Kata SVT terdengar enak ditelinga, tapi bagi orang yang mengalami kondisi
Supra Ventricular Tachycardia ini sungguh jauh dari enak.
Bayangkan saja jantung yang normalnya berdenyut 60 - 80 kali/menit bisa
secara mendadak melonjak menjadi hampir 200 kali/menit.
Akibat jantung debar-debar cepat sekali nggak keruan itu maka orangnya
menjadi lemas, pusing dan cemas/gelisah sampai sesak nafas.
Biasanya dengan meminum obat tertentu kondisi ini bisa diatasi, kalau tidak -
harus dibawa ke Rumah Sakit untuk diberikan obat intra vena.
Rupanya didalam jantung orang tersebut ada jalur elektrik tambahan yang
kalau "korslet" membuat jantungnya mendadak gedebak-gedebuk gitu.
Tindakan terbaik menuntaskannya adalah dengan "menembak/membakar"
si jalur jahat itu.
Tindakan ablatio ini tentu bukan tanpa risiko, kateter yang dimasukkan dari
lipat paha sampai ke jantung tentu bisa melukai jantung kalau operatornya
ceroboh atau kurang trampil.
Bisa pula terjadi salah tembak/ meleset yang menyebabkan si Jantung
malah berhenti total sehingga harus pakai alat pacu jantung seumur hidup.
Kondisi SVT ini dialami istri saya sejak 30 tahun yang lalu, selama ini dia
bertahan tidak berani di ablatio, tapi serangan SVT nya makin lama makin
sering kadang-kadang muncul dua kali dalam sehari.
Akhirnya diputuskan akan di ablatio saja di Singapore, tapi ada persoalan
yaitu keharusan stop obat jantung paling tidak tiga hari sebelum tindakan.
Karena didalam ruang operasi, jantung justru akan dirangsang supaya timbul
serangan SVT dan dengan alat mapping yang canggih akan bisa terlihat/
ketemu mana jalur yang bikin ulah itu - lalu ditembak.
Kalau masih ada sisa obat dalam darahnya, maka akan sulit di trigger.
Berarti kalau tadinya rencana datang ke Singaporenya hanya pada hari H,
maka harus minimal tiga hari sebelumnya, istri saya keberatan - dia tidak
mau berada disana selama itu.
Dalam kebimbangan, suatu pagi kumat SVT nya dan berkepanjangan.
Tidak biasanya istri saya kali ini minta dibawa ke RSU Tangerang dan
kebetulan bertemu Dr. Hardja Priatna SpJP cardiolog di RSU itu.
Terjadilah perbincangan sampai soal keberatan berobat ke Singapore itu.
Mendengar itu Dr.Hardja menyarankan untuk ke RS Jantung Binawaluya
(BCC = Binawaluya Cardiac Center), untuk konsultasi ke Dr.M.Munawar
seorang ahli jantung senior yang dikatakan oleh Dr.Hardja sebagai :
One of the Best in the World dalam urusan penanganan masalah elektrik
jantung seperti itu.
Beberapa hari kemudian di BCC yang terletak di Jl. TB Simatupang 71
Jakarta Timur - bertemulah kami dengan Dr.Munawar.
Beliau dengan profesional dan sabar menjelaskan antara lain bahwa:
peralatan ablatio di RS Binawaluya adalah yang tercanggih di kelasnya,
malah tersedia satu alat lagi yang bisa memetakan 3 Dimensi - di Asia
alat ini baru ada di tiga negara saja.
Soal jam terbang memang tidak diragukan lagi, beliau sudah menangani
lebih dari 2000-an kasus ini.
Setelah meninjau ruangan perawatan RS berlantai empat yang terlihat
bersih ini maka istri saya setuju di ablasi pada pagi hari tanggal 22 April.
Untuk itu tanggal 21 April sore harus sudah masuk perawatan, dan juga
sekitar lima hari sebelumnya harus tidak minum obat jantung.
