Wednesday, April 26, 2006

Nengok kamar BungKarno di Gunung Menumbing - Mentok Bangka.


kami mendaki didalam tower sampai kepuncaknya

Pesawat Boeing 737-200 Bali Air yang berwarna fancy - pink, terisi
penuh penumpang dan ternyata hanya membutuhkan waktu 45 menit
untuk mendarat di Bandara Depati Amir - Pangkal Pinang, sampai -
sampai mertua saya bilang " pantat belon panas, udah bangun lagi !".

Gedung airportnya kecil saja, seukuran airport Padang, uniknya adalah
landasan pacu-nya yang walau lurus tapi tidak datar dari ujung ke ujung
seperti lazimnya landasan pacu bandara.
Kontur daratan pulau Bangka yang berbukit, menyebabkan landasan ini
dibagian tengah dari panjang landasan-nya agak lebih tinggi dari bagian
ujung-ujungnya.

Penjemput dari biro tour setempat sudah menunggu didalam airport,
dan bung Mirza yang kelahiran Pangkal Pinang ini kemudian memandu
kami naik bus kecil kapasitas 25 seat - leluasa sekali bagi rombongan
keluarga kami yang berdelapan orang saja ini.

Langsung kami menuju Pantai Pasir Padi, yang dekat saja hanya 30 menit
perjalanan, dan mendapat makan siang di sea food restaurant Biru Laut.
Menu lokan dan aneka sea food lainnya dinikmati sambil memandang
pantai yang berpasir putih - kabarnya pasir pantai itu cukup keras sehingga
mobilpun bisa berjalan diatasnya.
Sayang saat itu sedang pasang, kalau surut air bisa mundur seratus meter
dari garis pantai .
Pantai wisata ini selintas sepi saja, hanya ada beberapa restoran dan
tidak terlihat hotel, mungkin karena pantainya tidak terlalu bagus.

Setelah menutup makan siang itu dengan kelapa muda, maka mulailah
perjalanan menuju kota Mentok yang berjarak 138 kilometer.
Perjalanan ini membelah pulau Bangka dari timur ke barat , berangkat
dari kota Pangkal Pinang (posisi di peta persis utara kota Serang) yang
berada di tepi Laut Natuna , menuju kota Mentok (persis diutara kota
Bandar Lampung) yang berada di tepi Selat Bangka.

Jalan-nya hotmix lumayan bagus, lebarnya pas-pasan untuk dua mobil,
dan tidak terlalu banyak kendaraan.
Ternyata pemandangan sepanjang jalan sungguh membosankan -
separuh perjalanan melalui hutan - hanya sesekali melalui kampung2.
Selebihnya mata hanya melihat pepohonan saja -
"hiburan" buat mata adalah warna warni dari bendera berbagai partai
yang berkibar dibanyak tempat sepanjang jalan, rupanya rame rame curi
start kampanye sudah sampai kemana-mana.

Perjalanan selama tiga jam yang terus naik turun bukit itu ( rupanya -
memang kontur tanah disana berbukit-bukit tapi tidak curam ) ,
akhirnya mendekati kota Mentok, dan bung Mirza menunjuk sebuah
gunung dengan dua buah tower dipuncaknya yang tampak dikejauhan
sebelah kanan jalan (sebenarnya hanya bukit yang lumayan tinggi -
di Bangka bukit disebut gunung),
"Itu Gunung Menumbing, tower dipuncak itu milik TVRI dan Satelindo ,
hotel kita juga ada di puncak gunung, dekat tower" katanya.
Oh ya ??, semua terperangah, kirain hotelnya didalam kota Mentok !.

Rupanya di dalam kota Mentok hanya ada penginapan, yang dirasa
tidak memadai untuk diinapi turis.
Sedangkan di hotel Jati Menumbing ini ada fasilitas yang menunjang
seperti Hot & Cold water, pesawat TV yang bisa menangkap siaran
Metro TV,RCTI, SCTV dan Indosiar.

Hotel Jati Menumbing - bintang satu dengan 22 buah kamar,
dulunya adalah villa jaman Belanda yang dibangun di atas bukit
dan berada ditengah hutan lindung.
Sekarang jadi milik Pemda Mentok, tapi dioperasikan oleh swasta.

Villa ini bersejarah kata Mirza, karena disana ada satu kamar yang
dulu pernah ditempati Bung Karno, yaitu saat beliau diasingkan oleh
fihak Belanda ditahun 1948.

Kamar hotel ini engga pakai AC karena digunung, imbuh Mirza,
dan kita harus sampai disana sebelum gelap karena naik gunung
melalui hutan lebat.
Mudah-mudahan tidak ada pohon roboh melintang dijalan ,katanya
lagi. Jalan naik itu kecil sekali, hanya pas seukuran satu mobil.
(semua makin melongo mendengarnya).

