Rabu pagi saya terima SMS dari pak Djenny Tanius - JSer BSD,
menanyakan tentang Kue Keranjang Ny. Lauw, mau beli buat
dibawa mudik ke Lampung katanya.
Saya bilang baru saja nilpon ke pabriknya, diterima oleh bu Imong
yang menjelaskan lokasi pabrik, dia mempersilahkan datang,
masih buat Kue Keranjang sampai dengan Jumat lusa katanya.
Tapi tidak bisa beli karena semua sudah pesanan orang, kalau
mau beli di Pasar Lama juga ada katanya.
Kebetulan ada sedikit waktu luang, saya cari pabriknya itu dan
ternyata memang mudah sekali.
Setelah melewati Pintu Air yang mengarah ke kali Mookervaart,
belok kekanan, setelah melewati Apotik Pintu Air, langsung belok
kekiri dan tidak jauh disebelah kanan ada tukang peti mati -
pabrik encim Lauw persis disebelahnya.
Bu Imong mempersilahkan saya masuk kedalam rumah yang
cukup besar dan panjang sampai kebelakang yang dipenuhi pekerja.
Silahkan lihat-lihat sendiri yah katanya, dan saya minta ijin pula
untuk boleh mem-foto didalam.
Kebetulan sekali kegiatan masih berlangsung, terlihat tampah tempat
tepung ketan, gula pasir yang sedang dimasak.
Kedua bahan itu nantinya diaduk dan disimpan dulu sekian lama,
setelah "matang" barulah ditimbang dan ditempatkan dalam keranjang
yang beralaskan daun pisang yang sudah dipanggang sebentar.
Saya baru ngeh kalau gula yang dipakai adalah gula pasir, jadi warna
merah kecoklatan dari kue keranjang bukan dari gula merah.
Keranjang kemudian ditempatkan susun menyusun dan nantinya
ditutup pakai tong aluminium, kemudian di-steam selama 12 jam.
Pembakaran memakai kayu dari pohon Rambutan.
Didalam pabrik sederhana yang hiruk pikuk penuh pekerja yang sibuk,
termasuk kegiatan finishing mengeluarkan kue yang sudah matang
dari keranjang dan merapihkannya.
Terlihat pula pembeli yang rupanya sudah pesan mengerumuni putra
encim Lauw yang tampak kewalahan melayaninya.
Disatu sudut pabrik terlihat pula kegiatan membuat dodol, banyak
pekerja pria sedang mengaduk dodol,
Bu Imong memberikan saya sepiring dodol yang sudah dipotong dan
diawuri Wijen, memang dodol disana ada tiga macam, yang polos
warna hitam saja, ada yang pakai wijen dan ada yang dodol duren.
Encim Lauw yang berusia 84 tahun, tinggal di rumah itu pula,
saat ngobrol-ngobrol ternyata kenal baik dengan almarhum kedua
orang tua saya.
Ngobrol-ngobrol dengan encim yang terlihat masih segar dan cerdas
ini ternyata pula membawa berkah pada saya.
Saat permisi pulang, tiba-tiba beliau memerintahkan bu Imong :
Bawa-in Kue Keranjang buat dia tuh !.
Nah lu, kalau big-boss udah merintah gitu siapa yang berani nolak,
termasuk saya juga mana berani ngeyel nolak he he.
Perajin Kue Keranjang dan Dodol Nyonya Lauw.
JL. Lio Baru/Bouraq Gang SPG No 55 RT 01/02
Kampung Sirnagalih, Karangsari,
Kecamatan Neglasari, Tangerang, Banten
Telepon : 021-5524587 dan 021-71095035.
jadi coklatnya itu warna karamel gula ya.. dan baru keluar warna-nya setelah di steam
ReplyDeletesi Encim bilang, campuran gula an tepung ketan itu
ReplyDeleteharus disimpan dulu sekian lama, kalau belum cukup lama
sudah dimasak maka nggak jadi merah malah bening saja.
Thanks untuk sharingnya... baru kali ini tahu proses pembuatannya, setelah sekian lama! Bagus sekali tulisannya Bung Sindhi.
