Wednesday, November 26, 2008

Sarajevo – Seabad tiga kali memukau Dunia.




Sarajevo – Kota yang dalam seabad tiga kali memukau dunia.


Terbenam dipelukan pegunungan Alpen Dinaric yang membujur sepanjang
Balkan Peninsula, mestinya kota Sarajevo dengan luas hanya seperlima
Jakarta tidak banyak menarik perhatian dunia, tapi nyatanya ibukota
Bosnia-Herzegovina ini malah sampai tiga kali menyedot perhatian dunia.

Pertama tahun 1914, saat putra mahkota kerajaan Austria-Hungary dibunuh
ditengah kota Sarajevo, kejadian inilah yang menjadi pemicu meletusnya
Perang Dunia Pertama .
Persis 70 tahun kemudian ketika masih tergabung dalam negara Yugoslavia,
Sarajevo berkilau menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Dingin ke XIV.
Hebatnya - inilah satu2nya kota dari negara komunis yang bisa menjadi
tuan rumah perhelatan akbar tingkat dunia itu.

Terakhir antara tahun 1992-1995, dunia terpukau ngeri melihat pengepungan
disertai bombardemen kejam atas Sarajevo. Inilah pengepungan kota terlama
dalam sejarah perang modern, dengan korban 11.000 penduduk tewas.
Tapi begitu terjadi perdamaian turis langsung berdatangan ke Sarajevo,
karena tertarik aspek sejarah, agama dan kultural-nya yang bernilai tinggi.
Antara tahun 1995 - 2000 tercatat peningkatan kedatangan turis ke Bosnia
mencapai 24 % per tahun.

Lonely Planet, "kitab sucinya" pelancong dunia, tahun 2006 menerbitkan
buku tentang 200 kota yang paling diminati para turis, judulnya :
The Cities Book, A Journey Through The Best Cities In The World.
Dalam buku itu memang Sarajevo diurutan 43, bukan di puncak yang
diduduki Paris, juga jauh dibawah Bangkok (nomer 8 - top rank se Asia),
tapi bisa mengalahkan Dubrovnik - kota wisata cantik ditepian Adriatik
yang berada di ranking 59.

Pagi hari tanggal 27 Oktober 2006 kami meninggalkan Beograd menuju
Sarajevo, menjelang tengah hari tiba di border Serbia – Bosnia.
Perasaan mulai tegang maklum akan segera memasuki wilayah yang
pernah menjadi ajang perang saudara yang begitu ber-darah2.
Petugas cewek Imigrasi Serbia naik ke bus dan langsung menyetempel
paspor kami, lalu bus boleh melewati jembatan sungai Drina yang menjadi
batas alami wilayah kedua negara itu.
Di wilayah Bosnia, paspor dikumpulkan dan kami harus tetap duduk di-
dalam bus, keruan jadi makin tegang.
Akhirnya beres juga, bus kami bergerak lagi tapi tak lama berhenti lagi
karena sudah tiba Hotel Vidikovac untuk makan siang.
Dari restoran hotel yang terletak di lereng gunung itu, dibawah tampak
danau yang airnya berwarna hijau, disebrangnya tampak rumah-rumah
beratapkan genteng merah diantara padang rumput hijau – cantik sekali.
Sulit dibayangkan kalau dinegeri yang indah dan terasa begitu damai ini
bisa terjadi perang saudara yang begitu kejam.

Menjelang sore kami memasuki kota Sarajevo dan langsung menuju
ke Stari Grad, inilah bagian kota tua yang paling diminati para turis.
Kalau sisi timur Stari Grad banyak bangunan dengan pengaruh Ottoman,
maka sisi baratnya penuh bangunan dengan arsitektur dan pengaruh budaya
yang diterima dari Austria-Hungary.
Maka Stari Grad menarik sekali karena disitulah barat dan timur berpadu.
Kami diturunkan di Bascarsija, pasar kuno ini bagian Stari Grad yang
merupakan awal kota Sarajevo yang dibangun oleh penguasa Ottoman
pada abad ke 15.
Rencananya kami dengan berjalan kaki mengunjungi berbagai bangunan
kuno dan bersejarah disana, termasuk tempat ditembaknya putra mahkota
kerajaan Austria-Hungary seratus tahun yang lampau itu.

