Saturday, September 24, 2005

Ketemu Nenek 93 tahun Penghuni Rumah Gua - LuoYang.




Ketemu Nenek 93 tahun Penghuni Rumah Gua - LuoYang.


Setelah penerbangan panjang yang melelahkan : Seoul - Pusan -
Shanghai - ZhengZhou, tibalah kami di kota tua yang pernah
menjadi ibukota dari tujuh dinasti yang berbeda.

Lokal guide yang menjemput : Winnie (nick-name, sebab nama
aslinya biasanya susah diingat) - langsung membawa kami
ke sebuah gedung tua yang ternyata museum sungai HuangHo !!.
Sempat juga heran, ngapain datang ke Museum Sungai segala.
Rupanya sungai raksasa ini (panjangnya 5400 km) dimasa lampau
menyimpan begitu banyak kisah sedih penduduk ZengZhou.
Memang dipropinsi inilah sungai HuangHo bisa mempunyai lebar
sampai dua kilometer dan dalamnya 100 meter, padahal jaraknya
ke muara masih 700 kilometer lagi !.

HuangHo merupakan sungai yang paling banyak membawa
sedimen pasir didunia.
Dia membuang 4 milyar ton pasir kelaut setiap tahun-nya, atau
membuat daratan baru di muara sungai seluas 25 km2
(seluas Macao) setiap tahunnya.

Memang saat ini sungai Huangho sudah bisa dikendalikan
dengan dibuatnya banyak bendungan.
Untuk dijalur utama saja ada 15 bendungan,
kalau di anak/cabang sungai ada sampai ribuan katanya.

Tapi jaman dahulu sungai ini sering membuat kesengsaraan
yang luar biasa, tidak saja bisa membuat banjir hebat tapi juga
bisa membuat kekeringan yang ganas seperti di tahun 1942
yang mengakibatkan tiga juta orang tewas mengenaskan.

Ada satu proyek hebat yang akan selesai ditahun 2010, yaitu
sungai HuangHo ini akan dihubungkan dengan sungai YangTze.
Sodetan ini akan membuat kedua sungai ini berubah dari
pembawa kesengsaraan menjadi pembawa kemakmuran,
karena akan saling mengisi kalau terjadi kelebihan atau
kekurangan air disepanjang aliran kedua sungai ini.

Kemudian Winnie (yang baru pertama kali membawa turis
Indonesia), membawa kami menuju hotel WeiLai Conifer,
bintang 4, masih baru dan bagus.
Kota Zhengzhou sendiri, banyak gedung-gedung lama dan
baru yang mempunyai arsitektur cukup bagus, banyak yang
belasan tingkat.
Jalan raya lebar sampai 6 - 8 jalur, dipagari tanaman yang
terawat baik,
dan seperti kota-kota lainnya di China : bersih sekali.
Udara berkabut dengan temperatur 20 derajat.

Kami semua cepat beristirahat karena hari ini capai sekali,
take-off nya saja sampai tiga kali, dan besok jam 6 pagi
sudah di morning call lagi.

Esoknya tanggal 23 April 2002, setelah makan pagi ala
American breakfast, kami naik bus menuju kota Luo Yang,
sejauh 142 km melalui highway yang mulus.
Diperjalanan pemandangan monoton hanya terlihat ladang-
ladang, dan pebukitan saja.
Waktu itu kami sempat heran kenapa sepertinya di pebukitan
ada gua-gua buatan manusia yang dipakai untuk tempat tinggal -
ternyata dugaan kami benar - aneh sekali dijaman gini masih
ada orang tinggal di gua-gua seperti itu.

Sebenarnya yang khas dari LouYang adalah bunga MUTAN
(= Peony) yang saat itu seharusnya sedang mekar2-nya.
Bunga itu cantik sekali karena besar, warnanya ada merah,
ungu sampai kuning.
Kami sengaja mengunjungi satu taman khusus bunga Mutan itu,
tapi sesampai disana kami kecewa berat karena si penjaga
taman bilang bahwa beberapa hari lalu bunga2 itu sudah pada
rontok sebelum waktunya.
Kejadian ini karena beberapa hari lalu itu suhu udara tiba-tiba
naik menjadi 28 derajat, ini membuat bunga itu rontok -
padahal saat kami datang udara sudah kembali agak dingin.

Sudah kepalang datang kami tetap masuk dan agak terobati
kekecewaan kami karena ternyata ditaman bunga yang luas itu
masih ada sisa-sisa bunga yang rupanya kasihan sama kami
kalau engga ketemu sama sekali.
(foto pertama dan kedua).

Setelah itu kami ditawari si Winnie apakah mau optional
tour mengunjungi rumah gua yang seperti kami lihat
diperjalanan tadi.
Ada satu komplek rumah gua yang sangat terawat karena
dilindungi pemerintah katanya,
dan masih ditinggali pemiliknya yaitu nenek usia 93 tahun
bersama turunannya.
Tentu perlu extra bayaran untuk bensin + tip sopir, dan
tentu pula ini kami setujui - sayang sekali kalau melewatkan
melihat tempat unik seperti itu.

Maka setelah mengunjungi taman bunga Mutan,
bus membawa kami kembali kearah luar kota Lou Yang.
Bus berhenti di pinggir jalan raya, dan kami mulai berjalan
kaki sekitar 300 meter menjauhi jalan raya.
Sesekali ada rumah penduduk, dan sempat heran juga koq
engga ada pebukitan didekat situ.