ReplyDeleteGleg...tampaknya lezat !
ReplyDeletejadi ngileeeer....
ReplyDeleteItu tungkunya pakai bahan bakar apa ya?
ReplyDeleteiya Dok saya sempet liat pabrik kue kranjangd i Magelang sama Pak Bondan dan Nana, gulanya memang putih yang jadi caramel, kalau kita makan kue ranjang emang ga krasa aroma gula merah
ReplyDeleteDodol ini bahannya apa aja ya selain wijen?
ReplyDeleteur welcome bung,
ReplyDeletesaya kesana setelah baca ini :
http://www.detikfinance.com/ read/2009/ 01/19/082740/ 1070576/480/
kue-keranjang- yang-tak- pernah-lekang
didepan rumah si Encim banyak potongan kayu bakar,
ReplyDeletesaat saya tanya itu dari pohon Rambutan yang banyak
didaerah Serpong katanya.
Rie,
ReplyDeletesaya baru tahu tadi lho, kirain pake gula merah hehehe
Pada akhirnya terima kasih, menarik sekali tulisannya.
ReplyDeleteDuh tadi lupa nanyain,
ReplyDeletekayaknya wijen buat diawuri dibagin luarnya saja.
Oh ya, kue keranjang itu dibuatnya setahun sekali,
tadi saya tanya katanya sejak sebulan yg lalu.
kalau dodol sepanjang waktu.
Thanks,
ReplyDeletetadi kesana niatnya mau atur ajak teman Jalansutra
kalau2 mau lihat2 juga - tapi ternyata waktunya sudah
mepet - lusa terakhir bikinnya.
ooohh i see. saya baru tau kalo didiamkan lama bisa berubah warnanya
ReplyDeleteOm, wijen itu untuk kue keranjang juga atau cuma buat dodol ? kayaknya saya gak pernah nemu kue keranjang pake wijen.
ReplyDeleteTrus bahan kue keranjangnya cuma tepung ketan dan gula pasir doang yah.. simple banget...
wijen buat dodol,
ReplyDeleteiya cuma tepung ketan + air gula pasir,
nggak pake resep rahasia2an kata si Encim.
wah, last name nya sama dengan saya (irma_lauw@yahoo.com) hehehe...
ReplyDelete
ReplyDeletesy paling demen sm kue cina (keranjang) kalo dikukus trus dicocol pake parutan kelapa muda..
top euyy :p
Interesting maning! Excellent nemen, laporan dan gambar.
ReplyDelete恭喜恭喜新年快乐笑笑了事 | Kiong hi sin cia diam hok diam siu | Kung Hei Fat Choi
jadi pengen liat langsung pembuatannya oom...
ReplyDeletewaah, saya sering liat di TV si encim ini...
ReplyDeleteulasan & foto yang menarik Pak... secara ikutan tour ke pabriknya juga....
wah masih bahan bakar kayu ya ...
ReplyDeletekalau masih sedikit ,. tidak merusak lingkungan ya.
Tapi bayangkan kalau ada puluhan atau ratusan "pabrik" yg pakai bahan bakar kayu... hiks... rusak dah hutan.
cukup banyak ya pekerjanya.
ReplyDeletebisa membantu memberikan peluang pada ibu2.. walau hanya setahun sekali
Wood fired! It has to be. :-)
ReplyDeleteHebat ya, dah setua itu masih aktif bikin kue keranjang. Aku selama ini cuma ikut menikmati aja sih, belum pernah tau cara bikinnya gimana. Makasih ya pak :D
ReplyDeletewah telat, saya juga punya foto2nya, tp sampai saat ini belum sempat upload. dapat kue keranjangnya gak pak?
ReplyDeleteMemang yang namanya Sindhiarta itu cerdik sekali.
ReplyDeleteAbis motret-motret dan nyicipin kue keranjang permisi pulang. Padahal dalam ati berfikir: "Masa sih nyonya rumah tega biarkan aku pulang lengggang-lr\enggang kangkung?"
