Thursday, January 17, 2008

Pelangi di Persia - Menyusuri Eksotisme Iran.

Rating:★★★★★
Category:Books
Genre: Biographies & Memoirs
Author:Dina Y. Sulaeman
Memasuki tahun 2008, anggota komunitas Jalansutra yang penyuka
jalan-jalan dan makan-makan, tercatat telah melampaui angka 12.000.
Tentu jumlah yang besar sekali, anggotanya tersebar diseluruh dunia,
kalau di pelosok seperti Namibia ada Ira Apriyanti Nechvile, maka di-
pucuk dunia yaitu negeri es Iceland ada Desi - insinyur ITB, mantan
calon astronot (kalau winter cukup berdiri dari halaman rumah-nya
bisa melihat Aurora Borealis yang menakjubkan).

Dari sekian banyak anggota, beberapa orang berhasil mengikuti jejak
pak Bondan Winarno - Kepala Suku Jalansutra dalam menulis dan
menerbitkan buku.
Misalnya mengenai minuman wine yang ditulis oleh Yohan Handoyo
sang Wine Master, tentang perjalanan oleh Sigit Susanto/Kang Bondet
yang menetap di Swiss, dan paling anyar adalah Dina Y Sulaeman.

Dina, yang Sarjana Sastra Unpad, awalnya tahun 1999 berangkat
ke Iran bersama suaminya karena mendapat beasiswa pemerintah
Iran, ternyata akhirnya sampai 8 tahun disana.
Sekian lama menetap dikota suci Qom, belakangan Teheran dan
sempat juga berkelana ke beberapa kota di Iran, membuatnya
meresapi kehidupan penduduk diberbagai kota, dan melihat ke-
eksotisan berbagai tempat disana.

Seperti diketahui, kebanyakan berita tentang Iran tidak jauh dari
kekakuan dan kekerasan, serba samar dan misterius, serta sangat
sedikit tentang sosial budaya, maupun peninggalan sejarahnya.
Padahal samar2 kita ingat kalau Iran mempunyai sejarah yang
panjang, katakan saja tentang Persepolis - suatu bukti kebesaran
imperium Persia yang telah berusia ribuan tahun.
Rajanya - Cyrus Agung, lima abad sebelum Masehi kekuasaannya
telah membentang dari Asia Tengah hingga kawasan barat yang kini
bernama Turki.
Sebenarnya saya termasuk salah satu dari banyak orang yang ingin
berkunjung ke negeri yang eksotis ini, sayang terkendala informasi
yang minim itu.

Maka saat mengetahui Dina yang kini menetap kembali di Bandung,
telah menerbitkan buku tentang Iran, maka segera saya menuju ke
Gramedia Lippo Mal Karawaci.
Tidak sulit menemukan buku berjudul :
Pelangi di Persia - Menyusuri Eksotisme Iran,
karena bukan saja berada di rak bagian buku baru, juga buku yang
cukup besar itu tampil atraktif - foto tugu Azadi yang unik dan cantik
mendominasi covernya.

Didalam bukunya Dina bercerita tentang kehidupan keseharian
orang Iran yang ternyata cukup unik, antara lain soal mahar yang
harus dibayar oleh pengantin pria.
Ternyata bisa mahal sekali, bisa mencapai ratusan juta rupiah,
uniknya kalau diijinkan oleh si istri - boleh dicicil sampai mati.
Tapi hutang tetap hutang, kalau terjadi perceraian mahar itu harus
dilunasi, penjara menanti kalau si mantan suami ingkar janji.
Maka konon poligami sangat2 jarang disana, soalnya para pria
tidak bakalan kuat sering2 membayar mahar yang mahal itu.

Diceritakan pula soal yang paling menjengkelkan baginya selama
hidup di Iran yaitu : Naik Taksi !!, rupanya sopir taksi disana rata2
bawel2, termasuk suka menghina pendatang yang orang Afganistan.
Pengemudi disana juga rata2 doyan ngebut, termasuk temannya
yang walaupun sudah nenek2 kalau nyetir bagai orang kesetanan.

