Cerita Perjalanan : Menelusuri Aneka Lorong Bawah Tanah.
Bagian pertama :
Wihelmina - Benteng dijantung kota Batavia.
Ketika masih duduk dibangku SD saya pernah diajak ayah memasuki
lorong bawah tanah dari sebuah benteng peninggalan Belanda yang berada
di jantung kota Jakarta - rasanya tidak banyak orang yang mengetahui bahwa
mesjid Istiqlal dibangun diatas lokasi benteng pendem tersebut.
Konon saat pembangunan mesjid, beberapa kali tiang pancang terbentur
beton bentengan bawah tanah itu sehingga posisinya harus dialihkan.
Belum lama berselang ketika saya tanya, ternyata ayah masih ingat bahwa
nama benteng itu : Wihelmina,
mungkin dulu digunakan untuk tangsi militer dan gudang senjata katanya.
Seingat saya dibeberapa titik dalam lorong-lorong benteng yang gelap
dan seram itu memang ada penerangan listrik dengan lampu bohlam , tapi
tetap saja rasa seram berada dilorong bawah tanah itu membekas sampai
sekian lamanya.
Saya tidak menyangka kalau nantinya ternyata akan belasan kali lagi
merasakan perasaan tegang yang sama, karena kembali berkesempatan -
baik secara sengaja maupun "terpaksa" (tentu bukan terpaksa beneran,
tapi memaksakan diri saking pengen tau) memasuki berbagai ruang bawah
tanah yaitu gua alam maupun buatan, terowongan, sampai kuburan kuno.
Gua alam pertama yang saya masuki adalah gua Jatijajar didekat Purwokerto.
Gua itu sebenarnya cukup menarik karena cukup besar dan banyak stalaktit -
stalakmit-nya, tapi sayang sekali tidak lagi terlihat alami karena didalamnya
banyak dipajang patung buatan dari cerita pewayangan.
Terasa jadi engga nyetel saat asyik menelusuri gua yang disana sini ada
stalaktit, mendadak kelihatan patung buatan nongol diberbagai sudut gua.
Berbeda dengan kebanyakan gua yang biasanya adanya didalam perut gunung/
bukit, Gua Lawa yang terletak dekat Purbalingga berada dibawah permukaan
tanah yang berupa dataran saja.
Untuk menemukan lokasi kawasan gua itu mudah saja, karena tidak terlalu jauh
keluar dari jalan raya antara Pemalang - Purbalingga .
Cukup mendebarkan berada didalamnya - kita menelusuri lorong gua yang
walaupun berada tidak terlalu jauh dari permukaan bumi tapi pada beberapa
tempat dari dasar gua itu ada genangan air sehingga sampai dibuatkan semacam
jembatan-jembatan agar kita bisa terus menelusurinya.
Kita serasa berjalan di lorong- lorong penghubung dari dasar beberapa buah
sumur besar yang kering, yang berjarak puluhan meter satu sama lainnya.
Gua Jepang di Bukittinggi, bukanlah gua alam karena dibuat oleh para romusha ,
gua itu dibuat tentara pendudukan Jepang untuk perlindungan dari serangan
tentara sekutu. ( foto )
Gua yang berupa sepasang lorong panjang yang berada jauh didalam bumi,
mempunyai banyak ruangan - untuk rapat dan lain lain, termasuk juga ruang
penjara yang melihatnya saja sudah membuat bulu kuduk berdiri.
Walaupun gua buatan tapi sangat menarik karena dibuat begitu panjang dibawah
kota Bukittinggi - kabarnya masih banyak lagi lorong rahasia yang belum dibuka,
konon ada yang sampai tembus ke Fort de Kock yang berjarak cukup jauh dari
mulut gua yang dibuka untuk umum itu.
Seorang pemuda kelahiran Bukittinggi, bercerita bahwa dimasa kecil dia pernah
masuk lorong gua rahasia itu dan betul sampai tembus ke Fort de Kock,
bagian bawah kota Bukittinggi praktis dipenuhi terowongan-torowongan yang
begitu menggurita, katanya.
Tapi dia menambahkan bahwa saat ini lorong menuju ke Fort de Kock ditutup
karena dikhawatirkan ada tersembunyi bahan peledak yang masih aktif,
yang sewaktu waktu bisa meledak dan melukai orang-orang yang nekad masuk
mencari harta karun yang konon kabarnya pula ada disembunyikan balatentara
Jepang dibeberapa lokasi gua itu.
No comments:
Post a Comment