Thursday, February 21, 2008

David, Gramedia dan Be Happy !

Dr. David, yang Kepala Puskesmas ini, dulu selalu menghampiri meja saya
kalau dia ada urusan di Kantor Dinas Kesehatan Kota Tangerang.
Dia lebih muda 15-an tahun, tapi hobby kami sama yaitu baca buku, dan
kalau mampir itu David selalu bercerita soal buku yang baru dibacanya.

Suatu ketika dia mampir lagi dan cerita2 tentang buku Harry Potter yang
waktu itu baru saja mulai populer di Indonesia.
Saya bilang :
Vid, lho koq kamu baca Harry Potter sih ?, itu kan buku bacaan anak-anak !.
Dijawab :
Iya sih, tapi itu kan buku yang begitu men-dunia, masa sih kita nggak baca ?.

Iya bener juga yah, maka jadilah saya beli buku pertama-nya dan lumayan
menikmati kisahnya.
Memang saya tidak membeli buku-buku lanjutannya, tapi saya pikir
pendapat David benar kalau kita nggak mau kuper soal buku yang hebat ini.

David juga punya disiplin yang bagus soal membaca, selalu menargetkan
setiap buku yang dibelinya harus selesai dibaca dalam waktu dua minggu.
Nah kalau soal ini saya nyerah dah, banyak bolongnya - boro2 selesai
dalam dua minggu, ada yang tahunan baru kebaca separuh.
Kacaunya lagi, pernah saya beli buku yang sama gara2 tidak disiplin itu.
Kini setidaknya setiap buku saya berikan tanggal, lumayan membantu
mengingatkan saya kalau buku itu sudah kelewat lama belum "dihabisi".

David pula-lah yang membuat saya membeli buku yang ternyata bikin
saya tidak habis2nya menyesali diri sendiri kalau kenapa tidak dari dulu
saya baca buku "Personality Plus" karangan Florence Littauer yang
begitu mencerahkan.
Buku super bagus tentang watak dasar manusia ini (choleris-melankolis-
sanguinis-phlegmatis), sudah tahunan terpampang terus-terusan di rak
berbagai toko buku seperti Gramedia, Kharisma dll.
Padahal kita lihat buku-buku baru bermunculan dengan kecepatan yang
mengerikan - suatu buku baru yang kurang laku dalam hitungan hari
sudah menghilang dari display - tempatnya dijajah buku baru yang lain.
Ini bukti nyata kalau buku Personality Plus itu buku bagus, yang tetap laris walau sudah tahunan bercokol disitu.

Kami berdua tentu makin senang karena toko buku Gramedia kini ada
dimana-mana, karena buat kami kalau kebetulan pergi ke Mall, maka
masuk ke toko buku itu adalah suatu kenikmatan tersendiri.

Suatu ketika saya mendapati ada buku dengan judul yang sama, tidak
tanggung2 - sampai tiga buku !, yaitu : Be Happy !
(saya tahu ada buku bagus berjudul itu juga dari David !).

Tentu ini fenomena yang menarik, kenapa bisa sampai banyak yang
menulis topik yang sama, penulisnya orang2 yang berkelas lagi -
salah satunya adalah  Anand Khrisna.
Memang siapa sih yang nyaman dengan memiliki rasa Takut/Cemas,
dan siapa pula sih yang tidak ingin bisa Berbahagia. Ini mungkin yang
membuat para penulis memilih hal yang begitu manusiawi ini

Salah satu buku itu,  covernya tampak atraktif, bertuliskan :

                                 Be Happy 
Mengatasi Takut dan Cemas dari Akarnya, dan Berbahagia
                 dalam segala Situasi.

Pengarangnya adalah Sri Dhammananda, beliau ini pendeta Buddha.
Awalnya saya ragu membelinya - mengira khusus ditujukan untuk
para penganut agama Buddha saja.
Tapi membeli juga setelah membaca keterangan bahwa tidak demikian,
jadi walaupun ditulis dengan latar pemahaman Buddhis, pesan-pesan
dalam buku ini berlandaskan hukum alam dan bersifat universal -
sehingga bermanfaat bagi segenap umat manusia.

