Monday, December 4, 2006

Puncak, 0h Puncak.




Sebenarnya istri saya sudah lama pengen banget bisa ikutan
tiwok (tea-walk) di perkebunan teh Gunung Mas Puncak.
Tapi setiap ada yang ngajak, selalu saja waktunya tidak pas,
terakhir kali beberapa bulan lalu, saat liburan panjang - yang
selalu saya hindari . Lha, weekend biasa saja Puncak suka
macet parah, apalagi holiday.

Akhirnya kesempatan ikut tiwok terbuka pada hari Minggu
3 Desember 2006, ikutan grup jalan kaki pagi Tangerang.
Kami tidak ikut dalam rombongan yang pakai bus karena
setelah tiwok kami akan meneruskan ke Cianjur - ini akibat
ter-provokasi tayangan Wisata Kuliner pak Bondan tentang
Sate Maranggi Cianjur .
Lokasi shootingnya di Jalan Warujajar, jalan dimana nenek
saya almarhum bertempat tinggal.
Selain pengen nyobain sate itu juga bisa sekalian nostalgia
saat-saat masa kecil suka menginap di Cianjur sana itu.

Minggu jam 6 kami berdua berangkat, dijalan tol istri saya
mendadak nyeletuk : koq tumben kamu engga ngebut !.
Padahal speedometer menunjuk angka 120, OK deh di-
jejeg dah tuh pedal gas.
Alhasil sekitar jam 7 sudah sampai di lampu merah Ciawi.
Lalu lintas memang lancar, di lokasi biang macet seperti
Megamendung dan Pasar Cibulan malah super lancar.
Rupanya Puncak hari itu berbaik hati menyambut kami
yang setidaknya sudah tiga tahun tidak lewat sana.

Setelah membayar tiket masuk di gerbang Perkebunan Teh
GunungMas, kami memasuki komplek perkebunan teh itu
dan menemukan bus teman kami yang berangkat lebih pagi
dari kami juga baru saja tiba disitu.
Segera mempersiapkan diri, sekitar jam 8 dengan dipandu
seorang petugas, rombongan sejumlah 48 orang mulailah
berjalan kaki dalam penuh canda tawa.
Setelah melewati perumahan karyawan perkebunan, kini
memasuki kawasan kebun teh, dengan memilih jalur tiwok
yang ukuran menengah : 10 Km.
Jalan mulai menanjak, kami berjalan dengan santai, sayang
jalan yang dilalui beralaskan pecahan batu kali sehingga
pandangan mata harus sering kearah bawah agar tidak salah
injak yang bisa mengakibatkan keseleo.

Disepanjang jalur yang kami lalui, tidak ada satupun gubuk
tempat berteduh, kalau turun hujan memang bisa repot juga.
Sesekali saja kami bertemu dengan penjual minuman atau
rombongan lain, tetapi walau agak sepi tetap terasa aman.

Ternyata walau jalan-nya santai dan menanjak tidak terlalu
berat, tetap saja peserta berguguran.
Ada yang membelot - mengambil jalur tiwok yang Enam Km,
ada pula yang malah naik ojeg balik ke lapangan parkir.

Perjalanan memang menyenangkan, berjalan diudara yang
sejuk dan bersih, pemandangan yang serba hijau asri terasa
menyegarkan mata dan hati.
Akhirnya sekitar jam 10 semua peserta berkumpul kembali
di tenda yang sengaja disewa untuk beristirahat.
Setelah menikmati nasi kuning yang dibawa, sekitar jam 11
saya dan istri minta diri untuk berpisah.
Sebelum berangkat istri sempat beli kesukaannya :
Rujak Bebeg !, kayaknya buah2an seisi Kebun Raya masuk
semua ke lumpang kayu dan ditumbuk jadi satu.
Uenaak sekali kata istri saya, buah2an nya seger banget,
tiga rebu perak saja sudah rame banget.

Perjalanan melewati Puncak sampai ke kota Cipanas juga
sangat lancar, malah saat kami mampir di komplek villa
Cipanas Bersemi, dari sekian banyak villa disitu cuma satu
saja yang ada orangnya.
Sepi sekali terasa tidak nyaman, maka kami tidak jadi
beristirahat disana dan langsung menuju rumah adik sepupu
di jalan Warujajar Cianjur.