Bersama banyak pejalan kaki kami menelusuri lorong-lorong kuno dari
Bascarjica yang beralaskan batu. Setelah melewati toko-toko souvenir
yang memagari pedestrian itu, tibalah kami di Beg's Mosque, salah satu
dari 200 mesjid yang ada di Sarajevo.
Beg’s Mosque menampilkan ciri indah arsitektur Ottoman, dibangun
tahun 1531 oleh arsitek terkenal, Mimar Sinan.
Di sisi barat Stari Grad, kami melewati simbol kota Sarajevo yaitu
Cathedral of Jesus' Heart yang terlihat terang benderang disinari lampu.
Inilah katedral terbesar di Bosnia yang dikenal pula sebagai Katedral
Sarajevo, selesai dibangun tahun 1889, dengan mengambil model
Notre-Dame Paris, bergaya Neo-Gothic dan arsitektur Romania.

Pada tanggal 28 Juni 1914, Archduke Franz Ferdinand, putra mahkota
kerajaan Austria-Hungary beserta Sophie istrinya berkendara memakai
mobil terbuka di Sarajevo.
Young Bosnia, organisasi yang ingin Bosnia merdeka dari kerajaan
Austria-Hungary, berniat membunuh sang putra mahkota.
Sebuah granat dilemparkan kedalam mobil tapi luput/melenting dan
meledak ditepi jalan, mengakibatkan banyak pejalan kaki terluka.
Pangeran yang tidak cedera ini segera diselamatkan ke City Hall, tapi
bukannya segera meninggalkan kota malah berkeras ingin menjenguk
para korban di Rumah Sakit, maka terjadilah berbagai kejadian apes
yang menimpa bukan saja pada pasangan itu, juga pada seluruh dunia.

Sopir mobil yang orang Ceko, salah mengerti perintah, didekat Latin
Bridge mengambil arah yang salah yaitu membelok ke jalan sempit –
ini apes yang pertama. Saat mencoba berbalik arah di jalan sempit itu,
mendadak mobil itu mogok – apes kedua.
Puncak apesnya - Gavrilo Princip, anggota tim pembunuh sedang
berada disitu, dua tembakan pistol dilepaskannya, satu peluru nyasar
mengenai lambung Sophie yang sedang hamil besar, satu lagi tepat
kena leher Franz Ferdinand.
Para staf berusaha menghentikan perdarahan, tapi upaya melepaskan
baju Pangeran ini sangat sulit - harus memakai gunting, rupanya dalam
upaya ingin terlihat ramping, ia memakai baju yang dijahit ketat.
Akibatnya pertolongan terlambat, dalam beberapa menit keduanya tewas.

Kerajaan Austria-Hungary murka, Serbia langsung di ultimatum dan
laksana bola salju yang bergulir, cepat sekali insiden ini berkembang
menjadi perang terbuka yang sangat dahsyat.
Sekutu yang dipimpin Perancis, Rusia, Inggris, dan belakangan ikut
pula Italy dan Amerika Serikat, melawan Central Power yang terdiri
Kerajaan Austria-Hungary, Jerman, Bulgaria dan Kerajaan Ottoman.
Perang Dunia I ini adalah perang besar dengan jutaan orang tewas.

Kami semua berdiri terpaku di trotoar sebuah jalan sempit Stari Grad -
persis di lokasi penembakan, memperhatikan prasasti berupa papan
marmer pada tembok gedung, yang bertuliskan bahwa disitulah
Gavrilo Princip menembak sang Pangeran.
Terbersit juga rasa haru, bukan saja karena sedang berada ditempat
terjadinya pembunuhan, juga karena teringat bahwa dari kejadian di
titik tempat kami berdiri itulah berawal Perang Besar yang berakibat
jutaan jiwa anak manusia melayang sia-sia.

Malam hari kami menginap di Holiday Inn, hotel berwarna kuning ini
adalah satu2nya bangunan didalam kota Sarajevo yang utuh, sama sekali
tidak ditembaki pasukan musuh saat perang Bosnia.
Rupanya karena wartawan dari seluruh dunia menginapnya disitu .
Kami terpana melihat sekeliling hotel, dimana-mana terlihat gedung
yang rusak atau hangus terbakar, setidaknya dindingnya berlubang
besar kecil bekas kena tembakan meriam atau peluru senapan.

Pengepungan empat tahun atas Sarajevo yang menghebohkan dunia,
berawal tanggal 2 Mei 1992, akibat jalan-jalan utama ditutup maka
pasokan makanan/obat2an/air bersih/ listrik dan gas terputus.
General Ratko Mladic, komandan pasukan musuh yang memblokade
Sarajevo, dilaporkan memerintahkan :
'Shoot at slow intervals until I order you to stop.
Shell them until they can't sleep,
don't stop until they are on the edge of madness'.
Memang selama blokade, rata2 per hari datang 329 tembakan meriam/
mortir, dengan rekor 3.777 tembakan pada tanggal 22 July 1993.
Maka September 1993 nyaris semua bangunan sudah terkena tembakan
dengan berbagai derajat kerusakan.
Tercatat 35.000 bangunan hancur total, boleh dikata kota bersejarah
berusia 600 tahun itu hancur lebur, korban banyak sekali, dilaporkan
10.500 penduduk Sarajevo tewas dan 50.000 terluka.

Berada di lembah yang dikelilingi pebukitan, membuat Sarajevo mudah
diblokade musuh yang mengambil posisi dipebukitan sekeliling lembah.
Tapi lingkaran blokade yang nyaris menjadi satu lingkaran penuh itu
terputus di satu lokasi karena adanya airport yang dikuasai pasukan PBB.
Dibawah landasan pacu itulah pejuang Sarajevo membuat Tunnel of Hope,
terowongan bawah tanah sepanjang 800 meter yang melintas dibawah
landasan pacu airport pasukan PBB itu.
Berkat adanya terowongan rahasia yang menghubungkan kota Sarajevo
dengan wilayah bebas diluar lingkaran blokade, membuat penduduk
Sarajevo sanggup bertahan selama empat tahun pengepungan itu.

Esok harinya, kami mengunjungi salah satu ujung Tunnel of Hope, yang
berada didalam garasi rumah seorang petani sedikit diluar kota Sarajevo.
Rumah itu persis berada ditepi landasan airport PBB, seperti kebanyakan
rumah lainnya di desa itu, dindingnya berhiaskan lubang peluru.
Didalam rumah berlantai dua yang kini dijadikan museum itu, dipamerkan
berbagai alat sederhana seperti sekop dan pacul yang dulu digunakan untuk
menggali terowongan berukuran tinggi 1,5 meter dan lebar 1 meter.
Diputarkan film dokumenter tentang kegiatan penggalian terowongan,
saat sudah bisa dipergunakan, dan juga tentang pertempuran seru waktu itu.

Tanggal 28 Maret 1993, kegiatan penggalian dimulai dari dua arah, dan
tanggal 30 Juli 1993 sekitar jam 21, pekerja dari dua arah itu bisa saling
menempelkan telapak tangan.
Maka berbagai barang seperti makanan, rokok, minyak, obat2an, senjata,
dan juga orang yang terluka bisa disebrangkan dengan cara digendong.
Belakangan dipasang lori sederhana, maka bisa gerak lebih cepat, tapi tetap
harus dengan perjuangan karena dibeberapa lokasi terowongan membelok,
atau menurun ke kedalaman sampai 5 meter dibawah permukaan tanah.
Melalui terowongan sempit itu orang tidak bisa jalan berlawanan arah,
harus bergantian.
Dalam sehari bisa lewat sekitar 4000 orang serta 20 ton barang/perbekalan..

Terowongan kini telah runtuh, hanya tersisa sekitar 20 meter, kami boleh
berjalan memasukinya sambil agak merunduk karena atapnya rendah.
Ujung terowongan memang dekat sekali dengan pagar bandara, dan
dari situ kami bisa melihat kota Sarajevo diseberang landasan.
Sejarah telah mencatat berkat tunnel sederhana yang dibuat dengan tangan
inilah jiwa 300 ribu penduduk Sarajevo bisa terselamatkan..

Perang telah usai, bangunan hancur tentu bisa dengan cepat dibangun lagi,
tetapi tentunya luka batin perlu waktu yang panjang untuk sembuh.
Sejarah memang seringkali begitu pahit, tapi kehidupan harus tetap berjalan,
termasuk menjaga jangan sampai timbul konflik baru, karena sejarah juga
mencatat kalau perang selalu membawa nestapa.
Menang jadi arang – kalah jadi abu.


Cerita Perjalanan ini telah dimuat di majalah Intisari Oktober 2008.

25 comments:

  1. hebadd Indonesia! apa iya hebadd? hehe..

    ReplyDelete
  2. itu dalam perjalanan tour Balkan :
    Rumania - Bulgaria - Serbia - Bosnia - Croatia.

    ReplyDelete
  3. nggak, sebab tidak terlalu masuk kedalam tanah,
    kayunya kelihatan masih kokoh, dan kami juga
    menelusurinya hanya belasan meter saja.

    ReplyDelete
  4. Cerita tentang Sarajevo menarik untuk disimak..Thanks ya..

    ReplyDelete
  5. sangat menarik dan tak terbayang nyawa yang harus dibayar untuk perang konyol ...

    ReplyDelete
  6. Om, ini ikan yah ? kok kayak tenggiri gitu

    ReplyDelete
  7. rasanya betul - ikan,
    udah lama juga jadi agak lupa.

    ReplyDelete
  8. perang ini memang tragis karena perang saudara

    ReplyDelete
  9. keren ya, pak..saya pernah nonton film ttg bosnia tapi lupa judulnya ttg wartawan perang yg main richard gere.

    ReplyDelete
  10. saya nggak nonton filmnya tuh,
    tentu udah lama yah.

    ReplyDelete
  11. pak Sindhi, pengalaman yg sangat jarang. utk mengingatkan kita juga kejamnya perang saudara. ini salah satu tempat yg inin sekali sy kunjungi setelah pensiun selain vietnam. terima kasih berbagi pengalamannya Pak.
    salam

    ReplyDelete
  12. pak Mochtar,
    Sarajevo memang menarik, jangan lewatkan
    ke Old Town nya, banyak kenangan disitu.
    salam
    sm

    ReplyDelete
  13. Cerita ttg Sarajevo cukup lengkap & sangat menarik. Tragis...kenapa ya perang saudara kadang lebih kejam daripada perang antar bangsa ?

    ReplyDelete
  14. Ini sumbangan di era Pak Harto ya? Dulu kita memang mampu nyumbang ke mana-mana, tapi sekarang mungkin kita yg butuh sumbangan. :(( Bagaimanapun juga sumbangan ini punya nilai sejarah atas hubungan kedua negara. Salam

    ReplyDelete
  15. bung Tonny,

    betul di masa pak Harto dulu, kalau kita baca :
    http://www.kr.co.id/web/detail.php?sid=154198&actmenu=37
    http://www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/s/soeharto/mti/24/depthnews_09.shtml
    http://www.liputan6.com/video/?program=news&id=20722
    antara lain diceritakan pak Harto kesana tahun 1995 disaat
    masih belum reda peperangan disana, dan pak Probosutedjo
    yang ditugaskan soal sumbangan Mesjid itu.

    ReplyDelete
  16. kali ini ada foto dr sang juru kameranya..
    bagaimana bila minta difotokan foto berdua dgn Encinya?
    Pasti akan menambah kenangan indah dalam setiap album perjalanan apalagi untuk diwariskan ke generasi berikutnya.

    ReplyDelete
  17. ini susahnya kalo kita jadi orang yang nggak percaya
    sama orang lain he he - soal motret maksudnya nih.

    saya lebih senang motret daripada di potret karena
    sering2 hasilnya nggak sesuai yang diharapkan,
    kecuali terpaksa atau kelewat pengen misalnya
    seperti di tunnel itu, ingin ada dokumentasi - maka
    minta tolong orang lain dah motreti.

    itu juga saya yg "ngatur": motretnya gini yah ,
    orangnya di pinggir ajah yah- jangan ditengah, ambil
    backgroundnya sampai sini dll - cerewet dah hehehe

    ReplyDelete
  18. looks nice...... kayanya tinggal disini..asri...banget..ya..Om...

    ReplyDelete
  19. terlihat aman damai, maka sungguh tragis
    kalau sekitar situ dulu terjadi perang saudara
    yang begitu mengerikan

    ReplyDelete
  20. intisari oktober 2008? cek dulu ya pak..

    ReplyDelete
  21. masih ada penghuninya kan..
    saat kesana sedang aman2nya ya..

    ReplyDelete
  22. udah dihuni lagi,
    betul sudah aman sekarang,
    tentara Serbia sudah ditarik

    ReplyDelete