Sunday, May 10, 2009

Niatnya nyari Sea Food - ketemunya Monggo Mas & Goyang Karawang.




Sekitar tahun 1980-an dipantai Dadap, Kabupaten Tangerang bermunculan
banyak restoran sea food - sebenarnya sih cuma warung2 beratap rumbia,
bukan bangunan permanen beratap genteng.
Tapi karena lokasinya persis di tepi pantai dan sea foodnya terkesan fresh,
maka tempat itu lumayan nge-top, selalu ramai apalagi di hari libur.
Orang Jakarta-pun bisa mencapai Dadap dengan cukup mudah, karena
lokasinya persis bersebelahan dengan pantai Kamal/utara Cengkareng.

Seingat saya terakhir kesana sekitar akhir 1980-an, dan itupun karena melayat
teman yang dikremasi di krematorium yang berdekatan dengan lokasi restoran.
Penasaran karena ada yang bilang di Dadap masih ada restoran2 sea food itu,
maka Sabtu 9 Mei saya dan istri menuju kesana via bandara Soekarno-Hatta,
ada jalan baru sehingga tidak usah lewat TelukNaga lagi seperti jaman dulu.

Setelah melewati pintu barat kawasan bandara, mengarah ke jalan tol Sedyatmo,
tapi tidak jauh setelah gapura bandara, kami belok kekiri memasuki jalan biasa
dan berikutnya menelusuri kali Dadap yang ada disebelah kanan jalan.
Jalannya dibeton tapi dibeberapa tempat ada rusak sedikit-sedikit, dan surprise
sekali karena hanya 15 menit setelah belok kekiri itu sudah tiba dipertigaan,
yang kalau kekiri mengarah ke TelukNaga dan kalau kekanan kearah Kamal.
Setelah belok kekanan yang berarti menyebrangi Kali Dadap itu, langsung belok
kekiri mengarah ke pantai Dadap dimana krematorium dan restoran2 itu berada.

Ternyata jalannya rusak berat, penuh kubangan air, lumayan jauh mungkin
sekitar 1 kilometer barulah mentok ke pagar dari stasiun rambu penerbangan
Kali Dadap, berarti jalannya habis - sudah sampai ke tepi pantai.
Stasiun locator itu mungkin memancarkan signal untuk menjadi titik panduan
bagi pesawat yang akan mendarat di bandara Soekarno-Hatta, memang diatas
kepala kami tampak melintas banyak pesawat yang menurun kearah bandara.

Bersisian dengan stasiun itu terlihat tiga restoran yang lumayan besar2, tapi
melihat lingkungan-nya yang bukan main kotor-nya, dimana mana sampah dan
genangan air kotor maka kami balik kanan saja.

Krematorium juga masih berfungsi, malah Rumah Abu-nya yang besar sekali
itu sudah ada satu lagi.

Saat kembali mengarah ke ke pertigaan/jembatan Kali Dadap, karena jalannya
rusak berat sambil jalan merayap kami sempat tengok-tengok memperhatikan
deretan rumah sederhana dikiri kanan jalan yang sejak jaman dulu berfungsi
sebagai rumah hiburan esek-esek.
Ada yang rumah billiard, warung remang2 sampai bangunan permanen dari
sebuah Hotel berlantai dua yang memasang tulisan : Buka 24 jam !.
Saya sampai bilang sama istri, memang ada hotel yang buka nggak 24 jam ?.

Didepan beberapa rumah hiburan yang aktifnya dimalam hari itu, tampak
wanita2 muda yang mungkin pekerja di rumah2 itu sedang duduk2 santai.
Rumah-rumah hiburan itu rata-rata memasang nama, mulai dari Villa Dadap
(Iya lah memang lokasinya di Dadap koq, tapi masa villa kayak gitu), Villa -
Segar Alam ( ini bener-bener nggak nyambung, apanya yang seger disitu ? ).
Sampai nama-nama yang membuat kami berdua senyum-senyum :
Cafe Monggo Mas dan Wisma Goyang Karawang.

40 comments:

  1. Aduh sayang benar tuh ruko...jalannya ancur bune.

    ReplyDelete
  2. komplek ruko itu lumayan besar,
    disampingnya juga ada komplek pergudangan

    ReplyDelete
  3. Waduh pernah tuh ke pelelangan ikan di Dadap awal 80an kali ya, sesudah pelayanan medis KB pake Jeep Wilis tahun 48....sama bidan Hetty yang tinggal di Selapajang cari kepiting telor. Lihat foto2 itu sedih banget koq jadi merana gitu ya.... pembangunan malah mundur kalo cuma villa remang2...bangga pada Kabupaten Tangerang yang menerima Parasamya Purnakarya Nugraha tahun 1974, Kabupaten pertama di Jabar yang dapat penghargaan Presiden karena pembangunan yang pesat Pelita I. Jadi ingat kepemimpinan Bupati H.Muchdi.
    Trims Sin sudah tulis laporan pandangan mata yang lengkap! Salam untuk isteri yang setia mendampingi 'wartawan' sampai ke ujung Dadap.

    ReplyDelete
  4. salam kembali dari istri - dua bulan lagi dia pensiun
    dari RSU Tangerang, Dr.Reni udah duluan.
    Dadap itu jadi rusak mungkin karena air laut sekarang
    kalau pasang jadi lebih tinggi dari jaman doeloe,
    maka jadi kerendam kayak gitu.

    ReplyDelete
  5. Jalan ke restonya rusak parah terus lokasinya kayak susah dicari, ngenes banget yach?

    ReplyDelete
  6. wadouw, seperti perjalanan ke negeri antah-berantah!
    masih mending tanjung pasir dan tanjung kait dong ya...
    (bulan lalu ke tj. kait dan kapok, pantainya kotor banget!)

    ReplyDelete
  7. duh kenapa sampah selalu ada d mana2 ....bahkan d dekat lestoran

    ReplyDelete
  8. Alm. ayah saya yang wafat 24 tahun lalu, di kremasi di salah satu incinerator ini :(

    ReplyDelete
  9. Saya belum pernah kesini...kalau jalan rusak ya males ya...
    apalagi banyak rumah esek2 nya....ha...ha...ha....:-)

    ReplyDelete
  10. ya jalannya rusak karena sering kerendam rob (pasang laut), kalau lokasinya justru mudah, dari bandara cuma 15 menit sudah nyampe tuh.

    ReplyDelete
  11. saya ada satu foto lagi, siang hari setelah foto ini,
    dimana incenerator nya sedang bekerja, tapi nggak
    tega memuatnya.

    ReplyDelete
  12. teman saya yg masih suka kesana bilang sea-food
    di restoran tengah2 langganan dia itu enak2,
    maka saya coba lihat, tapi gitulah lingkungannya
    sudah banyak menurun dibanding tahun 80-an yang
    terlihat rapih dan bisa makan sambil melihat laut.
    rumah esek2 itu sudah ada dari jaman dulu he3

    ReplyDelete
  13. saya datang sekitar jam 9 itu, orang2 restoransedang
    menyapu halaman dari air laut yang masuk kesana,
    itu yang kayaknya bikin jadi kotor.

    ReplyDelete
  14. padahal sejengkal tuh dari ibukota,
    persis berdampingan dengan Kamal yg masuk
    Cengkareng dan juga dekat sekali dg bandaara.

    ReplyDelete
  15. Ini sih penyakit dari dulu, gak pernah beres ya, udah puluhan tahun nggak ada kemajuan, msetinya dibeton aja jalannya ;((

    ReplyDelete
  16. Kalau liat lokasi secara umum, mustinya sudah gaka ada lagi bahan laut yang bermutu ya?

    ReplyDelete
  17. pas belok dari jembatan, awalnya jalannya beton,
    trus yang ancur2an kayak gitu, dan mendekati
    ujung dimana ada stasiun locator, di beton lagi.
    nggak ngerti kenapa di tengah2 hancur parah.

    ReplyDelete
  18. walah..ga beda jauh sama daerah pasar kemis-cikupa via kedaton..

