Beberapa waktu lalu aktivitas Gn.Tangkuban Perahu meningkat,
sehingga tertutup untuk umum karena dikhawatirkan keluarnya
gas2 berbahaya dari berbagai kawah yang ada disana.
Tentu banyak yang sudah pernah mengunjungi tempat puncak
gunung yang cantik ini, dan dari ketinggian melihat kearah
Kawah Ratu, atau Kawah Upas.
Sekitar tahun 1970, saya dengan beberapa teman datang ke
Tangkuban Perahu tidak pada hari Minggu/Libur sehingga saat
disana sepi sekali tidak banyak pengunjung - maka timbullah
keisengan kami untuk coba-coba turun kedalam Kawah Ratu.
Kami sebenarnya juga tahu bahwa dilarang turun ke kawah,
tapi tengok tengok yang berhak melarang kaga ada -
maklum lagi sepi.
Lalu kami berjalan sedikit kearah kawah Upas, saat terlihat ada
celah dibibir kawah dan disitu dinding kawah tidak begitu terjal,
maka kami mulai mencoba menuruni dinding kawah itu.
Memang agak sukar, tapi dengan pelan pelan akhirnya sampai
juga ke dasar Kawah Ratu itu.
Sekarang kami berdiri diatas tanah yang datar dan luas seakan
lapangan bola, dikelilingi dinding yang tinggi sekali - dibeberapa
tempat dari dinding itu ada kepulan asap yang keluar dengan
mendesis - kami tidak berani terlalu mendekati sumber asap itu
karena dari jauh baunya juga sudah tercium menyengat.
Di lapangan itu ada lubang kawah cukup besar berisi air yang
terlihat mendidih dan mengepulkan asap, tentu kami juga tidak
berani dekat-dekat pinggirnya, kalau kepeleset masuk bisa mateng.
Lalu timbullah suatu ide - membuat susunan batu membentuk nama
kami yang nantinya bisa dilihat dari atas.
Kami mengumpulkan batu-batu yang besar dan menyusunnya di
lapangan membentuk tulisan sebesar mungkin.
Saat akan naik baru terfikir, wah kayaknya sulit juga nih -
saat turun sih enak tapi kalau naik selain harus mencari jalan yang
tidak terlalu curam juga harus ada pegangan - padahal tanahnya
agak gembur.
Kalo jalan naiknya putus, bisa-bisa nginep didasar kawah,he3.
Sesampai diatas, ternyata tulisan didasar kawah tadi yang rasanya
sudah dibuat begitu besarnya - sulit dicari,
dari atas kelihatannya hanya sebesar kutu saja.
Belakangan saat kesana lagi, disana sini terpampang papan larangan
menuruni kawah, karena kerap keluar gas2 berbahaya didasar kawah.
pak Sindhi, turun nggak selalu enak IMO, karena beban utk dengkul lebih besar, selalu terasa letih di sekitar dengkul. kalau naik memang energi yg diperlukan lebih besar, tapi seluruh badan ikut bekerja...
ReplyDeleteWuih..... kayaknya seru ya turun kebawah. Idenya buat bikin nama juga seru tuh. Sempet difoto gak?
ReplyDeletehe3- fotonya udah nggak tau kemana.
ReplyDelete