Persis memasuki kota Mentok , Mirza nyeletuk :
" Ada yang mau beli Autan dulu engga ? "
Saya mula-mula mikir : Autan ini apaan yah, souvenir apa makanan ? ,
ternyata Autan beneran - obat nyamuk !!
Rupanya Mirza khawatir di kamar hotel nanti banyak nyamuk.
(semua melongo lagi jadinya, engga ada yang menyahut karena sedang
berfikir keras membayangkan seperti apa hotel jaman kuda gigit besi itu).

Karena masih belum terlalu sore maka tidak langsung ke hotel tapi
menuju Tanjung Kalian, sebuah pantai di selat Bangka dimana ada
sebuah mercu suar yang dibangun pada tahun 1862.
(foto pertama)

Ternyata kami diperbolehkan naik, tentu saja kesempatan ini tidak
dilewatkan karena kabarnya kalau cuaca cerah, bisa melihat pantai
pulau Sumatra.
Walaupun belasan step pertama dari tangga batu yang melingkar
didalam menara itu gelap, tapi pada tangga berikutnya tidak gelap
lagi karena ada lubang-lubang kecil di dinding menara.
(foto kedua)

Setelah ngos-ngosan menapaki seratusan anak tangga melingkar itu,
ternyata tangga berikutnya adalah tangga kayu yang posisinya hampir
tegak lurus yang harus dinaiki kalau mau sampai ke puncak menara.
Karena sudah tanggung maka semua manjat dengan gaya kera dan
ternyata sesampai diatasnya masih ada satu tangga kayu lagi yang
juga posisinya sama - hampir tegak lurus.

Dari puncak kami bisa melihat keliling karena ada balkon sekeliling
bagian luar menara.
Sayang hanya bisa melihat kota Mentok dan sekitarnya, sedangkan
Selat Bangka dan pantai Pulau Sumatra tertutup kabut putih.
Kami tidak berlama-lama diatas mercu suar karena harus sampai di
hotel sebelum cuaca gelap, maka segera turun tangga dan naik bus
menuju arah Gunung Menumbing.

Komplek hotel Jati Menumbing berjarak sekitar 10 kilometer dari kota
Mentok, dan dikaki gunung sebelum memasuki kawasan hutan lindung
itu bus kami harus stop dulu di gerbang masuk kawasan.
Tempat ini berjarak empat kilometer dari hotel.
Disitu ada pos penjagaan, petugasnya memegang HT dan mengontak
rekannya yang berjaga di pos atas/gerbang hotel.
Setelah memastikan tidak ada kendaraan lain yang sedang menuruni
gunung - maka barulah kami diperbolehkan memasuki jalan sempit
yang hanya bisa dilalui satu mobil saja itu.

Saat itu matahari sudah mulai redup karena sudah jam 17.30 - gas
mobil digeber oleh pak sopir karena jalannya menanjak terus.
Tentu situasi jalan sempit menanjak ditengah hutan itu membuat kami
semua tegang, apalagi saat-saat mobil memasuki tikungan.
Perasaan kami semua waswas sekali, karena siapa tahu mendadak
muncul mobil dari depan, atau ada mobil mogok dan lain lain.

Tidak mungkin dua mobil bisa berpapasan karena lebar jalan benar-
benar ngepas satu mobil saja.

Jalan aspalnya memang bagus, tapi kiri kanan penuh pepohonan lebat.
Terlihat ada bekas-bekas pohon roboh yang sudah digergaji petugas,
malah ada satu batang pohon yang roboh miring menyender ke pohon
lainnya yang ada diseberang jalan sehingga mobil kami harus lewat
dibawah batang pohon yang miring itu.

Disatu tempat yang lumayan curam, ada petunjuk bahwa harus meng-
gunakan gigi satu, dan memang betul mobil harus sambil menderu-deru
mengambil tikungan dengan kemiringan jalan yang cukup berat.
Saya lihat beberapa penumpang ada yang sampai berdiri terus didalam
bus saking tegangnya.
Akhirnya semua bernafas lega setelah melewati pos penjagaan/gerbang
masuk ke lingkungan hotel yang terlihat cukup luas juga .

Didalam komplek itu ada beberapa buah villa, yang terbesar berada di
puncak bukit, dan didalam bangunan dengan enam buah kamar itulah
ada kamar nomer 101 yang jaman dahulu ditempati Bung Karno.
Ternyata kami juga menginap di bangunan yang sama , saya mendapat
kamar nomer 103.
(foto ketiga dan keempat)

Karena sudah agak sore maka langsung makan malam di restoran hotel,
setelah itu ditawari apakah mau meninjau kamar 101 itu sekarang ?,
langsung pada teriak "Nggaaak, besok aja !".