Huuuaaa haaa haaa! Bisa ditiru trik itu!
pak Mulya,
ReplyDeleterasanya yang hebat adalah encim Lauw, dalam usia yang sudah 84 th. masih bisa mengelola sebuah pabrik home industri dengan sekian banyak karyawan...benar2 beliau luar biasa!
Patut dicontoh pak!
salam - Umbas
masih keburu tuh,
ReplyDeletedatang aja - gampang nyarinya koq
betul - bu Imong bilang udah tiga stasiun TV swasta
ReplyDeleteyang pernah meliputnya.
wah pengen...tapi sayang udah dibeli semua yah....
ReplyDeletedodolnya menarik tuh..
oh bu Lisa juga sudah kesana,
ReplyDeletedimuat atuh foto2nya.
kue dapat nggak ? - nah tu die saya
"dipaksa" bebawaan pulangnye hehehe,
kan ada tuh fotonya :
yang dua buah kue keranjang + dua dodol
sssssttt-adduuuuh - jangan kenceng2 poaaak,
ReplyDeletekan seguru seilmu ulah ngaganggu, huehehehe
masih lumayan sehat pak Eddy,
ReplyDeletewalau sedang berobat.
ada anak2nya yang aktif disana.
si Encim bilang di Pasar Lama juga dijual,
ReplyDeletepake merek Ny.Lauw katanya.
yang pasti di Pasar Lama itu adanya di-Asinan Lan Jin.
dodol wijen enuaaakkkkk...
ReplyDeletejadi pengeeennnn....
ReplyDeleteWAAAHHH..
ReplyDeletekerennn...
Ini juga kue kesukaan saya,,
ReplyDeletePak dokter, ada ngga jatah buat saya nih? ha...ha..ha..
Biasanya teman2 selalu membelikan kue keranjang Ny. lauw..
tapi tahun ini belum ada yg buka suara nih.
tx atas reviewnya
berkah kan nggak boleh ditolak dr. Sindhi :)
ReplyDeleteWah ceritanya menarik sekali Pak Sindhi. Gambar2nya bercerita sekali. Thanks for sharing.
ReplyDeleteuwaaaa...
ReplyDeletekue keranjang biasanya hadir saat Lebaran :)
kalo aq biasanya menaruhnya dulu di kulkas, selang 2-3 hari ambil dan iris agak tipis, masukkan ke dalam adonan tepung (seperti mau masak tempe goreng tepung), pengen lebih gurih tambah margarine sedikit... baru kemudian dimasak deh di wajan dengan minyak yang cukup panasnya...kalo dah matang, angkat deh, siap dihidangkan untuk teman minum kopi atau teh di sore hari :)
*serasa sepotong kue keranjang di depan mataku,hehehe*
...kalau pakai tungku kayu bakar, aromanya pun akan terasa lain...
ReplyDeletetambah sedep :)
Enak ya Pak Dokter?
ReplyDeleteMinggu lalu saya makan kue keranjang di salah satu toko kue -yang menurut temen paling enak kue keranjangnya- di Chinatown Singapore , enak.. empuk..
Kalo di Jakarta, di mana bisa dapat kuenya Ny Lauw?
Enak ya Pak Dokter?
ReplyDeleteMinggu lalu saya makan kue keranjang yang kata temen saya paling enak di Singapore, belinya di satu toko di Chinatown sana. Memang enak, empuk banget.
Kalo kue keranjangnya Ny Lauw dijual di Jakarta ngga ya Pak?
Enak ya Pak Dokter?
ReplyDeleteMinggu lalu saya makan kue keranjang yang dibeli di toko yang menurut teman saya paling enak di Chinatown Singapore. Memang enak sih, empuk...
Kalau kue keranjang Ny Lauw di Jakarta bisa dibeli di mana ya?
Menarik sekali liputannya pak Sindhi, terimakasih saya jadi belajar kenal kue keranjang ini.
ReplyDeleteDok..encim ini memberdayakan ibu2 sekitar rumah dia ya??pekerja musiman..lha setaon sekali...
