Sunday, March 12, 2006

Lotus Temple - one of Delhi's most innovative modern structures.


foto diambil dari depan toilet umum didalam halaman Lotus Temple

Lotus Temple - one of Delhi's most innovative modern structures.


Bangunan spektakuler milik Baha'i Faith ini dikenal sebagai
Lotus Temple karena terlihat seakan sebuah bunga teratai putih
yang sedang mekar.
Bagian daun bunga teratai yang menjadi atap gedung terbuat dari
beton putih, diluarnya dilapisi panel dari marmer putih Yunani.

Baha'i House of Worship yang berada di Indian subcontinent ini,
merupakan Baha'i House of Worship terbaru dari sekian temple
yang ada diberbagai belahan dunia yaitu di :
Apia -Western Samoa, Sydney-Australia, Kampala-Uganda,
Panama City-Panama, Frankfurt-Germany, Wilmette-USA.
Diarsiteki Mr. Fariburz Sahba, orang Iran, gedung ini mulai dibangun
pada 21 April 1980, dan pertama kali digunakan tanggal 24 Des 1986.

Senin pagi 26 Desember 2005 didalam bus yang sedang meluncur
menuju Lotus Temple, Mukesh pemuda India yang menjadi guide
kami menerangkan bahwa kami nanti akan boleh masuk kedalam
temple tersebut, ini membuat kami makin penasaran dan jadi
ingin cepat sampai
Saat bus tiba di pintu gerbang, terlihat gerbang masih tertutup dan
suasana sepi-sepi saja, kami berfikir rupanya datang kepagian nih.

Dari dalam bus dapat terlihat ditengah komplek yang luas ada
bangunan putih besar yang cantik sekali - persis bunga teratai putih
raksasa yang sedang mekar, menyembul dari permukaan tanah.
Bangunan terlihat seakan tiga susun daun bunga teratai yang setiap
susun-nya terdiri dari sembilan lembar daun bunga, sehingga total
terdapat 27 petals.
Sekeliling gedung ada sembilan buah kolam, yang tidak saja
menambah kecantikan gedung, tapi juga berperan besar sebagai
pendingin alami bagi prayer hall-nya yang bisa menampung
1300 orang.
Angka sembilan dipilih karena selain merupakan angka tertinggi,
juga melambangkan kebersamaan dan persatuan.

Mukesh turun duluan menghampiri penjaga, dan kami semua
bersiap untuk juga turun dari bus.
Tapi terlihat Mukesh balik lagi dan naik kedalam bus.
" Hari Senin rupanya tutup ", katanya sambil pasang muka innocent.
Astaga !!
Semua rekan menggerutu, ini local guide bonafid kaga sih, masa
bisa engga tahu kalau temple ini tutup setiap hari Senin.

Mukesh berjanji nanti kami akan tetap mengunjungi Lotus Temple,
yaitu diakhir tour India ini , jadi setelah kami mengunjungi Jaipur,
Agra dan balik lagi ke Delhi seminggu kemudian.

Pagi hari tanggal 1 Januari 2006, dihari terakhir kami di India,
kami kembali berkendara menuju Lotus Temple.
Jalanan terlihat sepi, saat mendekati lokasi tujuan kami terkejut
melihat dijalanan ada antrian orang yang panjang sekali.
Mereka antri berdiri dipinggir jalan dalam antrian satu-satu,
saya perkirakan lebih dari satu kilometer panjangnya.
Untunglah - kami semua lega, ternyata itu antrian para peziarah
yang akan memasuki Kalkaji Temple, sebuah kuil Syiwa kuno
yang letaknya nyaris bersebrangan dengan Lotus Temple.

Kami turun dari bus, dan terlihat sudah ada puluhan orang yang
berkerumun didepan gerbang pagar komplek, tapi belum bisa
masuk karena masih terlalu pagi.
Sambil berdiri didepan gerbang kami menyaksikan antrian
peziarah Kalkaji Temple disebrang jalan itu dengan cepat makin
panjang mengular dan hebatnya mereka bukan saja antri satu -
satu itu dengan tertib tapi juga tanpa alas kaki !!

Akhirnya gerbang dibuka dan kami menapaki jalan yang membelah
taman seluas 26,6 acres ( 92 Ha ) yang ditata dengan apik sekali.
Dihadapan kami tampak megah berdiri bangunan cantik berbentuk
bunga teratai putih setinggi 34,27 meter, dan makin dekat makin
nyata besar dan megahnya bangunan berdiameter 70 meter itu.

Sesaat sebelum naik tangga yang menuju platform/dasar gedung,
rombongan kami disodorkan karung plastik.
Oh, rupanya kami harus buka sepatu !, dan dikumpulkan dalam
karung tersebut.
Wuah, kontan pada mengeluh karena dipagi itu ubin dingin sekali,
terasa menyengat telapak kaki yang telanjang.

Tentu kami sibuk berfoto, kearah taman sekeliling gedung ,
kearah kolam membiru maupun kearah atap marmer gedung
yang terlihat keren mengagumkan.

