Wednesday, June 23, 2010

Nyaris terdampar semalaman di Bandara Tripoli Libya.




Airport Valetta - Malta, Senin 31 Mei 2010 jam 14.00 rombongan kami
yang berjumlah 22 orang sudah rapih menderetkan koper didepan
check-in counter Libyan Air.
Sore itu jam 16.00 kami akan take-off menuju Tripoli, tiba jam 17.00
dan akan langsung terbang lagi jam 18.00 menuju Tunis - juga dengan
Libyan Air, tapi ganti pesawat.

Sebenarnya aneh terbang dari Malta tujuan Tunis via Tripoli ini, karena
rutenya membentuk huruf V, jarak terbang lebih jauh dan buang waktu.
Terpaksa rute ini diambil karena penerbangan langsung Malta - Tunis
untuk tanggal itu tidak dapat.

Walau antri untuk check-in itu tepat waktu dan posisi paling depan tapi
perasaan saya penuh was-was, karena dua hal.
Pertama kami cuma punya selang waktu hanya satu jam saja antara
mendarat dan teke-off lagi di bandara Tripoli itu, sungguh mepet banget
sehingga kalau ada delay dikit saja bisa tertinggal pesawat lanjutan itu.

Hal kedua lebih gawat lagi, ada tiga teman yang namanya di tiket salah
ketik, misalnya Suwana jadi Suwarna.
Hal ini bisa jadi musibah kalau sampai diketahui petugas check-in dan
bisa ditolak diterbangkan.
Sempat saya tanyakan kepada Juan Anthony, teman Jalansutra yang
bekerja untuk Emirates, katanya kalau di Eropa atau US sih nggak ada
ampun tuh, mudah2an saja di Malta nggak dipermasalahkan katanya.
Hal ini sudah diketahui oleh pimpinan rombongan kami yaitu Holden,
dan dia sudah urus ke Gulliver dan dapat surat pernyataan bahwa hal
itu menjadi tanggung jawab Gulliver.

Menunggu setengah jam koq counter belum buka juga, kabarnya masih
menunggu manager orang Libya yang masih diperjalanan.
Mendadak saya lihat Holden terlibat pembicaraan yang tegang dengan
seorang petugas pria Libyan Air, alamak penerbangan delay !.
Si petugas bilang jangankan delay yang diperkirakan bakal jam-jam-an,
delay setengah jam saja kami pasti tertinggal pesawat lanjutan itu dan
dia nambahin bahwa ketentuan IATA kan connecting minimal 2 jam.
Pokoknya dia nyalahin kami yang punya tiket dengan selang waktu
sejam saja itu. Jadi paling banter katanya kalau nanti kami terbang juga
maka silahkan tidur di kursi bandara Tripoli, mudah2an saja esoknya
dapat terbang lanjutan ke Tunis.
Jadi dia mau enteng saja "buang " kami ke bandara Tripoli.

Langsung Holden yang sangat kawakan urusan membawa rombongan
keluar negeri "keluar tanduknya", dengan keras dan tegas dia bilang
urusan kami terbang connecting ini kan yang ngatur Libyan Air sendiri,
dan kalau memang ada ini itu kenapa dia tidak dihubungi - kami kan
dua hari di Malta dan nomer handphone-nya diketahui fihak Airline itu.
Si petugas keok, dan bilang agar tunggu boss-nya orang Libya datang.

Kami semua jadi lemes, terbayang bakal semalaman terdampar duduk
di dalam airport Tripoli yang rasanya sih bakalan beda jauh dari airport
Changi yang nyaman dengan fasilitas airport hotel segala itu.

Sekian lama barulah datang seorang pria tinggi berkumis yang rupanya
manager Libyan Air itu, Holden langsung nembak nuntut pokoknya kami
harus bisa diterbangkan hari itu juga sampai ke Tunis.
Si manager tanggap, mengontak Tripoli minta agar pesawat lanjutan
menunggu kedatangan pesawat dari Malta ini.
Tapi kegembiraan kami segera pupus, rupanya delaynya nggak kira-
kira sampai tiga jam, mana bisa ditunggu begitu lama.

Beberapa teman berinisiatif tanya ke counter Air Malta, niatnya beli saja
tiket baru agar bisa ngejar pesawat Tripoli ke Tunis, tapi ternyata sodara2
denger harga tiket Malta - Tripoli bikin perut mules karena 1100 Euro !!.

Waktu berjalan terus, kepala sudah pusing mikirin mau dikemanakan
rombongan besar dengan koper gede2 ini kalau gagal terbang dstnya.

Ada kabar lagi bahwa mungkin terbang juga ke Tripoli, tapi karena tanpa
Visa maka akan langsung dibawa kesebuah hotel, dan pagi-pagi akan
dibawa lagi ke airport untuk menunggu penerbangan lanjutan.
Wah sebenarnya asyik juga nih, kapan lagi bisa nginjak tanah Libya tanpa
perlu repot bikin visa tapi sayangnya nggak bakalan bisa lihat kotanya
karena gelap-gelap sudah diangkut lagi ke airport.

Akhirnya sekitar jam 16 dapat kepastian bahwa kami nanti setiba di Tripoli
akan langsung diterbangkan dengan pesawat pengganti Tunis Air.
Wah tentu semua girang, tapi walau pesawat Libyan Air berangkat sejam
lagi (jam 17) tapi hitung hitung jeda waktu antara kedatangan sampai take-
off lagi di Tripoli sana nanti juga satu jam saja pula.
Ampuun, koq mepet lagi selang waktunya itu.

Holden segera menyuruh kami semua boarding, sedangkan dia masih mau
tongkrongi si manager sampai dia pegang bukti issued tiket Tunis Air,
dia khawatir tanpa pegang itu akan dapat kesulitan di airport Tripoli.

Mendekati jam 19 kami dipersilahkan naik bus dan diantar ke pesawat,
saat menaiki tangga pesawat dengan dua mesin jet itu saya tidak
bisa menebak jenis apa, hanya terbaca tulisan Bombardier dibadannya.
Didalam pesawat dengan seat 2 - 2 sebaris itu, saya tidak menermukan
pula jenis pesawat, di brosur hanya ada typenya yaitu CRJ 900.
Pesawat yang penuh penumpang itu, diekornya mentok ada dua toilet.

Eh, rupanya belum cukup kami dibuat sport jantung, ada pengumuman
bahwa ada calon penumpang missing, waduuuh kalau memang orang itu
tidak muncul kan bakalan lama untuk mencari dan menurunkan koper
si orang hilang itu dari perut pesawat.
Untunglah muncul juga orang itu, kini prosedur persiapan keberangkatan
dimulai, terasa ada yang beda berada didalam pesawat Libya itu, yaitu
selain dua pramugari dan satu purser, ada dua orang yang tidak memakai
seragam hilir mudik saja didalam pesawat, kayaknya sih petugas security.

Last minute banget Holden baru nongol, wuah tadinya kami sudah tegang
habis2-an khawatir dia ditinggal pesawat.

Penerbangan tentu singkat saja, cuma dikasih air minum doang.
Turun pesawat langsung dijemput bus dan didalam terminal kami sudah
ditunggu petugas dan digiring cepat-cepat menuju gate keberangkatan
karena pesawat Tunis Air sudah menunggu dan siap terbang.

Saya memang sempat masuk ke toilet dari bandara yang kelihatan
sudah berumur itu, closetnya sudah butut dan gompal keramiknya,
tapi tidak sempat foto-foto - nggak mau cari masalah lagi siapa tahu
ada larangan motret didalam situ.

Lega sekali saat kami sudah didalam pesawat Airbus A320 Tunis Air
yang besar - dan setiba di Tunis untungnya kami masih keburu dinner
di restoran sebuah hotel.

Untunglah pimpinan perjalanan kami bukan saja sangat pengalaman,
juga piawai pas tarik-ulurnya bernegosiasi dengan orang Libyan Air itu.
Sehinggga bisa terhindar terdampar semalaman dibandara Tripoli.
Selain itu ada untungnya pula hiruk pikuk ini, si petugas check-in di
Malta saking pusingnya mungkin tidak lihat ada kesalahan ketik nama,
selamat deh tiga rekan kami itu hehe.