Tapi akhirnya rasa penasaran tidak bisa ditahan.
Kami ramai-ramai memasuki bangunan utama itu, ada sebuah ruang
pertemuan yang cukup besar.
Sebuah mobil Ford hitam buatan tahun 1948 , juga berada disana -
inilah mobil yang dipakai Bung Karno kalau bepergian sampai ke
kota Pangkal Pinang.
(foto kelima)

Kamar 101 juga lumayan besar, ada dua buah bed kayu, dengan
meja tulis, didepan kamar ada sebuah serambi untuk duduk-duduk
melihat pemandangan diluar.
(foto keenam)

Kamar 102 dipakai untuk ruang tamu atau ruang kerja, terlihat pada
dindingnya banyak foto Bung Karno dan Bung Hatta.
Kabarnya selain Bung Karno dan Bung Hatta, ada enam lagi tokoh
yang diasingkan disana antara lain H.Agus Salim dan Suryadharma.
Bung Hatta ditempatkan tidak di villa utama ini tapi di bangunan
villa lainnya yang terletak lebih kebawah bukit.

Kami diajak naik ke atap bangunan, di sore yang mulai temaram itu
kami sempat melihat permukaan laut Selat Bangka, sayang sekali
banyak kabut sehingga matahari yang mulai memerah itu tidak
tampak jelas.
Sebenarnya view keliling tidak terlalu bagus karena hanya hutan yang
terlihat, kota Mentok dan Mercu Suar Tanjung Kalian juga tampak ,
terlihat kecil jauh dibawah.
Didalam hutan yang tampak lebat itu masih ada lutung, ular dan babi
hutan, sedangkan harimau tidak ada.

Hari itu villa yang terpencil diatas gunung/hutan ini rupanya hanya
didatangi rombongan kami saja.
Malam harinya tentu tidak ada kesibukan lain selain nonton TV dan
berupaya bisa cepat bisa tidur dengan harapan esoknya bisa bangun
pagi-pagi untuk melihat sunrise dari atap hotel.

Tapi esok paginya ternyata kabut tebal sekali, walaupun demikian
kami tetap naik keatas atap bangunan, ternyata memang tidak bisa
melihat apa-apa, semua serba putih.
Angin dingin yang bertiup keras juga membuat kami tidak bisa
berlama-lama diluar kamar.



cerita lanjutan : menuju Sungai Liat.




Monday, April 24, 2006

Yang Baru di Bandung : Paskal Hyper Square dan Tiramisu Kukus.

 


 


Minggu pagi 23 April kemarin saya dan istri menuju Bandung,
seperti biasa lewat jalan tol Cikampek, yang kali ini lancar sekali -
mungkin karena belum lama berselang ada dua long week-end.


Tentunya nyetir kali ini asyik juga, pedal gas bisa dengan leluasa
di-jejek terus dan hanya 1 jam 5 menit sudah tiba di toll gate
Cikampek, dengan trip-meter menunjukkan 112 km dari rumah.


Kami tidak memasuki tol Cipularang karena mau makan pagi dulu
di Sate Maranggi Cibungur.
Selepas toll-gate Cikampek, belok kanan memasuki jalan biasa,
dan kiri kanan terlihat pemandangan klasik yaitu banyak warung
yang jual oleh-oleh seperti Ubi Cilembu, tape dll.
Hanya 3,5 kilometer kemudian sudah terlihat sebelah kiri tulisan
besar : Sate Maranggi dan Es Kelapa Muda.
Mobil seperti biasa diparkir diantara pepohonan jati dan kami
memasuki rumah makan yang bentuknya sederhana saja seperti
barak terbuka, saya duga kapasitasnya bisa muat sampai 200 orang.
Terlihat hanya ada dua mobil yang parkir, maklum saja kami tiba
jam 8.10, sedang rumah makan itu bukanya jam 8 pagi.


Makanan yang bisa dipesan disana sangat bervariasi.
Ada ayam dan ikan bakar, pepes ati ampla, sop sapi/kambing,
soto ayam/babat, gado-gado, karedok, sayur asem, sampai juga
bubur, siomay dan baso.


Tentu kami pesannya Sate Maranggi, Es Kelapa Muda dan kali
ini kami tertarik dengan Soto Dengkul Sapi - nah apa pula ini ?


Lima menit kemudian makanan sudah diantarkan, Sate tersaji
diatas piring dalam tusukan besar2 beralas kecap manis, bersama
irisan tomat yang bercampur cabe hijau.
Potongan2 kecil Dengkul Sapi terbenam dalam kuah putih santan
yang tidak terlalu kental, ditaburi emping, bawang goreng, dan
daun bawang.
Pas banget deh, paduan pedasnya sate yang wangi dengan dengkul
sapi yang legit, dengan sesekali tenggorokan diguyur es kelapa muda.
Engga peduli deh soal duduknya yang cuma beberapa meter saja
dari pinggir jalan yang sibuk - biarin deru campur debu tapi asyiiik !!.