ReplyDeleteBanyak jg pekerjanya, yah...???
ReplyDeletePak, saya baru tahu kenapa disebut kue keranjang. Ternyata nyetaknya pake keranjang, ya? :D asik banget ni .. bisa maen ke pabriknya.
ReplyDeletekenapa harus ditimbang?
ReplyDeletekok di lantai gitu, ya
ReplyDeleteyang paling kanan itu apa? hanya wijennya?
ReplyDeletehi Kim van Tokyo,
ReplyDeletepernah nyampe juga kesana rupanya, hebat euy
tentu nggaaak hehehe,
ReplyDeletecuma malu ati ajah, udah nyelonong datang,
motret2 gangguin yg kerja dg lampu blitz,
disuguhin dodol wijen sepiring, eh dibawain
lagi dua kue keranjang + dua dodol,
tapi memang nggak boleh nolak pemberian
yang diberikan orang tua dengan tulus itu.
thanks,
ReplyDeletememang seru tadi sendirian selonongan
kesana kemari, sayang waktunya mepet
tadinya kan mau ajak kalau yang mau lihat2 -
ternyata terakhir Jumat -
kalau Jumat pagi ada yang mau datang kesana -
saya anterin dah.
cocooook benerrrr !
ReplyDeletekalo masih baru ini kan lengket rada susah makannya
sebab bikin belepotan, nah kalau sudah sekian lama
kue ini akan mengeras dan kalau diolah seperti anda
bilang itu bener2 asyik dah - saya suka sekali, bisa
habis buanyaaaak.
saya sempat tanya si Encim Lauw,
ReplyDeletekatanya sih ada juga yang ambil ke Jakarta,
tapi saya nggak tanya dimana,
kalau di Tangerang di Pasar Lama, persisnya
di Asinan Lan Jin yg ada dibelakang Lippo Bank.
Saya juga tadi nostalgia masa kecil yang
ReplyDeletesamar2 inget kakek saya dulu suka bikin juga.
tadi saya tanya, katanya nggak cuma dari tetangga
ReplyDeletebetul - saya juga surprise lihat orang segitu banyaknya
ReplyDeleteKa,
ReplyDeletekalau Jumat pagi mau meliput - saya anterin dah,
itu hari terakhir, sudah sejak sebulan lalu mereka bikin.
oh iya, memang ditimbang - itu yang setengah kilo,
ReplyDeletesupaya standard ukurannya
itu dodol hitam berlapis wijen
ReplyDeleteoh sama ya,
ReplyDeletedulu jaman saya smp,
ibu saya suka ngegoreng kue keranjang yang udah keras,
baca postingan ini bikin saya inget lagi sama temen temen smp,
saya suka dikasih kue keranjang bikininan omanya temen saya,
bentuknya persis kayak gini, dibungkus daun pisang :P
doh sweet memories pada bermunculan neh abis baca ini :P
Ini masih ada hubungannya sama yang punya roti Lauw?
ReplyDeletemohon pencerahannya pak :)
Pak, bingkisan kue keranjang harus model keluarga kue, "ada anak cucu :-)"
ReplyDeletedi Kun Tien, tetangga memberi kue kernajang paling banyak dua buah.
Kalo jatahnya satu renceng dari besar ke kecil orang di kampung saya harus tahu nih.
halo,
ReplyDeletesaya baru tadi kenal/ketemu Ny.Lauw,
trus Roti Lauw yang mana ?
kalau di Tangerang adanya Roti Laun.
yang satu renceng kayak pyramid itu,
ReplyDeleterasa2nya buat sembahyang, bukan buat ngasih2,
bener nggak ?
oo gitu yaa? ini roti dorong abang2 langganan saya yaa itu roti lauw sama satu lagi tan ek tjoan...
ReplyDelete2 merek roti yang udah jadul, tapi sampai sekarang masi exist
Mula2 sih ga tahu buatan siapa, tp dia yg bilangin ini kue keranjangnya Ny.Lauw-Tanggerang.Kebetulan sy suka yg dibungkus
ReplyDeletepakai daun pisang.