Dengan seksama istri saya mempersiapkan diri, termasuk lepas obat
jantung dan dengan harap-harap cemas mudah-mudahan tidak timbul
SVT lagi sebelum hari H, yang bisa mengacaukan rencana ablasi itu.
Tibalah hari Rabu 21 April, rencana akan masuk BCC jam 17.00,
tapi mendadak jam 13 timbul SVT sehingga langsung berangkat dan
terpaksa masuk ke UGD BCC untuk penanganan SVT itu.
Dengan sigap ditangani dan setelah mendapat suntikan obat short-
acting maka SVT reda. Sengaja dipilih obat short-acting agar esok
paginya sudah bersih dari dalam darah dan ablasi bisa dilaksanakan .
Didalam UGD saat itu ada seorang pasien lain, bernama ibu Eva -
yang juga rupanya mendadak datang karena ada keluhan dan akan
dirawat bertetangga-kamar dengan istri saya.
Sempat ngobrol-ngobrol dan ibu Eva berjanji akan lanjut ngobrolnya
di ruang perawatan nanti.
Kamis pagi sesuai rencana tindakan ablatio dilakukan, tidak sampai
dua jam Dr.Munawar sudah keluar lagi dari kamar operasi dengan
penuh senyum menyampaikan ablasi sudah dilakukan dan sukses.
Jumat pagi beliau visit ke kamar dan memperbolehkan pulang, segera
kami menilpon bagian adminstrasi untuk menyiapkan tagihan-nya.
Saat kami beres-beres dikamar itu - mendadak masuklah ibu Eva,
rupanya karena sama-sama sibuk maka selama dua hari itu tidak
sempat bertemu walau kamar kami letaknya berdekatan sekali.
Beliau cerita-cerita macam-macam tentang prosedur Cath yang sudah
dijalaninya, sampai bilang bahwa ia mempergunakan kartu Askes.
Hampir berbareng saya dan istri bilang lha ini kan RS swasta, mana
bisa pakai kartu Askes !.
Si ibu ngotot bisa, pasti bisa katanya karena dia kan sudah ajukan.
Saya menuju kantor administrasi dengan tanda tanya besar, kalau
pun iya biasanya klaim harus diajukan paling lambat dua kali 24 jam.
Saat itu sudah hari kedua, dan biasanya harus lengkap surat2nya,
mulai dari surat rujukan, persetujuan Puskesmas segala macam.
Sedangkan ini hari Jumat, apakah keburu bikin surat macam2 itu,
jauh di Tangerang lagi.
Ternyata memang betul bisa menerima klaim Askes, dan sodara2
rupanya karena kebetulan istri saya masuknya mendadak via UGD
maka tidak diperlukan lagi segala macam surat, cukup kartu Askes !
Saya tentu tidak bawa kartu itu, untung si petugas bersedia menunggu
sampai siang, dengan catatan pasien tidak boleh keluar dulu.
Dipesan bahwa kalau ketemu segeralah di fax agar tidak telat.
Segeralah saya ngebut ke Tangerang, kebetulan juga jalan raya
Serpong yang biasanya macet - kali ini lancar.
Dirumah langsung bongkar laci dan ketemulah kartu Askes istri saya,
segeralah di fax dan saya ngebut kembali ke BCC bawa kartu aslinya.
Kebetulan oh Kebetulan :
koq kebetulan istri saya minta dibawa ke RSU,
sehingga kebetulan ketemu Dr. Hardja,
kebetulan harus masuk UGD BCC, kebetulan juga ada ibu Eva disitu,
kebetulan si ibu ujug-ujug nongol dikamar kami hanya sesaat sebelum
kami pulang, kebetulan pula ngobrolnya koq sampai ke soal Askes.
Dan ternyata sodara-sodara :
berkat segudang kebetulan itu kami mendapat diskon hampir 60 %,
alias bayarnya hanya 40 % dari biaya yang semula harus saya bayar.
Kebetulan yg beruntung Pak Sindhi...Jd lebih hemat deh drpd ke singapore kan perlu tiket, jd RS lebih mahal. Semoga Istri recovery nya cepat.