Buku setebal 300 halaman ini terbagi dalam 4 bagian :
Akar Takut dan Cemas - Kiat mengatasi Takut dan Cemas -
Benih-Benih Kebahagiaan - Kiat Hidup Bahagia dalam segala situasi.

Penuturannya enak disimak, dan memang mencerahkan, pengarang
sesekali mengutip pendapat para pemikir yang terkenal bijak,
misalnya :

Khalil Gibran, yang bisa menjadi bahan renungan para orang tua
yang suka gamang dalam mengenal siapa anak2nya :
- Anak-anakmu adalah bukan anak-anakmu
  Mereka adalah putra-putri kehidupan
  Yang merindukan dirinya sendiri
  Mereka datang melaluimu, namun tidak darimu
  Meskipun mereka bersamamu
  Mereka bukan milikmu
  Engkau boleh memberikan cintamu kepada mereka
  Tapi tidak pemikiranmu
  Karena mereka memiliki pemikiran mereka sendiri
  Engkau boleh berusaha menyamai mereka
  Namun janganlah berusaha membuat mereka sama denganmu.

Khalidasa, seorang penyair dan dramawan besar India, yang
menuliskan bait mengenai kebenaran sederhana tentang hidup :
- Kemarin hanyalah mimpi
  Dan hari esok cuma lamunan
  Tapi hari ini, yang dilakoni dengan baik
  Membuat setiap hari kemarin menjadi mimpi indah
  Dan setiap hari esok adalah visi harapan dan keriangan
  Karenanya, jalanilah hari ini baik-baik.

Penulis lainnya :
- Kebahagiaan ada didalam perjalanan, bukan di tempat tujuan.
  Berbahagialah mereka yang hidup dengan cita-cita luhur dan mulia.
  Berbahagialah mereka yang memperkaya kehidupan orang-orang disekitarnya.
  Berbahagialah mereka yang membiarkan orang lain hidup dalam kedamaian.
  Berbahagialah mereka yang menyumbangkan sesuatu untuk membuat dunia -
  ini menjadi tempat yang lebih baik untuk ditinggali.
  Berbahagialah mereka yang berkarya atas dasar cinta kasih.
  Berbahagialah mereka yang mengasihi orang lain.
  Berbahagialah mereka yang membahagiakan orang lain.

  Penderitaan berarti akhir dari Kebahagiaan.
  Kebahagiaan berarti akhir dari Penderitaan.

Dalam buku itu disarikan bahwa Kita Takut karena Ketidaktahuan, dan
Jangan Kejar Kebahagiaan karena Kebahagiaan bukanlah sekedar
mendapatkan apa yang kita inginkan, melainkan merasa berkecukupan
dengan apa yang kita dapatkan.
Kebahagiaan dikatakan bukan merupakan tujuan yang harus dikejar-kejar,
karena Kebahagiaan lebih merupakan suatu cara menyikapi hidup,
dalam setiap detak kehidupan - dalam kekinian.


Tertarik mau "dapat Be Happy" ?.
Ayo atuh ke Gramedia, siapa tahu ketemu juga sama David disana.


 

32 comments:

  1. waaahh makasiiih dokter utk reviewnya...kyknya sy tertarik beli buku personality plus itu deeeh...dr dulu penasaran pgn lbh paham ttg watak dasar manusia (choleris-melankolis-
    sanguinis-phlegmatis)....
    makasi jg sdh invite..:)

    ReplyDelete
  2. Hmmm... hmmm... hmmmm.... a serious lesson for some simple things.

    ReplyDelete
  3. Dr. Sindhi, saya juga mengalami masalah yg sama soal kedisiplinan menyelesaikan buku. Kadang saya juga menemukan buku di rak yg ternyata belum saya selesaikan..hehe..parahnya kadang saya malah sekaligus baca 2-3 judul sekaligus secara paralel tergantung mood tp jadinya malah ada yg ngga selesai.

