Saturday, June 7, 2014

Tour Flores 25-30 Mei 2014, part 2:


patung Bung Karno ditaman Renungan - Ende
baru mendarat di airport Ende
menuju gerbang Kampung Adat Saga


tangga yg sulit untuk mendaki keatas Kp Saga









pak Leonard owner Tour ikut naik
lumayan sulit naiknya


air terjun keren dikejauhan
makam kepala suku yg unik

rumah kampung saga yg khas

sampai juga dipuncak

rumah paling atas tidak boleh didekati



sudut kanan bawah makam yang sempat terinjak krn kirain jalanan disemen
komplek villa di Eco Lodge - Moni
bawah restoran, atas kamar2 tamu hotel Eco Lodge - Moni
puncak Kelimutu dilihat dari desa Moni
Minggu 25 Mei 2014, jam 05.45 kami sudah kumpul di lobby
hotel, siap diangkut ke bandara Ngurah Rai yang lokasinya
nyaris sebelahan hotel. Karena dekat sekali itu maka nyantai
aja rencananya mau check-in ngepas jam 06, pesawat akan
take-off nya jam 07 menuju Ende.

Tapi astaga! kendaraan yang disediakan hotel untuk angkutan
ke airport ternyata bukan bus, melainkan satu Kijang saja tok!.
Waduh - kebayang berapa kali mesti bolak balik kalau sekali
jalan cuma bisa angkut 3-4 orang, kami kan 16 orang - belum
lagi kopernya seabreg.
Walau hotel-airport dekat banget, setiap kali antar mana cukup
5 menit, wah ini mah bakalan telat dan bisa ditolak check-in.
Di parkiran ada satu Kijang hotel lainnya, tapi kata resepsionis
sopir-nya sedang tidak masuk, ampun deh.

Setelah di protes, si resepsionis ngidupin mobil satunya itu,
tapi udah deh nggak mau ambil risiko kami minta panggilkan
taxi saja, karena nongol tamu lainnya yang juga mau ke airport.
Kirain manggilnya pakai tilpon ternyata cukup hidupkan sign-
lamp didepan hotel maka segera taxi Blue Bird berdatangan.
Argometer taxi baru menunjuk 9 ribu rupiah sudah sampai di
terminal keberangkatan, saya kasih 40 ribu dah saking senang-
nya bisa keluar dari kemelut tadi.

Check-in lancar, sebelum pemeriksaan security seperti biasa isi
botol minum saya kosongkan. Berikutnya santai duduk manis
nunggu panggilan boarding, iseng2 cek handbag, busyet dah
ada sebotol Aqua masih segel didalamnya (lupa ada disana) -
lha koq tadi bisa lolos ya dari pemeriksaan scanner security!
Ternyata nanti di bandara Labuan Bajo juga sami mawon,
terang2-an saya lewat nenteng botol aqua diperbolehkan.
Yang bingung saat dibagikan makanan di pesawat, koq pisau
dari logam dipakai, kenapa tidak yang dari plastik saja.

Terbang 1 jam 25 menit dengan ATR 72-600 buatan Perancis,
tibalah di Labuan Bajo, transit singkat 15 menit, penumpang
yang turun banyak, sedangkan penumpang baru yg naik sedikit.
Seperti halnya landing di Ngurah Rai, di Labuan Bajo pesawat
juga landing dari arah laut (ternyata di Ende juga sama), sesaat
sebelum landing pemandangan cantik sekali tampak pulau2
besar kecil bertebaran dilaut lepas pantai kota Labuan Bajo itu.

Terbang lagi ke Ende 45 menit, jam 10 mendarat dengan mulus,
didalam terminal kedatangan yg kecil saja itu bertemu pak Ardi -
guide kami. City-tour Ende diawali mengunjungi Pasar Ikan.
Lalu ke Taman Renungan Bung Karno, disitu dulu ada pohon
Sukun dimana saat diasingkan (1934-1938) Bung Karno suka
duduk merenung dibawah pohon itu dan menghasilkan pemikiran
tentang Panca Sila.  Pohonnya kini hanya ada duplikatnya dan
ada patung Bung Karno dalam posisi duduk merenung.

Saat makan siang tidak disangka bertemu bu Lisa Hendrawan
yang baru saja turun dari puncak Kelimutu.
Mendengar rencana kami besok pagi start naik ke Kelimutu
jam 6, bu Lisa bilang kalau mereka tadi start dari hotel di desa
Moni dikaki Kelimutu itu pada jam 4 pagi. Selain bisa lihat
sunrise yang indah dari puncak Kelimutu juga karena kalau
siang suka turun kabut yang menghalangi pemandangan.
Dengar itu kami berunding dan akhirnya sepakat jam 4 pula,
berarti besok harus bangun jam 3.30 WITA alias 2.30 WIB! 
Padahal sudah dua hari bangun pagi terus, tapi kepalang deh,
daripada udah datang jauh2 hasilnya cuma ngelihat kabut tebal
mending nekat dah tiga hari ber-turut2 bangun pagi buta.

