Lorong "tak berujung" Sapporo - Hokkaido Japan - Juni 2003 :
Karena akan semalam saja menginap di Sapporo, maka sehabis dinner
kami tidak langsung check-in ke hotel Sapporo Keio Plaza tapi menuju
Susukino, sebuah daerah perbelanjaan ditengah kota Sapporo.
Sekitar jam 7 malam, kami memasuki ke Robinson, sebuah toko besar
dan oleh tour leader kami diberi waktu shopping hanya satu jam saja,
karena tentunya saat itu sudah agak malam.
Selain itu sebenarnya kami memang sudah lelah karena pagi hari itu di
Osaka kami dibangunkan jam 5 pagi.
Istri dan putri saya Nuke bersama teman-teman rombongan yang lain
segera menyebar di lantai satu , sebagian malah ada yang langsung naik
kelantai dua dari toko berlantai enam itu.
Saya sendiri yang tidak hobby shopping, malah menuju ke basement
dengan escalator, dan setiba disana saya melihat ada escalator lagi
yang menuju ke basement berikutnya.
Setiba di basement kedua yang lumayan luas itu, saya berkeliling me-
lihat2 berbagai restoran, sempat saya berhenti lama melihat sebuah
restoran yang unik - tamu duduk mengelilingi meja panjang dan
didepannya ada sebuah "ban berjalan" yang diatasnya diletakkan
berbagai jenis makanan - tamu tinggal memilih dan mengambil sendiri
piring atau mangkuk makanan yang lewat didepannya.
Di basement II itu ada Starbucks coffee, dan disebelahnya saya lihat
ada sebuah pintu tidak terlalu lebar yang tampaknya bukan pintu
masuk ke suatu restoran atau toko.
Timbullah penasaran saya, kok dilantai bawah tanah bisa ada pintu keluar,
maka saya menuju pintu itu dan ternyata memang betul itu pintu yang
menuju ke satu ruangan yang agak besar dan sekian belas meter didepan
terlihat banyak orang lalu lalang dalam arah kekiri dan kekanan.
Setelah saya dekati saya tertegun karena disebelah kanan itu rupanya
arah menuju subway.
Saya tidak bisa masuk kesana karena ada gate-nya , hanya orang yang
memasukkan tiket bisa membuka palang otomatis dan masuk kearah
subway.
Kemudian saya menoleh kekiri, ternyata ada lorong terang benderang
yang diatas pintu masuknya bertuliskan Pole Town. (foto pertama)
Saya ternganga - apaan tuh ?? - sejauh mata saya mencoba mencari
ujung dari lorong yang penuh orang lalu lalang itu, ternyata tetap
tidak bisa melihat ujungnya - luar biasa, puaaanjang sekali !
Tentu timbul rasa penasaran yang menggebu ingin tahu seberapa
panjang sih lorong itu, maka saya mulai memasuki pintu Pole Town.
Sempat saya ragu-ragu, apakah saya terus masuk atau tidak kesana,
karena tentu saya khawatir akan tersesat sendirian di lorong bawah
tanah yang begitu panjang .
Akhirnya saya tidak bisa menahan rasa ingin tahu saya, dan mulai
memasuki lorong yang berukuran lebar 6 meter dan tinggi 3,5 meter.
Menyenangkan sekali berjalan di lorong terang benderang ,
bersama-sama banyak orang.
Sepanjang kiri kanan penuh toko-toko yang lumayan besar dengan
lampu etalase-nya semarak sekali berwarna warni membuat enak
mata memandang.
Terlihat beberapa pintu exit, tentu saya tidak berani mencoba-coba
memasukinya, saya bertekad hanya ingin sampai keujung lorong dan
segera balik lagi agar tidak tersesat dan tidak tertinggal rombongan.
Akhirnya setelah melangkah sebanyak 560 kali -
mungkin sekitar 350 meter , sampailah saya diujung lorong itu
Diluar pintu lorong itu ternyata ada pertigaan lagi seperti diawal
perjalanan, arah lurus didepan lorong ada gate menuju subway ,
sedangkan disebelah kanan saya lihat ada pula pintu masuk yang
menuju basement pertokoan terkenal : Mitsukoshi.
Saat tiba kembali di Robinson saya memberitahu teman-teman yang
sedang berbelanja, dan ternyata kemudian ada dua keluarga yang
mengikuti saran saya mencoba kesana.
Tapi mereka akhirnya cerita bahwa cuma sampai separuh jalan saja
karena merasa khawatir koq engga sampai-sampai ke ujung lorong
"tak berujung" yang berada belasan meter dibawah tanah itu.
Esok hari setelah makan siang, kami akan meninggalkan Sapporo
menuju kota Chitose.
Karena masih ada sedikit waktu, kami diajak shopping dulu di
"Pasar Baru"-nya Sapporo, yaitu : Tanukikoji. (foto kedua)
Memang mirip dengan Pasar Baru Jakarta, yaitu sebuah jalan yang
mempunyai atap, dan hanya boleh digunakan oleh pejalan kaki.
Bedanya kalau Pasar Baru panjangnya hanya dua blok, maka
Tanukikoji panjang sekali sampai tujuh blok.
Kami di drop diantara blok 5 dan 6, dan seperti biasa saya jalan
sendirian dan mulailah cuci mata lihat-lihat kiri kanan sepanjang
jalan yang asri karena selain bersih dan nyaman, juga terlihat
toko2nya beraneka ragam.
Di ujung blok 5 sebelum menyebrang ke blok 4, saya ingin mencari
toilet, karena sepanjang pertokoan itu tidak ada toilet maka saya
memasuki sebuah toko yang agak besar diujung blok 5 itu,
tapi walau sudah memutari lantai satu-nya, tidak juga ketemu.
Malas bertanya, maka saat dipojok toko itu ketemu tangga yang
menuju ke basement maka saya masuk saja, ternyata tidak ada juga.
Malah yang saya temui adalah kantor toko itu.
Tiba-tiba saya lihat masih ada tangga lagi mengarah kebawah ,
sudah kepalang maka saya turun lagi saja.
Diujung tangga itu ada pintu, dan saat keluar dari pintu itu,
saya langsung ter-bingung2 karena ternyata saya "nyemplung" di
sebuah keramaian !
Sekarang saya ada ditengah banyak orang lalu lalang di satu
lorong yang terang benderang penuh toko-toko.
Astaga !! - rupanya saya sekarang kembali berada ditengah-tengah
lorong bawah tanah Pole Town yang saya masuki semalam !!.
Rupanya Pole Town yang berada belasan meter dibawah tanah ini,
dibangun memanjang dibawah sebuah jalan raya yang berpotongan
tegak lurus dengan pertokoan Tanukikoji.
Karena saya "nyemplung" dipertengahan lorong itu maka saya
tidak mengetahui diujung mana adanya Robinson/Mitsukoshi.
Hanya saya sempat memperhatikan bahwa memang sepanjang
lorong itu ada beberapa exit yang menuju pertokoan diatas tanah
atau ke pinggir jalan raya.
No comments:
Post a Comment