Dead Sea - Israel :
Satu-satunya perjalanan keluar negeri dimana saya membawa
celana renang adalah perjalanan ke Israel, karena dalam itinerary
tertulis ada acara mampir di Laut Mati.
Saya sudah lama ngebet pengen merasakan gimana rasanya tiduran
mengambang diatas air Laut Mati yang kadar garamnya lima kali
kadar garam samudra.
Kadar garam yang begitu tinggi membuat tidak mungkin ada orang
tenggelam didalam Laut Mati.
Kami memasuki Israel dari Jordania, dan saat bus kami berjalan
dipegunungan - dari ketinggian itu sempat terlihat dikejauhan
kilatan permukaan air Laut Mati, sehingga membuat saya makin
ngebet saja - ingin segera sampai kesitu.
Tapi beberapa hari kemudian dalam perjalanan dari Jerusalem
menuju Tiberias, saya merasa aneh koq kayaknya arah bus kami
menjauhi wilayah dimana Laut Mati itu berada.
Kebetulan saya membawa peta dan memperhatikan rute perjalanan
bus kami, yang hari itu schedule-nya mampir ke Laut Mati.
Ternyata benar ! Local Guide Israel itu ternyata diam-diam mau
melewatkan mampir ke Laut Mati, alasannya waktu udah mepet -
Wuuah keruan saja saya "murka".
Lha orang udah ngebet setengah mati, masa mau dikibulin.
Akhirnya dengan terpaksa si orang Israel itu menginstruksikan
sopir memutar arah, dan sampailah kami di tepian laut itu.
Cuma kayaknya kami dibawa ketempat yang pokoknya asal
nyampe aja kepinggir laut itu.
Jadi disitu bukan satu tempat yang rapih atau tempat wisata.
Sejauh tengok kiri kanan tidak ada bangunan apapun,
pepohonan juga engga ada, hanya rerumputan saja -
menurut catatan daratan pantai Laut Mati dimana kami
berdiri itu adalah titik terendah suatu dataran di permukaan
bumi yaitu minus 397 meter dari permukaan samudra.
Rasanya kami berada didasar sebuah baskom, sekeliling
tampak pegunungan yang sangat gersang, dan sejauh mata
memandang tidak ada tanda-tanda kehidupan.
Muncul juga rasa tidak nyaman karena sangat sepi sekali.
Ah, sudah kepalang - saya dan seorang teman laki-laki
segera memakai celana renang dan mulai mendekati tepian
pantai dari laut yang luasnya 19 kali 16 kilometer,
dan titik terdalam laut ini bisa mencapai 400 meter.
Laut Mati mendapat air dari aliran Sungai Jordan, tapi
sama sekali tak ada aliran air keluar dari sana -
hanya lewat penguapan saja.
Ternyata airnya sedang surut, sehingga kami harus berjalan
menginjak lumpur warna kehitaman yang amblas sampai ke
betis, nah mulailah hati terasa ciut - wah ngeri juga nih !
Maklum kami hanya berdua saja, sedangkan teman-teman
seperjalanan berdiri jauh dari tepian berlumpur itu.
Ah masa balik lagi !, maka terus saja kami berjalan dan
mulai masuk ke air yang terasa tidak terlalu dingin.
Ternyata dasar laut landai, sehingga kami harus terus
berjalan pelan-pelan ketengah sampai cukup jauh dan
saat air mencapai dada mulailah kami mencoba terlentang.
Dan memang betul ! -
sekarang kami terlentang mengambang dengan nyantai -
tanpa perlu meng-gerak2-kan tangan dan kaki seperti
lazimnya kalau berenang di air tawar - wah senangnya
tidak terlukiskan.
Saya sempat terfikir pengen rada nekat mau mencoba lebih
ketengah lagi, tapi suasana laut yang "mati" itu lama-lama
bikin ngeper juga - memang rasanya beda dengan laut biasa,
disini tidak ada gelombang, terasa sunyi karena tidak ada
suara apa-apa, melihat kesekeliling hanya air yang rata saja -
pokoknya rasa kesepian begitu kentalnya .
Kadar garam yang begitu tinggi memang membuat tidak
mungkin ada kehidupan didalam air, tapi tetap saja berendam
ditempat "angker" itu terasa serem juga -
siapa tahu ada sodara dari yang di Loch Ness sono sedang
selulup didekat kaki kita - ah udah minggir lagi aja !
bersambung part 5 :
Berbagai Air Terjun pemegang rekor.
No comments:
Post a Comment