Apakah masih bisa dibeli ?
Bidikan foto2 pak dokter ini bagus sekali deh
Waktu pertama nilpon, bu Imong bilang semua sudah
ReplyDeletedi order orang, dia menyarankan belinya di Pasar Lama itu,
barangkali kalo kita ke pabrik beli satu dua biji sih bisa.
Memang sedang di Indonesia ? - kalo dikirim ke Tokyo
pake Fedex ongkosnya berapa ? he3
TIKI selama ini nggak mau nerima kiriman makanan basah,
kalau makanan kering seperti Bawang Goreng mereka mau.
Besok pagi saya bisa nge-check ke PasarLama, sayang
nggak punya nomer tilpon Asinan LanJin.
baru tahu bikin produksi massal-nya kayak gini. dulu nenek saya kalo bikin langsung pakai loyang gede dan dikukusnya berjam-jam...kalo udah jadi semua cucu ngantri buat jatah colek, sementara kalo udah lama gak ada lagi yang mau makan karena jadi keras, hehehehehe. duuh jadi kangen masa itu...
ReplyDeletetglnya lucu.. kungfupanda.. :D
ReplyDeleteitu lampunya menyalah terus ya, pengganti lilin..
indah deh hijau2.. tapi itu limbah? sampah kelapa? wah kalau diolah bagus tuh.. jadi kompos..
ReplyDeletesalam encimlauw.. sehat selalu ya..
ReplyDeletehebat masih ingat orangtuanya paksindhi.. ingatannya masih bagus ya..
buimong yang terima telpon paksindhi nih.. sibuk2 gitu..
ReplyDeletemasaknya masih pakai kayu bakar.. engga bisa ganti gas? kog gula pasir ya? bukan aren gitu?
ReplyDeletewah timbangannya masih jaman dulu.. kerangjangnya plastik ya?
ReplyDeleteitu alat kukusan sejak jaman kapan? warisan ya?
ReplyDeleteternyata alatnya canggih juga..
10 lantai.. berapa satu steam tuh keranjang?
ReplyDeletekenapa harus kayu rambutan? ada berapa alat kukusan disana pak?
ReplyDeletetungkunya dari tembaga ya?
ReplyDeletewah massal ternyata.. ini bagus buat mengurangi pengangguran.. masih manual..
ReplyDeleteberapa total pekerjanya? engga tiap hari bikin kue keranjang kan? hanya saat momen saja? imlek gitu?
ReplyDeleterapi kaya pohon natal.. ditingkat gitu ada kisahnya?
ReplyDelete10 tingkat boh.. 10 nirwana ya? beda ukuran pula..
ReplyDeleteanak, mantu, sodara.. bekerja disitu juga.. hebat nih proyek keluarga..
ReplyDeleteeh yang ini pakai kompor minyak.. emang disana ga ada gas?
ReplyDeleteyang mengolah dodol pasti laki ya.. tenaganya lebih kuat.. pun panas deh.. bumbu penyedapnya juga keringat.. :D
ReplyDeletekesana yuk frend.. jadi pengen ngerasain tuh dodol wijennya.. langsung dari sana..
ReplyDeletewah oleh2nya.. ku suka tuh dodol paling kanan lapis wijen..
ReplyDeletebener banget kata kawandee.. mamaku juga suka ngegoreng dodol kalu sudah keras.. enak buat temen ngopi dan ngeteh.. biasanya juga mama suka dicampur buat kolak pisang, tinggal dipotong2..
Pak dokter, kebetulan teman jpn saya sedang bistour di Jkt.
ReplyDeleteDia akan balik ke jpn awal Feb.
Jadi biasanya saya titip ( mumpung dia mau dititipkan, katanya kopernya kosong ga mau rugi dgn bagasi pesawat yg 30 kg itu.).
Makanan yg pasti dibawa mpempe palembang, tempe, bawang goreng...kebetulan dia juga suka. Kalau kirim pakai fedex sih pasti ngga sampai krn sdh rusak dan akan dibuang oleh imigrasi..ha..ha..ha..