18 comments:

  1. pak asyik dong pengalamannya, itu seni nya travelling..... ada deg2an nya, kalau anteng2 aja bisa bosan juga kali hehehehe. Kalo di liat foto terakhir ini benar juga kata pak Sindhi ternyata Juan itu tinggi, geeade and ganteng hehehehe

    ReplyDelete
  2. ya betul - Holden bilang untuk mau berhasil
    dalam "berantem" harus pas kenceng kendornya,
    kalau kelewat kendor nggak diperhatikan, kalau
    kekencengan ntar tuh orang ngambek atau jadi
    kelewat puyeng juga bisa ditinggal pergi, hehe.
    wah kalo lihat si Holden disaat itu, dia pasang muka
    bete banget, dan nguber terus ngotot abis2an, tapi
    dia bisa kasih argumen yang bikin si petugas mati kutu.

    nah kelihatan kan kerennya si Juan.

    ReplyDelete
  3. bagaimana ceritanya kok bisa nyaris terdampar?

    ReplyDelete
  4. A320 ?? tapi kok pesawatnya seprerti type md 82,... tapi keren jalan2nya:)

    ReplyDelete
  5. seni juga ya ... seniwen .... seneng baca tulisan pak Sinhdi ...

    ReplyDelete
  6. Wah, laporan perjalanan ini pasti akan muncul di Intisari, nih! Selamat berlanglang buana selagi masih kuat.

    ReplyDelete
  7. yang A320 itu Tunis Air yg Tripoli-Tunis,
    yang ada di foto itu Libyan Air Malta-Tripoli.

    ReplyDelete
  8. kalo udah kelewat dan lolos gitu memang kerasa
    sebagai seni hehe - tapi saat disana itu sungguh
    betul seniwen abiz !

    ReplyDelete
  9. makasih bu Vilma,
    kayaknya nggak dah kalo disana,
    tulisan Nepal saja sudah setahun
    nggak muncul.

    ReplyDelete
  10. ga kepikiran emosi yg terjadi disana saat itu....

    ReplyDelete
  11. sungguh berat kalau sampai stranded karena
    kami harus terbang dua kali sore itu, kalau hanya
    sekali mungkin tidak terlalu bingung, jadi serba
    salah sebab kalau tetap di Malta ngapain, kalau
    nginapnya di bandara Tripoli juga kasihan banyak
    wanita di rombongan ini.
    belum lagi mikirin rencana perjalanan di Tunis yang
    kacau balau, memang salahnya berawal dari jeda
    waktu yang hanya satu jam - lain kali harus tolak
    kalau dapat jeda sependek itu

    ReplyDelete
  12. Kalau anda bermalam di Bandara Tripoli, tentunya akan dapat pengalaman baru yang menarik.

    ReplyDelete
  13. @pak Kusuma - sy sih mau pak + enjoy aja. Tapi di rombongan ini banyak ibu2 yg pastilah berantakan kalo semalaman duduk doang di kursi hehe. Wah sirik abiz dah sama pak Kusuma yg telah bisa memasuki Libya beberapa tahun lalu itu.

    ReplyDelete
  14. wah turunnya belum pakai belalai...
    di libya sempat jalan2 juga dok?

    ReplyDelete
  15. Boro2 sempat jalan2 hehe - di airport Tripoli itu ke toiletnya aja sambil lari2.

    ReplyDelete
  16. tegang2 melihat menu ini jadi terhibur kan pak..

    ReplyDelete
  17. untung ada holden ya pak..
    setidaknya jadi pelajaran perjalanan jangan pake satu jam mepet gitu..

    ReplyDelete
  18. @tin2 : makan malam santai krn selain dg perasaan super lega juga perut dlm keadaan tenang krn sdh diganjel IndoMie duluan :)). Holden memang kami minta jd tour leader rombongan kami krn sekian kali tour dia jadi TL kami - jd tau persis dia jago dalam menangani trouble diperjalanan - terbukti saat di airport Malta tsb.

    ReplyDelete