Ternyata rumah gua unik itu dibuat bukan dengan cara
menggali dinding sebuah bukit seperti kami perkirakan,
tapi seakan menggali dinding sebuah kolam renang yang
telah dikeringkan.

Kami mula-mula melihat satu lubang besar ukuran sekitar
25 X 15 meter, dengan kedalaman 10 meter. (foto)
Kami lalu menuruni anak tangga berupa jalan tanah untuk
sampai kedasar lubang itu dan bertemu dengan si nenek
yang konon berusia 93 tahun itu. (foto)

Dia masih sehat sekali - bisa memperagakan lari-lari kecil
untuk menunjukkan kondisi fisiknya yang masih bagus.
Kami tertarik akan kakinya yang ukurannya mini -
saya bandingkan panjangnya dengan panjang kaki saya
paling hanya separuhnya saja.
Pada dinding lubang itulah banyak di-gali gua yang dalamnya
kira-kira 5 meter, yang dipergunakan untuk tempat tinggal.
Terlihat ada lubang untuk tempat tidur, dapur, dan lain-lain.
Sedangkan dihalaman komplek itu, ada sebuah sumur yang
tidak ada airnya, rupanya sumur resapan untuk menampung
air hujan.

Setelah mengunjungi rumah gua itu, tujuan berikutnya:
Long Men Grottoes atau One Hundred Thousand Buddha
Caves, suatu tempat dimana dikedua bukit yang mengapit
sebuah sungai diukir begitu banyaknya patung Budha,
dari ukuran tinggi 17 meter sampai 2 cm saja !!

Dikisahkan bahwa pada tahun 490 ada raja yang melihat
disatu tempat yang terletak 28 km diselatan kota LuoYang ,
sungai Yi diapit oleh dua gunung yang indah.
Maka dia menetapkan bahwa dikedua gunung itu rakyat
boleh memahat patung-patung Buddha.

Ternyata pekerjaan itu berlanjut sampai 6 dinasti - sekitar
400 tahun, sehingga sekarang terdapat hasil karya berupa
2300 gua/lubang, yang didalamnya ada patung Buddha
maupun pahatan didinding.
Patung maupun pahatan itu begitu banyaknya sehingga
disebut One Hundred Thousand Buddhist Images.

Bus harus parkir agak jauh, kami rame2 naik Golf Car
menyusuri sungai itu, dan berikutnya jalan kaki naik turun
bukit untuk melihat ceruk/gua/lubang2 tempat dimana ada
banyak sekali patung Buddha dan pahatan didinding gua.
Cuma sayang sekali banyak yang sudah rusak akibat
bagian kepalanya dipotong atau dicungkil. (foto).

Sebelum masuk hotel dikota LuoYang kami dibawa ke
restoran yang menyajikan menu makanan istimewa :
Makanan Raja ! - karena makanan akan disajikan
bergelombang sampai 24 macam !!.
(kalau di restoran biasa makanan yang disajikan
8 - 10 macam.)

Menu istimewa ini tidak disajikan sekaligus tapi satu-satu,
diawali 8 macam makanan dingin dulu, dilanjutkan dengan
16 macam makanan kuah panas.

Saya sih sejak masakan dingin yang pertama datang
sudah saya makan seperti biasa karena saya yakin
saya pasti engga kuat sampai final.
Benar saja baru masuk quarter final saja saya sudah WO,
harus gantung sumpit !

Saya lihat sebagian besar peserta sudah meninggalkan
gelanggang di ronde diatas 15 -
malahan 5 porsi makanan yang datang terakhir -
cuma diliatin saja rame-rame - kaga disentuh.

4 comments:

  1. Hi Pak Sindhi...
    Baru tahu bunga mutan seperti ini, cuma pernah baca ceritanya. Pak Sindhi makan ala rajanya kagak difoto ?....keluarnya satu2 sih kagak barengan yah ? Rasanya gimana enak gak ? lain kali ajak2 sy bakalan bisa habisin sampe ronde terakhir h..h... Oh yah..penasaran model kaki org cina tempo dulu...itu sepanjang berape cm ...jalannya gimana susah gak.. nenek tua itu dengan kaki sekecil itu?

    ReplyDelete
  2. Wah Pak Shin, asyik juga ceritanya kok raja nya manja amat yah makan aja sampai 24 macam pak,
    kita makan 5 course menu aja udah kenyang banget, ini 24 macem kali cuman ngetes cooknya he he he

    ReplyDelete
  3. Ceritanya menarik. Sayang yah kepala patung-patung Buddha itu dipenggal, sengaja lagi pada waktu jaman 'Cultural Revolution'. What a pity. Salam.

    ReplyDelete
  4. Dear pak Sindhi,

    Saya belakangan ini dapat weekly update. Jadi bisa buka websitenya anda. Untung saya masih inget password saya, hehehe.
    Di tempat saya main bridge ada nenek umur 97 yg masih main bridge dan mahyong. Jalannya masih hebat, dan yg lebih hebat memorynya. Aunty Margaret, used to be a champion before. Eyesightnya aja yg berkurang.

    Salam,
    Susan

    ReplyDelete