Berawal tanggal 9 Juli 2010 sms-an dengan Agustinus Wibowo (anggota
Jalansutra, yang pernah lama berada di Afganistan, kini menetap di Beijing).
Dia sedang berada di Surabaya, kami membicarakan rencana kedatangannya
ke Jakarta 13 Juli 2010.
Agustinus Wibowo (AW) :
Saya cmn bs dpt tiketnya tgl 13 malem.
Nyampe jkt jam 22:40. Agak serem jg.
Saya balas :
Serem kenapa ? Bandara aman koq.
Taksi juga banyak dan tidak macam2 kalau taksi resmi dari bandara.
Yang bahaya kalau taksi dipinggir jalan. Apalagi kalau BlueBird pastilah aman.
Karena saya tidak pengalaman mendarat malam di Terminal Satu Bandara
Soekarno-Hatta, saya bilang akan tanyakan ke teman2 di milis Jalansutra.
Saya beritahukan pula bahwa didalam kota Tangerang ada sekolah King's,
pemiliknya adalah pak Udaya, teman saya ini pernah bilang kalau ada
teman yang kesulitan mendapat penginapan di Tangerang bisa memakai
kamar tidur tamu didalam gedung sekolah berlantai tiga miliknya itu.
Jadi saya bilang ke Agus tidak usah khawatir setiba nanti di bandara Jakarta,
karena kalau memang kesulitan ke Jakarta bisa ke Tangerang saja menginap
dan esoknya bisa naik KA yang kebetulan stasiunnya dekat dengan King's.
Di milis Jalansutra, bukan saja banyak yang memberikan penjelasan tentang
bandara dan taxi, tapi juga banyak teman yang kirim email ke saya karena
"kebingungan" mengapa Agustinus yang "urat takut-nya udah putus" berani
masuk dan menetap di Afganistan, koq malah di Jakarta jadi ngeper gini.
(belakangan Agus cerita dia trauma dengan taxi, pernah di Jakarta malam2
gitu dipalak sopir taxi - pakai argo tapi cara ngitungnya sekian kilometer yang
tercantum di meter dikali sekian ribu rupiah, dan di Kabul dulu juga dia hampir
saja diculik sopir taxi, dia selamat setelah loncat bergulingan keluar dari taxi).
http://smulya.multiply.com/reviews/item/19Info2 disampaikan dan dijawab :
AW:
Saya jg kuatir untuk satu hari itu nggak ada tempat menginap.
Mnrt pak sindhi mendingan mana? Saya jg bingung nih mutusinnya hehe.
Setelah berunding akhirnya diputuskan menginap di Tangerang saja.
Trus terfikir mumpung pengarang Selimut Debu ini sedang berada di Indonesia -
mengapa tidak diadakan sambutsutra saja agar banyak teman Jalansutra bisa
mengenal lebih baik anggota JS yang luar biasa berani ini.
Ternyata sambutsutra diizinkan dan disambut baik oleh moderator JS, dan
Agus juga setuju untuk diadakan Rabu siang, sebelum menuju Jakarta.
http://smulya.multiply.com/journal/item/173/Karena hari kerja dan diadakan di Tangerang, tentu tidak banyak anggota JS
yang bisa hadir, maka dipilihlah Restoran Aloha Raja Seafood di Alamsutra.
http://smulya.multiply.com/photos/album/301/Aloha ini selain masakannya enak ( sejak buka sekitar 6 bulan lalu saya
9 kali mampir! ) juga lokasinya mudah dijangkau dari tol Tomang-Tangerang
sehingga teman yang dari Jakarta akan bisa cepat pergi pulang ke lokasi.
Pesawat Lion Air yang ditumpangi Agus Selasa malam mendarat on-time,
tapi bagasinya lambat keluar, sehingga hampir jam 24 barulah kami tiba di
gedung King's dan disambut oleh sdr.HanHan Direktur Sekolah itu.
Kami diantarnya naik sampai ke lantai 4 dimana kamar tamu berada dan
office boy lumayan ngos2-an angkat backpack-nya Agus seberat 17 kg -
ternyata isinya buku melulu, pakaian sih katanya hanya dua stel, maklum
aja dah namanya juga backpacker tulen hehe.
Esoknya pagi jam 8 sudah saya jemput, dan kami menuju Rumah Makan
Encim Sukaria untuk menikmati Nasi Ulam, dan Dr. Hardja Priyatna SpJP
menyusul ikut bergabung.
Dokter spesialis Jantung ini nge-fans sejak baca buku Selimut Debu,
setelah puas ngobrol 2, saat berpisah menghadiahi Agus sebuah buku,
kebayang dah makin gendut backpacknya Agus.
Karena masih ada waktu saya ajak Agus ke Pasar Lama, setelah melihat
kelenteng Boen Tek Bio, kami memasuki satu rumah kuno yang belum
lama dibeli oleh pak Udaya, rumah ini akan dijadikan Museum Benteng.
Rumah yang sedang direstorasi/dikembalikan seperti aslinya tampak
begitu antik, masih ada ukiran2 batu yang kuno sekali didinding.