Adik saya ini menawarkan mengantar ke Sate Maranggi dan
restoran Sunda Rasa yang ditampilkan diacara Wisata Kuliner.
Dia juga bilang nanti kita ke Sate Maranggi lainnya yang ada
didepan Lapas Cianjur - lebih mahalan tapi lebih besar-besar
tusukannya dan lebih enak katanya.

Juga dia menawarkan melihat mata air ajaib di perumahan
Pesona Cianjur. Bulan lalu ada anak kecil iseng mengorek
tanah dipinggir kali, mendadak muncul mata air yang muncrat
setinggi beberapa meter.
Kejadian ini ditayangkan TV dan konon air-nya juga berkhasiat
dahsyat, penyakit sa-jagat raya bisa sembuh dengan air itu.
Wong anak autis saja langsung sembuh setelah minum air
ajaib itu katanya.
Maka berbondong-bondonglah orang datang dari mana-mana,
sampai ber-bus2 dan merepotkan Satpam perumahan.

Kami membungkus Sate Maranggi Warujajar, dan Sate Maranggi
didepan Lapas juga dibungkus saja, karena sudah sepakat akan
makan siangnya di restoran Sunda Rasa.
Padahal nasi uduk warna kuning dan lotek yang disantap tamu di
Sate Maranggi sebrang Lapas terlihat sangat menggoda selera.

Sunda Rasa lokasinya sekitar 6 kilometer arah ke Sukabumi,
cukup banyak tamu, tapi tidak lama pesanan kami sudah datang.
Sop kakinya memang sedap, pepes2-an nya juga enak2, dan
Goreng Kulit nya juga empuk.

Di perumahan Pesona, mata air itu adanya di perkampungan
penduduk di pinggiran perumahan.
Jadi kami harus masuk perumahan dulu, parkir dan diteruskan
berjalan kaki melalui lorong rumah penduduk yang sekarang
ekonominya jadi berdenyut, banyak yang berjualan macam2
termasuk jeriken untuk mengambil air ajaib itu.
Mata air di dinding tebing sungai sudah diturap dan airnya malah
dialirkan pakai pipa pralon kesebrang sungai untuk memudahkan
pengunjung mengambil airnya.
Lumayan banyak orang saat itu, tempat mengambil air dipisah
antara pria-wanita, karena ada juga yang langsung mengguyur
tubuh dengan air itu.

Tapi sayang istri saya tidak mau waktu saya tawarkan minum
air ajaib itu, padahal siapa tahu bukan saja jadi awet muda tapi
jadi muda lagi, he3.

Akhirnya kami pamit pulang, dan adik saya menganjurkan lewat
Padalarang - tol Cipularang saja, lha koq muter jauh lewat sana ?.
Daripada kena macet di Puncak katanya, orang Cianjur sih
lebih sering pakai jalur itu kalau ke Jakarta.
Ah tadi kan sepi banget, jadi rasanya bakalan lancar, maka
lewat Cipanas lagi saja dah.

Memasuki Cipanas memang lancar, kami sempat beli Pisang
Goreng restoran Sudi Mampir yang mantap sekali, karena
memakai pisang tanduk yang tua, empuk dan manis.
Saya tidak pernah melewatkan membeli kalau ke Cipanas,
Wimar Witoelar juga selalu mampir disitu kalau lewat.

Kami mampir juga di Roti Unyil Okeke, yang varian isinya
sampai 37 macam, termasuk Cappucino, dan isi durennya
duren beneran, bukan essence. Istri saya bilang rasa rotinya
lebih enak daripada yang di Bogor.

Saat tepat jam 16 akan meninggalkan Okeke, HP saja bunyi,
ternyata dari Iwan - teman di dalam bus rombongan.
Dia menawarkan gabung makan di Super Kitchen Serpong -
jam 17 katanya. Wah saya bilang kami masih di Cipanas nih.
OK, kalo gitu ditunggu sekitar jam 17.30 katanya.
OK deh, kalau ngebut rasanya keburu nih, kan jalan lancar.