Maaf ya jadi merepotkan .
ini dulunya bekas galian pasir yang begitu luas dan dalam,
ReplyDeletesetelah pasirnya habis maka ditinggalkan dan lama2 tumbuh
tanaman2 sulur yang menutupi permukaan air, memang banyak
seperti ini di pinggir utara kota Tangerang, jadi rusak permukaan
tanah disini.
waduh pertanyaannya segerobak he he,
ReplyDeleteatuh nanya langsung aja deh disana, besok mau ?
saya sudah janjian dengan pak Djenny mau ke pabrik kue itu
jam 8.30 - besok Jumat, siapa mau bareng hayo.
besok saya ke pabrik dg pak Djenny,
ReplyDeletenanti coba ditanyakan apakah masih bisa beli
huaaaaaaaaaaahhhuhuhu.. besok tak bisalah paksindhi.. jam kantor kan.. pun sabtunya ada sepupu kawinan.. sibukbuk deh..
ReplyDeleteselamat liburan kesana lagi ya pak.. hikkzz yang makan dodol wijen lagi.. selamat imlek.. selamat tahun baru kebo.. semoga sukses, sehat, bahagia buat paksindhi sekeluarga..
lha kan kerja mah bisa tiap hari -asal mau ajah,
ReplyDeleteitu pabrik bikin kue keranjang kan setahun sekali,
beda dong, ayolah nanti boss nya disogok pake
kue keranjang ajah hehehe
Waaah enaknya ....
ReplyDeletewah say asuka sekali tuh yang nama nya wijen... pengen nyoba jug adodol wijen nya.. halal kan?
ReplyDeletebesok rencananya mau kesana lagi,
ReplyDeletenanti saya tanyakan soal itu.
wah, sungguh senang dapet info yg sgt bmanfaat, selama ini hanya tau mengonsumsi skrg bs tau proses pembuatannya. trimakasih buat pak sindhi yang mau berbagi info dan foto2 yang menarik, GBU
ReplyDeleteur welcome
ReplyDeleteGBU
ini bagian yg paling berat, dulu pernah ngerasain waktu bantuin papa sya bikin kue keranjang...
ReplyDeleteTFS om
Pernah ada yang ngasih nih dodol wijen Ny Lauw tapi baru tau kalo Tempatnya di Tangerang. Kira'in di daerah Kota.
ReplyDeleteTadi saya ke sana lagi,
ReplyDeletekali ini sengaja beli Dodol Wijen itu,
soalnya yg kemarin dalam sekejap "menguap".
Hari Jumat ini terakhir bikin kue keranjang,
dan sudah tidak menerima lagi pesanan,
seluruh produksi sudah pesanan orang.
Tadi ada yang ambil kue keranjang, kayaknya
dari toko, dia bilang pemesan di tokonya sudah
ngantri nunggu dari tadi katanya.
Udah deket Imlek yach Pak Sindh? Biasanya pas Imlek banyak deh yg jualan kue keranjang:)
ReplyDeleteImlek lusa - Senin,
ReplyDeletemakanya encim Lauw kebanjiran pesanan.
Pak, adonannya putih tp hasil akhirnnya kok jadi coklat tua ya? apakah gara2 proses pengukusan yg berjam2 merubah gula seperti karamel?
ReplyDeleteLangsung kerasa IMLEK nya
ReplyDeletebetul - dengan pengukusan selama 12 jam maka
ReplyDeleteberubah jadi warna coklat.
kata si Encim, kalau adonan air gula pasir-ketan itu
hanya disimpan sebentar (mestinya minimal satu bulan,
agar fermentasinya sempurna)),
maka saat dikukus hasilnya tidak coklat malah bening saja.
disana ada juga yang aneh, segitu banyaknya kue yang begitu
manis didalam tempat penyimpanan itu, tidak terlihat ada semut.
si Encim mengiyakan saat ditanya, barangkali karena didalam
pabrik itu udaranya panas, krn begitu banyaknya tungku api
Wah kalo oleh2nya mo di-bagi2 boleh juga nyobain nih... Pasti aku juga ga berani nolak he..he..he.. Tapi jangan terlalu banyak makan dodol en kue keranjang dong ... Bisa2 2-3th lagi ga bisa makan rambutan tuh ....