ReplyDeleteIya Gis, koq bisa gitu yah - rentetan kebetulan2
ReplyDeleteyang menuju ke hal yang meringankan sekali.
biaya disini dg di Spore kira2 sama.
Makasih, jantungnya sudah OK, tinggal proses
penyembuhan luka kecil bekas masuknya
beberapa kateter di lipat paha.
Kebetulan tentunya karena punya Good karma. Semoga beliau cepat pulih kembali.
ReplyDeleteSukur deh pak prosesnya berjalan lancar. Salam buat ibu ya. Hmm, ada karaoke di ruang tunggu ya ? :D
ReplyDeletesemoga ibu cepat pulih ya dok. salam buat beliau.
ReplyDeletebesok sya ke jkt, kita ngobrol nanti.
Wonderful betul... Hope all goes well.
ReplyDeletebung Teddy van Sydney,
ReplyDeletethanks,
ada sedikit cerita lain nih - tentang Prof HOK Tanzil,
si Oom ini kan dijaman doeloe begitu berani kukurilingan
keseluruh pelosok dunia, berdua saja dengan istrinya yang
sama2 sudah tidak muda lagi, seringkali si Oom nyetir mobil
padahal tidak sedikitpun ngerti soal mesin, dan kalau bawa
camper bisa berani nginep di pinggir jalan sepi dimanapun.
hal itu saya tanyakan ke si Oom, koq jadi orang berani banget !
nah ada dua hal yang beliau sampaikan:
pertama dia percaya bahwa jalan hidupnya seperti kaset,
jadi sekali disetel tuh kaset - mau diapapin juga lagunya
nggak bakal berubah, maka dia nggak pikirin dah karena
misalnya kalau sudah waktunya kena bahaya ya kena juga .
yang kedua, ada disalah satu bukunya, saya sampai selalu
catat di agenda saya :
"bila mengalami sesuatu yang kurang menyenangkan,
kita tak tahu apa hikmahnya.
pandangan hidup saya ini - Pasrah bila kita mengalami
kesulitan, membuat saya selalu tenteram "
asyik juga kan merenungkan pemikiran si Oom ini,
ah sudah lama juga saya nggak nilpon 8194126 -
si Oom ini selalu semangat kalau di tilpon, kalau siang
selalu pergi dengan sopirnya makan diluar :))
bung Dipo,
ReplyDeletethanks,
oh itu karaoke di Gading Serpong hehe,
jadi untuk menghibur Mami nya yang baru lepas dari
ketegangan menjalani proses masuk kamar operasi dll itu,
Nuke mengajak ke karaoke disana, dia yang menyanyikan lagu2 -
suaranya bagus maklum anggota BMS (Batavia Madrigal Singers).
bung Wandy,
ReplyDeletethanks,
oh sudah balik dari Beijing ?
OK pan kapan kita kopdar lagi
bung Yan,
ReplyDeletethanks ya.
Yang penting semoga istri anda cepat sembuh.
ReplyDeletedok....itu karena 'dibimbing Tuhan' , dok....
ReplyDeleteAlhamdulillah lancar dok, pake diskon lagi hehe, semoga ibu sehat selalu ya
ReplyDeletesemoga Ibu lekas sehat kembali ya Pak.. Memang pak, kalo saya juga percaya, kalo kita baik sama orang kita juga pasti dibaikin sama orang...
ReplyDeletepernah kesini jenguk bude.. bersih dan wangi..
ReplyDeletedokter munawar jadualnya selasa kamis jumat ya.. tak setiap hari gitu disana.. kaya dokter agus..
ReplyDeletehebat ibu.. cepat sembuh ya..
ReplyDeletealex lagi ngefesbuk ya pak.. :D
ReplyDeletepulang dari rs langsung karaoke.. tak ikut menyanyi ibunya pak?
ReplyDeletemet siang pak,
ReplyDeletemakasih, dan rupanya Askes sudah makin bagus
bisa cover tindakan2 berat yg biayanya besar spt ini,
dirumah sakit swasta juga termasuk rupanya.
