Saturday, December 30, 2006

SANTORINI - Puisi Alam Nan Romantis.




Atlantis, legenda benua yang hilang tenggelam ke dasar samudera,
hingga kini masih jadi misteri.
Di mana letaknya, para peneliti mengarah ke lebih dari seratus lokasi,
mulai Mediterrania sampai ke Antartika. Termasuk Indonesia.

Saat ini dugaan keberadaan Atlantis mengarah kuat ke Santorini,
pulau paling selatan dari Kepulauan Cyclades yang berada di
Laut Aegean, Yunani.

Dahulu kala Santorini merupakan sebuah pulau gunung berapi besar,
tingginya 1.000 m dengan diameter 14 - 15 km.
Sekitar tahun 1550 - 1500 SM, gunung berapi itu meledak dengan tak
terperikan dahsyatnya, sehingga dijuluki :
The Most Violent Explosion in the History of the Earth.
Kerucut gunung terlontar dan separuh gunung runtuh, lalu tenggelam,
menimbulkan tsunami maha dahsyat setinggi 210 m yang menyapu
kawasan sekitar.
Akibatnya, peradaban Minoan yang saat itu sedang berada di puncak
kejayaan musnahlah sudah.

Kini, gunung berapi besar itu tersisa sebelah saja, bentuknya yang
semula bulat menjadi mirip bulan sabit.
Tinggi tebingnya tinggal 150 - 300 m saja.
Bekas kaldera sedalam 400 m sudah terisi air laut sehingga kapal
ukuran besar pun bisa leluasa keluar masuk ke dalamnya.

Panoramanya yang begitu unik, musim panas yang nyaman berangin,
ditambah daya tarik legenda Atlantis, membuat Santorini menjadi
tempat tujuan wisata musim panas yang didambakan banyak orang.

Keinginan saya menginjakkan kaki di pulau unik dan cantik itu
akhirnya terpenuhi pada Jumat sore, 7 Juli 2006.
Pesawat B737-400 Aegean Airlines lepas landas dari Bandara
El Venezuelo, Athena.
Penerbangan singkat hanya sekitar 30 menit, sehingga baru saja
pramugari membagikan minuman, mereka tergesa-gesa mengumpul-
kan lagi gelas bekas pakai.
Karena tiba di sana sudah menjelang malam, kami langsung menuju
Greco Tavern untuk bersantap. Makan malam terasa nikmat sekali,
bukan saja karena makanannya enak, juga karena rasa lega sudah
berhasil tiba di pulau cantik itu.

Kami bermalam di The Majestic, hotel berbintang lima yang berjarak
hanya 500 m dari Fira, ibukota Santorini.
Ternyata kaldera tepat berada di seberang hotel sehingga alih-alih
masuk kamar, kami semua malah menyeberang jalan menuju tepian
kaldera. Dalam keremangan malam, semua terpana melihat
pemandangan yang spektakuler.
Di depan kami membentang bekas kaldera, seakan sebuah circular
lagoon yang luas sekali. Pulau kecil Therasia dan Aspronisi tampak
di kejauhan melatarbelakangi kaldera.
Air laut yang memenuhi bekas kaldera seluas 32 mil persegi itu
berada jauh di bawah kaki kami, karena tepian kaldera tempat kami
berdiri tingginya sekitar 150 m dari permukaan air laut.
Sebuah kapal ferry meluncur pelan, lampunya gemerlapan, cantik
sekali, tampak kontras dengan kegelapan yang ditebar sang malam.


Esok hari, setelah breakfast, kami check-out dari hotel, naik bus
menuju Ancient Thera, permukiman kuno di atas bukit yang sudah
ada sejak abad ke-9 SM.
Setelah 20 menit berkendara, tibalah kami di Kota Kamari.
Kami turun untuk berganti mobil yang lebih kecil, agar bisa mendaki
Gunung Meso Vuono setinggi 369 m.
Semua penumpang tampak tegang, bukan saja karena jalan sempit
dan cukup terjal, tapi terutama karena tepian jalan itu tidak dipagari
pengaman.