    Jadi tertarik beli Be Happy, kutipannya Khalil Gibran ttg anak memang pas banget utk saya yg baru belajar mendidik 2 anak yg masih kecil2.

    Salam!

    ReplyDelete
  4. Pak dokter baca buku The Secret nggak? Kalo buku terakhir yang saya baca Travellers Tale. Pak Dokter udah baca juga blom?

    ReplyDelete
  5. ur welcome,
    ga nyesel dah baca buku itu,
    beli yang basic aja-warna kuning,
    kalo yg pengembangannya misalnya yang
    for couples atau utk ditempat kerja dll - hanyalah
    pengulangan/penekanan saja.
    baca yang basic saja sudah cukup jelas

    ReplyDelete
  6. he3-
    saya juga beli buku Be Happy karangan Anand Khrisna,
    juga menarik, tapi rasanya karangan Dhammananda yang
    benar2 jadi buku kesayangan saya - buku ini saya tandai
    dibanyak halamannya dan sering saya baca ulang point2
    menarik yang saya tandai itu.

    ReplyDelete
  7. cilakanya, kalau ke mall selalu masuk ke Gramedia -
    dan "lapar mata" - ada aja yang dibeli,he3.
    tapi memang susah sih, saya pernah ragu membeli satu buku,
    minggu depannya udah nggak ketemu lagi tuh buku.

    yah soal anak itu, saya juga pikir itu pendapat yang bijak sekali,
    kalau kita bisa terapkan di hati kita maka kita lebih tenang.

    ReplyDelete
  8. The Secret udah Vit,
    tapi nggak berani me review ah,
    mau percaya bingung, nggak percaya juga gimana-
    para pengarang buku itu pernah tampil lho di acara
    Oprah Winfrey, kan hebat tuh bisa muncul disana.
    Travellers Tale ? - belum tuh, nanti cari dah, thanks.

    ReplyDelete
  9. Pa Sindhi, kalo suka buku2 yang mirip Be Happy ini, sayas arankan untuk beli buku Membuka Pintu Hati karangan Ajahn Brahm. Penerbitnya sama dengan penerbit buku Be Happy ini.
    Dalam buku itu diulas cerita sehari-hari yang dialami oleh Ajahn Brahm sendiri atau yang dialami gurunya yang banyak memberikan ulasan mengenai nilai-nilai kehidupan.
    Selamat membaca...

    ReplyDelete
  10. tampaknya menarik Oom... *bergerak mencari Be Happy*
    kadang orangtua masih merasa sulit mengenali anak-anaknya sendiri...perlu pendekatan dari kacamata yang lain :)
    Personality Plus, buku bagus juga itu Oom...lebih mengenal diri sendiri dan mengenali karakter orang lain dalam lingkungan kita :)
    reading chayoo!!

    ReplyDelete
  11. thanks infonya,
    nanti dicari di Gramedia

    ReplyDelete
  12. Dr.Sindhi, saya nunggu aja deh buku perjalanannya terbit:)hani

    ReplyDelete
  13. dear Hani,

    he3 - thanks,
    kayaknya sih masih jauuuhh -
    saya sudah cukup hepi kalau bisa muncul di Intisari.
    saat ini baru dua kali, mudah2an bisa muncul lagi

    ReplyDelete
  14. pak dokter,
    jadi mau tambah pesanan buku lagi deh..
    boleh ngga nih??..

    ReplyDelete
  15. Apa semua dokter itu hobi beli buku ya? Daddyku sekali beli buku bisa 10 item,abistu lupa dibaca deh. Banyak buku dirak yang masih utuh (baca: lengkap dengan plastiknya) tapi udah bedebu2 (baca: lama tak tersentuh). Kl kata daddy sih, beli buku itu gak pernah rugi. Walaupun sekarang belum sempet dibaca, tapi suatu saat pasti butuh. Sangat terasa pas aku kuliah, banyak banget buku daddy yang bisa jadi ide atau referensi buat bikin assignment.