ReplyDeletepak sindhi, gong xi fa cai yaaakkk... btw, bener2 kunjungan yang membawa berkah ya, pak. psati enak tuh kuenya. kebetulan saya (walopun ga ngerayain imlek) juga kebagian kue keranjang hari ini, tapi produksi jogjaaaa :p
ReplyDeleteOm sindhi, aku baca kemarin ttg pabrik kue keranjang ini di kompas.
ReplyDeletewah, Om dokter dapat kue keranjang dong kemarin. bagi2 dong..:D
thanks utk artikelnya.
dear Tuti,
ReplyDeletemakasih,
produksi Jogya juga mestinya nggak beda2 banget,
kan bahan2nya nggak rumit
ada di Kompas juga rupanya yah.
ReplyDeletetadi siang saya lihat di TV liputan
di pabrik Encim Lauw,
si Encim juga di tampilkan.
berapa harganya kalau yg model gini?
ReplyDeletejutaan mungkin yah?
busyet deh jutaaan ?! - nggaaak atuh,
ReplyDeletepaling beberapa puluh ribu saja,
kalo nggak salah kue ini 17 ribu/kg,
setumpuk itu paling2 beratnya 5 kilo.
hai Om
ReplyDeleteKIONG HIE dulu nih,,,, bom cap go meh , masi bole kan
dah lama ga nengokin multiply, emng Tangerang heritage city ya, pengen banget beli kue keranjang original bgn, bungkus daun emng memberi efek tersendiri ketimbang yg plastik.
btw ntar cap go meh ada acara ga di tangerang?
best regards
YULU
hallo,
ReplyDeleteKiongHie juga, masihkeburu yah, he3.
CapGoMe di Tangerang sayang nggak ada
acara apa2, biasanya Bogor dan Sukabumi
yang ada keramaian.
salam
sm
ugh... keren bgt potonya... lebih keren lagi pabriknya... ribet bgt yah bikinnya....
ReplyDeleteThanks infonya! foto2ny sangat informatif
ReplyDeletewuah.. thank u ya..... pengen beli neh jadinya :)
ReplyDeletesekarang sudah mulai banyak pesanan biasanya
ReplyDeletepastinya.. pintu air tangerang itu arahnya kmn ya? :)
ReplyDeletedr BSD ne :)
merindukan tangerang dan segala macam makanan di pasar lama :)
ReplyDeletemakasih :)
dari BSD ? masuk Tangerang anda lewati boulevard yang
ReplyDeletetengah2nya ada pagar besi hijau tinggi, dikanan jalan ada
RS Global - Carrefour, dikiri ada pom bensin Shell.
maju dikit dari Shell ketemu fly over, setelah kolongnya
belok kekiri sehingga nanti akan circle dan naik keatas
jembatan flyover itu. terus saja sehingga nanti dikiri ada
pompa bensin Pertamina, setelah itu belok kiri dan
masuk boulevard yang ditengahnya ada pepohonan.
ikuti jalan itu sampai nanti nyebrangi rel KA, masih maju
sampai jalannya mentok - ketemu arus lalin dari depan ,
nah pas mentok itu harus kekiri dan kini ada sungai kecil
dikiri jalan, ikuti trus sampai sungai itu habis dan disitu
ada pertigaan besar dimana harus belok kekanan,
setelah kekanan segera ambil jalur paling kiri karena
sekitar 200 meter harus kekiri masuk ke jembatan Pintu Air.
berikutnya ikuti petunjuk seperti yg saya tulis di cerita saya
datang ke tempat tersebut.
janan lupa nilpon dulu kalau mau beli karena sering2 sudah
pesanan orang semua.
ur welcome
ReplyDeleteSy dpt oleh" dodol"lauw" halalkah?jika dikertasnya tertulis 100%halal,tp bukan sertifikasi halal dr MUI.
ReplyDelete