Sunday, June 15, 2008

Rila Monastery, satu dari sembilan Unesco's World Heritage di Bulgaria.




Orang bilang belum ke Bulgaria kalau belum ke Rila Monastery -
komplek biara yang merupakan salah satu dari sembilan buah
situs di Bulgaria yang masuk Unesco's World Heritage.

Dilereng Rila Mountain pada ketinggian 1147 meter dari permukaan
laut, dengan dibatasi oleh sungai Rilska dan sungai Drushlyavitsa,
pada abad 10 John of Rila, seorang pertapa membangun biara
ditempat dengan pemandangan pegunungan yang cantik sekali.
Inilah tempat tujuan wisata paling populer di Bulgaria karena bukan
saja alam sekitarnya begitu indah, juga sejarah - arsitektur unik -
lukisan dinding kuno dari Monastery besar itu begitu menarik.

Saint John of Rila, yang relics nya kini bisa dilihat para peziarah
didalam gereja utama, sebenarnya tinggal didalam gua sekitar
setengah jam dari monastery. Jadi bangunan monastery itu
awalnya dibangun para murid yang datang berguru padanya.

Rila Monastery mendapat penghormatan dan keistimewaan
dari para Tzar penguasa Bulgaria, mereka memberikan banyak
sekali donasi, sehingga monastery ini tumbuh pesat dan
sempat menjadi pusat kebudayaan dan keagamaan pada
waktu itu, dengan puncaknya antara abad 12 - 14.

Kedatangan tentara Ottoman pada akhir abad 14 memutus
kemajuan nya, kemudian berbagai serangan menyebabkan
banyak kerusakan. Akhir abad 15 mulailah ada perubahan,
datang bantuan berupa buku-buku/uang/peralatan dari Gereja
Ortodox Rusia.
Disusul masa kebangkitan nasional di abad 18 - 19 yang
mendorong kebangkitan kembali monastery.
Dimasa itu berdatangan donasi dari orang kaya seluruh negeri
yang dipakai untuk me-rekonstrusi dan me-renovasi.

Selasa pagi, 24 Oktober 2006 bus kami meninggalkan Hotel
Kempinski Sofia tempat kami menginap untuk menuju
Rila Monastery yang terletak 117 Km selatan Sofia.

Perjalanan awal melewati jalan tol yang rapih, pemandangan
menelusuri pegunungan Balkan yang asri hijau itu sungguh
menyegarkan mata.
Sekitar 30 kilometer terakhir, keluar dari jalan tol dan kini lewat
jalan desa yang tetap rapih dan pemandangan sekeliling malah
lebih cantik lagi karena jalan dipagari pepohonan.
Setelah 2,5 jam berkendara tibalah kami di monastery seluas
8800 m2 itu, bus parkir persis didepan komplek yang tampilan
luarnya atraktif sekali.
Didepan kami tampak bangunan besar dengan dinding batu
yang tinggi kokoh dengan hanya sedikit jendela kecil, sehingga
lebih mengesankan benteng militer ketimbang monastery.
Seringnya serangan perampok yang mengincar harta benda
monastery itu membuat komplek biara itu sengaja dibuat
sedemikian kuat agar bisa menangkal serangan dari luar.

Kami kini memasuki komplek, melewati Dupnitsa Gate,
salah satu dari hanya dua gerbang yang ada.
Begitu kami melewati tembok gerbang yang tebal dan kokoh
sekali itu, semua terpukau melihat pemandangan yang unik.
Didepan tampak halaman luas beralaskan bebatuan, dengan
sekelilingnya terdapat bangunan tinggi beratap genteng merah
yang penuh dengan bentuk cupula cantik, ditengah halaman
tampak sebuah tower dan sebuah bangunan gereja.
Dari halaman komplek, bila melihat sekeliling - menyembul
diatas bangunan, puncak pegunungan dengan pepohonan
warna warni hijau kuning dilatarbelakangi langit membiru -
cantik sekali.


Komplek biara ini bentuknya closed irregular quadrangle,
yaitu halaman tengah dikelilingi bangunan bentuk segi empat
tidak beraturan. Keseluruhan komplek mengagumkan sekali
besarnya, pada bangunan sekeliling yang empat tingkat itu
terdapat tidak kurang 300 kamar sempit untuk tempat tinggal
para biarawan.
Selain itu terdapat 4 buah kapel, kamar kepala biara pria,
perpustakaan dan kamar tinggal tamu.
Dapurnya sungguh mengagumkan, cerobong asapnya
besar sekali menjulang tinggi sampai ke atap bangunan.

Ditengah halaman dalam itu tampak gereja utama yang
dibangun antara tahun 1834-1837, dan bangunan tertua
yaitu sebuah menara batu yang dibangun oleh bangsawan
bernama Sebastocrator Hrelyu pada tahun 1334-1335.

Kami memasuki gereja utama yang bernama “the Nativity
of the Virgin” yang mempunyai 5 kubah, dan didalamnya
ada tiga buah ceruk altar, dan dua kapel.
Didalam gereja banyak barang seni bernilai tinggi seperti
mural painting yang dibuat antara tahun 1840-1848 oleh
berbagai pelukis ternama masa itu seperti Ivan Nicolav the-
Icon painter.
Icon di altar utama dilukis oleh Obrazopis, patung berlapis
emas, lampu2 dan tiang lilin kuno,frescoes/lukisan dinding
warna warni yang sungguh cantik
Lukisan dinding yang dibuat oleh banyak seniman selesai
tahun 1846. Selain itu banyak lukisan orang suci buatan
abad 14-19. Gallery juga penuh mural.
Benar-benar kumpulan karya seni kuno yang sangat indah
dan bernilai tinggi.

