Ke Dubai tidak melihat Burj Al Arab ?, orang bilang itu sih
sama saja dengan ke Paris tapi melewatkan mengunjungi
Eiffel Tower, atau ke Sydney terlewat lihat Opera House.
Burj Al Arab yang artinya Tower of The Arabs, memang
sungguh pantas menjadi icon-nya Dubai.
Dibuat sengaja mirip dengan bentuk anggun layar dari
Arabian Dhow -perahu tradisional Dubai, dan sengaja pula
dibangun tidak didaratan tapi muncul dari dasar laut sejauh
280 meter dari garis pantai.
Jadi seakan sebuah Dhow yang sedang mengembangkan
layar, simbolisasi transformasi urban Dubai.
Dibangun dari tahun 1994, dan dioperasikan tahun 1999,
Burj Al Arab menjadi hotel satu2nya di dunia yang secara
hiperbolik dijuluki ber-bintang tujuh.
Konon tidak lama lagi akan muncul hotel ber-bintang
tujuh lainnya, antara lain Flower of The East di Kish - Iran
dan The Centaurus Complex di Islamabad Pakistan.
Untuk design yang begitu inovatif dan ultra modern,
serta kemewahan pelayanan yang ditawarkan, maka
hotel setinggi 321 meter ini disebut bukan saja :
The World's Tallest Hotel, juga sebagai The World's Most -
Luxurious Hotel.
Memang inilah salah satu The Finest Hotels in the World,
yang siap menerima kunjungan Kings/Queens/Sheikhs
sekalipun.
Minggu siang, 14 Oktober 2007 sekitar jam 12.30 kami
turun dari bus didekat Wild Wadi Water Park, didepan
tampaklah BurjAlArab yang anggun dan cantik sekali,
dominan warna putih dengan biru terang pada sisinya.
Tempat kami turun persis didepan pos penjagaan,
dibelakangnya terdapat jembatan menuju bangunan hotel.
Bus tidak boleh melewati pos penjagaan, hanya kendaraan
sedan, jadi kami akan naik Golf Cart yang tampak bolak balik
mengantar para tamu yang mempunyai izin memasuki hotel.
Hanya tamu hotel yang menginap atau mengunjungi salah
satu restoran-nya yang boleh masuk, itupun harus reservasi
jauh-jauh hari sebelumnya.
Sebelumnya kami bingung dengan dress-code nya, pasti
harus rapih tidak boleh pakai sepatu kets/celana pendek.
Karena ada yang bilang harus pakai jas, maka tidak mau
ambil risiko kami semua bawa jas dan dasi, sedangkan
wanita pakai busana resmi dengan blazer segala.
Padahal kan jadi ribet, tour kesana kemari sekian hari bawa-
bawa jas yang bakalannya dipakai cuma sekian jam doang.
Ternyata kata local guide - pakaian kami sudah rapih tidak
usah pakai jas lagi, yah sudah kepalang ditenteng maka
dipakai saja tanpa dasi.
Sambil menunggu jemputan, kami mengagumi eksterior
gedung yang dimalam hari sinar lampu yang menyorotnya
bisa berubah-ubah mulai dari sinar putih ke multi coloured
tiap 30 menit.
Tampak pula bentuk bulat mungil di ketinggian 210 meter,
itulah helipad selebar 24 meter dimana pernah Tiger Wood
melontarkan bola-bola golf kearah Arabian Gulf , dan juga
tempat Andre Agassi bermain tenis bersama Roger Federer.
Memasuki pintu BurjAlArab, bukannya disambut dengan
pemeriksaan security yang ketat dengan pintu detektor,
malah pelayan yang menawarkan kurma yang lezat sekali.
Kini kami berada didalam lobby hotel, kecil saja tapi karpet-
nya tampak tebal mewah sekali, cantik berwarna warni.
Ditengah tampak air mancur yang indah selebar gedung,
hanya menyisakan sepasang escalator dikiri kanannya.