Saat tiba persis di pertigaan Cibodas, koq mobil didepan
berhenti, kebetulan tidak jauh ada seorang Polisi Lalu Lintas,
saya buka jendela dan nanya :
Pak - koq macet yah ?
Iya, sudah nyambung !
Saya teriak lagi : Nyambung apaan pak ?
Yah ini, ekornya sudah sampai sini !
Astaga-naga !! - rupanya kemacetan sudah mulai dari Ciawi
dan ekornya sudah sampai kesini !!

Benar saja, berhenti total disitu, jadi lah saya parkir gratis
ditengah jalan kira-kira setengah jam.
Semua berhenti menunggu arus dari Ciawi habis dan akan
diberlakukan arus satu arah menuju ke Ciawi itu.
Saya telpon Iwan memberitahu batal join di Super Kitchen,
tentu tidak mungkin terkejar ikut makan bareng itu.

Sekitar jam 16.45 terdengarlah yang ditunggu-tunggu yaitu
sirene petugas penyapu lalu lintas, dan kini semua mobil
bergerak cepat sambil mengambil seluruh lebar badan jalan,
karena kendaraan dari arah berlawanan sudah tidak ada.
Sebenarnya tidak nyaman dan cukup riskan ikut dalam
arus seperti ini, rawan tabrakan beruntun, dan sering pula
dikagetkan oleh ulah pengendara sepeda motor yang mungkin
merasa mempunyai nyawa rangkap, mereka dengan bandelnya
berkendara melawan arus.

Memasuki Puncak jalan masih ramai lancar, tapi turun hujan
dan kabut tebal yang membuat harus lebih hati-hati lagi.

Eh, selepas Riung Gunung, arus tersendat dan berikutnya cuma
bisa pamer (padat merayap) sampai pertigaan Taman Safari.
Akhirnya sekitar jam 18.15 barulah memasuki jalan tol Jagorawi.

Jagorawi mula-mula sih lancar, tapi di Cibubur sudah "pamer" lagi,
minta ampun dah !.
Akhirnya saya tidak tahan lagi, rasanya dipintu tol Taman Mini
bakalannya antrian panjang sekali, maka belok keluar Jagorawi.
dan mengambil tol arah Bintaro.
Kini jalan lancar sekali, sekitar jam 19.30 tiba di Tangerang.

Kalau saja saya ikuti nasihat adik di Cianjur yaitu menuju ke
Padalarang dan masuk tol Cipularang, mungkin jam 18.30 sudah
tiba di Tangerang.

Puncak, oh Puncak, hebat amat daya tarikmu,
koq mau2nya orang tetap saja datang walau disiksa macam gini.


Catatan :

Roti Unyil & Kue OKEKE
Jl.Raya Cipanas No:8.
Telpon (0263)-517515 , Cipanas.
Jl. Raya Padalarang No:263.
Telpon : (022)-6805852. Ciburuy Bandung


Sate Maranggi/Nasi Uduk Kuning/Lotek
Rumahan - sebrang Lapas Cianjur.
Jl. Aria Cikondang - Cianjur.

21 comments:

  1. waduh ada sumber air ajaib?? untuk apa yah itu air

    ReplyDelete
  2. nanjak terus.... gak gempor neh pak hehehe
    (tapi sehat khan pak....)

    ReplyDelete
  3. kayanya pak sindharta bisa bikin acara napak tilas wisata kuliner nihhh

    ReplyDelete
  4. Gak mampir beli teh Walini pak? Enak lho.
    Istri saya aja sekarang kalau teh celup maunya teh Walini. Gak doyan teh Sosro atau Sariwangi lagi ... ;-)

    ReplyDelete

  5. hallo,
    iyah tuh air ajaib katanya,he3
    untungnya yang keluar air jernih,
    kalo dikorek yang keluar lumpur kayak di
    Sidoarjo kan berabe.

    tanjakannya encer koq, engga sampai bikin nyesek.