Pak Udaya juga sedang mengumpulkan barang2 kuno untuk mengisi
museum yang rencananya tahun depan akan dibuka untuk umum.
Agus sempat juga menikmati Otak-Otak Encim Amoy yang mestinya
tanpa pesan dulu susah dapat karena laku banget.
Tapi karena tamu jauh maka si Encim berbaik hati ngasih nyoba, eh
malah ngasih juga Aqua, dan akhirnya tidak mau dibayar otak2nya itu.
Saking senang dengan kebaikan si Encim - jadi kelupaan Opak Bakar
Karamel yang baru saja dibeli tertinggal disitu, padahal untuk dimakan
rame-rame di Aloha.
Sekitar jam 10.15 kami berangkat dari Tangerang menuju AlamSutra,
saat tiba di Aloha ternyata sudah ada tiga rekan datang awal, padahal
belum jam 11. Teman-teman terus berdatangan dan langsung pada
ngobrol seru walau banyak yang baru pertama kali ketemu.
Selain anggota Jalansutra, ada beberapa tamu yang sengaja diundang
untuk memeriahkan acara sambutsutra yaitu pak Kristanto Pranoto,
beliau ini sudah menuntaskan ambisinya mengunjungi seluruh negara
yang ada didunia, negara terakhir/ke 194 adalah Afganistan dan saat
mengunjungi Kabul itulah pak Kristanto jumpa dengan Agustinus.
Hadir pula Aris Yanto - moderator milis Indobackpacker dimana Agus
juga anggotanya, Yola dari Gramedia Publisher yang menerbitkan buku
Selimut Debu, dan juga Ebbie Ebony - pemuda yang telah mengunjungi
seluruh propinsi Indonesia untuk membuat foto dari alam dan budaya
ke 33 propinsi itu.
Sambil menunggu masakan siap, Ebbie kami minta memperlihatkan
hasil karyanya pada laptop yang dibawanya. Foto-fotonya memang
begitu memukau, sayang sekali waktu sempit sehingga tidak terlalu
banyak yang bisa diperlihatkan, padahal bagus2 sekali fotonya.
Foto2nya yang aduhai itu bisa dilihat di :
http://ebbie.multiply.com/Setelah Lidia Tanod atas nama moderator memberikan kata sambutan,
kami bergantian memperkenalkan diri dan juga memberikan pertanyaan
kepada Agustinus.
Banyak pertanyaan diajukan antara lain kiat2 apa yang dipakai Agus
sehingga bisa survive diperjalanan yang berat itu, soal mendapat
visa yang tentunya sulit sekali dll.
Semua dijawab oleh Agus dengan seksama dan jelas, antara lain bahwa
kunci dari suksesnya perjalanan dia ke wilayah2 yang begitu rawan
adalah melebur dengan masyarakat setempat, diawali dengan belajar
bahasa dan sosial budayanya.
Semangat jurnalistik dan idealisme dalam dirinya itulah yang membuatnya
berani memasuki suatu negara yang dalam konflik berat sekalipun.
Karena kebanyakan berita sering2 tidak sepenuhnya benar, maka dia
sengaja masuk dan tinggal di Afganistan itu untuk mendalami kehidupan
disana dan menceritakannya dengan jujur seperti yang ditulisnya dalam
bukunya : Selimut Debu.
Setelah Afganistan itu, dia akan bertualang lagi tetap ke negara2 yang
setengah tertutup seperti Rusia sampai Korea Utara !
Kami juga diberitahu bahwa tahun ini buku kedua Agus akan terbit, yaitu
tentang perjalanannya di negara2 Stan (Asia Tengah) yang pernah muncul
serial di kompas online tahun lalu.
Tidak terasa waktu makan sudah terlewat banyak, sehingga makanan
sempat dingin, tapi masakan yang disajikan yaitu Kepiting Lada Hitam,
Udang Tauco Pedas, Cumi Goreng Tepung, Kangkung Belacan dan
Gurame Asem Manis, ditambah Kerang Saus Padang extra dari fihak
Aloha akhirnya nyaris disapu bersih oleh 26 orang peserta sambutsutra.
Total kerusakan adalah hampir 1,7 juta rupiah.
Akhirnya sebelum berpisah kami membagi door prize atas 10 buah
buku Selimut Debu pemberian Gramedia Publisher dan 3 buah buku
Mind Body and Soul pemberian pak Kristanto.
Lewat jam 14 barulah kami saling berpamitan, lelah tapi puas sudah
bisa berjumpa dan berbincang dengan pemuda yang telah dengan
begitu luar biasa berani mengunjungi daerah yang begitu rawan dan
bisa menuliskannya dengan bagus sekali dalam buku Selimut Debu.
Sabtu malam sekitar jam 22 saya sempat tilpon Agus yang sedang
di boarding lounge menunggu pesawat Garuda take-off menuju Beijing,
dan Senin pagi saya baca dia sudah mengirim ucapan terima kasih
ke pak Udaya.