Perjalanan berlanjut menuju perempatan Sadang yang berjarak
sekitar lima kilometer dari rumah makan ini, dan belok kanan
memasuki tol Cipularang.


Acara di Bandung memang bingung juga mulanya, masa sih masuk
FO yang itu lagi - itu lagi, tapi tiba-tiba Nuke teringat :
Pap, kita ke Paskal Hyper Square aja deh, baru aja buka nih !!.
Wah apaan tuh, denger namanya saja membuat penasaran.


Ternyata komplek pertokoan di Jalan Pasirkaliki itu dari arah utara
(Sukajadi menuju Gardujati) adanya dikanan jalan - dan tidak boleh
memotong jalan.
Tapi ada papan petunjuk : Belok kiri memasuki Jalan Statsion Barat
(bener tertulis : Statsion !!), lalu U-Turn kekiri dan setelah ambil tiket
maka lewat dikolong jalan Pasirkaliki -
wah keren banget nih komplek bela2-in bikin underpass segala.


Nuke dan maminya memasuki Kosmo, factory-outlet yang gedungnya
lumayan besar berlantai tiga.
Saya perhatikan selain gedung Kosmo, didalam komplek itu ada
deretan ruko yang sebagian besar masih kosong.


Saat berjalan menelusuri pertokoan itu saya bengong, lho koq
ada toko Brownies Kukus Amanda yang kesohor itu -
saat itu tidak ada satupun pembeli didalam toko padahal ada
puluhan dus brownies siap jual.
Ternyata memang betul, itu Amanda asli, ini cabang ke 3 nya.
Harga brownies baru saja naik menjadi 21 ribu, dan kabarnya
toko yang di Jalan Dr.Otten sekarang menjual brownies2 dari
pabrik lain juga dan Brownies Amanda disitu dijual lebih mahal
yaitu 27 ribu.


Tak jauh dari toko Amanda tibalah saya di food court yang
lumayan luas : Paskal Food Market, saya hitung ada sekitar
50-an kios yang menjual aneka makanan dan minuman.
Mulai dari Nasi Bakar - Steak - Nasi Begana - sop ikan Batam -
sampai rumah makan Cibiuk, pokoknya segala macam makanan
tumplek disana.


Sayang belum waktunya makan malam, maka saya pesan Wedang
Ronde Jahe cabang Gardujati, 10 ribu/porsi dan bisa menikmati
ronde isi duren - kacang merah - wijen - kacang ijo, boleh pilih
pake gula merah atau gula putih.


Akhirnya kami menuju Grand Preanger Hotel untuk mencari kue
yang sedang ramai dibicarakan : Tiramisu Kukus !!
Sempat nyasar nyari2 ke lobby hotel - disana memang ada counter
display Tiramisu Kukus itu, tapi ternyata dijualnya di La Patisserie -
toko kue hotel itu yang menghadap ketempat parkir/jalanan.
Kue dijual seharga 30 ribu, berbentuk seperti batu bata dan
dikemas dalam box merah muda yang bertuliskan :
Oleh oleh dari Bandung
Lebih lezat dimakan dalam keadaan dingin.


Sesampai dirumah, segera kue dipotong, terdiri dari dua lapis
bolu warna putih dan coklat muda, dan memang ueeenak sekali.


Urang Bandung memang pinter bikin orang Jakarta berbondong-
bondong ke Bandung -


Hayo atuh bikin kukus2an apa lagi nih ?.



Sate Maranggi Cibungur
Jl. Raya Cibungur Purwakarta
Telp: (0264) 351077.


Brownies Kukus Amanda, cabang III :
Ruko Paskal Hyper Square Blok A No: 43 Bandung,
Telp: (022) 70745673.
Note : Paskal = Pasirkaliki.


Tiramisu Kukus
Grand Preanger Hotel
La Patisserie - lantai dasar.


 

Thursday, April 20, 2006

Danau XiHu (West Lake) yang legendaris - HangZhou China.

 


Saya mencoba lagi posting foto mula-mula dengan access : Individual,


baru ganti ke Contact, dilanjutkan ganti lagi ke Everyone.


Tampaknya berakibat sedikit yang mendapat pemberitahuan adanya


postingan baru itu.


Maka saya ulangi pemberitahuan bahwa di kolom photos ada foto2


dari Danau Xihu - HangZhou China :


http://smulya.multiply.com/photos/album/81


 


 

Sunday, April 9, 2006

Menelusuri Canadian Rocky Mountain.




Setelah menyelesaikan cruise Alaska yang berakhir di Vancouver,
maka perjalanan berlanjut menelusuri Canadian Rocky Mountain.

Perjalanan ke Rockies ini tidak lagi diikuti oleh 60 orang,
karena 40 orang dari grup Wulan ada yang langsung pulang
ke Indonesia begitu turun dari Princess Cruise di Vancouver ini.
Ada juga yang ke-kota lain, sehingga bus yang disediakan terasa
longgar sekali karena terisi 20 orang saja.