    saya lihat banyak yang bawa keluarga berwisata disana,
    parkir luas, banyak rumah makan dan toilet bersih,

    mas Bambang, saya nggak dikasih tuh minum teh gratisnya,
    padahal di loket tertulis dapat, saya lupa nanyain nya
    waktu pulang sempat terlihat tempat minum teh itu,
    tapi pikiran sedang ke Cianjur sih, jadi lewat saja

    ReplyDelete
  6. Satu Tiket masuk bisa dituker satu sachet (isi 5 tea bag). Nukernya di tempat minum teh yang bapak lihat. Di situ juga bisa dibeli Teh lain seperti Teh Organic, Teh Walini kualitas no.1 (BP1) dan Japanesse green tea Walini). Teh ini hanya bisa dibeli disini, gak diecer ditempat lain.
    Kalau tidak ada halangan hampir tiap minggu saya dan anak-anak main ke sini. Berangkat dari rumah jam 6. Jam 10 sudah turun (jadi gak macet), jam 11 sudah sampai rumah lagi.

    ReplyDelete
  7. Asik nih Pak Sindhi selalu full referensi, btw ancer-ancer RM Sudi Mampir dimana Pak?

    ReplyDelete
  8. Saya sangat terkesan sekali dgn penampilan foto foto disini
    terutama pemandangan alamnya yg tampak asri . Salam kenal.

    ReplyDelete

  9. oh gitu, yahkelewat dah,
    sayang banget yah, padahal udah lihat tuh tempatnya,
    tadinya kirain langsung dikasih teh di loket gerbang itu,
    sempat saya ngomong sama istri - kenapa kita nggak dikasih yah,
    rupanya mesti nuker .

    tapi kayaknya kapan2 saya juga mau mampir lagi disana,
    karena tempatnya lega dan nyaman.
    tadinya saya pikir sempit dan serem gitu.he3.

    ReplyDelete
  10. dear Levinia,

    kalo dari arah Puncak - ada dikiri jalan,
    saya posting foto tambahan disini nanti
    yg memperlihatkan tampak depan rumah makan itu.
    kalau kesana jangan lewatkan Nasi Tim - nya, enak
    sekali, sejak saya masih ABG udah ada tuh,he3

    ReplyDelete

  11. bung Indra,
    saya juga baru pertama kali tiwok disini,
    asyik, enaknya memang ramean, tapi kalau
    berdua/bertiga juga nggak apa2 koq, aman,
    asal jangan lupa pakai sepatu kets - jalannya
    kurang rata.
    salam
    sm

    ReplyDelete
  12. WOW ....Pemandangannya itu lho bagus banget.

    ReplyDelete
  13. WOW ....Pemandangannya itu lho bagus banget.

    ReplyDelete
  14. Tiket masuknya disimpan aja pak. Ntar kalau kesitu lagi masih bisa dituker kok. Lumayan khan ...;-)

    ReplyDelete
  15. mas Bambang,
    justru saya sejak kemarin nyari2 tuh,
    saya ingatnya mau disimpan koq karena
    mau dicatat harga tiketnya (mau diceritain),
    eh malah nyelip entah dimana,
    dasar nggak jodoh,he3.

    ReplyDelete
  16. Pak Sindhi Sunda Rasa tuh di warung Kondang masih agak jauh dari Sukabumi 20an Km, ada dua disana, yang mantab emang Kulitnya dan sambelnya

    ReplyDelete

  17. bung Andrew,

    betul, ada dua Sunda Rasa, yang kami datangi
    kemarin adalah SR2, yang letaknya lebih dekat
    lagi ke Cianjur - hanya 6 km dari Cianjur.
    istri saya terkesan dg pepes2nya, sampai ngebekel tuh.

    ReplyDelete
  18. ini mantheb ... cobain sambel oncomnya gak pak? itu juga luar biasa loh

    ReplyDelete
  19. hihihi, waktu ngobrol sama Wimar juga nyinggung resto ini :)

    ReplyDelete
  20. ada singkatan tambahannya pak ... sekarang bukan cuma PAMER aja, tapi juga ada PAHA ...

    PAMER PAHA : PAdat MERayap tanPA HArapan
    :D

    ReplyDelete
  21. Chell,
    istri saya bilang sambel oncomnya memang enak

    ReplyDelete