Menengok keatas tampak atrium hotel yang tinggi sekali,
uniknya V-shaped dan dindingnya kombinasi warna putih
dengan biru yang bergradasi makin keatas menjadi makin
hijau, cantik dan atraktif sekali.
Tiang2 besar warna keemasan menempel di-dindingnya.
Atrium setinggi 180 meter ini dinyatakan sebagai :
The Tallest Atrium Lobby in the World.
Interior menakjubkan ini di design oleh Khuan Chew -
yang juga mendesign interior Istana Sultan Brunai.
Konon terpakai 8000 m2 gold leaf 22 carat dan
24 ribu m2 berbagai jenis marmer didalam hotel ini.
Naik escalator menuju lantai dua, kini sekeliling tampak
beberapa toko dan restoran, termasuk jalan masuk ke
restoran Al Mahara tempat kami makan siang.
Seharusnya memasuki Al Mahara (artinya The Oyster)
memakai Simulated Submarine, karena didalam
The Top Ten Best Restaurant of the World by Conde
Nast Traveler itu, terdapat Lounge Seawater Aquarium
yang berisi lebih dari 1 juta liter air laut, kacanya yang
terbuat dari acrylic glass konon tebalnya 18 centimeter !.
Jadi para tamu dibuat serasa naik submarine, yang
menyelam, untuk nantinya saat penumpang keluar
sudah berada didalam restoran yang seakan berada
di dasar laut.
Tapi ternyata submarine-nya sedang perbaikan, ini
awal yang sangat mengecewakan tentunya.
Lalu kami dipersilahkan memasuki lift, terasa turun
ke dasar hotel itu dan tibalah dipintu masuk Al Mahara.
Memasuki restoran, terlihat meja kursi mengelilingi
aquarium yang besar sekali berbentuk bulat ditengah
ruangan, sayang sekali dilarang memotret disitu.
http://www.burj-al-arab.com/dining/al_mahara/
Kami yang bertujuh belas orang diarahkan memasuki
private room yang terasa kurang nyaman karena agak
sempit dengan hanya satu sisi aquarium didindingnya.
AC-nya juga sepoi2 saja, dan kursinya juga design-
nya kurang bagus karena mudah jatuh terlentang.
Lembaran menu dibagikan, isinya set menu yang
terdiri dari 4 macam makanan, dessert dan teh.
Teh ternyata akan dihidangkan sebagai penutup, kami
jadi bingung, masa makan sekian lama tanpa minum.
Waiternya bilang boleh di sajikan awal, tapi tidak bisa
refill, kalau mau nambah bayar lagi 80 dirham, padahal
dikasihnya cuma secangkir kecil doang.
Gimana kalau minta Aqua dalam gelas, oh bisa katanya,
boleh refill, tapi bayar 7 USD/orang - busyet deh!.
Makanan pertama Salmon Mi-Cuit with Wakame Paste
and Thai-Prawn Essence, yang ditata dengan cantik,
karena sudah lapar langsung disikat habis.
Nunggu sekian lama, barulah datang Blue Swimmer Crab
Milk Shake with Asian Tempura of Soft Shell Crab, yang
besarnya cuma sa-upil doang.
Nunggu lama lagi - lebih dari 15 menit, datanglah Seared
Diver Scallop with Teriyaki Risotto and Kaffir Pipette,
kalo nggak ada busanya nutupi - pasti ketauan kalau itu
ukuran sekali telan aja abis - kecil banget!.
Nunggu lama lagi - tidak nongol-nongol, saking kesal
saya nyelonong keluar kamar, masuk ke ruang utama,
lalu jalan mengelilingi aquarium besar yang berada
ditengah ruangan itu.
Tidak semua kursi terisi, sayang sekali saya tidak
punya keberanian memotret disitu.
Akhirnya muncul Roasted Red Tuna with Shemiji -
Mushrooms and Fava Bean, Yuzu Essence, lumayan
rada gedean, kalo yang sebelum2-nya sih gede
piring-nya doang.
Dessertnya Valrhona Chocolate Sphere, tampilannya
berupa bola coklat kecil, tapi pelayan bilang jangan
dimakan dulu, bakal ada show katanya.
Mereka lalu bawa coklat cair panas, diguyur diatas bola
coklat yang sudah ada dipiring kami, oh atap bola coklat
jadi leleh dan didalamnya ada isinya - Ooooh gitu toh.
Ruangan privat memang enaknya bisa ngobrol bebas,
tapi sempit, dan ini mengakibatkan saya dapat bonus.
Saat pelayan mengangkat piring bekas, karena sempit
maka piringnya diangkat tinggi-tinggi lewat kepala kami,
tiba-tiba saya dapat jatuhan garpu yang dari logam cukup
berat itu persis di jidat saya, lumayan juga kerasa nya -
untungnya nggak sampai berdarah - untung terus !.
Selesai makan siang, tidak mau rugi kami minta untuk
bisa melihat kamar hotel -nya.
Ternyata tidak bisa, alasannya semua kamar penuh.
Semua kamar disana hanya ada kelas suite, semua
juga duplex - terdiri dari dua lantai.
Yang paling "murah" dari kelas One Bedroom Deluxe
Suite, luasnya 170 m2, sewanya 7500 Dhs seharinya.
Kelas paling wah Royal Suite, luasnya aduhai 780 m2 -
sa-gede apa tuh kamar bingung ngebayangin-nya,
dan sewanya juga mana tahan : 50.000 Dirham !.
Harga itu masih ditambah government tax 10% dan
service charge 10 %, breakfast juga belum termasuk.
Uang Dirham di peg terhadap US Dollar, berarti stabil
1 US Dollar setara dengan 3,6 Dhs.
Untunglah, rupanya untuk mengurangi kekecewaan,
kami diajak kedalam hotel dan menuju lift, melewati
berbagai ruangan yang serba gemerlap dengan lantai
ada yang berupa mozaik warna warni cantik sekali.
Lift kaca yang ada dibagian belakang hotel itu naik
dengan kecepatan tinggi, dan pemandangan kearah
luar memukau. Tampak air laut membiru, dan terlihat
proyek Palm shaped Island yang sedang dibangun.
Keluar lift kami mendapati berada didepan pintu
masuk restoran Al Muntaha, yang tampak mewah
dan pemandangan keluar kaca sangat menarik
karena berada di ketinggian sekitar 200 meter.
Tentu kami tidak boleh masuk maka setelah nengok2
dari luar saja itu, kami segera turun kembali ke lobby,
sebelum keluar sempat ngambil kurma lagi - maklum
kurma-nya istimewa, enak sekali.
Pemandangan dari halaman depan hotel terbuka
kearah Jumeirah Beach Hotel yang juga cantik
sekali bentuknya.
Kami harus buru-buru lagi, karena ada kabar mobil
yang akan membawa kami ikut Desert Tour sudah
menunggu di hotel, kami tidak boleh terlambat kalau
tidak mau melewatkan melihat sunset in the desert.
Didepan hotel ada sih beberapa mobil mewah, antara
lain Rolls Royce - tentu bukan buat antar jemput kami
yang jatahnya Golf Cart doang.
Tapi selain Golf Cart nya dikit, orang yang menunggu
jemputan di depan pintu hotel banyak sekali.
Beberapa teman kami tidak sabar menunggu dan
bergegas jalan kaki menyebrangi jembatan, tapi yang
lain tidak mau berpanas ria jalan sejauh 300 meter itu.
Maka jadilah kami yang baru saja bak Raja/Ratu jadi
tamu hotel bintang tujuh itu, nyerobot rebutan naik
Golf Cart tidak ubahnya pengunjung Mall di Jakarta
yang suka rebutan kalau masuk kedalam Lift.
bersambung :
Must Do di Dubai : Desert Tour.