Jam 10 pagi barulah bis bisa berangkat, langsung mengarah ke
timur - ke kota Golden, yang berjarak 700 km dari Vancouver.
Pemandangan awal membosankan, karena monoton dengan tanah
pertanian yang luas, tapi belakangan menarik karena mulai terlihat
gunung-gunung di kejauhan.
Apalagi di Roger Pass - jalan mendaki begitu panjangnya, dan saya
lihat banyak mobil derek yang stand-by siap menolong mobil yang
tidak kuat nanjak karena jalan-nya menanjak begitu panjang -
mungkin sampai belasan kilometer.

Kami tiba di kota kecil Golden sudah jam 10 malam (jam di Golden
ini berbeda 1 jam dengan Vancouver, karena masuk propinsi yang
berbeda yaitu Alberta), menginap semalam dan pagi2 sudah jalan lagi.

Pemandangan dua jam kemudian menarik sekali karena sudah masuk
Rocky Mountain, pegunungan indah yang memanjang sejauh 200 km -
tampak seperti dua deretan pegunungan berselaput salju abadi,
mengapit lembah yang hijau dipenuhi pohon cemara.

Jalan raya dibuat menelusuri dasar lembah, membelah hutan cemara,
sehingga pengendara mendapatkan pemandangan yang mengesankan.
Kedepan terlihat jalan aspal membelah hutan cemara dan kesamping
kiri kanan terlihat lereng pegunungan berwarna coklat dengan deretan
puncaknya berselaputkan salju abadi berwarna putih bersih.
Sepanjang jalan kami tak puas2-nya menikmati pemandangan cantik
yang sangat memanjakan mata ini.
Sesekali perjalanan menyusuri tepian sungai deras yang sangat jernih,
atau melewati danau yang airnya berwarna hijau, menambah pesona
cantiknya alam pegunungan ini.

Suatu saat didalam bus yang sedang berjalan cepat, kami terpana
melihat disebelah kiri jalan ada danau yang luar biasa cantiknya.
Air danau yang berwarna hijau tenang, memantulkan bayangan
gunung yang melatarbelakangi danau, wah semua teriak minta
sopir menepi untuk mampir ke danau itu.
Tapi sayang sekali danau ada disebelah kiri jalan, sedang bus kami
melaju dijalur kanan dan pak sopir bilang dia tidak boleh memotong
median jalan.
Wah semua menggerutu, soalnya median jalan sebenarnya cuma
garis putih tak terputus, tapi tetap pak sopir tidak berani berhenti
apalagi memotong garis itu untuk menyebrang jalan.
Untunglah ada seorang teman sempat mem-foto Bow Lake itu.
Foto danau yang diambil dari dalam bus yang sedang berjalan saja
sudah memperlihatkan betapa cantiknya danau itu -
apalagi kalau dari dekat, sayang sekali kami tidak bisa mampir.
(foto)

Disuatu tempat bus kami berhenti, hanya sedikit berjalan kaki sudah
terlihatlah pemandangan yang luar biasa indah.
Kami ternyata berada diatas bukit dan tampak nun jauh dibawah -
Peyto Lake : sebuah danau yang airnya berwarna hijau indah sekali,
dilatar belakangi gunung dengan glacier berwarna putih. (foto)

Highlight hari ini adalah mengunjungi Columbia Icefield/Athabasca
Glacier, salah satu tempat yang sangat unik karena kami akan
berkesempatan berjalan-jalan diatas glacier/sungai es itu.
Bus berhenti disatu restoran, tempat kami makan siang sambil
memandang Athabasca Glacier dan menanti giliran naik bus shuttle
yang membawa kita kedekat glacier yang tampak dari restoran itu.
Dari kejauhan tampak glacier yang berupa hamparan putih diantara
dua puncak gunung, dan terlihat bintik hitam yang bergerak.
Ternyata itu adalah orang yang mendaki glacier itu, dan juga tampak
kotak kecil yang turun naik glacier - ternyata itu Snocoach -
bus khusus yang bisa mendaki glacier. (foto)

Bis shuttle membawa kami mendaki sampai disatu titik dimana
bus tersebut tidak bisa naik lagi karena sudah ketemu awal glacier.
Kita lalu turun dari bis shuttle dan ganti naik snow mobile yang
disebut Snocoach.
Bis tinggi besar dengan ban kasar berdiameter hampir 2 meter -
tenaganya gede sekali dan bisa mendaki dengan sudut yang
fantastis sambil mengangkut 40 orang penumpang.(foto)

Snocoach lalu mendaki dan memasuki/berjalan diatas glacier
tersebut sampai dilereng gunung, ketinggiannya sekitar 2200 m.
Kami kemudian diperbolehkan turun, dan diberi waktu sekitar
30 menit untuk jalan-jalan diatas sungai es yang begitu tampak
lebar sekali.
Segera saja kami berjalan kesana kemari, mencoba mendaki
sambil berhati-hati karena tentu agak licin, dan terlihat juga ada
air yang mengalir membentuk solokan kecil diatas sungai es itu.
Kami berjalan sambil hati-hati sekali, sebelumnya sudah di-
wanti2 jangan sampai menginjak crevasse (retakan es) yang
dalamnya bisa sampai ratusan meter.