    ReplyDelete
  19. Capt, ikannya mungkin dapat dari pelelangan Kamal,
    kan deket banget dg Dadap, tapi mikirnya gini, saat
    disiapkan di restoran situ bersih2nya pakai air apa yah ?
    tempat itu kan terjepit - dikiri ada kali Dadap, diutaranya
    laut dan letaknya jauh diujung jalan rusak itu.

    ReplyDelete
  20. udah lama nggak ke Kedaton, udah dibeton yah ?
    jalan di Dadap ini memang merana, sejajar/bersisian
    dengan kali Dadap yang sangat terpolusi, dan dekat
    pantai teluk Jakarta yang air pasangnya suka naik tinggi,
    maka sering tergenang kayak gitu.

    ReplyDelete
  21. kedaton masih sama..jalan offroad..yg sudah dibeton cuma dari frans brother ke pasar kemis..sisanya dari kedaton ke frans brother merupakan tempat yang cocok untuk uji nyala kemampuan mengemudi sedan dan sejenisnya..kekeke..

    ReplyDelete
  22. jalan daerah sana nggak stabil karena
    banyak truk lewat.

    ReplyDelete
  23. karena pemdanya ga belajar dari pengalaman..
    di ruas jalan yang setelah dan sebelum jalur kedaton-frans brother, jalannya dibeton dan ga rusak2 lagi sampe sekarang..tapi dijalan kedaton-frans brother paling cuma diurug doang terus diaspal sekenanya doang..ya pasti rusak lagi..

    ReplyDelete
  24. ayah sahabat saya dikremasi disini loh pak.. jadi saya pernah kesini.. 2 jam saja ya jadi abu..

    ReplyDelete
  25. biarpun becek.. tetap pada kesana.. demi?

    ReplyDelete
  26. ada yang jualan apa itu yang lewat?

    jadi ga nemu seafood dong?

    ReplyDelete
  27. makan disini? jalannya parah bikin semangat kalau makan disini, kebayar kalau enak kan..

    ReplyDelete
  28. gawat pak, mau menuju ketempat istirahat terakhir aja begini parah-nya pak, semua serba rusak/ kotor, jadi tempat sampah......kalo boleh, lebih baik hidup aja deh...masih bisa 'milih jalan' sendiri...hehehe
    tanggung jawab Pemda mana tu pak, DKI atau Tanggerang?

    ReplyDelete
  29. Lho kok ancur begini Doc.
    Terakhir ke sini kayanya 5 tahunan yang lalu deh.
    Masih ramai pengunjung.

    ReplyDelete
  30. katanya yang paling enak yang H.Tarma (restoran yg tengah2).

    ReplyDelete
  31. Dadap masuk Kabupaten Tangerang,
    kapan2 pak Eddy mesti main kesini,
    kebayang kalo BMW dijalanin dijalan rusak gini, he3

    ReplyDelete
  32. bung Hanny van Melbourne,
    ini jam 9 pagi, belum ada yang datang tentunya,
    kayaknya sih rame kalau siangnya.

    ReplyDelete
  33. Biar diajak rasanya aku ogah ke sana.
    Bisa punggung remuk lewat jalan-jalan yang berlobang.

    ReplyDelete
  34. duh..kalo beli seafood, titip aja deh dok...badan bisa ronrok nih!! hahaha...

    ReplyDelete
  35. hm.. hotel ya mestinya buka 24 jam? :)

    ReplyDelete
  36. he3- jaman doeloe sih di bela2in kesana,
    karena suasananya masih lumayan, kita
    duduk2 di saung dengan pemandangan ke laut,
    sekarang sudah ketutup dan kotor gitu.

    ReplyDelete
  37. kayaknya sih mau ngasih tau kalo malam2
    perlu kamar - disitu tersedia he3

    ReplyDelete
  38. urang Bandung ayo kesitu,
    kapan lagi bisa menikmati sea food fresh he33

    ReplyDelete
  39. wah, duluuuuu bgt saya pernah ke sini, Pak. pas jaman masih TK :D
    kayanya masih bagus deh, skrg ga terawat yah jadinya

    ReplyDelete