Setelah 20 menit mendaki, tibalah mobil di ujung jalan itu.
Kami turun dari mobil dan ternyata sebagian besar teman
mengurungkan niat mengunjungi Ancient Thera.
Mereka tak sanggup harus berjalan kaki mendaki bukit yang terlihat
amat curam itu.
Dengan perlahan dan hati-hati sekali kami mendaki jalan setapak
berbatu itu agar tidak tergelincir, sambil repot menahan tiupan angin
yang sangat keras.
Tapi pemandangan ke arah bawah gunung sungguh cantik -
tampak pantai Kamari dengan payung pantainya yang berjejer indah
sekali, dan sesekali tampak pesawat terbang di kejauhan terbang
melintas menuju bandara.
Setelah mendaki dengan susah payah sekitar setengah jam, tibalah
kami di puncak gunung, tempat bertengger kota tua itu.
Ancient Thera tentu tinggal reruntuhan bebatuan saja, tapi beberapa
relief masih tampak jelas, seperti singa yang melambangkan Apollo,
elang (Dewa Zeus), dan lumba-lumba (Poseidon).


Perjalanan kami berikutnya menuju Oia, untuk melihat kota kecil
yang disebut One of the Most Beautiful Places on the Island.
Di kota ini rumah dibangun pada dinding tebing kaldera.
Maka posisinya unik sekali, rapat bersisian dan susun menyusun -
halaman depan rumah yang satu menjadi atap rumah berikutnya.
Ada pula rumah yang berupa troglodyte karena dibangun dengan
cara melubangi dinding tebing volkano. Ini rumah kaum miskin
yang bisa dibangun dengan biaya murah.
Bahan bangunan pun diambil dari bebatuan vulkanik yang banyak
tersedia di sana seperti black stone, red stone, pumice, ash, dan
puzzuolana (semen volcanic rock).

Turun dari bus, kami menapaki jalan kecil yang beralaskan
pecahan marmer, dan berjalan turun naik melewati rumah yang
bentuknya sangat tidak beraturan.
Ada tangga yang begitu curam sehingga kalau dilihat dari bawah
seakan menuju ke langit saja.
Di antara rumah-rumah, kami mendapatkan pemandangan ke arah
kaldera yang luar biasa indah, yang membuat napas terhenti
sejenak.
Di latar depan tampak atap rumah aneka bentuk berwarna putih
diselingi kubah bulat gereja berwarna biru, sedang di latar
belakang menghampar permukaan air laut kaldera yang berwarna
biru gelap -
sangat kontras dan menyihir mata - luar biasa indahnya.

Bersama begitu banyak turis, tak bosan-bosannya kami
menyusup ke sana kemari di antara rumah-rumah itu untuk
mendapatkan berbagai sudut pandang ke arah kaldera,
sambil sesekali mampir ke toko suvenir.
Banyak pula turis duduk santai di berbagai kafé, sambil
meresapi pemandangan indah yang membuat mereka jadi
malas beranjak.

Di akhir perjalanan kami menyambangi Fira, ibukota Santorini
yang dibangun di atas bibir tebing kaldera, pada ketinggian
sekitar 260 m dari permukaan laut.
Arsitektur spektakuler Kota Fira berupa rumah putih yang
tampil mencolok terhadap gelapnya kaldera, membuat Fira
dipromosikan sebagai :
One of the Most Breathtakingly Beautiful Places on the Earth.

Memang di sinilah tempat paling bagus untuk bisa memandang
ke seluruh lebar kaldera, dan di sini jugalah lokasi stasiun
cable car yang bisa membawa pengunjung turun ke dasar
kaldera, yang tepat di tepiannya membentang Meso Yialos,
pelabuhan Kota Fira, yang terletak tepat di bibir laut.

Saat gondola yang kami tumpangi perlahan-lahan menuruni
lereng yang sangat terjal itu, pemandangan sungguh sangat
dramatis mempesona.
Kalau pandangan ke samping tertumbuk pada dinding kaldera
yang curam dan berwarna warni, maka pandangan ke bawah
menampakkan kapal-kapal besar dan kecil berseliweran di
atas laut.
Keluar dari cable car, saya berada di atas dermaga sempit dan
di depan mata tampak air kebiruan dari laut luas sedalam 400 m
yang sebenarnya bekas kaldera.
Menengok ke atas tampak Kota Fira, kecil menyembul jauh
di atas tebing, sehingga sempat terbersit perasaan aneh
bercampur seram berada di dasar sebuah kaldera dari gunung
yang pernah meletus demikian dahsyatnya.