Terasa menyenangkan sekali bisa merasakan berdiri diatas
sungai es pada ketinggian 2000-an meter itu, dan pemandangan
kebawah gunung terlihat bagus sekali.(foto)

Diperjalanan pulang pak sopir Snocoach sengaja berhenti
disatu tempat untuk memperlihatkan satu crevasse yang berada
tepat dipinggir jalan.
Terlihat lubang es berupa celah sempit berwarna kebiruan yang
sangat dalam - ngeri sekali membayangkan cerita kejadian orang
yang terperosok meluncur jauh kedalam dan tersekat didinding
es dingin membeku.

Perjalanan diteruskan menuju kota Edmonton, untuk menginap
dan esoknya mengunjungi West Edmonton Mall yang masuk
Guinness Book of Record sebagai :
The World's Biggest Shopping Centre and -
The World's Largest Parking Lot.
Ini recordnya :
Tokonya ada 800-an, 110 eating establishment, plus seven World
Class Atraction antara lain kolam renang indoor yang gede banget,
sampai ada kolam ombak raksasa didalamnya.

Toko2 itu antara lain : 130 ladies wear stores, 100 men's wear
stores, over 40 shoe stores, over 20 jewellry stores, over 350
gift and specialty stores, yang semua dibawah satu atap dan
katanya equivalent dengan 48 city block -
memang mall itu panjang banget, walau cuma dua lantai.
Disana juga ada 26 cinema screens dan 3D Imax theatre.

Sebenarnya ada yang membuat saya kagum kok di Edmonton
yang cuma kota ke-lima terbesar di Canada, yang letaknya
"jauh ke-mana2 itu" ada yang berani membuat mall begitu besar.
Siapa saja sih yang mau belanja disana ?.
Kalau mall tersebut didirikan di Jakarta sih tidak heran.

Kami hanya sempat cuci mata dua jam di Mall, dan segera menuju
kota Calgary, dan menginap di Hyatt Hotel.

Meninggalkan Calgary menuju Banff , perjalanan menyenangkan,
tidak lagi memandang tanah ladang yang membosankan, karena
mulai memasuki lagi kawasan pegunungan Rocky.

Apalagi setelah sampai di Banff, kota yang terletak di lembah
dikelilingi gunung-gunung.
Kotanya tidak terlalu besar, tapi dipenuhi toko dan hotel, dan
banyak terlihat turis lalu lalang dikota yang indah ini.(foto)

Dengan gondola kami naik kepuncak Mt.Sulphur, dan dari
ketinggian 2281 meter pemandangan ke kota Banff terlihat
sangat indah, tampak kota kecil itu di lembah yang dialiri
sungai Bow.(foto)

Jelas sekali indahnya Rocky Mountain karena terdiri se-akan2
dari dua deret pegunungan bersalju yang mengapit lembah penuh
pohon cemara berwarna hijau - jadi kombinasi warna hijau -
coklat/abu2 - putih itu yang membuat pemandangan menarik sekali.

Tujuan berikutnya adalah Lake Louise - danau yang cukup luas,
indah karena airnya hijau berlatar belakang gunung2 dan tampak
juga glacier yang keputihan melatar-belakangi danau itu.(foto)
Ada satu hotel megah bertingkat, dibangun persis di pinggir
danau, sehingga penghuni bisa menyaksikan pemandangan yang
indah itu dari kamarnya.

Malamnya menginap di kota Vernon,dan esoknya menuju Kelowna.
Bus berjalan di lereng pegunungan dan sepanjang belasan kilometer
menelusuri tepian Lake Okanagan, yang konon mempunyai monster
yang disebut Opogopo (semacam naga begitu-lah).
Kelowna yang menjadi kota peristirahatan ditepi lake Okanagan itu,
disebut "kota pantai", karena Lake Okanagan itu pantainya berpasir.

Kami sempat diajak mengunjungi Winery, dimana selain diperbolehkan
meninjau bagian dalam pabrik, juga diberikan kesempatan mencicipi
beberapa macam wine.
Ice wine-nya yang merupakan unggulan pabrik anggur itu memang
enak sekali - tapi walau gimana enaknya enak saya seperti biasa
tidak berani banyak-banyak.
Ketimbang kepala keleyengan, mending menikmati pemandangan
dari halaman pabrik kearah danau legenda yang cantik sekali (foto).