Dipintu masuk auditorium berdiri beberapa anak muda yang
menyapa kami dengan santun, mereka menjelaskan bahwa kami
boleh memasuki auditorium/prayer hall dan boleh berdoa atau
ber-meditasi, tapi diminta tidak membuat kegaduhan maupun
ambil foto/video.

Kami dengan pelan-pelan memasuki ruangan luas dengan dinding
sekeliling terbuat dari kaca, dan tampak ada sembilan buah pintu.
Atap gedung tinggi mengerucut mengikuti bentuk lembaran daun
bunga teratai atap gedung yang mengecil keatas itu..
Bangku kayu beralas marmer tampak diatur rapih melengkung
mengarah kearah depan dimana ada podium yang tidak terlalu tinggi.
Disepanjang dinding maupun podium tidak ada pajangan apapun,
terlihat polos semata.
Didalam prayer hall itu, yang terbuka bagi siapapun maupun dari
agama apapun, pengunjung hanya boleh berdoa atau meditasi.
Tidak boleh ada ceramah/pidato, atau ritual keagamaan apapun.
Hanya Kitab Suci dari Bahai Faith yang boleh dibacakan,
kegiatan ini terjadwal beberapa kali sehari.

Kami duduk dibangku dan mencoba hening seperti pengunjung
lainnya yang pagi itu tidak terlalu banyak.
Sambil duduk itu saya "mundur-maju" ingin memotret, tapi akhirnya
tidak berani juga karena khawatir kena tegur.
Tapi saat keluar pintu tidak tahan lagi untuk tidak motret -
sambil jalan saya shoot beberapa kali kearah dalam gedung.
Saking terburu-buru fotonya jadi agak buram karena goyang.

Sayang sekali kami tidak bisa datang lagi saat malam hari,
karena kuil itu kabarnya tampak menakjubkan dimalam hari .
Ketika cahaya lampu menerangi atap gedung berbentuk daun
bunga dari batu pualam itu maka tampaklah bunga teratai putih
cantik berkilauan lembut mempesona.



Baha'i House Of Worship
Bahapur, Kalkaji, New Delhi.
website : www.bahaindia.org.

visiting hours :
1 April - 30 September : 9.00 a.m. - 7.00 p.m.
1 October - 31 March : 9.30 a.m. - 5.30 p.m.

prayer service timings :
10.00 hrs - 12.00 hrs - 15.00 hrs - 17.00 hrs.
(closed on Mondays).



8 comments:

  1. wah pak shin, huebat bener deh udha muter muter trus he hehe, gimana pak shin udha relax nih menjalani masa pensiunnya he heh e

    ReplyDelete
  2. hallo pak Didi,

    betul udah bebas tugas pagi nih,
    jadi lebih banyak waktu sekarang.

    pak Didi, saya mau tanya - soalnya sejak postingan baru saya
    set ke Everyone (dulu di set ke Contact), ternyata hanya sedikit
    sekali yang melihat postingan baru (misalnya Lotus Temple ini).
    Saya sedang tanya2, apakah krn settingnya ke Everyone maka
    semua rekan Contact saya tidak lagi mendapat pemberitahuan
    otomatis via e-mail dari Multiply bahwa ada postingan baru ?
    Pak Didi tahu ada postingan baru ini apakah karena kebetulan
    membuka homepage saya ataukah kaarena dapat pemberitahuan
    otomatis dari Multiply bahwa ada postingan baru ?

    sebentar lagi saya akan ubah lagi settingannya ke Contact,
    mohon reportnya.

    thanks dan salam

    sindhiarta



    ReplyDelete
  3. pak shindi, saya selalu dapat notifikasi dari multiply setiap ada artikel baru bapak.
    notifikasinya melalui e-mail dan home page sy di multiply...

    ReplyDelete
  4. wow bersih banget yah.....unik juga yah Lotus temple ini, dari agama apa aja boleh datang dan berdoa di tempat ini. Sayang Dokter gak bisa dateng lagi dimalam hari nya..dari cerita dokter aja, udah kebayang gimana cantiknya di malam hari..

    ReplyDelete

  5. Thanks bung Muhammad,

    kayaknya ada masalah dalam pemilihan setting-nya
    sehingga tidak semua Contact menerima pemberitahuan itu.
    Saya rencanakan akan kirim semacam pemberitahuan ke Contact.

    salam

    sm

    ReplyDelete

  6. Feb,

    muda mudi yang menjaga di pintu masuk auditorium itu bukan
    orang India, tapi orang barat.
    Kalau baca brosurnya, terlihat kegiatannya mendunia,
    iseng2 coba klik websitenya tuh.

    salam

    sm

    ReplyDelete
  7. Pak Sindhiarta, amazing story mengenai group Bahai, you are a globe-trotter dari Tangerang.
    Salam dari rob.

    ReplyDelete
  8. Hallo pak Sindhi, yg deketan juga cantik ahhh...(ibu loh..)
    sani

    ReplyDelete