Sebenarnya, perjalanan kembali ke Kota Fira di atas tebing itu
bisa dengan cara menapaki tangga sebanyak 500 anak tangga
atau naik keledai tunggang yang pasti akan sangat berkesan.
Tapi karena waktu terbatas kami, memilih naik cable car lagi.

Menelusuri jalan-jalan di Kota Fira terasa sekali nuansa
kosmopolitannya. Begitu banyak turis lalu lalang, sebagian
memenuhi berbagai kafé, restoran, diskotik, dan pub yang saling
berlomba menawarkan pemandangan memukau ke arah kaldera.

Saat senja menjelang, kilau Matahari mulai redup, tapi
keheningan awal malam hanya bertahan sejenak, menyerah
kepada suara musik atau tawa ceria yang menyeruak dari
berbagai taverna, kafe, dan diskotik.

Santorini seolah tercipta untuk pasangan yang sedang dibakar
asmara. Keindahan alam yang begitu menakjubkan, berpadu
dengan keunikan bangunan kota, sungguh amat romantis.

Betul kata orang Yunani, berlibur di Yunani dengan teman
bolehlah ke mana saja, tapi kalau berdua dengan pasangan,
sudah pasti ke Santorini !



Note :

Cerita ini telah dimuat di kolom LangLang majalah Intisari,
edisi Nopember 2006.
http://www.intisari-online.com/majalah.asp?act=205&tahun=2006&edisi=520


Foto lengkap Santorini di : http://smulya.multiply.com

Greco Tavern : http://smulya.multiply.com/photos/album/136
The Majestic Hotel : http://smulya.multiply.com/photos/album/137
Ancient Thera : http://smulya.multiply.com/photos/album/138
Kamari Beach : http://smulya.multiply.com/photos/album/139
Oia : http://smulya.multiply.com/photos/album/140
Fira : http://smulya.multiply.com/photos/album/142

12 comments:

  1. hm... santorini ini mengingatkan saya akan yanni, penggubah instrumen, santorini. Greece emang saya dambakan sejak 2005 lalu, tapi saya nyangkut di sicilia, nggak bisa nyasar sampai yunani ( time out)... yah, next time, tapi setidaknya ada sumbernya dulu....

    Salam sutra

    ReplyDelete
  2. dear Tresya,

    kalau senang suasana yang romantis,
    jangan lewatkan ke Santorini.
    di Indonesia mulai trend tour ke Santorini ini , tapi
    rata2 cuma semalam, karena serba mahal disitu.

    ReplyDelete
  3. Pak Sindhiarta....memang kalau itu sudah di komersilkan, pasti jadinya mahal. Bawaan...tapi saya harus cari cara untuk touring yang nggak mahal.....( ?) ya pasti ada. WE WILL SEE.
    Greece is special for me.

    ReplyDelete
  4. wow..akhirnya dapet crita jg mengenai SANTORINI,thnx ya om atas infonya...! btw om traveller sejati bngt deh..aku baca smua ringkasan perjalanannya n its really fun...thnx ya Om

    ReplyDelete
  5. thanks sudah mampir dan lihat2,

    salam
    sm

    ReplyDelete
  6. penyajian cerita yang lgsg bikin imajinasi kita jalan . .. nice photos. Very interesting, Jd pengeen... kesana. tp ada program yg murah gak or ada yg berminat backpacker ksana..mau dunk

    ReplyDelete
  7. hallo,
    thanks, Santorini bisa dicapai dg pesawat dari Athens,
    cuma 30 menit, adik saya pernah kesana juga dan
    menginapnya tidak di hotel2 besar itu, tapi di penginapan
    didalam kota Fira-yang malah lebih asyik pemandangannya.

    ReplyDelete
  8. jadi pengen kirim kisah jalan2 ala bapak ini deh..

    ReplyDelete
  9. pak Sindhi, bagaimana tidak masuk intisari, tulisan Bapak bagus banget, bisa banget menyusun kata-katanya benar2 membuat pembaca berasa di sana, congrats ya pak... salam sutra

    ReplyDelete
  10. Artikelnya bagus sekali pak, serasa ikut berjalan menyusuri santorini

    ReplyDelete
  11. thanks bu Ade,
    kepengen balik lagi kan ke Santorini hehe

    ReplyDelete