Perjalanan kembali ke Vancouver, setelah menjauh dari pegunungan
kembali menjemukan karena pemandangan monoton ladang melulu.
Tour leader setempat (orang Canada asal Malaysia) rupanya ingin
mengusir kejenuhan dengan kembali memutarkan video yang ternyata
membuat saya jadi "sakit kepala".
Ini video ketiga yang diputarnya - temanya sama : pembajakan !!.
Mula-mula film pembajakan kapal terbang (lupa judulnya),
lalu film Under Siege - eh lagi-lagi diputarnya film "serem " :
Air Force One.

Lha - kita kan besok mau pulang ke Jakarta naik kapal terbang juga nih.

Friday, April 7, 2006

Pali Lookout - Honolulu, Hawaii.


dari tempat parkir melewati papan ini, terus kebelakang menuju tempat terbuka dan bisa melihat Honolulu dibawah

Pali Lookout - Honolulu, Hawaii :

Honolulu mempunyai banyak tempat menarik untuk dikunjungi,
antara lain pantai Waikiki, Arizona Memorial dan lain lain.
Tapi selain tempat yang biasa didatangi turis itu, ada satu tempat
yang luar biasa unik yaitu Pali LookOut.
Ditempat itu angin bertiup luar biasa kerasnya, bukan saja selama
24 jam sehari !, tapi juga sepanjang tahun !!.

Lokasi Pali LookOut diatas gunung yang berada "dibelakang"
kota Honolulu, berkendara 30 menit saja sudah tiba di tempat
yang cukup tinggi itu dan kota Honolulu dengan pantai Waikiki
terlihat jelas nun jauh dibawah.

Setelah memarkir mobil, dan berjalan sebentar saja sudah tiba
disatu lokasi terbuka tidak banyak pepohonan dan ada platform
dimana kita bisa memandang kebawah kearah kota Honolulu.

Disitulah terasa angin meniup begitu kerasnya dari arah kota
Honolulu, deras sekali terdengar bersuit-suit menerpa tubuh.
Kontan semua reflek langsung memegang erat-erat jaket,
tas atau barang-barang bawaan lainnya.
Terasa sekali dorongan angin yang membuat baju/jaket sampai
menggelembung dan berkibar-kibar, keruan kalau rambut sih
sudah habis acak-acakan.
Memang terasa seru sekali, dan terasa aneh kenapa bisa ada
angin sekeras ini, dipuncak gunung-gunung lain koq tidak ada
fenomena angin keras ini.
Tapi walaupun menyenangkan menikmati terpaan angin sambil
lihat-lihat pemandangan indah dibawah, kami akhirnya tidak
berani berlama-lama disana, takut masuk angin !.

Mungkin ada yang bisa menjelaskan mengapa disana bisa terjadi
fenomena alam yang sangat unik itu yaitu :
Angin keras bertiup sangat keras selama 24 jam sepanjang tahun.



Fatima : One of the World's Most Important Places of Marian Pilgrimage.





Fatima awalnya adalah sebuah kota kecil saja diutara kota Lisbon,
terletak di kawasan yang berbukit - hijau asri jauh dari tepi laut.
Tapi kota ini secara drastis berkembang, setelah di tahun 1917 tiga anak
gembala yang tinggal di Aljustrel - desa kecil dipinggiran kota Fatima,
yaitu Lucia 10 tahun, sepupunya Fransisco 9 tahun dan Jacinta 7 tahun -
melihat penampakan Bunda Maria.

Dikisahkan saat itu hari Minggu, tanggal 13 Mei 1917, anak gembala tiga
bersaudara itu sedang bermain disatu tempat tidak terlalu jauh dari rumah
mereka, mendadak mereka melihat suatu pemandangan yang aneh -
di puncak sebuah pohon Oak tampak bayangan seorang Lady
berpakaian putih - diliputi cahaya terang.
Hanya Lucia yang bisa bercakap-cakap dengan Lady itu, Jacinta bisa
melihat dan mendengarnya, sedangkan Fransisco hanya bisa melihat
penampakannya saja.

Penampakan itu berlangsung lagi pada bulan-bulan berikutnya sampai
lima kali, yang terakhir pada tanggal 13 Oktober 1917 - saat itu
penduduk diseluruh negeri disana melihat fenomena alam yang aneh yaitu
matahari terlihat bergerak-gerak sehingga kejadian itu disebut Sun Dance.

Sejak itu berita penampakan ini menyebar keseluruh dunia, dan Fatima
sekarang menjadi salah satu tempat ziarah Bunda Maria yang sangat
penting dan mendapat kunjungan banyak umat Katholik sedunia.

Pada tahun 1919 sebuah kapel kecil didirikan dititik penampakan,
dinamai :Chapel of Apparitions, kemudian sempat hancur karena
ledakan sebuah bom - dan kini sudah dibangun lagi.
Ditengah kapel kecil yang keempat dindingnya terbuka itu, ada sebuah
tonggak marmer berdiri persis dititik penampakan, dan sebuah patung
Maria diletakkan diatas tonggak tersebut.
Dan tahun 1928 mulai dibangun sebuah gereja besar :
Basilica of O Rosario,
yang terletak tidak jauh dari Chapel of Apparitions.


Pagi hari bus kami sudah meninggalkan hotel di Lisbon, dan melalui
highway mengarah keutara menuju Fatima, ternyata perjalanan
hanya 1,5 jam saja.
Kami dimampirkan dulu ke sebuah toko yang lumayan gede -
ternyata khusus menjual aneka jenis barang2 keagamaan,
mulai dari Rosario, patung, lukisan - aneka ragam yang tentunya
sebagian besar berfokus ke Bunda Maria.
Saking besarnya toko itu dan mungkin juga sering pengunjungnya
datang membludak maka counter kasirnya kayak supermarket -
posisinya berjejer/tidak cuma satu,
cocok deh karena para pengunjung juga belanjanya bawa-bawa
keranjang persis kayak belanja di Carrefour.


Beberapa menit perjalanan dari toko tersebut kami sudah diturunkan
lagi dari bus, kali ini dipinggir jalan, disatu sisi jalan ada deretan toko
dan rumah, sedangkan sisi lainnya adalah kawasan rimbun penuh
pepohonan.
Saya sempat bertanya-tanya dalam hati dimana letak tempat
penampakan yang menjadi tujuan kami hari itu -
ternyata hanya berjalan sedikit saja menapaki jalan kecil yang
membelah kawasan yang banyak pepohonan itu sudah sampai
ditujuan.

Dihadapan kami kini tampak satu lapangan yang sangat luas,
disebelah kiri tampak dikejauhan Basilica of O Rosario dengan
menara setinggi 65 meter yang pada puncaknya tampak
sebuah mahkota.(foto)
Saat itu lapangan terlihat kosong, tapi saat-saat peringatan
penampakan - Basilica menjadi titik tumpuan mata dari sekitar
satu juta orang yang memadati lapangan. (foto)

Saat mendekati Basilica itu kami melewati Chapel Of Apparitions
yang terletak disisi kiri lapangan, tampak ditengah kapel ada patung
Maria yang ditutupi kaca.
Selain banyak orang sedang khusuk berdoa disana, juga ada beberapa
wanita yang berjalan mengelilingi patung Maria dengan cara beringsut
memakai lutut. (foto).

Sepanjang separuh lapangan luas itu ada jalan selebar sekitar satu meter
yang disemen licin - itu juga dipergunakan oleh para peziarah yang
berjalan beringsut memakai lutut, mereka berdoa sambil memandang
Basilica dan Chapel of Apparitions dikejauhan. (foto).

Saat kami memasuki Basilica besar dengan 15 buah altar itu , persis
Misa siang akan dimulai, seorang suster sedang menyanyikan lagu-lagu
pujian dengan merdunya, maka kami cepat-cepat mengambil foto agar
tidak mengganggu jalannya Misa.
Saya sempat maju kedepan kiri altar untuk melihat makam Fransisco dan
Jacinta. Disisi makam itu ada sebuah makam kosong - disediakan untuk
Lucia, yang masih hidup sebagai biarawati disatu biara yang dirahasiakan.

Setelah berdoa didalam Basilica dan juga di Chapel of Apparitions,
beberapa rekan juga menyempatkan memasang lilin dibelakang Chapel.
(foto)

Melengkapi kunjungan ke tempat ziarah ternama ini, kami kemudian
mengunjungi desa Aljustrel, bis parkir disatu tempat khusus dan kami
mulailah berjalan kaki sepanjang jalan yang membelah desa itu.
Kami bisa berjalan santai karena hanya sesekali ada kendaraan lewat,
rumah2-nya terlihat sederhana tapi tertata rapih,
banyak yang dijadikan toko souvenir.

Pengunjung diperbolehkan masuk kedalam rumah Lucia, yang seperti
rumah para penduduk disana kelihatan sederhana sekali dan kecil saja -
tapi terlihat dirawat dengan baik sehingga masih persis seperti semula,
demikian juga rumah sepupunya yang terletak tidak berapa jauh dari
rumah itu.(foto)


Esok harinya saat meninggalkan Lisbon menuju Madrid Spain,
bus kami melalui sebuah jembatan yang aduhai panjangnya :
Vasco da Gama Bridge. (foto)
Saat akan memasuki jembatan yang panjangnya 16 kilometer itu saya
sempat tertegun melihat jembatan langsing itu seakan mengular diatas air -
puanjang sekali !
Jembatan baru gaya modern ini membentang diatas muara sungai Tejo
yang lebar, 13 kilometer dari panjang jembatan ini berada diatas air
sehingga saat berada diatasnya kami serasa berada ditengah laut saja !!

Magnificent new bridge ini merupakan :
One of the Longest Bridges in the World.