Thursday, December 6, 2012

Telusur Silk Road, part 2 : Persiapan yang ribet.
















Perjalanan telusur Silk Road kali ini dirancang istri saya bersama pemilik W-Tour,
direncanakan start dari kota paling ujung timur Silk Road yaitu Xian, dan finish
di kota ujung paling barat Silk Road wilayah China yaitu Kashgar.

Kota Xian (dahulu ChangAn), posisinya ditengah mainland China, inilah salah satu
dari lima ibukota kuno China, yang terkenal dengan Museum Terracota-nya.
Sedangkan kota Kashgar kalau dilihat dipeta, posisinya persis diutara New Delhi,
kalau dalam arah barat timur sejajar dengan Beijing/Pyongyang/Napoli/Madrid.

Penelusuran akan melewati kota2 sepanjang Hexi Corridor sampai kota DunHuang,
lalu terbang ke Urumqi (baca urumuci) - ibukota propinsi Xinjiang.
(Sebenarnya ada jalur kereta api dari Xian ke Urumqi, jaraknya 2500 km, yang
memakan waktu 33 jam, kami tidak memilih moda transportasi melelahkan ini).
Kemudian akan terbang melintas pegunungan TianShan kekota Korla yang berada
ditepi Taklimakan desert, barulah menelusuri lagi Silk Road jalur utara yaitu dari
Korla ke kota Kucha - Aksu dan berakhir di Kashgar, yang merupakan kota penting
karena inilah kota terakhir sebelum Silk Road menembus border negara tetangga.

Akan disempatkan ke Karakul Lake, danau diketinggian hampir 4000 meter dpl,
disitu bisa memandang puncak bersalju pegunungan Pamir, dibalik puncak Pamir
itu sudah masuk wilayah Tajikistan.
Dari Karakul Lake sebenarnya sudah dekat ke Karakoram Pass yang menuju ke
Kashmir, inilah highest border crossing in the world, 4800 meter diatas permukaan
laut, tapi medan menembus Himalaya itu rasanya terlalu berat maka niat mencoba
telusur rute cabang Silk Road yang menantang ini ditinggalkan dulu .

Tentu tidak mudah membuat itinerary perjalanan 13 hari ini, jarak Xian - Kashgar
yang melalui tiga propinsi (Shaanxi-Gansu-Xinjiang) dipeta terlihat sejauh Jakarta -
Merauke, tentu tidak mungkin cukup waktu kalau hanya pakai jalan darat.
Maka selain dua kali terbang internasional Jakarta - GuangZhou, harus terbang
domestik pula sebanyak 6 kali.
Setelah sekian lama berunding dan rutenya diubah sana sini-pun tetap harus ada
beberapa kali perjalanan darat yang berjarak 300 - 500 km, maka bisa diatas
6 jam baru tiba ditujuan, kebayang pegelnya duduk sekian lama dalam bus.

Maka istri saya meminta bus yang dipakai ukuran besar dengan 55 seats, dan
direncanakan maksimal 26 orang peserta saja agar bisa duduk lega nyaman
dalam perjalanan darat jarak jauh itu.
Tapi ternyata peminat banyak sekali, tidak tertahan yang ikut sampai 35 orang,
ditambah owner W-Tour yang biasanya menjadi tour leader kali ini rupanya
ingin santai, dia mengajak putrinya untuk ditugaskan jadi tour leader.
Pemakai kursi makin banyak lagi karena owner W-tour rupanya ingin membuat
tour berat ini senyaman mungkin, dia menyewa seorang national guide China
yang fasih berbahasa Indonesia, yang bergabung di Lanzhou dan ikut sepanjang
perjalanan di China itu.
Belum lagi disetiap kota akan ikut satu orang local guide, maka ditambah dengan
pak sopir total isi bus jadilah 40 orang.

Hari pertama perjalanan menuju Xian saja sudah lumayan melelahkan, Rabu pagi
10 Oktober 2012 jam 09.05 pesawat China Southern sudah take-off dari bandara
Jakarta menuju GuangZhou, transit lama sampai 5 jam baru dilanjutkan menuju
kota Xian dan tiba sekitar jam 23.05 waktu setempat, total perjalanan 13 jam.

Local guide yang menyambut di airport Xian, seorang pria China 44 tahun yang
bisa berbahasa Indonesia lumayan fasih dan untuk memudahkan menyebut
namanya - dia menobatkan dirinya pakai nama Latip.
Didalam bus, kejutan pertama muncul sewaktu Latip bilang bahwa jarak airport ke
kota Xian itu 55 kilometer, astaga itu mah sama saja dari Tangerang ke Serang,
maka jam 24.00 barulah kami bisa tiba di King Dynasty Hotel yang berbintang lima.
Kami segera bergegas tidur karena bukan saja sudah lelah tapi juga karena esok
paginya akan menuju obyek wisata yang eksotis yaitu Mount HuaShan.

bersambung part 3 : "mendaki" North peak HuaShan.

2 comments:

  1. Kalo pakai kereta yg 33 jam itu bukan nya nyaman juga pak ? mungkin pake kelas kompartment atau kamar2 an kaya kamar hotel ?

    ReplyDelete
  2. Sekian lama didalam gerbong tentu nggak nyaman

    ReplyDelete