Amin. Makasih bu Eileen.
ReplyDeletepercaya dengan kebetulan ya pak.. :D salam sehat selalu buat semua..
ReplyDeleteSemoga ibu cepat sembuh .
ReplyDeletePa Sindhiarta, terima-kasih sudah sharing ceritanya karena banyak hal yang bermanfaat buat saya pribadi baik dari segi informasi medis maupun hikmah garis kehendak Tuhan atas kehidupan kita.
Mau tanya : Pa Sindhiarta sdh ikut ASKES mulai tahun berapa ? Saya tertarik ingin mendalami ttg program ASKES ini , apa sdh terlambat ya kalau umurnya sdh 56 tahun ? Thank's.
wah, Pak Sindhi. TFS yah. semoga sehat selalu :))
ReplyDeleteAlhamdulillah lancar urusannya mas Sindhi. Salam untuk mbak Tjuwita, semoga cepat pulih kembali.
ReplyDeletebukan cuman kebetulan kali Dok..semuanya dalam rencana Tuhan..cepat sembuh ya buat nyonya..:))
ReplyDeleteOh yang ini bukan kebetulan, sesuai doa kita bersama, bahwa Tuhan YME telah melindungi dan menyembuhkan Dr. Djiwita, istri Dr. Sindhiarta, melalaui tangan dokter yang meng-ablationya, sehingga Dr. Djuwita dapat sembuh sehat, sehingga selanjutnya pasangan suami istri Dr. Sindhiarta dapat melanglang buana tanpa ragu akan serangan SVT, Amien. B. Kusuma.
ReplyDeleteAmin. Makasih bu Eileen.
ReplyDeleteRie, makasih banyak ya :))
ReplyDeleteWikan, banyak terima kasih,
ReplyDeletejadi inget pak Ongkie Hananto yang setiap
bangun pagi ber-ikrar akan memberikan senyum
terhadap sedikitnya 20 orang dihari itu.
Tin, thanks ya,
ReplyDeleteAlex mah kayaknya nggak punya FB hehe,
di Karaoke yang nyanyi Nuke saja, paling
sesekali Wimpie ikutan :)
betul nggak tiap hari,
ReplyDeleteistri saya dulu juga Jumat kesana,
dan jadwal kontrol juga Jumat dua minggu lagi
Thanks ya,
ReplyDeletewaduh mulai tahun berapa ya ? dulu saya
masuk jadi PNS tahun 80-an awal yang
otomatis kan jadi peserta Askes - tapi saya
lupa kapan program Askes itu mulainya.
Setiap pegewai negeri sipil seperti saya dan
istri pasti masuk Askes, kalau nggak salah
sekarang juga ada program Askes swasta.
umur 56 ?, nanti saya coba denger2 apakah
program Askes swasta ada dan bisa.
sama2- thanks ya.
ReplyDeleteDear Desi van Iceland,
ReplyDeletewuah gimana kabarnya gunung berapi yang
meletes disana, mudah2an sudah reda.
Ini baru saja ada ajakan tour ke Iceland dan
Grreenland saat libur Lebaran, entah jadi tidak
tour kesana itu : )
Thanks ya, salam kembali dari Tjuwita.
Makasih ya,
ReplyDeleteeh gimana rencana jalan ke Scotland ?
tetap jalan ? - sekalian aja ke Iceland,
ada Desi tuh di Iceland - bisa tanya2
situasi disana.
Wah, banyak berkatnya nih Om !! Selamat dan semoga tante cepat sembuh, sehingga bisa jalan2 sambil kulineran lagi,..
ReplyDeletepak Kusuma yang baik,
ReplyDeleteterima kasih banyak ya,
saya besok saja ya memberikan ucapan selamat ultah
yang ke 57 eh 75 hahaha.
btw - DVD 75 tahun Broer Sang Pengelana sudah saya
serahkan langsung ke tangan pak Bondan Jumat siang lalu.