Dina dalam bertamu sangat terpesona oleh dapurnya orang Iran,
yang dikatakannya begitu "cling", wanita Iran begitu sangat menjaga
penampilan dirinya sampai ke penampilan dapur sekalipun.
Soal pakaian wanita tentu busana yang tertutup, ada yang ber-
cadar, tapi katanya belakangan ada yang berani dengan kerudung
seadanya yang memperlihatkan sedikit rambut bagian depan.

Satu kebiasaan lagi orang Iran yang oleh Dina sampai disebut
"parah" yaitukebiasaan membawa oleh2 kalau bertamu.
Basa-basi ini begitu "ritual" sampai memang terkesan lucu.
Bayangkan kalau bertamu selalu harus bawa sesuatu dan itu
diberikan sambil mengucapkan kalimat2 basa basi bersambutan
panjang2 seakan berbalas pantun.

Dina sempat mengunjungi Qomsha, kota bunga Muhammadi yang
biasa disuling menjadi air mawar dan minyak wangi. Setiap tahun
kain penutup Ka'bah dicuci dengan air mawar dari kota ini.

Disatu tempat dijalan tol yang menuju kota Kashan, pemandangan
sungguh menakjubkan, dikiri kanan terdapat pegunungan dengan
warna yang bergradasi mulai dari hijau muda-hijau tua, coklat,
merah tua - merah marun.
Di satu tempat Dina merasa berada dipersimpangan peradaban
yang begitu jomplang, dikiri jalan menuju Natanz - lokasi reaktor
nuklir Iran yang menghebohkan dunia, sedangkan lurus menuju
Abyaneh - desa yang berusia 5 ribuan tahun !

Berbeda sekali dengan di Irak dimana ada persaingan antara Sunni
dengan Syiah, maka di Iran yang mayoritas Syiah itu tidak terjadi,
mereka hidup rukun dan damai.
Orang Iran dikatakan sangat toleran dan santun terhadap para
penganut agama dan mazhab lain.
Dalam situs http://www.persia-tour.com/ disebut bahwa pada
poster para martir yang dipajang di sebuah pusat perbelanjaan
tertera pernyataan pendiri Republik Islam Iran, Imam Khomaini, :
“Aqallayatha-e mazhabe dar Islam ihtiram-e khasi darand
(Para penganut agama minoritas memiliki kehormatan khusus
dalam Islam.)”
Hal inilah pula yang membuat peninggalan kuno agama lain masih
bisa utuh dilihat di Iran, antara lain kuburan Raja Darius II yang
disebut "K'abah nya kaum Zoroaster" - kaum yang selalu memakai
api suci dalam kuil pemujaan-nya.

Dina juga mengunjungi Isfahan, kota indah yang menakjubkan,
konon Isfahan dijuluki "nisf-e-jahan" yang artinya "setengah dunia".
Maksudnya dengan mengunjungi Isfahan sudah bisa melihat
setengah keindahan dunia.
Memang seperti dikatakan pak Bruriadi Kusuma, pengelana yang
pernah mengunjungi 158 negara, mengunjungi Isfahan adalah
keharusan bagi para pelancong.
Karena Isfahan dipenuhi bangunan2 kuno yang sungguh cantik
seperti pintu gerbang Masjid Hakim, berbagai menara dan masjid,
Gereja Vank - sebuah gereja Armenia yang bernilai sejarah tinggi,
Sio-se-Pol atau Jembatan 33 yang dibangun pada tahun 1500.

Buku Pelangi di Persia ini, terasa penting dan perlu dibaca
bukan saja oleh orang yang ingin berwisata kesana, juga oleh
orang yang ingin mendapatkan informasi yang jujur dan terbaru
tentang Iran. Banyak sekali pencerahan yang didapat dengan
membaca buku setebal 297 halaman dan dibandrol Rp.63.000,- ini.