Dalam perjalanan sejauh 52 Km dari Ende menuju hotel di desa
Moni yang berada dikaki Kelimutu, kami sempatkan belok dulu
mampir ke Kampung Adat Saga.
Kampung tradisional itu rumah kayunya unik, beratap alang2
dan dibangun diatas bukit yang cukup curam. Awalnya dari
tempat parkir jalannya masih mudah, tapi kemudian sebagian
teman mandeg karena harus menaiki stepping-stone berupa batu
pipih seukuran telapak kaki yang ditanam ke dinding tebing.
Sebagian nekat lanjut, setiba diatas memang pemandangan cantik,
kebawah nampak banyak rumah2 yang beratapkan alang2 dan
dikejauhan terlihat ada air terjun yang tinggi langsing.
Tapi kiri kanan tempat kami berdiri bukan saja ada rumah2 unik
itu tapi juga bertebaran makam para leluhur. Cilakanya makam
ada yang nggak jelas, kayak lantai disemen saja, sehingga saya
yang asyik motret2 sempat berdiri lama diatasnya, aiyaaa!.
(lihat foto)

Perjalanan memang lancar, aspal mulus, tapi banyak belok2,
sehingga saat tiba dihotel Kelimutu Crater Lakes Eco Lodge istri
saya mual, jadi cepat2 minta kunci kamar untuk bisa beristirahat.
Ternyata saya dikasih kamar terdekat yang berupa villa, disana
rupanya hanya ada lima villa, jadi tidak semua teman dapat villa -
tapi kamar biasa yang terletak dilantai dua dari gedung dua lantai
yang bawahnya dipakai untuk restoran hotel.

Villa-nya keren, dengan bagian depan menjulang bertumpu
diatas tonggak, dan belakangnya seakan nyender ke lereng bukit,
maka posisinya tinggi bisa memandang ke kejauhan.
Saat masuk kamarnya saya terkejut karena langsung diserbu
banyak nyamuk Aedes yang gede2, pantesan ranjangnya pakai
kelambu, rupanya disitu dekat hutan maka banyak nyamuk.
Daripada saya yang di-kejar2, mending saya dah yang ngejar2
nyamuk itu, maka terjadilah pembunuhan massal sore itu.

Selesai beberes, masuk kamar mandi dan kaget lagi, rupanya
villa itu konsepnya alami, jadi kamar mandinya tanpa atap!
Mending kalau yang kelihatan langit biru diatas (kayak villa
di Lor Inn Belitung) - ini mah lihatnya pepohonan lebat di
tebing bukit yg nempel dibelakang villa.
Kebayang dah kalau ntar malam perlu ke kamar mandi -
begitu buka pintu maka yang terlihat diatas tembok kamar
mandi adalah hitam pekatnya lereng bukit berhutan itu.

Kejutan berikut saat mandi sore, rupanya nyamuk2 itu bukan
cuma kelaparan, tapi kalap-aran, masa lagi shower-an penuh
air itu masih dikerubutin, ampun deh.
Saat lapor ke orang hotel sekalian nanya apakah ada Baygon
semprot, dikasih tahu  "ntar kalo gelap aman pak nyamuknya
bakal hilang sendiri, sementara pasang aja Baygon elektrik
yang disediakan dikamar".

Tapi memang pemandangan dari kamar hotel kedepan asyik,
selain ada sungai berbatu melintas, tampak hamparan sawah
yang menguning dan dikejauhan tampak puncak Kelimutu
yang esok pagi akan kami daki.

Malam itu tentu diusahakan cepat2 tidur, kebetulan dikamar
tidak ada TV, kartu Simpati sih jalan, tapi Matrix sudah tewas
dari tadi2 berarti aman deh nggak ada goda-an untuk bbm-an.

Dikabari karena tidak ada telpon antar kamar, maka wake-up
call besok pagi berupa gedoran di pintu kamar, mantap deh.

bersambung part 3  : 
mendaki Kelimutu





4 comments:

  1. Repellant perlu masuk checklist ke ende yah,
    Makanan apa yg menarik di Ende Om?

    ReplyDelete
  2. Bung Ricky, gangguan nyamuk yang paling kerasa di Moni saja itu, ditemmpat lain nggak seberapa. Ke pulau Rinca waktu mau lihat komodo disarankan pake Autan oles, tapi saya kesana nggak pakai juga tidak terganggu nyamuk. soal makanan rasanya cocok2 aja, banyak pilihan makanan

    ReplyDelete
  3. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  4. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete