Tuesday, April 24, 2007

Rabat - ibukota antik ditepi Atlantik.





Hotel Farah - Casablanca, berbintang empat tapi punya "keanehan".
Berawal saat check-in.
Seperti biasa, apalagi sudah lelah habis perjalanan jauh, maka
begitu menerima kunci kamar maka kami "berebutan" masuk lift.
Saya tidak kebagian masuk, tapi kemudian koq aneh, yang duluan
masuk lift terlihat tidak naik-naik, malah mereka keluar lagi.
Nggak ada tombol nomer 15, kata mereka dengan raut muka bingung.
(kebetulan mereka semua sama dapat kamar dilantai 15).
Lalu mereka masuk ke lift satunya lagi, tapi tetap saja tidak naik-naik,
dengan muka kusut mereka menggeret kopernya keluar lagi.
Gimana sih nih hotel !, yang ini juga tidak ada tombol 15 nya nih !!.

Akhirnya datanglah petugas hotel, dengan kalem pencet tombol
angka satu lalu pencet angka lima, Oooh, gitu lho rupanya ??!!

Masuk kamar hotel, wah lengkap nih, Bidet juga ada di kamar mandi.
Tapi mana nih air minum-nya ? - ternyata hotel tidak menyediakan
air minum maupun alat pemasak air dikamar.
Untung saja saya masih punya stock Aqua.

Eh, didalam kamar rupanya juga tidak ada jam penunjuk waktu.
Malam itu saya terbangun dan merasa tidur sudah cukup, untung
saja bawa jam tangan, ternyata itu jam 7.30 WIB alias 00.30 waktu
setempat.

Ternyata urusan Bidet, Aqua, pemasak air dan jam didalam kamar
hotel itu, kami alami juga di semua hotel yang kami singgahi baik
itu di Maroko, Spanyol maupun juga Portugal.
Padahal di semua kamar hotel di China disediakan dua botol Aqua -
gratis lagi.

Casablanca ( Casa = rumah, Blanca = Putih ), memang kota
terbesar di Marokko, tapi ibukota negaranya adalah Rabat.
Kedua kota ini terletak ditepi samudra Atlantik.
Perjalanan dari Casablanca menuju Rabat, melewati highway
mulus, jarak 100 km mengarah keutara itu ditempuh dalam
waktu 1 jam 15 menit .
Kunjungan pertama adalah Istana Raja, ternyata setelah turun
dari bus dan jalan kaki lumayan jauh hanya boleh sampai di
muka gerbangnya saja.
Sayang sekali karena gerbangnya saja sudah menggambarkan
indahnya istana itu, penuh ukiran dan relief yang cantik.

Royal Palace di Rabat ini adalah istana raja Maroko yang
paling besar dan megah.
Biasa dipergunakan untuk acara-acara kenegaraan penting/
resmi seperti misalnya menyambut tamu negara.
Memang istana dengan halaman depan yang luas sekali itu
kelihatan keren sekali .

Kami tidak berlama-lama didepan istana karena tentu tidak
banyak yang bisa dilihat dan segera menuju Hassan Tower
yang lokasinya menyatu dengan Mausoleum Raja.

Pada abad 12 dibangun Mesjid besar dengan menara megah
setinggi 44 meter, tapi belakangan bangunan mesjid itu roboh.
Sekarang menyisakan lapangan luas dengan tiang-tiang
disana sini. Menara mesjid yang tinggi besar, berbentuk
persegi dengan ukuran yang aduhai :16 kali 16 meter !! itu
masih utuh dan tampak anggun sekali, itulah Hassan Tower.

Dikota Sevilla-Spain, Sultan Almohad pada tahun 1170 -1182
mendirikan sebuah Great Mosque, dengan Minaretnya -
(yang kini disebut Giralda ) sebuah menara yang dikatakan :
The Most Beautiful and Admired Towers in the World.
Tower indah setinggi 117 meter ini terbuat dari batu bata merah
dan separuh bagian atasnya banyak dihiasi relief bergaya Arab.
Minaret cantik ini mempunyai Sister Towers yang berada pada
dua kota besar Maroko : Rabat - The Hassan Tower dan
Marrakesh - The Kutnbis Tower.

Hassan Tower yang berwarna coklat kemerahan ini berdiri
diatas bukit, sehingga dari kaki menara kita bisa memandang
kebawah, dan dikejauhan tampak sister-city dari kota Rabat,
yaitu kota Sale yang terpisahkan oleh sebuah sungai yang
bermuara ke samudra Atlantic.
Sebenarnya kami ingin sekali menaiki Menara itu, tapi ternyata
sekarang sudah tertutup untuk umum. Rupanya sering kejadian
orang bunuh diri dengan cara meloncat dari atas menara itu .

Disudut lain dari lapangan ada bangunan berbentuk segi empat
yaitu Mausoleum, dari luar kelihatan sederhana saja, tapi
bagian dalamnya ternyata sangat menarik.
Dindingnya dilapisi porselin corak mozaik warna warni.
Apalagi melihat atapnya yang berupa kubah : terbuat dari kayu
hitam penuh ukiran cantik yang begitu detail beraneka motif
yang sangat indah, diselingi Glass Art warna warni - sungguh
karya seni yang sangat bernilai tinggi.
Pengunjung bisa masuk dan berjalan disepanjang tepian dinding
lantai dua dari gedung yang yang ada vide-nya itu , dan tampak
dilantai dasar makam dari Raja Mohamed V (kakek raja),
dan Raja Hassan II (ayah raja sekarang).

Sebelum makan siang, kami menuju Kasbah - benteng kuno
abad 12 yang dibangun diatas bukit dimuara sungai.
Dinding benteng yang tingginya belasan meter terlihat masih
kokoh dan megah sekali .
Kami memasuki salah satu gerbangnya dan jalan naik turun
menelusuri lorong-lorong sempit diantara rumah-rumah berwarna
putih dalam benteng yang luas.
Akhirnya kami tiba disatu sisi benteng dengan pemandangan
lepas dan indah kearah muara dan laut, lalu duduk santai
menikmati aneka kue manis yang dijajakan sambil menikmati
teh panas yang dibubuhi daun Mint hijau.
Banyak pedagang asongan menjajakan aneka souvenir -
istri saya yang setelah berjuang keras menawar satu kalung
dan sepakat harganya 50 Dirham - ternyata menjadi "dermawan
pikun dadakan" karena bayarnya pakai lembaran 50 Euro!


Restoran tempat makan siang tak kalah uniknya.
Diawali kami berjalan kaki memasuki jalan kecil didaerah kota
tua, kemudian terlihat tulisan Dar Rbatia - Rest Marocain Diner
Spectacle didinding sebuah rumah.
Kami belok kanan memasuki gang selebar dua meteran dan
ketemulah pintu masuk restoran itu.
Masuk rumah tradisional yang kelihatan sudah tua itu, masih
harus belok menuruni tangga pendek dan sampailah kedalam
rumah yang ternyata seakan lubang tikus, pintu masuknya
kecil saja tapi didalamnya terdapat ruangan luas.

Rumah kuno Maroko dibagian Old City bentuknya kira-kira
sama yaitu seakan-akan sebuah kotak besar yang dibagian
atasnya berlubang segi empat seukuran sekitar 5 kali 5
meter, dari atap rumah sampai kebawah/kelantai dasar.
Lubang itu awalnya berfungsi untuk ventilasi dan masuknya
cahaya, tapi sekarang dibagian atasnya ditutup dengan kaca
transparan sehingga di ruang tengah itu tamu restoran bisa
duduk menikmati makanan tanpa khawatir kehujanan.
Kursi tamu yang ukurannya pendek ditaruh juga diseluruh
bagian rumah yang mengelilingi ruang tengah sampai ke
lantai dua rumah itu.

Dimasa lampau, orang Maroko mempergunakan lantai
bawah rumah untuk tempat tinggal dimusim panas, dan
lantai atas dimusim dingin.
Rumahnya memang antik, banyak memakai kayu cedar
berukiran, dan dinding mosaik dari porselin - tapi tetap
mengesankan lembab kurang ventilasi.

Seperti diduga, makanannya "tidak cocok selera", tapi
yang sungguh tidak terduga adalah "leletnya"-
tiga perempat jam menunggu barulah datang salad, ada
enam macam dalam satu bowl besar.
Sedangkan masakan utama baru nongol seperempat jam
kemudian .
Sampai-sampai ada yang nyeletuk, kalau gini jadi kangen
sama restoran Padang yang kita belum sempet nyender
dikursi hidangannya udah datang bertebaran dimeja.

Selesai lunch langsung menuju kota Fez, yang berada di
pedalaman berjarak 200 kilometer kearah timur dari Rabat,
perjalanan lewat highway selama 3 jam.

Menjelang sore bus memasuki Fez, kota tua berpenduduk
1 juta jiwa pada ketinggian 500 m dpl.
Mr.Ahmed, setelah berhalo-halo pakai handphone,
memberitahu kami bahwa grup tur Indonesia lainnya
sedang kesulitan, bus-nya mogok total sekitar 100
kilometer menjelang Fez , mesinnya pecah.
Ahmed menanyakan apakah kami bersedia kalau bus
kami dipakai untuk menjemput rombongan yang terlantar
dijalan itu, sangat sulit mencari bus pengganti katanya.

Tentu kami bersedia, dan dalam udara cukup dingin
sekitar belasan derajat kami diturunkan di bagian kota tua,
untuk shopping dulu sebelum nantinya pakai taxi ke hotel.

Kami lalu diajak memasuki dua buah toko souvenir yang
mempergunakan rumah persis model rumah makan di
Rabat yaitu terletak di gang sempit, pintu masuk kecil
tapi bagian dalamnya luas.
Aneka barang tampak memenuhi ruangan yang terasa
kurang ventilasi itu : piringan dari bahan kuningan yang
ditempa, perhiasan dan souvenir dari perak, batu-batuan
berharga, piring keramik yang ditempeli batu warna-
warni motif bunga dll, dan juga baju tradisional Maroko.
Belanja disana cukup asyik karena boleh nawar.
Harga yang ditawarkan juga harga turis, terbukti barang
seharga 800 dirham bisa turun jadi 200 dirham !!.

Berjalan kaki kesana kemari didalam kota tua itu cukup
mendebarkan, jalannya sempit selebar 2 - 3 meter saja,
kiri kanan penuh toko-toko kecil yang menjual aneka
macam barang, dari beragam makanan dan buah2an,
sampai juga ada yang menjadi rumah billiard dan wartel.
Saat itu hari raya Idul Fitri, sudah sore menjelang malam,
tapi masih sangat banyak orang lalu lalang, kami harus
berjuang berjalan beriringan dan berpapasan dengan
begitu banyaknya orang yang berjalan agak cepat,
tampak mereka keheranan melihat tampang kami yang
agak lain itu.
Sangat khawatir terpisah dan tersesat karena kami
berjalan cukup jauh, belok-belok kesana kemari dan
melalui begitu banyak persimpangan.

Akhirnya perjalanan panjang hari itu berakhir di Hotel
Sheraton, yang berbintang lima dan terletak dipusat
kota baru yang serba rapih.
Berbeda sekali dengan kota lama yang kelihatan padat
dan agak kumuh itu.
Saat makan malam di restoran hotel kami jumpa dengan
peserta grup tur satunya lagi itu, yang akan menginap
di Sheraton itu juga..
Mereka mengeluh habis2an : sudah makan-nya tidak
enak, dapat hotel di Casablanca sudah tua - ada kacoa
dikamar mandi, sampai ada yang mengaku ketemu
setan segala, dan hari itu dapat bus butut yang
mesinnya pecah sehingga terlantar ditengah jalan.

Untunglah malam itu mereka bisa terhibur karena
makan malam di restoran hotel Sheraton sangat
memuaskan, begitu beraneka pilihan makanan dan
dessert yang lezat-lezat.

8 comments:

  1. Aduh Pak Dr. Sindhi senangnya jalan-jalan, andai saya bisa ikut di koper. Pasti seneng bangettttt...he he he Tapi Pak Sindhi keberatan banget!!! ha ha ha ha ha Thanks for sharing ya Pak dokter :)

    ReplyDelete
  2. Iya nih... Pak Dr. & Ibu enak banget siy... jalan-2 teruuusss... Tapi saya jg jadi kecipratan senengnya... bisa liat / ikutan jg, krn semua di share di MP... hehe.... Thx for sharing...

    ReplyDelete
  3. seruu cerita nya, saya jadi berasa ikutan masuk-masuk ke jalan-jalan sempit kota maroko :). Wah Dokter asyik banget neh pernah ngerasain suasana idul fitri di negara laen. thanks for sharing..di tunggu cerita2 lainnya.

    ReplyDelete
  4. makasih dok, udah berbagi.. ceritanya ringan dan hidup!

    ReplyDelete

  5. hallo,
    tq,
    saya sedang siapkan yang berikut yaitu
    memasuki Labyrinth-nya kota Fez

    ReplyDelete
  6. Ooooh ini tho kembarannya La Giralda itu, malah nggak mirip ya

    ReplyDelete
  7. iya betul,
    Giralda ada puncaknya lagi,
    fotonya saya taruh di :
    Makam Pengelana yang terus berkelana,Sevilla Spain.
    http://smulya.multiply.com/photos/album/39

    ReplyDelete