Monday, December 19, 2005

PengLay Pavilion - Kota Legenda Delapan Dewa.




PengLay Pavilion - kota Legenda Delapan Dewa :

Semula direncanakan perjalanan kami berikutnya "hanyalah"
tiga jam menyebrangi Yellow Sea dengan JetFoil.
Jadi kami akan nyebrang dari Dalian yang berada di ujung selatan
Liaodong Peninsula ke ujung utara Shandong Peninsula.
Kedua Peninsula ini dalam posisi yang unik - saling berhadapan
menusuk ketengah Yellow Sea.
Tapi karena banyak yang khawatir kena mabuk laut, maka diubah
menjadi memakai pesawat terbang saja menuju ke kota Qingdao.
Sayang sekali, karena saya belum pernah naik JetFoil sejauh itu
dan menyebrangi laut lepas pula.

Di Airport Dalian, kami harus menunggu lama karena pesawat
B737 Shandong Airline ternyata belum datang, sampai-sampai
ruang tunggu airport itu terlihat sepi sekali.
Rupanya tinggal penerbangan kami itu saja yang belum berangkat
di malam itu.
Jam 21.30 pesawat baru datang, tapi proses boarding cepat
sekali, belum lama duduk tahu-tahu pesawat sudah bergerak.

Menjelang tengah malam barulah kami memasuki DongFang
Hotel - QingDao, yang konci kamarnya unik sekali.(foto)
Bentuknya seukuran kartu kredit, dan ada logam bulat seukuran
kuku ibu jari tangan melekat disitu.
Di handle pintu ada pasangannya - bulatan seukuran yang sama.
Terbaca di kartu :
touch protruding part lightly to the hole,
after a "tick" turn the handle, then the door opened.

QingDao yang terletak di bagian selatan Shandong Peninsula,
juga berada ditepi Yellow Sea.
Kota ini di peta dalam arah barat timur terlihat sejajar dengan
Tokyo, dan Shanghai berada diselatannya.

Esok harinya tanggal 2 Nopember 2005, jam 9.15 kami sudah
meninggalkan hotel menuju kota PengLay yang berada diujung
utara Shandong Peninsula.
Perjalanan tiga jam melalui highway terasa monoton, tapi saat
mendekati PengLay kami semua hilang kantuknya melihat di
tepi jalan ada begitu banyak buah apel yang berwarna merah
kuning menggiurkan.
Rupanya daerah ini adalah daerah penghasil utama apel, dimana -
mana terlihat gundukan apel yang baru dipetik, dan para petani
tampak asyik bertransaksi dan mengepak apel kedalam kotak.

Makan siang di restoran juga dihidangkan apel yang renyah itu.
Tapi sayang sekali, lagi asyik2nya menikmati 12 macam masakan
yang disajikan secara bergelombang, tiba-tiba serombongan
turis HongKong muncul dan duduk menempati meja sebelah kami.
Tampaknya sih mereka sekeluarga - tapi berbicara dengan suara
begitu kerasnya, tak ubahnya sedang perang mulut, akibatnya
hancurlah selera makan kami semua.

Kota PengLay itu terkenal dengan legenda 8 Dewanya, konon
di jaman lampau para dewa itu suka terlihat berjalan menyebrang
di atas Laut Kuning dilokasi tersebut.
Memang laut disitu punya suatu keanehan yang sangat unik, kami
diajak menonton video dimana tampak masyarakat sedang ramai
memenuhi tepi pantai, untuk melihat suatu fatamorgana yang
muncul ditengah laut.
Tampak jelas ditengah laut lepas yang berkabut, muncul deretan
bangunan besar yang berwarna hitam.
Bentuknya macam2, ada yang berbentuk kotak seperti
silhou'ette gedung bertingkat, ada yang seperti bentuk kapal.
Padahal dalam jarak 600 kilometer ketengah laut itu tidak ada
bangunan apapun.
Fenomena aneh itu muncul pada saat-saat yang tidak tentu,
terakhir kali terlihat pada bulan Mei 2005.

Highlight kunjungan kami hari itu adalah memasuki :
PengLay Pavilion, yang dibangun sejak masa Dynasti Sung,
sekitar 1000 tahun yang lalu.
Kota kuno ini disebut juga Kota Air, karena kota yang
dikelilingi bentengan mirip Great Wall ini dibangun ditepi pantai
dan dibelah oleh sungai yang bermuara kelaut.

Setelah turun dari bus, kami berjalan menuju pintu bentengan
yang selain tampak anggun juga asri dengan taman bunga
disana sini.(foto)
Didalam benteng, tampak banyak gedung kuno yang masih
terawat baik, dan dari atas jembatan yang membelah kota
tampak dikejauhan tembok benteng mengular menuju kesebuah
bukit ditepi pantai yang diatasnya ada komplek kuil kuno.(foto)

Kami berjalan pelan-pelan menuju bukit itu sambil menikmati
suasana kota yang tampak sudah tua sekali itu.
Memasuki komplek kuil tua perjalanan mulai mendaki, dan
tampak sangat asri dan hijau karena disana sini ada pepohonan.
(foto)

Ternyata kami boleh masuk ke seluruh komplek bangunan
kuil kuno, dan pemandangan dari puncak komplek kearah
laut maupun kearah kota tua sungguh luar biasa cantiknya.
(foto)

Disatu sisi tampak tebing yang begitu curam, dan disisi lain
tampak pantai landai dengan pasir berwarna kuning. (foto)
Tampak benteng yang panjang melindungi kota dengan
bangunan besar kecil yang megah dan cantik, diselingi sungai
yang membelah kota
Warna hijau daun pepohonan tampak berpadu manis dengan
genteng rumah yang berwarna merah coklat.
Tidak puas-2nya kami berkeliling sekitar puncak komplek
kuil itu untuk mendapatkan lokasi pemandangan kearah
pantai - laut - kota kuno yang sungguh begitu cantik.

Akhirnya dengan berat hati kami menuruni benteng dan
setelah berfoto didepan patung Legenda Delapan Dewa,
bus membawa kami menuju kota Yantai untuk bermalam.



7 comments:

  1. hik...hik...hik...saya jadi menyesal ngak ikutan pak Mulya

    ReplyDelete
  2. aduh..
    klo fhoto2mu aku jadi pingin kesana sekarang juga.tp ngak pa2 mudah2an bln mei aku bs ke china.salam kenal.

    ReplyDelete
  3. sayang sekali bulatan logam kecil yg menempel di kartu tsb tidak kelihatan

    p.s. pemandangannya asik asik asik

    ReplyDelete

  4. hahaha,
    maklum amatiran tukang potretnya,
    terlalu dekat sehingga terlalu terang -
    saya nggak ngerti mekanisme kerja kartu model gitu,
    maknetik ??

    salam

    sm

    ReplyDelete
  5. Pak Sindhi, wah, kepengen banget ke China. Belom kesampaian nih.
    Salam, Ronny G. (wah, kita sudah lama nggak ketemu ya?)

    ReplyDelete
  6. personally, saya belom pernah ke china sih.. oneday mungkin.. semoga..
    ini fotonya bagus dekali back groundnya seperti lukisan..

    ReplyDelete