22 comments:

  1. Kapan Dokter membukukan perjalanan Dokter? Aku penggagum artikel-artikel Lang-Lang Dokter di Intisari dan menunggu dengan penuh harap suatu hari nanti Dokter juga membukukan catatan Lang-Lang Dokter...;)

    ReplyDelete
  2. Setuju! Ditunggu buku catatan perjalanan Dokter. Saya daftar pertama prelaunch order.

    ReplyDelete
  3. hallo,

    makasih,

    sementara nulis disini dulu dah,
    sesekali di LangLang Intisari,

    kalo bikin buku sendiri sih nggak lah - kejauhan,
    paling juga ramean - karena pernah ada editor yg bilang niat
    bikin buku gabungan cerita2 perjalanan dari beberapa orang.

    ReplyDelete
  4. waah..kayanya menarik banget buku ini (^_^) belii..ah
    makasih buah review-nya yah pak Sindhi =)

    ReplyDelete
  5. tenkyu buat invitation nya

    regards,
    RICO - Badoger

    ReplyDelete
  6. kayaknya menarik sekali. sudah lama saya tertarik dengan negara ini tapi infonya memang sedikit. Makasih reviewnya, Pak

    ReplyDelete
  7. Oh, pantesan Om pengen ke Iran. Ternyata cukup menarik ya.

    ReplyDelete
  8. weh ... kok ketemu lagi dengan mas dadi ... apa kabar?

    ReplyDelete
  9. boleh, silahkan di link,
    kalau mau kontak Dina :
    bundakirana@yahoo.com
    HP: 081573595612.

    ReplyDelete
  10. dr Sindhi , saya yakin kalo dr Sindhi catatan perjalanan dr Sindhi dikumpulkan bisa jadi beberapa buku yg menarik dan bisa jadi best seller!

    ReplyDelete
  11. Boleh minta dibelikan satu buat saya ya.
    kalau pas sempat saja.
    terima kasih

    ReplyDelete
  12. OK,
    besok mudah2an sempat ke Gramedia.

    salam
    sm

    ReplyDelete
  13. pak Sindhi, maaf baru sempet reply sekrang, telpon rumahku masih ngadat,huhuhu..
    sekali lagi terimakaih banyak :)

    ReplyDelete
  14. hallo Dina,

    heran - koq bisa begitu lamanya tilpon tidak bisa bener ?
    kalau di Tangerang mah begitu lapor via tilpon langsung
    hari itu juga datang tukang tilponnya .
    jangan2 jaringan induknya rusak/kepotong.
    kasihan jadi bolak balik ke wartel hehehe

    ReplyDelete
  15. Pak dokter juga pantas menulis sebuah buku loh, review nya enak sekali dibaca :-)

    ReplyDelete
  16. hallo,
    thanks, tapi masih seneng nulis di blog ini dulu dah,
    paling sesekali untuk Intisari.
    barusan saya tilpon Dina, dia mau diminta muncul di acaranya
    Ida Arimurti - Radio Delta FM.
    Dina bilang dapat kabar dariTeheran kalau kemarin suhu
    mencapai - 23, saya bilang -2 sampai -3 ?
    Bukan katanya : minus 23 derajat C,
    busyet deh, mana tahan!

    salam
    sm

    ReplyDelete
  17. Wah Bunda memang mantap deh, dari ringkasan Pak Dokter saya jadi tau kalo beberapa cerita dibuku ini sdh diposting oleh Bunda di MPnya. Namun tetap saja penasaran dengan cerita lengkapnya.

    ReplyDelete
  18. Kalo senang baca dan ingin tahu banyak tentang
    kehidupan keseharian di Iran, buku ini membantu
    memberikan pencerahan.

    ReplyDelete
  19. Benar sekali pak dok, saya sempat merasakan -23 di kota Qom, musim dingin ini memang berbeda dari tahun2 sebelumnya.

    O,ya....terima kasih untuk reviewnya yang sungguh menarik, saya masih menunggu kiriman untuk bisa baca.

    ReplyDelete