Thanks ya, itu pulang dari BCC kami langsung
ReplyDeletemerapat ke Kopitiam Oey Bintaro, istri saya kangen
dengan Soto Tangkar pipi Sapi, dan kebetulan sekali
pak Bondan Winarno dan Wasis Gunarto ada disana
jadi sempat ngobrol2 cukup lama.
Cepat pulih untuk ibu Sindhi ... betul-betul kebetulan yang patut disyukuri ...
ReplyDeletesemoga Tante cepet pulih ya Om. GBU all
ReplyDeleteSemoga Nyonya segera sehat Doc. Saya juga mendengar banyak sekali cerita positif tentang dokter Munawar. Betul itu, beliau salah satu yang terbaik kalau sudah urusan "listrik" jantung
ReplyDeletetengkiu, sudah banyak membaik luka bekas
ReplyDeletemasuknya jarum/keteter yang masuk di kulit
lipat paha dan dekat leher.
Sien, thanks ya,
ReplyDeletebu Sofia Mansoor udah duluan di ablatio (tahun 1999)
sejak itu tidak pernah mengalami serangan SVT lagi
beliau sempat tilpon2an dg istri saya men-support
untuk berani di ablatio itu.
Capt yg baik,
ReplyDeletemakasih - Dr.Munawar itu trampil dan
sabar serta berkomunikasi dg hangat.
Amin semua berjalan dengan lancar Dok, semoga Tante cepat pulih dari lukanya.
ReplyDeletePak Mulya, apakah dengan tindakan ablatio ini, berarti bu dokter akan bebas dari serangan SVT yang biasa beliau alami selama ini sebelumnya, kayanya treatment ini brjalan dengan mulus2 saja di RS.BCC, sedangkan cerita mengenai treatment ablatio ini merupakan cerita yang seram oleh dr. jantung di RS Harapan kita.
ReplyDeletesemoga bu dokter cepat pulih, agar rencana perjalanan tidak gagal. Tuhan memberkati.
suka deh pak apa kata omtanzil bilang, hidup seperti kaset.. jadi ya monggo saja..
ReplyDeleteThanks ya
ReplyDeletesaya tilpon kerumahnya kemarin,
ReplyDeleteternyata sekarang tinggal bersama putranya
dan beliau sedang sakit.
pak Umbas yg baik,
ReplyDeletetindakan ablasinya sukses,
sesekali istri masih merasa seakan mau kumat
tapi tidak jadi, mungkin karena sebagian besar jalur jahat itu
sudah diputus sehingga SVT nya tercegah muncul,
memang Dr Munawar bilang tidak bisa ablasi seluas mungkin
karena ada risiko kena jalur yang normal.
Thanks pak Umbas, GBU
oh oom, semoga cepat sehat kembali ya..
ReplyDeleteAduh lumayan yah kalo bisa pake Askes.
ReplyDeleteSemoga setelah operasi ini SVT nya sembuh ya dok,
juga terima kasih untuk sharing pengalamannya.
Jangkauan Askes makin luas,
ReplyDeletesalah saya awalnya tidak tanya saat masuk,
memang tidak semua RS Swasta melayani Askes
tapi tidak salahnya bertanya karena seperti kejadian
ini tidak diduga RS khusus Jantung itu menerima Askes.
Saya baru tahu ada sakit namanya SVT. TFS. (;p). Semoga cepat sembuh.
ReplyDeletewow.. get well soon untuk ibu sindhi.. semoga ga ada serangan jantung gedebak-gedebuk lagi :)
ReplyDeleteSaya setuju dengan Ibu Eileen Rachman, itu adalah bimbingan Tuhan! BagiNya tiada yang kebetulan. Segala sesuatu diaturNya secara detail bagi Anda sampai ke Askes. Tinggal bagaimana Anda meresponinya saja. Karena pikiranNya berbeda dengan pikiran kita, demikian pun rencanaNya berbeda dengan rencana kita. Selamat kepada Ibu Sindhi yang sudah diberikan "second chance" oleh yang Mahakasih dan Mahakuasa. Tuhan pasti mempunyai rencana dan berkat yang jauh lebih indah lagi bagi Anda.
