggian sekitar
12 meter dari pintu masuk benteng terakhir itu.


Tentu kami ingin mendaki/memasuki daerah puncak itu tapi sebagian
besar teman2 menyerah melihat tangga yang begitu curamnya -
sekitar 60 derajat kemiringannya.
Memang tangganya cukup lebar yaitu 3 meter, tapi anak tangganya
kecil-kecil paling cuma sejengkal saja - lagi pula sudah pada somplak2 .
Naiknya juga harus dengan gaya cecak - merayap, mungkin harus
begitu karena menuju tempat yang suci.


Saya segera naik karena penasaran sekali ingin segera mengetahui ada apa
dibagian atas itu - tidak sempat memikirkan bagaimana caranya turun dari
bangunan yang lumayan curam itu .


Begitu sampai diatas saya lihat  istri saya dengan rekan2 duduk2 dibawah,
sewaktu saya mencoba melihat tangga yang saya baru naiki tadi - saya
terkejut karena koq tangganya curam sekali se-akan2 hampir tegak lurus


Benny yang naik menyusul, juga kelihatan kaget sekali -
dia spontan bilang :
Wah Oom - gila tangganya curam banget, gua engga berani turun nih !! .


Saya merasakan telapak tangan saya menjadi basah - rasanya linu
melihat  kebawah kearah tangga batu licin yang hampir tidak kelihatan
anak tangganya - dari atas terlihat se-akan2  tegak lurus saja.


Sudah kepalang ada diatas maka saya jalan dulu saja berkeliling
melihat wilayah paling utama yang lumayan luas juga itu.
Di kawasan ini ada ke 5 pagoda , dengan posisi 1 pagoda utama
ditengah dan 4 pagoda lainnya berada di-keempat sudut mengelilingi
pagoda utama.


Angkor Wat ini semula adalah kuil agama  Hindu, tapi belakangan
pengaruh Hindu kalah oleh Budha, jadi terlihat patung Budha pun
ada di kuil ini yaitu di pagoda utama yang posisinya di tengah itu.


Sisa2 agama Hindu terlihat dari relief2 yang diukir di tembok batu
dari perbentengan yang mengelilingi Angkor Wat.
Sayang sekali warna merah dari relief itu sudah banyak yang luntur,
dibeberapa tempat dimana terlihat masih ada yang berwarna merah -
tampak sekali indahnya relief2 itu.


Selesai melihat patung utama itu saya ketemu Benny lagi yang mem-
beritahu bahwa di tangga selatan kita bisa turun dengan lebih mudah
daripada tangga barat tadi - karena di tangga selatan disatu sisinya
ada pegangan dari besi.
Maka ramai2 kami antri turun dengan berpegangan kepada besi
beton sebesar jempol yang dipasang dipinggir tangga.
Saya lihat para turis itu dengan wajah yang tegang pelan2 merayap
turun dengan berbagai gaya , ada yang gaya miring, ada pula dengan
gaya undur2.


Setelah puas menikmati keindahan dan megahnya lima pagoda itu,
maka kami bergegas keluar untuk mendapatkan lokasi yang baik
untuk pemandangan sunset yang akan menyinari puncak pagoda.


Sayang sekali walau kami sudah stand-by ditempat yang strategis,
saat matahari mulai menghilang di ufuk barat, ada awan tebal yang
menutupi matahari sehingga efek cahaya kemerahan yang diharapkan
tidak muncul;
maka jam 18 kami sudah berangkat lagi menuju kota  Siem Reap
untuk dinner di restoran Baiyun yang unik sekali.


Kami duduk dimeja panjang diudara terbuka, dipinggir stage yang
menampilkan tarian2 tradisional Khmer.
Restoran besar itu penuh turis yang kebanyakan turis barat
(saya perkirakan saat itu ada 300 kursi yang terisi penuh), dan
makanannya pun begitu beragam, cuma sayang sekali kami sudah
mandi keringat karena udara yang panas sekali.
Maka setelah selesai makan tidak menunggu sampai acara tari2an
selesai , segera kembali ke hotel untuk beristirahat.



 

2 comments:

  1. tempat yg indah...sangat indah...
    cm hari ini ada dengar kabar sedih, ada penyaderaan di sekolahan di Siem Reap, didalamnya ada sekitar 70an anak2.
    Moga2 selesai dg damai yah..

    ReplyDelete

  2. hi Kesha,

    justru saya tergerak kirim cerita dan foto ini karena tadi mendengar
    berita penyanderaan murid sekolah international itu,
    syukur - kabarnya sudah bebas ( tapi ada satu korban - anak Kanada).

    salam

    sindhiarta

    ReplyDelete