Serba Serbi ke 6 : "Penampakan" di Hospital
Berikut ini penuturan Ibu Ali yang mengantar Tour Leader masuk hospital itu :
Awalnya diterima dokter jaga UGD, trus disuruh CT Scan kebagian Radiologi,
ternyata adanya dilantai tiga dari bangunan hospital yang lumayan megah itu,
tapi ternyata pasien harus naik tangga karena tidak ada lift.
Bu Ali bilang lihat ada pasien yang sampai harus digendong naik kesana.
Hasil CT Scan kemudian dibawa ke lantai enam gedung lain yang untungnya
ada lift, dan astaga - dokter ahlinya bilang ada perdarahan di jaringan otak!.
Karena itu kondisi yang masih akut maka harus CT scan ulang 4 jam lagi,
sementara pasien akan di-infus dan minimal harus rawat inap tiga hari!
Melihat pasiennya ragu2, si dokter dengan sabar dan runtut menjelaskan
bahwa kalau ternyata perdarahan bertambah, harus dioperasi segera,
pokoknya harus bed rest, sama sekali tidak boleh melanjutkan perjalanan.
Si pasien ternyata bergeming tidak mau dirawat, sampai si dokter bilang
"kamu memang punya nyawa berapa biji?".
Akhirnya di-infus saja dulu, tapi si pasien tidak mau masuk ruang perawatan,
maka ibu Ali berjuang untuk mendapatkan ranjang pasien diruangan sebelah
UGD yang sudah penuh orang itu, untung akhirnya dapat juga.
Bu Ali juga berjuang untuk mengurus ini itu, dan banyak kesulitan, misalnya :
nama pasien di komputer susah dicari karena tidak pakai tulisan Mandarin,
obat harus beli sendiri, harus berkeras minta disediakan ranjang buat pasien -
masa orang habis trauma kepala berat di infus sambil duduk katanya.
Rupanya sore itu saat kami mengunjunginya, pasien baru saja mulai di infus.
Michael rupanya punya pendapat lain, dia sejak awal berkeras bahwa usulan
dirawat itu bukan atas indikasi medis tapi urusan cari uang.
Dia meragukan banget kebenaran diagnosa yang ditegakkan dokter disana,
kami juga jadi bingung koq orang sana meragukan dokternya sendiri.
Saya diajaknya mencari dokter rontgen sampai ke lantai tiga sambil membawa
hasil CT-Scan-nya, ketemu dan si dokter menegaskan betul ada perdarahan.
Masih tidak puas, Michael mencari dokter jaga, ternyata pendapatnya sama.
Memang lihat keadaan umum pasien yang lumayan baik maka kalau dibilang
ada perdarahan dalam otak kayaknya sih nggak nyambung .
Kalau ada perdarahan di otak mestinya pasiennya keadaannya lebih berat,
dan saya perhatikan hasil CT scannya kayaknya juga nggak ada yang aneh,
tapi masa sih kita meragukan pendapat sekian dokter ahli disana.
Akhirnya diputuskan pasien tetap disana sampai infus-nya selesai, kami ke
hotel dulu untuk check-in dan nanti membawa hasil CT scan ke hospital lain
untuk second opinion, baru memutuskan sikap berikutnya.
Baru sekitar jam 22.00 bersama Michael, local guide dan istri saya bisa
siap di lobby untuk sama-sama ke hospital yang lain dan tengok yang sakit.
Karena sudah malam, jalan sudah sepi sehingga cukup lama baru mendapat
taksi, eh sudah kemalaman gitu cari hospital lain malah pake nyasar segala.
Saya sudah pasrah, rasanya urusan berat ini bisa sampai pagi baru beres,
padahal sudah lelah, perjalanan seharian itu cukup panjang dan berat.
Mendadak handphone Michael bunyi, rupanya Tour Leader nilpon, ternyata
infusnya sudah habis dan dia sedang bicara dengan dokter jaga.
Maka kami tidak jadi ke hospital lain, segera menyusul ke hospital semula,
ternyata melihat pasiennya sudah seger - si dokter jaga memperbolehkan
pasiennya pulang !
Memang keadaan pasien sudah banyak baik, sakit kepalanya tinggal sedikit
dan dia bukan saja bisa berdiri malah bisa berjalan dengan baik, tidak ada
keluhan lain yang menonjol.
Lega sekali tentunya, tadinya sudah kebayang, kalau memang mesti dirawat,
masa sih tega kami meninggalkannya sendirian di hospital dalam keadaan
perdarahan otak, padahal kami esoknya sudah harus melakukan perjalanan
panjang/jauh lagi selama tiga hari untuk kemudian terbang ke Jakarta.
Karena sekarang sudah kembali berkumpul, perasaan tentu lega tapi tetap
waswas, kalau benar ada perdarahan dan jadi meluas, maka kondisi akan
cepat memburuk, malah bisa terlambat ditangani.
Akhirnya tiga hari kemudian sampailah kami di akhir perjalanan, sepanjang
terbang dari Guiyang - GuangZhou - Jakarta kami semua deg2an khawatir
kondisinya drop.
Tapi walau masih mengeluh ada sakit kepala, dia masih bisa melakukan
aktivitas seperti biasa dan saat mendarat di Jakarta kami semua barulah
bisa bernafas lega sekali.
Malam itu langsung saya buat appointment dengan dokter ahli penyakit saraf
disalah satu RS di Tangerang yang sangat berpengalaman untuk konsultasi
esok paginya.
Esok siangnya Tour Leader menilpon, bahwa sudah diperiksa dengan teliti
oleh dokter ahli syaraf tersebut.
CT scan yang dibuat di China dikeker habis2an, dan dinyatakan sama sekali
tidak ada tanda2 perdarahan, kondisi fisiknya pun dinyatakan baik.
Malah katanya si dokter nantangin, bilang kalo besok mau perjalanan ke China
lagi juga boleh.
Kalo gitu perdarahan di CT scan yang diliat dokter-dokter disana itu rupanya
suatu "penampakan" kaleee - hehe.
waaahhhh padahal RS nya kereen yaaa oom...
ReplyDeletegedungnya bagus, peralatannya juga kelihatan komplit
ReplyDeleteInteresting maning! Excellent nemen!
ReplyDelete