ReplyDeletepak Soleh, rupanya banyak juga yang menderita
ReplyDeletekondisi itu, thanks ya
Thanks ya, sejauh ini tidak minum obat pencegah serangan SVT
ReplyDeletedan aman2 saja, memang akan diobservasi sampai setahun,
kalau aman berarti seterusnya bebas.
bu Vilma yg baik, thanks ya,
ReplyDeleteistri saya memang jadi lebih relax- tadinya kan
waswas saja karena munculnya SVT datang secara
mendadak dan mengejutkan, kapan saja dimana saja -
sungguh mengesalkan dan menyusahkan.
Pa Sindhi, semoga pengobatan nya berhasil dan ibu cepat pulih.
ReplyDeleteThanks for posting such a detailed report with photos. Saya mempunyai dua orang putra, yang pertama lahir th. 1959, yang kedua, anak bungsu saya lahir th.1966.Yang terakhir ini baru saja dapat serangan jantung ringan karena penyumbatan. Putra pertamaku sudah lama dan cukup sering kena serangan jantung. Ternyata setelah di-scan ada penyumbatan di 2 pembuluh, yang satu 70 %, dan yang satu 40 %. Ia takut dikaterisasi, apalagi di-bypass, jadi cuma berobat secara tradisonal saja dengan acupuncture dan jamu. Kami baru tahu ada Binawaluyo Cardiac Center ini. Padahal, kami klien Dr.Iwang Gumiwang. Putra bungsuku ketika serangan jantung sedang mengendarakan mobil dapat serangan 2 kali. Pertama kali ia masuk ke UGD RSPI, tetapi tidak diketemukan apa-apa dengan jantungnya. Kemudian kejadian lagi, ia masuk Cardiovascular Clinic Cinere Hospital. Dia juga tidak mau dikaterisasi dan minta di-scan saja. Ternyata penyumbatannya di bawah 50 %. Apa pendapat Dokter ttg Chelation?
ReplyDeletebu Vilma,
ReplyDeletedr. Iwang betul ada di daftar dokter BCC,
di Jakarta ada beberapa cardiac center, selain BCC
juga ada di Cinere Hospital itu.
saya pikir kalau sudah ada keluhan2 seperti itu -
kateterisasi adalah suatu keharusan, itu gold standard,
jangan muter2 dulu dengan MSCT,
MSCT itu menggambarkan keadaan anatomi - padahal
yang diperlukan ada gimana flow di pembuluh darah itu.
tentu keteterisasi sifatnya invasif tapi ditangan dokter ahli
akan meminimalisir kemungkinan kesalahan tindakan.
istri saya itu sudah dua kali mengalami kateterisasi,
syukurlah bisa dijalani dg baik.
chelasi saya nggak tahu persis,
tapi saya pikir dengan keluhan2 seperti itu yang utama
adalah mendiagnosa pasti dulu dan itu bisa dilakukan
dengan kateterisasi, dan itu jangan terlambat dilakukan.
memang mengerikan memikirkan kateter didorong masuk
kedalam jantung kita, tapi orang2 yang sudah menjalaninya
bilang nggak ada masalah - Sabtu kemarin saya baru saja menemani keponakan usia 29 th di kateterisasi dan ternyata kondisinya baik - nah tenang dah dia, tadinya penuh dengan
kebimbangan karena dari MSCT nya ada dua penyempitan.
bu Lena, thanks,
ReplyDeletesudah pulih dia, malah sekarang sedang pergi fitness :))
dear Lena,
ReplyDeletethanks ya, sudah pulih dan bisa aktivitas spt biasa.
Kebetulan yang indah Pak Sindh. Semoga ibu cepat sembuh:)
ReplyDeleteYa betul, thanks,
ReplyDeletesudah sembuh dan bisa aktivitas seperti sediakala.
speedy recovery, tante. GBU!
ReplyDeleteHi Dr. Siendhi apa kabar. Saya dr. Munawar. Kebetulan saya di Jepang dan kebetulan saya nglihat di Internet mengenai Binawaluya dan ketemu blog anda. (biasanya kalau di Jakarta nggak sempat). Saya ikut gembira bahwa ibu dr Juwita sudah OK. Pasca ablasi SVT mempunyai kans untuk kambuh sebesar 2-3%. Inipun kalau terjadi biasanya pada minggu-minggu pertama. Kalau sudah tiga bulan sangat sedikit kemungkinannya. Dan kalau sudah 1 tahun boleh dipastikan tidak akan kambuh. Tindakan ini sebenarnya tindakan non-bedah. Jadi istilah bedah rasanya kurang tepat. Nyeremin. Dan dari pengalaman saya yanglebih dari 18 tahun, success rate sangat tinggi sekitar 97persen, dengan angka kesakitan yang sangat rendah dan angka kematian yang disebabkan tindakakn ini hampir nol. Semoga sehat selalu. All the best.
ReplyDeleteYth Dr. M.Munawar,
ReplyDeleteaduuuh Dok, mohon maaf saya baru saja lihat ini,
saya kembali dari tour tanggal 10 Juni malam dan
langsung sibuk ngurusi adik saya yg sakit berat.
barusan saya iseng buka MP saya dan kuagetttt
banget ada tulisan dokter, bener2 nggak ngimpi2
dah dokter bisa sempat muncul di MP saya ini.
istri saya sejak ablasi sampai sekarang belum pernah
ada serangan lagi, dan dredet2 yang suka masih muncul
pasca ablasi ini juga kini sudah tidak muncul2 lagi,
semoga terus begini sampai setahun yang berarti
sembuh total, makasih banyak Dok.
Teman saya Teguh juga rupanya sudah sembuh dan
Dr. Bambang Gunawan SpOG juga demikian setelah
ditangani dokter di RS Binawaluya.
Banyak terima kasih atas pertolongan dokter,
salam sehat selalu untuk sekeluarga
sm
sorry baru sempat balas,
ReplyDeletebanyak terrima kasih ya
salam
sm
rina_lee89@yahoo.com
ReplyDeleteThanks buat sharingnya,
kebetulan mama saya juga mengalami SVT, dan dianjurkan untuk dilakukan ablasi di Singapura, tetapi sampai saat ini kami masih mencari informasi mengenai segala hal yang berhubungan dengan SVT ini.
Kalo boleh tau, obat jantung apa yang diminum oleh sang istri sebelum melakukan tindakan ablasi?
Apakah dengan minum obat tersebut maka SVT-nya 100% tidak akan kambuh?
Mohon informasinya, thanks dan salam
Sorry baru mendarat di Jkt lg. Nanti sy balas ya
ReplyDeletemalam..ada yang prenah melakukan ablasi di rumah sakit harapan kita jaakarta belum ya
ReplyDeleteMalam dok shindi, suami saya umur 52 kena AF juga, apa saya boleh tahu keadaan istri dokter setelah 5 tahun setelah di ablasi apakah masih muncul? Apakah saya boleh chat di japri? Email saya : selenagunawan@yahoo.com
ReplyDeleteTerima kasih
Malam dok shindi, suami saya umur 52 kena AF juga, apa saya boleh tahu keadaan istri dokter setelah 5 tahun setelah di ablasi apakah masih muncul? Apakah saya boleh chat di japri? Email saya : selenagunawan@yahoo.com
ReplyDeleteTerima kasih
Bolehkah sy ketemu dg ibu shindi...sy pingin cerita pengalaman ablasi jantungnya karena sy jg mau operasi ablasi jantung...bolehkah minta no telp nya?..trmksh
ReplyDeleteSelamat malam Pak Siendhi, bolehkan saya juga minta kontak Ibu ? saya mau tanya ttg ablasi. Saya pernah mengalami svt. Terima kasih.
DeleteAlhamdulillah. Allah Maha Kuasa, Maha baik. Maha Pengasih & Penyayang. Maha memberi kesehatan
ReplyDelete