    Om, buku be happynya kynya menarik, direkomendasiin ke mama sama daddy ya. Kalo om yang rekomendasi pasti mereka beli. hehehe (curang, dasar mahasiswa kere)

    ReplyDelete
  16. Dok.. apa kabar? gimana jalan-jalan ke Jepang nya ?
    Seperti suami saya, kalau ke mall nagih nya ke Gramedia, tentunya setelah si kecil puas main di Timezone. He.. ngomong2 Harry Potter saya jadi ingat betapa buku ke 5 dan ke enam sudah dibeli tapi tidak sempat baca :) padahal di taman bacaan kita di depan rumah sdh ada yg nanya buku ke 6 itu. Sepertinya kali ini saya harus merelakan orang lain baca duluan, dari pada nunggu saya tamatkan yang tidak jelas kapan :)

    ReplyDelete
  17. mas Shindi, terima kasih infonya ya...kebetulan udah hampir sebulan ga jalan2 ke toko buku. memang sangat sulit hidup tanpa buku. nanti saya liat2 buku be happy nya.

    ReplyDelete
  18. mas Shindi, terima kasih infonya ya...kebetulan udah hampir sebulan ga jalan2 ke toko buku. memang sangat sulit hidup tanpa buku. nanti saya liat2 buku be happy nya.

    ReplyDelete
  19. OK,
    met hunting buku,
    kemarin saya ke Gramedia Grand Indonesia,
    sayang ter-buru2 jadi tidak menikmati suasana
    jalan disana.
    met wik-en
    salam
    sm

    ReplyDelete
  20. mas Shindi, terima kasih infonya ya...kebetulan udah hampir sebulan ga jalan2 ke toko buku. memang sangat sulit hidup tanpa buku. nanti saya liat2 buku be happy nya.

    ReplyDelete
  21. Makasih infonya, Pak. saya pernah liat di rak Gramed, tp blm pnah buka2..:)
    Btw, di Grand Indonesia ga ada diskon pembukaan yah, Pak?

    ReplyDelete
  22. Diskon ada di Gramed Grand Indonesia,
    dilantai 5 kalo nggak salah - jadi bukan
    ditokonya yg dilantai 3 tapi diatasnya
    yang di tempat darurat -
    entah masih ada nggak diskonnya sekarang.

    ReplyDelete
  23. Terima kasih Doc, very good reading to ponder.
    Istimewa karena besok pagi Kenneth kembali ke Sydney sesudah 2 minggu holiday bersama kami. Sekali lagi thanks, appreciate it.

    ReplyDelete
  24. jalan2nya jauh amat sih pak.. mengunjungi mbakgrame di grandindonesia dari tangerang hehehe..

    happy ya baca happy..

    ReplyDelete
  25. Halo Pak Dokter
    Kebawa ke sini dr FB :-)

    Yg sy sukai dgn kehidupan saat ini di china, sy punya byk wkt utk baca + punya hak utk pinjam 10 buku per 2 minggu di perpus sekolah anak2 yg koleksinya mayan bangets.

    Buku Be happ ini masih ada di gramed saat ini ? Kalo iya mudik bln juni nanti saya akan cari.
    Makasih infonya, Pak. Salam buat Ibu jg

    ReplyDelete
  26. Halo bu Jempol,
    Ntar kalo ke Gramedia akan saya liat2 lagi,
    salam utk semua di TianJin

    ReplyDelete
  27. kalau begitu kita sama dong Pak Sindhi ...hobinya baca buku. Makanya mudik khusus beli buku :):) , tp kalau liat di Jerman n china...buku2 kita masih kurang banyak. Liat buku terjemahan di jerman n china maupun pengarang dalam negeri mereka...membuat ngiri, kayaknya kalau ngerti bahasa mereka pengen beli tuh buku2nya. Maklum Pak Sindhi, biar bagaimanapun lebih enak baca pake bahasa ibu sendiri.

    ReplyDelete
  28. saya hobby beli buku - saking hobbynya sampai2 numpuk
    yang belum kebaca haha, kebiasaan yg jelek - tapi kalau
    kita lihat buku trus nggak dibeli, kapan2 tuh buku sudah
    hilang dari peredaran

    ReplyDelete