Kemudian kami memasuki Museum dimana tersimpan
berbagai peralatan upacara gereja yang terbuat dari emas/
perak, koleksi coin, senjata kuno, emas permata, sulaman.

Tapi yang paling dicari oleh para pengunjung adalah
mahakarya unik yang disebut : The Raphael's Cross.
Terbuat dari kayu utuh, salib berukuran 81 x 43 cm ini
diukir oleh pendeta yang bernama Raphael.
Dengan menggunakan pisau kecil, pahat halus dan kaca
pembesar, dia mengukir 104 cerita religius, dan 650 buah
gambar sangat kecil seukuran butir beras pada kayu salib itu.
Setelah pendeta itu bekerja selama 12 tahun, maka pada
tahun 1802 pekerjaan maha sulit itu selesai dan dia jadi
kehilangan penglihatannya - menjadi buta!.
Dilarang keras mengambil foto disitu, saya tidak berani curi2,
tapi ada orang yang berhasil ambil fotonya, bisa dilihat di :
http://imagesfrombulgaria.com/v/Monasteries_in_Bulgaria/Rila_Monastery/DSC00775.JPG.html

Perpustakaan Rila Monastery juga luar biasa, disitu
terdapat 16.000 jilid buku, 134 manuskrip kuno dari
abad 15 -19, donasi dari seluruh negeri dimasa lampau.

Rila Monastery ditetapkan menjadi Monumen Sejarah
Nasional pada 1976, dan tahun 1983 dicatatkan dalam
UNESCO’s list of World Heritage.

16 comments:

  1. Excellent nemen!

    Reminded me of my stay at La Tourette, Lyon, a monastery for the Franciscan priests.

    ReplyDelete
  2. makasi ya pak sindhi, review nya mayan komplet ...

    ReplyDelete
  3. apa ya? kesannya alamiah, kuno pemandangnya...
    eksotik tepatnya....

    ReplyDelete
  4. ckckckckk.... ini mah menakjubkan...

    ReplyDelete
  5. Foto yg ini paling Top oom.. kaya nya di edisi ini oom dokt kebingungan ngambil angle foto nya karena semua nya bagus untuk di abadikan ya oom .. tp untuk yg artistik ini saya cuma bilang Gak kelawan bagus nya dan hanya org 2 yg punya jam terbang cukup tinggi yg tau sudut ini indah spt ini..

    Mmg oom dokt Sindhi Top banget ...

    Makasih ya oom nanti kalo aku tertarik minta ijin copy foto ini ya oom dokt ..

    ReplyDelete
  6. iya, bikin foto di sini saya malah jadi bingung
    abis obyeknya bagus2, sayangnya perjalanan
    saya selalu terbatas waktunya, jadi boleh dikata
    motret sambil jalan buru2 - he3,
    apalagi kalau sedang banyak pengunjung - cilaka lah,
    kan nggak asyik kalo difoto kita kelihatan ada nyelip
    orang pake baju warna ngejreng, jadi mesti nyari pas
    sedang tidak ada pengunjung lain lewat didepan kita.

    silahkan di copy fotonya.

    ReplyDelete
  7. sebenernya cerita ini udah setahun lalu saya buatnya,
    maunya sih di rapi-in lagi, tapi pikir2 udah kelamaan
    disimpen bisa kematengan, yah udah di bongkar aja dah,
    soalnya masih belasan konsep cerita yang nggak jadi2
    kalo yang duluan ini masih ngendon aja, he3.

    ReplyDelete
  8. ok nanti aku copy dech oom dokt makasih ya .. kapan nich memfoto suasana yg beda di yogya ..
    sperti taman sari menjelang susnset atau borobudur menjelang sunrise dan terakhir gd BI di dekat malioboro di wkt malam jg eksotos lho .. mirip grand place di brussels ...

    ReplyDelete
  9. kalo nggak salah saya ke Yogya itu tahun 1985 !
    memang mau kesana lagi, mudah2an sempat tahun ini.

    ReplyDelete
  10. kalo ada wkt mendingan okt aja ada kalo gak salah ( cmiiw) festival budaya di malioboro atau pas tgl 25-27 juli dokt kayanya saya pas di indonesia mau mampir ke yogya .. siapa tau bisa belajar lgs hunting foto dg oom dokt ( sekaligus sesama anggota jsers )

    ReplyDelete
  11. oktober saya ada acara,

    wah masa belajar foto sama orang yang pakenya
    pocket camera digital gini, he3.
    saya senang motret saja tapi tidak sampai serius
    menekuninya, asal jeprat jepret saja.

    ReplyDelete
  12. semua foto pada dasarnya bagus kok oom ...ok semoga nanti kita bs ketemu ya
    saya coba buka arsip foto di BI yogya siapa tau tertarik

    ReplyDelete
  13. Foto2nya cantik sekali, Dok... Bangunan yang difoto seperti terbuat dari lego... dengan latar belakang pegunungan yang asri dan sejuk... indah sekali... terima kasih atas sharing perjalanan dan foto2nya.

    ReplyDelete
  14. tapi kalo nyonya yang tampil di depan setiap foto kan harus ya pak?
    :D:D:D

    ReplyDelete
  15. iya atuh, kalo nggak - saya bisa nggak diajak pergi lagi, he3

    ReplyDelete